Anda di halaman 1dari 10

MUTU & KESEJAHTERAAN GURU DI MASA SEKARANG

Tugas Mata Kuliah


SPJD PGRI

Nama: Melinda Lucy Indriyani


NPM: 201613500191
Kelas : Y7O

Dosen : Deni Ahmad Nasir,M.pd

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indraprasta PGRI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas untuk memenuhi perbaikan nilai dalam mata kuliah Sejarah
Perjuangan dan Jati Diri Persatuan Guru Republik Indonesia (SPJD PGRI) ini tepat pada
waktunya. Melalui tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak , selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Perjuangan dan Jati Diri Persatuan
Guru Republik Indonesia (SPJD PGRI) yang telah memberi pengarahan, motivasi, serta
ilmunya yang sangat berarti bagi penulis.

Kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Dan semoga
dengan selesainya tugas ini dapat bermanfaat bagi calon guru khususnya dan pembaca pada
umumnya

Cibinong, 19 Februari 2020


Penulis
A. Potret Kesejahteraan Guru
Dewasa ini tingkat kesejahteraan guru masih tergolong rendah, tidak setara

dengan pengabdian yang diberikannya. Gaji merupakan aspek utama dan paling pokok

dalam kesejahteraan seorang guru. Selain gaji, kesejahteraan guru juga meliputi

kelancaran dalam kenaikan pangkat, kepastian karir sebagai guru dan hubungan antar

pribadi (Fasal Jalal dan Dedi Supriyadi, 2001 : 229).

Sudah banyak didengar komentar tentang mutu pendidikan akhir-akhir ini. Pada

umumnya komentar itu tidak dapat dikatakan hanya sebatas wacana, karena anggota

masyarakat melihat dan merasakan namun sulit untuk membuktikannya. Hal ini

disebabkan karena tidak ada data yang menunjukkan apa dan bagaimana kelemahan

yang dikeluhkan masyarakat.

Bila dibandingkan dengan gaji guru-guru di negara lain, bahkan dengan

Malaysia, gaji guru di Indonesia amat rendah karena nilai tukarnya tidak cukup untuk

kebutuhan hidup sebulan dengan empat-lima anggota keluarga. Kalau seorang guru

dapat membeli pesawat televisi, radio tape, sepeda motor, dan barang-barang mewah

lainnya atau mengangsur perumahan, hal itu karena utang dengan menggunakan

agunan gaji mereka setiap bulan dipotong. Sedangkan gaji guru di negara lain cukup

untuk kebutuhan satu bulan, berekreasi, membeli buku, dan menabung.

Bila dibandingkan dengan kesejahteraan PNS lain di Indonesia, secara

nominal gaji guru lebih tinggi untuk golongan yang sama, misalnya sama-sama

golongan III C antara PNS guru dan non guru, karena guru mendapat tambahan

tunjangan fungsional. Tetapi jam kerja PNS non guru terbatas, sehari hanya delapan

jam atau seminggu 42 jam. Sedangkan jam kerja guru tidak terbatas. Memang

mengajarnya hanya pukul 07.00-12,45, tetapi sebelum mengajar harus menyiapkan


bahan, administrasi (SAP), dan setelah mengajar mereka harus mengoreksi hasil

pekerjaan murid.

Peluang untuk memperoleh pendapatan tambahan diluar gaji bagi PNS non

guru lebih terbuka karena sering ada proyek-proyek atau urusan lain dengan

masyarakat. Sedangkan guru, peluangnya untuk memperoleh tambahan pendapatan

hanya bila melakukan penjualan buku kepada murid dengan mendapat diskon atau

persenan dari penerbit. Namun hal itu tidak jarang mendapat respon negatif dari

masyarakat. Hal ini karena harapan masyarakat terhadap guru memang bukan hanya

peranannya di dalam kelas saja, tetapi juiga di luar kelas juiga dapat memberi teladan.

Tetapi peran memberi teladan ini tidak pernah diharga secara material dan sosial.

Sebenarnya perbaikan kualitas dan gaji guru telah termuat dalam amanat

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, kemudian diperbaharui lagi Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang tercantum pada pasal 40 ayat 1 butir

a, menyebutkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh

penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai. Dalam

penjelasan atas pasal-pasal yang dimaksud dengan penghasilan yang pantas dan

memadai adalah penghasilan yang mencerminkan martabat guru sebagai pendidik yang

profesional di atas kebutuhan hidup minimum (KHM). Yang dimaksud dengan jaminan

kesejateraan sosial yang pantas dan memadai, antara lain jaminan kesehatan dan

jaminan hari tua.

Secara hakiki sejahtera tidak dapat diukur, sejahtera berarti terpenuhi semua

kebutuhan lahir maupun batin, sandang, pangan dan papan. Dahulu orang sudah dapat

makan pagi dan malam dan rumah serta pakaian seadanya sudah boleh dikatakan

sejahtera. Lain hal dengan sekarang, ukuran sejahtera sudah berubah polanya. Tidak

hanya cukup sandang, pangan dan papan, akan tetapi lebih dari itu. Semua orang perlu
kesejahteraan, demikian pula guru yang keseharian bergumul dan terikat dengan waktu

dan tempat. Sebutan mulia yang sudah tersandang dipundak masing-masing sebagai

pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka bekerja keras tanpa membedakan antara si kaya dan

si miskin, lelaki atau perempuan, anak pejabat atau tidak, yang jelas semua anak dididik

dan dibinanya agar menjadi anak yang cerdas, berkualitas dan bertanggung jawab.

Dengan tanggung jawab, moral yang dipercayakan negara kepada mereka sesuai

dengan amanah Pembukaan Undang–undang Dasar 1945 bahwa guru

bertanggungjawab untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada tahun 2019, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, guru honorer yang

sudah mengabdi lebih dari 5 tahun diperhatikan secara khusus. Mereka diberi insentif

di luar operasional sekolah dan iuran komite. Hal ini sebagai bentuk kepedulian

pemerintah terhadap pendidikan yang semakin membaik.

Jika kesejahteraan guru honorer sudah diperhatikan secara keseluruhan maka

pemerintah tinggal beralih fokus pada kualitas guru. Perbaikan kualitas guru akan lebih

baik dan lebih mudah jika kesejahteraan guru honorer di perhatikan.

Perbaikan kualitas guru akan berdampak pada perbaikan kualitas pendidikan.

Guru yang profesional akan mendidik anak-anak sebagai seorang guru yang

seharusnya. Kita tidak lagi mempersoalkan pendidikan kita.

Di Indonesia belum bisa menuntut profesionalisme guru jika kesejahteraan guru

masih belum sepenuhnya diperhatikan. Jadi, untuk mendapatkan output pendidikan

yang baik harus memenuhi syarat memiliki guru profesional. Syarat untuk memenuhi

guru profesional adalah kesejahteraan guru harus diperhatikan.

Penelitian Mohammad Zulfikar, Arif Darmawan, Edy Sutrisno (2014)

menunjukkan bahwa gaji yang layak (melalui sertifikasi), menjadi guru bersemangat
dalam proses belajar mengajar. Bahkan dengan itu, guru semakin bersemangat dalam

mengajar dan meningkatkan mutu/kualitas pembelajaran.

Kajian itu senada dengan temuan Matthew G Springer and Catherine D Gardner

(2010) dalam Teacher Pay for Performance: Context, Status, and Direction yang

menyebut bahwa gaji yang layak merupakan sebuah keniscayaan dalam meningkatkan

kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh mana

pemerintah melakukan penggajian yang layak untuk mereka.

Pemerintah memang telah berupaya meningkatkan kesejahteraan guru, terutama

guru honorer. Namun, sering kali kemampuan pemerintah belum mampu menyentuh

semua aspek. Perlu dukungan dan gebrakan yang lebih untuk mempercepat

kesejahteraan guru. Pemerintah daerah pun perlu melakukan itu, sekaligus

mengampanyekan tentang kesejahteraan guru. Saat ini kampanye populis sekolah gratis

yang dilakukan oleh calon kepada daerah sering kali mengabaikan kesejahteraan guru.

Kampanye kesejahteraan guru perlu menjadi agenda Pilkada 2020. Komitmen

itu perlu untuk mendorong bupati/wali kota/gubernur mengerti bahwa kemakmuran

daerah itu salah satunya karena peran dan partisipasi guru dalam mendidik. Oleh karena

itu, guru perlu mendapat gaji layak. Minimal gaji guru honorer lebih tinggi sedikit jika

dibandingkan dengan gaji buruh di daerah.

B. PGRI Terhadap Kesejahteraan Guru

Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesian (PGRI)

Unifa Rosidi menegaskan, pemerintah jangan hanya menuntut pada guru agar

meningkatkan mutu pendidikan, tapi nasib dan kesejateraan guru harus diperhatikan.
Pernyataan Unifah itu disampaikan di depan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pada puncak peringatan HUT PGRI ke 74

dan Hari Guru Nasional di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang Bekasi, Sabtu, 30

Noovember 2019.

Menurut Unifa, lebih dari 70 ribu guru honorer yang tidak jelas nasibnya.

Padahal mereka sudah ada yang menjadi guru lebih dari 15 sampai 20 tahun. Unifah

juga meminta agar pemerintah mengutamakan guru honorer yang memenuhi kualifikasi

dan kompetensi. Sedangkan untuk kualitas guru, PGRI juga mendorong adanya

perubahan pola piker para guru untuk terus belajar. Namun tak hanya guru, tetapi para

pemangku kepentingan pusat dan daerah harus berubah.

PGRI telah mendorong pemerintah untuk menjadikan guru sebagai ASN pusat

dan mendorong pemerintah segera merealisasikan pengelolaan guru secara terpusat.

Dengan demikian, mutu dan kesejahteraan guru akan merata.

C. Respon Pemerintah Terhadap Kesejahteraan Guru

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf meminta pemerintah semakin

memperhatikan kesejahteraan guru, terutama guru honorer. Dia juga mengingatkan soal

status guru honorer K2 yang akan menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja

(PPPK).

Apalagi, lanjutnya, guru honorer K2 rata-rata sudah berusia lanjut. Dia berharap

sebelum pensiun, para guru ini harus segera disejahterakan. Selanjutnya, Dede

mengingatkan soal tugas administrasi guru. Jangan sampai hal tersebut justru

memperberat tugas guru dalam mengajar.

Di dalam pidato hari guru Nasional, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nadiem Makarim banyak membahas persoalan yang terjadi di lapangan. Nadiem


mengatakan, tidak ingin membuat janji-janji kosong kepada para guru. Perubahan di

dalam pendidikan di Indonesia memang harus dilakukan namun itu adalah hal yang

sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan.

Nadiem pun berpesan kepada para guru agar mulai melakukan perubahan kecil

di kelas. Beberapa perubahan yang bisa dilakukan antara lain adalah memulai kegiatan

diskusi di kelas sehingga anak tidak hanya mendengarkan pelajaran dari guru.

Selanjutnya, dia berpesan agar guru memberikan kesempatan kepada murid untuk

mengajar di kelas. Hal ini untuk mendorong keaktifan murid dan meningkatkan

kemampuan berpikir kritis. Guru, kata dia, juga harus bisa menemukan satu bakat

dalam murid yang kurang percaya diri. Selain itu, guru juga harus saling membantu

satu sama lain ketika rekannya sedang mengalami kesulitan.

D. Guru Honorer Dihadiahi Motor

Seorang guru honorer di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Sukabumi, Jawa

Barat, tengah viral di internet. Guru tersebut tengah mendapatkan kebahagiaan

mendapatkan sepatu dan motor baru. Guru tersebut mengabdi dengan tulus namun

hanya diupah Rp267 ribu per bulan. Upah tersebut tentu tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, hingga guru itu mengajar dengan sepatu berlubang.

Pengabdian guru tersebut membuat banyak orang terenyuh. Akhirnya guru itu

mendapatkan hadiah sepatu dan motor baru. Diketahui sang guru ini bernama Panji

Setiadi. Pria asli Sukabumi merupakan guru honorer di SD Babakan.

Penggagas gerakan donasi Sahabat Kristiawan Peduli, Kristiawan Saputra,

memberikan klarifikasi terkait hadiah yang diberikan. Dia mengatakan hadiah kepada

Panji bukanlah hasil patungan orangtua murid, melainkan dibelinya atas nama Sahabat

Kristiawan Peduli.
Daftar Pustaka

Budiawati, Arie.”Honorer Dihadiahi Motor”.2020. https://www.dream.co.id/your-story/cerita-

sebenarnya-di-balik-guru-honorer-dihadiahi-motor-2001266.html

Seftiawan,Dita.” PGRI Dorong Pemerintah untuk Menjadikan Guru sebagai ASN Pusat”.2019.

https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-01326154/pgri-dorong-pemerintah-untuk-

menjadikan-guru-sebagai-asn-pusat?page=2

Siedoo,Redaksi.” Problematika Kesejahteraan Guru Swasta dan Solusinya”,2019.

https://siedoo.com/berita-25166-problematika-kesejahteraan-guru-swasta-dan-solusinya/

Okmini. “Kualitas Dan Kesejahteraan Guru, Masalah Klasik Pendidikan Kita “. 2012.

http://prof-arkan.blogspot.com/2012/04/kualitas-dan-kesejahteraan-guru-masalah.html

Anda mungkin juga menyukai