Pendahuluan
Pada 2045 Indonesia akan mengalami bonus demografi. Bonus
demografi ini akan positif jika usia produktif berkualitas. Dan kualitas
guru merupakan faktor krusial dalam melahirkan kualitas SDM
tersebut. Maka pemerintah harus memuliakan profesi guru sesuai
amanah UU.
Menurut S. D. Darmono (2020: 20), dunia pendidikan
merupakan salah satu elemen yang membedakan tingkat peradaban
suatu bangsa. Kemajuan dalam dunia pendidikan pada umumnya
berkorelasi positif dengan peradaban yang maju.
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Tidak bisa sembarang orang bisa menjadi guru, melainkan harus
memiliki sertifikat pendidik.
Menurut Daoed Joesoef (2017: 201), kerja pendidikan dapat
diibaratkan berperang melawan kebodohan, ketidaktahuan, dan
kerendahan budi pekerti.
Fakultas Keguruan
UU Guru dan Dosen Pasal 7 ayat (1) a disebutkan, profesi guru
dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. memiliki bakat,
minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
Rekrutmen mahasiswa keguruan, mahasiswa PPG, dan
rekrutmen calon guru tidak mempertimbangkan prinsip tersebut.
Menurut hasil riset Murdadi dan Sulistari (2015), guru
bersertifikat tidak menunjukkan kompetensi profesional yang bagus.
Meskipun demikian, banyak juga riset menunjukkan korelasi positif
antara sertifikasi dan peningkatan kompetensi guru.
3
Sertifikasi Guru
Pusat Data dan Analisa Tempo (2019: 12) dalam buku Program
Sertifikasi Guru dan Kebutuhan Peningkatan Mutu Pendidik menulis,
dengan sertifikasi guru, diharapkan kualitas pendidikan dan
kesejahteraan guru bisa terdongkrak. Belum 10 persen guru yang
menikmatinya.
Parlagutan Silitonga dalam buku Demokrasi Alternatif; Meraih
Keadilan dan Kesejahteraan melalui Perdamaian dan Tax Amnesty
(2016: 87) menulis, setelah guru menerima sertifikat, mereka
langsung sejahtera karena sudah biasa hidup sederhana.
Terdapat 1,2 juta guru yang belum bersertifikat. Guru agama
yang belum berstifikat berjumlah sekitar 25.000, sedangkan
kemampuan pemerintah mensertifikasi hanya 1000 guru pertahun.
Artinya dibutuhkan 25 tahun untuk penyelesaian sertifikasi guru
agama.
Kesejahteraan
Dalam UU Nomor 15 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pasal 15, disebutkan bahwa guru mendapatkan gaji pokok, tunjangan
profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat
tambahan.
Michael Olugbenga (2021: 11-15) dalam buku The Heart of A
Great Teacher bahwa salah satu ciri-ciri guru hebat dari adalah sabar,
tak masalah gaji kecil, suka berteman, berteman dengan kolega,
5
Perlindungan
Perlindungan guru terdapat dalam UU Sisdiknas dan UU Guru
dan Dosen, Pasal 39, (1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan
perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja.
(3) Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari
pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi,
atau pihak lain.
(4) Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian
imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan
pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan
lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
(5) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
6
Kesimpulan
Problem utama keguruan adalah pemerintah kurang berpihak
kepada guru. Disamping lemahnya komitmen pelaksanaan UU, juga
disharmoni kebijakan dan kebijakan yang keliru. Maka, adanya UU
atau regulasi tidak menjamin perbaikan pendidikan jika tidak ada
komitmen untuk melaksanakannya; cara pandang yang salah dalam
melihat persoalan guru mengakibatkan kebijakan yang salah atau
solusi yang tidak tepat. DPR tidak efektif dalam fungsi pengawasan
dan evaluasi kebijakan pendidikan sehingga diragukan komitmennya
terhadap pendidikan berkualitas. Anggota DPR kritis di depan
7
Daftar Pustaka
Daoed Joesoef. 2017. Rekam Jejak Anak Tiga Zaman. Jakarta:
Kompas.
Jim Collins. 2021. Good To Great. Jakarta: Gramedia.
Michael Olugbenga. 2021. The Heart of A Great Teacher. India:
Exceller Books.
Murdadi dan Sulistari. 2015. “Dampak Sertifikasi Guru dalam
Peningkatan Kompetensi Profesional di Kalangan Guru SMK
Pelita Salatiga.” Prosiding Seminar Nasional 9 Mei.
Jejen Musfah. 2021. Analisis Kebijakan Pendidikan: Pendidikan di
Era Revolusi Industri 4.0. Jakarta: Kencana.
Pusat Data dan Analisa Tempo. 2019. Program Sertifikasi Guru dan
Kebutuhan Peningkatan Mutu Pendidik.
Parlagutan Silitonga. 2016. Demokrasi Alternatif; Meraih Keadilan
dan Kesejahteraan melalui Perdamaian dan Tax Amnesty.
Yogyakarta: Andi Offset.
S. D. Darmono. 2020. Bringing Civilizations Together; Nusantara di
Simpang Jalan. Jakarta: KPG.