Anda di halaman 1dari 3

Tingkat Kesejahteraan Guru

Kesejahteraan itu sendiri memiliki pengertian suatu keadaan yang baik, makmur, dan merasa
tercukupi kebutuhannya. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil
pendidikan. Terlebih lagi guru SD/MI, mereka sangat menentukan kualitas anak didik mereka
sejak dini. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh mana
kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar-mengajar.
Namun demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan profesional mengajar dan tingkat kesejahteraannya.
Ukuran kesejahteraan sangat sulit bila hanya diukur melalui kecukupan dari segi materi saja.
Oleh sebab itu, tingkat kesejahteraan seorang guru dapat dilihat melalui indikator-indikator
sebagai berikut :
1. Penghasilan setiap bulan mampu mencukupi kebutuhan pokok keluarga sehari-hari secara
tetap dan berkualitas.
2. Kebutuhan pendidikan keluarga dapat terpenuhi secara baik dan optimal.
3. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan berkelanjutan serta
mengembangkan diri secara profesional.
4. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan komunikasi ke berbagai arah sesuai dengan
kapasitasnya, baik dengan memanfaatkan teknologi maupun secara konvensional.
Pengaruh Rendahnya Tingkat Kesejahteraan Guru Terhadap Mutu Pendidikan
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh bagaimana cara guru mendidik
anak didiknya melalui proses belajar mengajar. Guru yang merupakan pendidik dituntut untuk
lebih professional dalam mengajar terutama guru di tingkat SD/MI yg merupakan pendidikan
tahap awal. Namun pada kenyataannya kita sering menjumpai guru yang kurang professional
dalam mengajar.
Pada hakekatnya kewajiban seorang guru adalah mengajar dengan sungguh-sungguh, dan hak
sebagai seorang guru ialah mendapatkan kesejahteraan yang cukup. Misal gaji yang diberikan
dapat mencukupi kebutuhan keluarga, baik kebutuhan sandang, pangan, kesehatan, dan
pendidikan. Namun pada kenyataannya gaji seorang guru sering kali tidak mencukupi
kebutuhannya selama satu bulan penuh, kita masih sering menjumpai gaji guru yang berkisar Rp.
200.000,- hingga Rp. 500.00,- yang secara logika itu tidak mencukupi kebutuhannya. Oleh
karena itu, ia harus mencari cara unruk mencukupi kebutuhannya. Mungkin ia mengajar di
tempat lain, menjadi guru les, atau melakukan pekerjaan lain yang tak ada sangkut pautnya
dengan mengajar seperti menjadi petani, pedagang, dan pemilik warung makan. Akibatnya ia
tidak dapat memusatkan perhatiannya kepada pekerjaan mengajar di sekolah di mana ia
ditugaskan. Karena mereka lebih fokus terhadap bisnis yang sedang mereka geluti. Lama-lama
mereka menjadi lupa akan kewajibannya sebagai seorang guru. Padahal sebagai guru, mereka
diharapkan dapat menjadi pendidik yang baik agar dapat mendidik anak didik mereka dengan
ilmu-ilmu yang bermanfaat yang dapat dijadikan bekal untuk menempuh pendidikan di jenjang
yang lebih tinggi.
Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah karena rendahnya tingkat
kesejahteraan guru. Selain itu masalah lain yang muncul akibat rendahnya tingkat kesejahteraan
guru adalah rendahnya minat para generasi muda untuk menjadi guru. Karena mereka
menganggap bahwa menjadi guru itu sulit tetapi gaji yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan
profesi mereka. Sehingga yang menjadi Guru hanya mereka yang tidak memperoleh tempat atau
pekerjaan di sektor kehidupan lainnya. Dalam kondisi seperti itu tidak mungkin kita mengadakan
pendidikan yang kita inginkan.
Dalam Jam Kerja Guru mungkin hanya antara pukul 07.00 hingga pukul 13.00 antara 6-7 jam
kerja, akan tetapi guru masih mempersiapkan tugasnya untuk besok, baik itu perangkant
pembelajaran ataupun materi pembelajaran.

Solusi Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Guru


Rendahnhya tingkat kesejahteraan guru yang akhir-akhir ini banyak terjadi perlu mendapatkan
penanganan yang serius oleh pemerintah. Karena jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka
semakin lama mutu pendidikan di negara ini akan semakin memburuk. Selain itu citra guru yang
pada zaman dahulu dikenal sebagai profesi yang sangat dihormati dan terpandang semakin lama
akan dianggap sebagai profesi rendahan dibanding dengan profesi lain seperti dokter, pilot,
pengusaha, dan jurnalistik.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak
lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu
disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain
meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan
khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat
pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
Selain mengeluarkan Undang-Undang, solusi yang dapat dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan guru antara lain dengan memperbaiki gaji guru sesuai dengan
sikapnya bahwa pendidikan amat penting bagi masa depan bangsa. Dan Pemerintah memang
berkewajiban untuk meninjau kembali penentuan gaji bagi Pegawai Negeri Sipil kalau bersikap
konsekuen untuk mengakhiri KKN di Indonesia. Bagi guru yang bekerja di Swasta tentu gajinya
diterima dari yayasan yang menyelenggarakannya.
Hebatnya Guru adalah mereka selalu ikhlas dengan apa yang sudah ia lakukan, dan merasa
terbayar jika anak didiknya sukses.
Kesejahteraan Guru Sesungguhnya
Dalam sebuah jurnal lawas, Review Educational Research, yang dikeluarkan oleh American
Educational Research Association, Percival M. Symonds dan Robert T. Ford (1952)
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesejahteraan guru adalah :
a. Keamanan ekonomi, meliputi penghasilan yang memadai, jaminan sosial untuk kesehatan dan
hari tua (pensiun), serta kepastian masa jabatan dalam posisi tertentu;
b. Kemampuan profesional, yaitu mendapat pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi guru
dalam jabatan mau pun guru pra jabatan.
c. Kenyamanan pribadi, yang tidak hanya melibatkan masalah kebebasan akademik dan sosial,
tetapi juga hubungan interpersonal yang demokratis dalam situasi belajar atau pun urusan
administrasi.
d. Kondisi kerja, termasuk di dalamnya lama kerja dalam satu hari, jumlah siswa yang diajar,
karakter tugas, ketersediaan bahan ajar dan karakter umum dari guru lainnya.

https://bagiilmunei.blogspot.com/2017/07/masalah-kualitas-pendidikan-dan.html
http://pendidikanantikorupsi.org/wp-content/uploads/2012/04/Makalah_Memaknai-Kembali-
Arti-Kesejahteraan-Guru.pdf

Anda mungkin juga menyukai