a) Komunikasi dan Pesan Contoh dari bentuk-bentuk komunikasi Komunikasi Intrapersonal: contoh dari komunikasi ini ialah berpikir. Berpikir merupakan bentuk komunikasi intrapersonal yang paling sering dilakukan manusia. Misalnya, berpikir tentang aktivitas apa yang akan dilakukan hari ini. Selain berpikir, komunikasi intrapersonal juga dapat terjadi ketika kita berdoa kepada Tuhan, belajar, bermimpi, dan bercermin. Komunikasi Interpersonal: Contoh komunikasi interpersonal adalah dua orang sahabat yang saling mencurahkan isi hatinya, pertengkaran antartetangga, sanda gurau kakak serta adik, perbincangan dosen dan mahasiswa saat bimbingan skripsi, dialog antara dokter dan pasien, wawancara kerja, dan lain sebagainya. Komunikasi Kelompok: contoh dari komunikasi ini ialah kegiatan diskusi rapat, perkuliahan, seminar, diskusi panel, percakapan dalam keluarga, dan sebagainya. Komunikasi Publik: contoh dari komunikasi ini adalah berbicara didepan umum, konser teater dan debat publik. Komunikasi Organisasi: contohnya yaitu komunikasi antarkaryawan, komunikasi antara atasan dan bawahan, jumpa pers, serta komunikasi antardivisi, dll. Komunikasi Massa: contoh dari komunikasi ini yaitu berita di media, siaran di radio dan televisi, dan posting di media online. Ciri-ciri komunikasi efektif menurut Fretty Welta : Langsung pada inti persoalan : Artinya komunikator dan komunikan tidak ragu dalam menyampaikan serta menanggapi pesan. Asertif : Berarti tegas dalam menjelaskan isi pesan kepada lawan bicara. Bersahabat : Baik komunikator maupun komunikan, keduanya sama-sama bersahabat dalam mengirimkan dan menerima pesan. Isi pesannya harus jelas serta mudah dipahami: Komunikator harus menyampaikan pesan yang jelas dengan menggunakan kata dan bahasa yang mudah dipahami komunikannya. Terbuka: Artinya tidak ada pesan atau makna yang disembunyikan. Berlangsung secara lisan maupun tulisan: Berarti komunikasi efektif bisa dilakukan secara lisan maupun lewat tulisan teks. Terjadi secara dua arah : Artinya antara komunikator dan komunikan sama-sama saling berbicara serta mendengarkan. Responsif : Berarti pihak yang terlibat dalam komunikasi saling memperhatikan keperluan serta pandangan orang lain. Penafsiran pesannya dilakukan secara tepat: Komunikan hendaknya melakukan penafsiran pesan secara tepat, agar mencapai kesepahaman makna sebagaimana yang diharapkan komunikator. Jujur: Baik komunikator maupun komunikan, keduanya harus saling jujur dalam mengungkapkan perasaan, gagasan, atau kebutuhannya, agar komunikasi berlangsung efektif. Karakteristik pesan yang memudahkan pesan tersebut dapat diterima oleh petani sebagai komunikan. Karakteristik pesan yang dapat diterima oleh petani tentunya harus berdasarkan beberapa sifat pesan yaitu : Harus bersifat informatif; artinya pesan yang akan disampaikan ini harus obyektif dan nyata. Harus bersifat persuasif, artinya pesan ini bertujuan untuk menggugah hati dan perasaan sasaran atau komunikan sehingga mau mengikuti atau melakukan tindakan/ perubahan atas kemauan sendiri sesuai yang diharap komunikator. Harus bersifat entertainment, artinya bahwa pesan yang akan disampaikan ini bertujuan untuk menghibur komunikan, dan membuat mereka senang, tidak bersikap apatis maupun pesimis.
b) Teori yang mempengaruhi komunikasi dalam penyuluhan pertanian, adopsi
inovasi dan difusi inovasi. Teori yang mempengaruhi proses komunikasi dan Penyuluhan Pertanian Kognitif Efek komunikasi dari aspek kognitif dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah meningkatakan pengetahuan dan wawasan dari anggota kelompok tani. Dimana, informasi yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pemikiran dari komunikan. Afektif Efek komunikasi dari aspek afektif dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah perubahan sikap dan pandangan dari anggota kelompok tani. Konatif Efek konatif yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Pengertian adopsi inovasi dan difusi inovasi Adopsi inovasi Adopsi merupakan proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya (Mardikanto, 2009). Difusi Inovasi Difusi inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Tahapan adopsi inovasi dan faktor yang mempengaruhinya Tahapan adopsi inovasi o Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge). Tahap pengetahuan atau knowledge merupakan tahapan pertama saat penyebaran informasi mengenai suatu inovasi baru. Suatu inovasi akan disampaikan dan dikomunikasikan dengan tujuan seseorang dapat mengetahui dan memahami bagaimana bentuk inovasi tersebut. o Tahap Persuasi (Persuasion). Dalam tahapan persuasi atau persuasion, seseorang akan membentuk sikap untuk dapat menyetujui dan tidak menyetujui suatu inovasi. Dalam tahapan persuasi juga seseorang akan mencari tahu lebih dalam informasi mengenai inovasi baru tersebut, termasuk keuntungan dan kerugian menggunakan informasi tersebut. o Tahap Keputusan (Decision). Pada tahap keputusan atau decision ini, seseorang dapat membuat keputusannya terkait sebuah inovasi. Seseorang akan terlibat dalam aktivitas yang membawanya pada suatu pilihan akan mengadopsi inovasi tersebut atau bahkan menolaknya. o Tahapan Konfirmasi (Confirmation). Pada tahapan ini, seseorang akan mengevaluasi dan memutuskan apakah akan terus menggunakan inovasi tersebut atau akan mengakhirinya. Selain itu, seseorang juga akan mencari berbagai penguatan atas keputusan yang telah ia ambil sebelumnya. Apabila seseorang menghentikan penggunaan inovasi tersebut, bisa jadi dikarenakan karena ketidakpuasan individu terhadap inovasi tersebut atau mungkin karena ia menemukan inovasi yang lebih baik. Faktor yang mempengaruhi proses adopsi inovasi o Saluran komunikasi. Peranan saluran komunikasi ini sangat penting. Inovasi yang disampaikan secara individual akan berjalan lebih cepat bila dibandingkan dengan inovasi tersebut dilakukan secara massal. o Ciri sistem sosial. Faktor selanjutnya adalah ciri dari sistem sosial yang ada di masyarakat dimana calon adopter itu bertempat tinggal. Masyarakat yang lebih modern akan relatif lebih cepat melakukan adopsi inovasi bila dibandingkan dengan masyarakat yang tradisional. o Kegiatan promosi penyuluh pertanian. Semakin giat penyuluh pertanian melaksanakan promosi tentang adopsi inovasi, maka semakin cepat pula adopsi inovasi yang dilakukan oleh masyarakat tani. o Sumber informasi. Sumber informasi dapat berasal dari media massa maupun elektronik, sesama petani, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari informan yang lain. o Faktor – faktor geografis. Wilayah yang memiliki kondisi alam yang sulit akan berpengaruh juga terhadap kecepatan adopsi inovasi. Misalnya wilayah yang topografinya curam dan berbukit–bukit akan lebih sulit dibandingkan dengan wilayah yang datar. Sebutkan kelebihan dan kelemahan dari tahapan adopsi inovasi dari 5 tahap (klasik) dan 4 tahap (Rogers)! Tahap klasik (tahap sadar, tahap minat, tahap menilai, tahap mencoba, adopsi) o Kelebihan Kelebihan dari tahap ini ialah terdapat tahap percobaan dimana petani bisa melihat dari hasil percobaan yang dilakukan mengenai kesesuain inovasi yang yang akan di apdopsi. o Kekurangan Kekurangan dari tahapan adopsi inovasi ini ialah tidak semua proses tersebut di atas diakhiri dengan tahap adopsi, adakalanya berupa penolakan terhadap adopsi. Tahap rogers (tahap munculya pengetahuan, tahap persuasi, tahap keputusan, dan juga tahap konfirmasi) o Kelebihan Kelebihan dari tahapan rogers ini ialah terdapat tahapan konfirmasi yang mana pada tahap ini petani akan mencari informasi sebagai penguat keputusanya sehingga mereka dapat meneruskan keputusan yang sudah diambil pada tahap sebelumnya ataupun menolak adanya inovasi tersebut. o Kekurangan Kekurangan dari tahapan adopsi ini yaitu tidak ada tahap percobaan sehingga petani langsung pada tahapan keputusan. 2. Ringkasan Jurnal a. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Sebagai Alat Ekstensi Pertanian Menurut Rogers (1995), pada awalnya, sebuah inovasi diadopsi oleh sekelompok kecil orang / inovator, yang segera diikuti oleh mayoritas awal, yang kemudian disalin oleh mayoritas akhir, dll. Adopsi dianggap sebagai proses yang didorong oleh proses linier. Secara khusus, TIK adalah salah satu bidang utama teknologi masa depan untuk membuat kehadirannya sangat terasa di awal abad ke-21. Heeks (1999) mendefinisikan TIK sebagai “perekaman, pemrosesan, penyimpanan dan pelaporan alat elektronik”. TIK adalah mesin inovasi dan pengembangan teknologi. Selama dua puluh tahun terakhir, TIK telah berkembang secara dramatis yang mempengaruhi semua aktivitas sosial, ekonomi dan budaya. Mereka termasuk: peralatan komputer (komputer, terminal, printer, suku cadang penyimpanan elektronik, dll.), peralatan komunikasi dan perangkat lunak. Dalam waktu dekat, baik perubahan hubungan kerja maupun kualifikasi pekerja membuat perlunya optimalisasi kapasitas produsen untuk keterlibatan yang sukses dalam pengoperasian sistem pertanian sehingga menjadi produsen modern yang dapat mengatasi kondisi dan masalah saat ini. Pembangunan pertanian yang meningkatkan pendapatan pertanian dan memastikan keberlanjutan sumber daya alam dalam produksi merupakan pusat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan. TIK menawarkan berbagai peluang untuk manajemen pengetahuan dalam pembangunan pertanian. Internet dan aplikasinya berkontribusi dalam memfasilitasi aktifnya komunikasi, khususnya dalam meningkatkan kecepatan transfer data dan informasi secara internasional. Selain itu, kontribusi pertumbuhan internet dalam penciptaan desa dunia juga disebabkan oleh pengurangan biaya komunikasi serta transportasi data dan informasi dari satu ujung dunia ke ujung lainnya. Adopsi TIK di bidang pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor, beberapa di antaranya adalah jenis populasi pertanian, laju perkembangannya dan juga heterogenitas karakter individu. Selama bertahun-tahun, parameter sikap produsen terhadap adopsi inovasi berubah. Ini adalah fakta bahwa pada saat yang lebih baru dalam waktu produsen yang awalnya abstain kemudian memutuskan untuk mengadopsi teknologi ini. Penelitian dilakukan di Prefektur Pella yang terletak di Makedonia dan termasuk dalam wilayah Makedonia Tengah. Metodologi yang dilakukan pada penelitian ini sebagai kerangka pengambilan sampel ditentukan melalui daftar nominal. Kemudian, pada tingkat adopsi TIK diterapkan analisis statistik deskriptif melalui SPSS v.16.0. Selanjutnya Untuk penyelidikan statistik karakteristik individu dan sikap/pandangan dari produsen menggunakan metode analisis cluster dua langkah yang sedang digunakan ketika beberapa variabel bersifat kategoris atau diduga linier maka hubungan antar variabel. Dan yang terakir, untuk menyelidiki hubungan karakteristik produsen dalam klaster dan adopsi TIK lebih disukai, di setiap klaster, menggunakan metode regresi kategoris dimana metode ini merupakan perpanjangan dari teknik statistik klasik analisis regresi yang digunakan ketika beberapa variabel bersifat numerik (interval atau rasio) atau diduga bahwa hubungan antar variabel bersifat linier. Dari analisis statistik deskriptif diperoleh hasil bahwa untuk inovasi dasar yang dilakukan di wilayah Pella diamati tidak ada tindakan khusus. Ponsel digunakan oleh hampir semua produsen. Mayoritas produsen memiliki komputer, tetapi anggota rumah tangga yang menggunakannya terutama adalah anak-anak usia muda, anak-anak mereka. Sikap hati-hati terhadap teknologi baru oleh produsen ditafsirkan dalam beberapa cara oleh fakta bahwa mereka percaya arti inovasi secara langsung terkait dengan peningkatan biaya produksi. Berkenaan dengan faktor sosial, promosi sosial melalui adopsi teknologi baru mungkin memainkan peran bagi produsen. Sebagian besar dari mereka setuju bahwa inovasi berkontribusi pada kemudahan dan kenyamanan hidup, peningkatan efisiensi dan efektivitas produksi, hiburan, dan pengakuan profesional. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini juga menunjukkan perlunya memisahkan populasi produsen ke dalam klaster agar dapat dinilai secara lebih rinci parameter difusi inovasi di setiap klaster dan direklamasi adopsi kebijakan TIK yang lebih personal. Terakhir, dengan menggunakan analisis klaster dua langkah mengungkapakan bahwa produsen produsen di Prefektur Pella berperilaku berbeda, dalam hal tingkat adopsi TIK. b. Jurnal lain Evaluasi ICT (Information And Communication Technology) Literacy Petani Kedelai ICT merupakan alat penting untuk mendukung tersedianya informasi dan komunikasi yang relevan dan tepat waktu. Selain itu, ICT juga dapat memperbaiki aksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi yang secara positif yang dapat berdampak pada kualitas dan kuantitas produks. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh ISHS (The International Society for Horticultural Sciences), adopsi ICT pada petani memiliki berbagai hambatan diantaranya keterbatasan kemampuan, kesenjangan dalam pelatihan (training), kesadaran akan manfaat ICT, serta ketersediaan software. Hal ini sejalan dengan survei yang telah dilakukan oleh EFITA (European Federation for Information Technology in Agriculture), bahwa adanya perbedaan kecakapan penggunaan ICT merupakan salah satu faktor dalam kesenjangan pemahaman dalam pemanfaatan dari berbagai ICT yang bervariasi untuk meminimumkan hambatan pengapdosian ICT di sektor pertanian, maka perlu dilakukan evaluasi ICT petani. Evaluasi ICT petani pada penelitian ini menggunakan kasus petani kedelai di daerah Lampung. Selanjutnya hasil evaluasi ICT literacy petani kedelai ini digunakan untuk para pengembang ICT dalam meminimumkan perbedaan prefensi antara pengembang dan pengguna teknologi yang merupakan penyebab kegagalan dalam proses difusi teknologi. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah: 1) Perancangan kuesioner ICT literacy melalui survei berdasarkan framework ETS. 2) Data yang dikumpulkan menggunakan data primer dengan sampel yang diambil menggunakan Teknik convenience sampling dan menggunakan sebanyak 30 responden. 3) analisis data dilakukan secara deskrisptif berupa presentasi (%) dari setiap elemen ICT literacy. Para developer ICT di bidang pertanian yang akan menjadikan petani sebagai user utama dalam pengembangan aplikasi perlu melakukan evaluasi ICT literacy petani. Hal ini dikarenakan perbedaan prefensi antara pengembang dan pengguna teknologi merupakan penyebab kegagalan dalam proses difusi teknologi khususnya di bidang pertanian. Adapun responden yang diamati, yaitu petani mayoritas berumur cukup tua, 50% berpendidikan SMA, dan 67 % berpengalaman lebih dari 5 tahun. Sebanyak 73% petani yang diamati menggunakan HP, 13 % komputer dan 7% internet. Para petani memiliki kemampuan acsess, manage, integrate, evaluate dan create yang tinggi pada HP dibandingkan komputer dan internet. ICT proficiency petani dengan menggunakan HP, komputer dan internet adalah 59%, 21% dan 18%. Hal ini menunjukkan bahwa ICT dengan HP merupakan tool yang tepat untuk digunakan dalam penerapan ICT bagi petani.
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu