Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS PENGARUH HARGA KOMPETITIF, KINERJA PELAYANAN

DAN CITRA PERUSAHAAN TERHADAP MINAT BELI PADA UMKM


MAKANAN DAN MINUMAN DI PONTIANAK

1.1 Latar Belakang Penelitian


Seorang pemilik usaha yang ingin berkembang dan cepat mencapai sasaran
yang diharapkan harus dapat memuaskan keinginan konsumen dengan proses
pertukaran. Dan juga dengan adanya pemilik usaha pesaing lainnya yang menjadi
hambatan bagi pemilik usaha, maka dari itu pemilik usaha diharapkan untuk
memperkenalkan pemilik usahaya kepada masyarakat untuk mempermudah
proses penjualan produk dan mengungguli pesaingnya. Dalam pemasaran tersebut
dijelaskan bahwa memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen perlu adanya
proses pertukaran yang perlu dilakukan oleh pemilik usaha dalam penilaian
keberhasilan pemasaran. Agar pertukaran yang dilakukan sesuai dengan tujuan
pemilik usaha maka perlulah melaksanakan kegiatan promosi agar produk yang
dihasilkan dapat diketahui, menarik hati konsumen, dan mendorongnya untuk
segera memutuskan membeli produk yang ditawarkan. Dalam upaya
mempertahankan kelangsungan hidup pemilik usaha harus memperhatikan harga
kompetitif, kinerja layanan dan citra perusahaan untuk menarik minat para
konsumen untuk membeli.
Pemilik usaha harus memiliki informasi tentang harga kompetitif. Mereka
mungkin tidak hanya sebatas membuat daftar harga, tetapi juga terkait dengan
produk itu sendiri (baik tentang kualitas atau fiturnya). Itu memberi mereka
wawasan tentang alasan mengapa pesaing mengenakan harga yang relatif tinggi
atau rendah dan mengapa konsumen menyukainya (atau tidak). Pemilik usaha
menentukan harga di mana mereka mendapatkan keuntungan terbaik berdasarkan
pertimbangan produk atau layanan relatif terhadap persaingan. Mengamati seluruh
pemilik usaha mungkin tidak ekonomis. Beberapa pasar memiliki jumlah pemain

1
2

yang banyak sedangkan lainnya lebih sedikit. Oleh karena itu, pemilik usaha dapat
memilih untuk mendasarkan pada harga pesaing terdekat atau rata-rata industri.
Pemilik usaha kemudian memperhitungkan pergerakan berkala harga pesaing dan
menyesuaikan harga jualnya.
Kinerja layanan (service performance) adalah penilaian menyeluruh
pelanggan terhadap hasil pelayanan yang diberikan pemilik usaha, sehingga
kualitas jasa/pelayanan lebih tepat dan spesifik. Semakin Pemilik usaha tersebut
mampu menunjukkan kinerja layanan, maka akan semakin menambah tingkat
loyalitas pelanggan. Citra adalah persepsi konsumen tentang kualitas yang
berkaitan dengan merek atau pemilik usaha. Citra perusahaan menggambarkan
keseluruhan kesan yang dibuat publik tentang pemilik usaha dan produknya. Jadi
citra di pengaruhi oleh banyak faktor di luar kontrol pemilik usaha. Cira pemilik
usaha merupakan kesan objek terhadap pemilik usaha yang terbentuk dengan
memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber informasi yang
terpesaya. Citra perusahaan yang positif akan memberikan kemudahan bagi
pemilik usaha untuk berkomunikasi dan mencapai tujuan secara efektif
sedangkan citra perusahaan yang negative sebaliknya. Jika citra perusahaan yang
terlihat di berbagai media informasi dengan persepsi positif, maka akan
mempengaruhi keputusan untuk membeli semakin baik. Minat beli merupakan
tahapan dimana konsumen mencari informasi membandingkan dan memikirkan
tentang kemungkinan bahwa produk itu mampu memenuhi kebutuhannya. Dengan
kualitas pelayanan dan citra perusahaan yang dapat memuaskan para konsumen
akan memperkuat minat beli mereka.
3

1.2 Permasalahan
a. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya dapat
dilihat mengenai pentingnya peran variabel harga kompetitif, kinerja pelayanan
dan cita pemilik usaha terhadap minat beli pada UMKM makanan dan minuman
di pontianak. Namun, bagaimana peran dan prosesnya ketiga variabel tersebut
dalam meningkatkan minat beli masih belum jelas, sehingga diperlukan penelitian
lebih lanjut tentang hubungan antar variabel ini.
b. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka peneliti dapat
merumuskan permasalahan dalam pertanyaan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan harga kompetitif terhadap minat beli
pada UMKM makanan dan minuman di pontianak?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan kinerja pelayanan terhadap minat beli
pada UMKM makanan dan minuman di pontianak?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan citra perusahaan terhadap minat beli
pada UMKM makanan dan minuman di pontianak?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelittian


Tujuan penelitian yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh harga kompetitif terhadap minat beli pada UMKM
makanan dan minuman di pontianak.
2. Untuk mengetahui pengaruh kinerja pelayanan terhadap minat beli pada
UMKM makanan dan minuman di pontianak.
3. Untuk mengetahui pengaruh citra perusahaan terhadap minat beli pada UMKM
makanan dan minuman di pontianak.
4

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis
dan pemilik usaha adalah sebagai beriku:
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi penulis
yang akan menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang pentingnya
harga kompetitif, kinerja pelayanan dan citra perusahaan terhadap minat beli
suatu produk.
2. Bagi UMKM makanan dan minuman di pontianak
Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau digunakan sebagai
informasi, bahan masukan dan pertimbangan bagi UMKM makanan dan
minuman di pontianak dalam meningkatkan strategi pemasaran khususnya
melalui harga kompetitif, kinerja pelayanan dan citra perusahaan terhadap
minat beli.

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Harga Kompetitif
Hal utama yang perlu disadari oleh seorang pengusaha adalah bagaimana
menciptakan sebuah produk yang bermanfaat dan sesuai dengan harapan
konsumen. Bagi para konsumen, harga bukan hanya sekedar nilai tukar barang
atau jasa, tetapi konsumen selalu mengharapkan adanya timbal balik yang sesuai
antara manfaat produk yang akan mereka terima dengan pengorbanan yang
mereka keluarkan. Harga merupakan salah satu cara bagi seorang penjual untuk
membedakan penawarannya dari para pesaing. Sehingga penetapan harga dapat
dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi deferensiasi barang dalam pemasaran
(Indrasari 2019).
Harga menentukan tingkat dari suatu usaha, penentuan harga harus
memperhatikan beberapa hal yaitu kualitas produk yang dihasilkan oleh
5

perusahan, seberapa perolehan laba dari suatu pemilik usaha atas penetapan
harganya, dan tingkat kesanggupan atau kemampuan konsumen untuk
memperoleh hasil produksi (Hartono 2012). Ada empat ukuran yang mencirikan
harga yaitu keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas pelayanan,
kesesuaian harga dengan manfaat dan daya saing harga (Indrasari 2019).
1) Keterjangkauan harga
Konsumen bisa ,menjangkau harga yang telah ditetapkan oleh pemilik
usaha. produk atau jasa biasanya ada beberapa jenis dalam satu merek
harganya juga berbeda dari yang termurah sampai termahal.
2) Kesesuaian harga dengan kualitas pelayanan
Harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen orang
sering memilih harga yang lebih tinggi diantara dua barang karena mereka
melihat adanya perbedaan kualitas.
3) Kesesuaian harga dengan manfaat
Konsumen memutuskan menggunakan jasa jika manfaat yang dirasakan
lebih besar atau sama dengan yang telah di keluarkan untuk
mendapatkannya.
4) Daya saing harga
Konsumen sering membandingkan suatu harga dalam halini mahal
murahnya sangat dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan
menggunakan jasa tersebut.

2.1.2 Kinerja Layanan


Kinerja merupakan hasil kerja kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja juga dapat diartikan bagaimana
seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang
telah dibebankan kepadanya. Kinerja pelayanan sangat menentukan dalam suatu
6

kerberhasilan pemilik usaha dalam mempertahankan anggotanya, dan sangat


diperlukan dalam mencapai tujuan suatu pemilik usaha. Kinerja pelayanan yang
baik dan sesuai dengan tanggung jawab yang ada maka sangat berdampak positif
terhadap kelangsungan di suatu pemilik usaha.
Customer relationship management (CRM) adalah konsep bagaimana
sebuah pemilik usaha harus mampu berkomunikasi dengan pelanggan untuk
membangun ikatan emosional dan sosial sehingga pelanggan memiliki ikatan yang
kuat dengan pemilik usaha dan menjadi pelanggan yang loyal (Sumarwon dan
Tjiptono 2018). Kinerja merupakan prestasi yang dicapai karyawan dalam
melakukan pekerjaan atau tugasnya, kinerjanya diukur berdasarkan kemampuan,
skill dan attitude-nya pada setiap saat melaksanakan tugasnya (Fauzi dan
Nugroho, 2020: 5). Kinerja layanan (service performance) adalah penilaian
menyeluruh pelanggan terhadap hasil pelayanan yang diberikan pemilik usaha,
sehingga kualitas jasa atau pelayanan lebih tepat dan spesifik. Semakin Pemilik
usaha tersebut mampu menunjukkan kinerja layanan, maka akan semakin
menambah tingkat loyalitas pelanggan (Nugroho dan Sudaryanto 2013). Kualitas
pelayanan adalah kemampuan pemberi pelayanan dalam melayani pengguna
barang atau jasa tersebut. Ada lima dimensi yang dapat digunakan dalam kinerja
pelaynanan yaitu Reliabilitiy, Assurance, Tangibels, Empathy dan Responsiveness
(Mastarida, et al 2020).
1. Reliabilitiy: Kemampuan untuk melakukan layanan yang dijanjikan dapat
diandalkan dan akurat.
2. Assurance: Pengetahuan, kesopanan dan kemampuan karyawan untuk
menyampaikan kepercayaan dengan percaya diri.
3. Tangibels: Bukti fasilitas fisik, peralatan, Personel dan bahan komunikasi.
4. Empathy: Penydiaan pelayanan, perhatian, personalisasi yang bersifat
individual kepada pelanggan.
7

5. Responsiveness: kesediaan untuk membantu pelanggan dan memberikan


layanan yang cepat.

2.1.3 Citra perusahaan


Citra perusahaan merupakan salah satu aset terpenting yang selayaknya
harus terus menerus dibangun dan dipelihara. Citra yang baik merupakan
perangkat kuat, bukan hanya untuk menarik konsumen dalam memilih produk
atau pemilik usaha, melainkan juga dapat memperbaiki sikap dan kepuasan
pelanggan terhadap pemilik usaha. Citra merek atau citra perusahaan merupakan
suatu persepsi yang muncul didalam pikiran konsumen ketika mengingat suatu
merek dari produk tertentu (Firmansyah 2019). Ada beberapa elemen yang
mempengaruhi citra merek atau pemilik usaha, yaitu :
1. Kualitas atau mutu yang berkaitan dengan kualitas produk barang yang
ditawarkan dengan merek yang dibuat oleh pemilik usaha.
2. Dipercaya dan disenangi konsumen tentang produk yang dikonsumsi.
3. Berguna dan bermanfaat yang terkait dengan fungsi dari suatu produk.
4. Harga dalam hal ini berkaitan dengan banyak sedikitnya jumlah uang yang
dikeluarkan konsumen untuk membeli produk.
5. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa informasi yang
berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu.
Citra perusahaan berhubungan dengan fisik dan atribut yang berhubungan
dengan pemilik usaha seperti nama, bangunan, produk atau jasa, untuk
mempengaruhi kualitas yang dikomunikasikan oleh setiap orang supaya tertarik
dengan pemilik usaha. Citra merek memiliki beberapa indikator diantaranya yaitu
Recognition (Pengenalan), Reputation (Reputasi), Affinity (Daya tarik) dan
Loyality (Kesetiaan).
1. Recognition (Pengenalan), tingkat dikenalnya sebuah merek oleh
konsumen, jika sebuah merek tidak dikenal maka produk atau jasa dengan
8

merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga termurah seperti


pengenalan logo, tagline, desain maupun hal lainnya sebagai identitas dari
merek tersebut.
2. Reputation (Reputasi) merupakan suatu tingkat reputasi atau status yang
cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih memiliki track record yang
baik.
3. Affinity (Daya tarik), merupakan Emmotionsl Relationship yang timbul
antara sebuah merek dengan konsumennya hal tersebut dapat dilihat dari
harga, kepuasan konsumen dan tingkat asosiasi.
4. Loyality (Kesetiaan), menyangkut seberapa besar kesetiaan konsumen dari
suatu produk atau jasa yang menggunakan merek bersangkutan.

2.1.4 Minat Beli


Minat adalah suatu kecenderungan dalam suatu diri individu untuk tertarik
pada suatu objek atau menyenangi suatu objek, dapat juga dikatakan minat adalah
rasa ingin tahu seseorang terhadap sesuatu yang timbul dalam hati manusia. Minat
beli seseorang merupakan bagian dari motivasi seseorang untuk melakukan
pembelian atau adanya dorongan dari dalam diri seseorang yang membuat
seseorang bertindak dan bergerak dalam hal ini adalah tindakan untuk membeli
produk pada suattu pemilik usaha. Minat dalam penelitian ini diartikan sebagai
sebuah kecenderungan, kegairahan hati, dan motivasi yang mendorong seseorang
untuk melakukan apa yang mereka inginkan, serta minat juga merupakan suatu
rasa ketertarikan yang dimiliki setiap orang terhadap suatu produk atau jasa yang
diinginkan sehingga timbul rasa ingin mencoba dan menggunakan produk atau
jasa yang ditawarkan tersebut. Keputusan pembelian (purchase decision) adalah
tahap selanjutnya setelah adanya niat atau keinginan membeli, namun keputusan
pembelian adalah tidak sama dengan pembelian yang sebenarnya (actual
purchase). Ketika konsumen memilih untuk membeli suatu merek, mereka masih
9

harus melaksanakan keputusan dan melakukan pembelian yang sebenarnya


(Morissan 2010).

Minat pembelian merupakan pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang


disertai dengan perasaan senang terhadap barang tersebut, kemudian minat
individu dapat menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang
mempunyai manfaat sehingga individu ingin memiliki barang tersebut dengan
cara membayar atau menukar dengan uang (Priansa 2017). Sedangkan, proses
pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang
dipicu oleh rangsangan internal dan eksternal. Dengan rangsangan internal, seperti
rasa lapar dan haus yang menjadi dorongan atau kebutuhan yang tibul akibat
rangsangan eksternal.
Priansa (2017) adapun indikator yang digunakan untuk mengukur minat
beli yaitu minat transaksional, minat referensional, minat preferensial dan minat
eksploratif.
1. Minat Transaksional
merupakan kecendrungan anggota untuk selalu membeli produk (barang
dan jasa) yang dihasilkan pemilik usaha, ini didasarkan atas kepercayaan
yang tinggi terhadap pemilik usaha tersebut.
2. Minat Referensial
merupakan kecendrungan anggota untuk mereferensikan produknya
kepada orang lain. Minat tersebut muncul setelah anggota memiliki
pengalaman dan informasi tentang produk tersebut.
3. Minat Preferensial
merupakan minat yang mengambarkan perilaku anggota yang memiliki
preferensi utama terhadap produk-produk tersebut. preferensi tersebut
hanya dapat digantikan jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
4. Minat Eksploratif
10

merupakan minat yang mengambarkan perilaku anggota yang selalu


mencari informasi mengenai produk yang di minatinya dan mencari
informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

2.2 Kerangka Konseptual


2.2.1 Defenisi Variabel
1. Harga Kompetitif
Harga merupakan hal yang penting bagi produsen dan konsumen, bagi
seorang produsen harga akan mampu memberikan keuntungan bagi pemilik usaha
melalui hasil penjualan produk, sedangkan bagi pihak konsumen melalui harga
yang pantas, konsumen berharap dapat memperoleh keuntungan atau kepuasan
harga yang kompetitif, dimana harga tersebut dipandang layak oleh calon
konsumen karena sesuai dengan manfaat produk dan terjangkau, serta diharapkan
mampu bersaing dengan harga produk dari pemilik usaha lain. Melalui harga
yang kompetitif, sebuah produk akan memperoleh nilai lebih dimata konsumen
yang kemudian akan menjadi poin penting dalam mempengaruhi minat beli
konsumen.
2. Kinerja Layanan
Kinerja layanan adalah kinerja dari pelayanan yang diterima oleh
masyarakat dan menilai kualitas dari pelayanan yang benar-benar dirasakan.
Kinerja layanan adalah penilaian menyeluruh masyarakat terhadap hasil pelayanan
yang diberikan, sehingga kualitas pelayanan lebih tepat dan spesifik. Layanan
yang diterima oleh masyarakat akan dipersepsikan sebagai suatu yang baik,
standar, atau buruk.
3. Citra perusahaan
Citra perusahaan merupakan kesan objek terhadap pemilik usaha yang
terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber
informasi yang terpercaya. Citra perusahaan merupakan suatu unsur yang melekat
11

pada sebuah produk atau jasa yang selalu menjadi gambaran umum tentang
produk atau jasa tersebut. Citra perusahaan berhubungan dengan fisik dan atribut
yang berhubungan langsung dengan pemilik usaha seperti nama, bangunan,
produk atau jasa, nama baik, reputasi atau keahlian pemilik usaha, hal ini
merupakan faktor yang sering menjadi perbandingan atau pertimbangan untuk
menentukan keputusan membeli pada masyarakat.
4. Minat Beli
Minat beli merupakan suatu rangsangan yang diberikan oleh suatu pemilik
usaha baik produk atau jasa untuk menarik daya beli dari konsumen dan hasilnya
diharapkan dapat dirasakan langsung oleh konsumen. Minat beli terjadi karena
keinginan yang muncul dalam diri konsumen terhadap suatu produk sebagai
dampak dari suatu proses pengamatan dan pembelajaran konsumen terhadap suatu
produk. Konsumen yang mempunyai minat untuk membeli suatu produk
menunjukkan adanya perhatian dan rasa senang terhadap produk yang kemudian
diikuti dengan realisasi yang berupa perilaku membeli.

2.2.2 Keterkaitan Antar Variabel


Sebelum anggota melakukan keputusan membeli, terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi seperti harga kompetitif, kinerja pelayanan dan citra
perusahaan. Kinerja layanan yang baik dan memuaskan konsumen akan dapat
meningkatkan daya beli konsumen. Citra perusahaan akan mempergaruhi minat
beli konsumen karena citra perusahaan yang baik akan meningkatkan minat beli
para konsumen dan sebaliknya. Sedangkan citra perusahaan yang memilki nama,
bangunan, produk atau jasa, nama baik, reputasi atau keahlian pemilik usaha yang
baik akan meningkatkan minat beli konsumen. Pada dasarnya masyarakat akan
mencari informasi terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli di
Showroom UMKM makanan dan minuman di pontianak yaitu mencari informasi
12

produk atau jasa yang ditawarkan oleh Showroom jika produk atau jasa yang
ditawarkan menarik maka akan mempergaruhi keputusan membeli konsumen.

2.3 Gambaran Model Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian empiris antara variable harga kompetitif,


kinerja pelayanan dan citra perusahaan terhadap minat beli pada UMKM makanan
dan minuman di pontianak. Kerangka pemikiran ini disusun dengan harapan dapat
memberikan alur berpikir dalam penyusunan hipotesis penelitian dan pembahasan
penelitian. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh harga kompetitif, kinerja pelayanan dan citra perusahaan terhadap minat
beli pada UMKM makanan dan minuman di pontianak. Maka apabila
digambarkan dalam bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut:

Harga Kompetitif
(X1)
H1

Kinerja Pelayanan Minat Beli


(X2) H2 (Y)

H3
Citra Perusahaan
(X3)

Sumber : Data Olahan 2022


13

Gambar 1.1 Model Penelitian

Dari gambar 1.1 dijelaskan bahwa kerangka penelitian di atas


menggambarkan antar variabel yang saling berpengaruh, dapat diketahui dari
gambar tersebut bahwa variabel bebas pertama (X 1) yaitu harga kompetitif,
variabel bebas kedua (X2) yaitu kinerja pelayanan, dan variabel bebas ketiga (X3)
yaitu citra perusahaan, sedangkan variabel terikat (Y) yaitu minat beli pada
UMKM makanan dan minuman di pontianak.

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap sebuah rumusan
masalah penelitian, dan rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta empiris.
1. Hubungan Variael Harga Kompetitif Terhadap Minat Beli
Dalam persaingan bisnis, terutama dalam pangsa pasar yang menjual
produk yang sama, ditetapkan harga yang dapat bersaing antar pemilik usaha
dalam pangsa pasar tersebut berdasarkan daya beli konsumen. Dimana minat beli
yang tinggi dapat dibentuk oleh adanya harga yang ditawarkan oleh penyedia jasa
atau produk. Setiap peningkatan harga maka akan mengakibatkan meningkatnya
keputusan konsumen untuk melakukan pembelian konsumen. Dengan demikian,
apabila ingin meningkatkan minat beli konsumen, maka sangat perlu untuk
memperhatikan faktor peningkatan harga dengan memperbaiki yang masih kurang
dan meningkatkan yang sudah baik. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Reven
dan Ferdinand (2017: 5), hasil penelitian menjukan bahwa semakin kompetitif
harga, semakin mantap minat beli.
H1 : Harga kompetitif berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat
beli pembelian pada UMKM makanan dan minuman di pontianak.
14

2. Hubugan Kinerja Layanan Terhadap Minat Beli


Kualitas jasa atau pelayanan lebih tepat dan spesifik, ketika perusahan
mampu menunjukan kinerja pelayanan yang baik. Pemilik usaha harus dapat
mewujudkan kualitas yang sesuai dengan syarat yang dituntut oleh pelanggan.
Dengan kata lain, kualitas adalah kiat secara konsisten dan efisien untuk memberi
pelanggan apa yang diinginkan dan diharapkan oleh pelanggan. Semakin baik dan
memuaskan tingkat pelayanannya maka akan semakin bermutu usaha tersebut
begitu pula sebaliknya. Sehingga usaha untuk meningkatkan pelayanan selalu
dilakukan agar dapat memaksimalkan kualitas jasa. Berdasarkan penelitian
terdahulu oleh Ramadhan dan Santosa (2017: 5), hasil penelitian menunjukan
bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap minat beli.
H2 : Kinerja pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat
beli pada UMKM makanan dan minuman di pontianak.

3. Hubungan Variabel Citra perusahaan Terhadap Minat Beli


Konsumen dengan dengan persepsi citra merek yang positif terhadap
produk lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian karena citra merek yang
positif menjadi referensi utama bagi konsumen dalam keputusannya membeli
produk. Konsumen yang memperoleh pengalaman yang memenuhi harapannya
dan merasa puas atas pelayanan yang diterimanya akan memiliki sikap positif
terhadap sebuah produk. Sikap konsumen ini akan menunjukkan proses pembelian
di masa yang akan datang yaitu dengan melakukan konsumsi ulang atau
menceritakan kepada orang lain. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Ramadhan
15

dan Santosa (2017: 5), hasil penelitian menunjukan bahwa citra merek
berpengaruh positif terhadap minat beli.
H3 : Citra perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat
beli pada UMKM makanan dan minuman di pontianak.

2.5 Definisi Operasional

Tabel 2.2
Variabel dan Indikator
Variabel Definsi Operasional Indikator Sumber
Harga Harga merupakan salah satu 1. Keterjangkauan harga. Indrasari
kompetitif cara bagi seorang penjual untuk 2. Kesesuaian harga (2019)
(X1) membedakan penawarannya dengan kualitas
dari para pesaing. Sehingga pelayanan.
penetapan harga dapat 3. kesesuaian harga
dipertimbangkan sebagai bagian dengan manfaat.
dari fungsi deferensiasi barang 4. Daya saing harga.
dalam pemasaran.
Kinerja Kinerja layanan adalah kualitas 1. Reliability Mastarida
pelayanan dari pelayanan yang benar-benar 2. Assurance ,et al
(X2) konsumen rasakan didapat dari 3. Tangibels (2020)
suatu kinerja pemilik usaha. 4. Empathy
5. Responsiveness

Citra Citra perusahaan berhubungan 1. Recognition Indrasari


perusahaan dengan fisik dan atribut yang (pengenalan) (2019)
(X3) berhubungan dengan pemilik 2. Reputation (reputasi)
usaha seperti nama, bangunan, 3. Affinity
produk atau jasa, untuk (daya tarik)
mempengaruhi kualitas yang 4. Loyality (kesestiaan)
dikomunikasikan oleh setiap
orang supaya tertarik dengan
pemilik usaha.
Minat beli minat pembelian merupakan 1. Minat transaksional Priansa
(Y) pemusatan perhatian terhadap 2. Minat referensial (2017)
sesuatu yang disertai dengan 3. Minat prefensial
perasaan senang terhadap 4. Minat eksploratif
barang tersebut, kemudian
minat individu dapat
16

menimbulkan keinginan
sehingga timbul perasaan yang
mempunyai manfaat sehingga
individu ingin memiliki barang
tersebut dengan cara membayar
atau menukar dengan uang.

3.1 Bentuk Penelitian


Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
kausalitas. Penelitian kausalitas melihat hubungan variabel terhadap objek yang
diteliti bersifat sebab dan akibat, sehingga dalam penelitiannya ada variabel
independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap dependen. Sedangkan Sugiyono, (2017:
11) menyatakan bahwa penelitian kausal digunakan untuk melihat hubungan yang
bersifat sebab dan akibat antara variabel bebas dan terikat. Penulis ingin
mengetahui hubungan sebab dan akibat antara variabel harga kompetitif, kinerja
pelayanan dan citra perusahaan terhadap minat beli pada UMKM makanan dan
minuman di pontianak.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang di pelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono,
2017: 80). Populasi yang diperoleh berdasarkan data yang diterima dalam
17

penelitian ini merupakan konsumen UMKM makanan dan minuman di pontianak


tahun 2020 berjumlah 1.241 konsumen.
3.2.1 Sampel
Sampel penelitian adalah bagian yang memberikan gambaran secara
umum dari populasi (Riyanto dan Hatmawan 2020: 12). Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin memperlajari semua yang ada dipopulasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representative (mewakili). Teknik pengambilan sampel
ditentukan dari rumus berikut (Ferdinan, 2014) N= (25 x Jumlah variabel
independen) = 25 x 3 = 75 sampel. Dari perhitungan tersebut, maka di peroleh
jumlah sampel mninimal sebanyak 75 responden. Beberapa pedoman yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk menentukan besarnya sampel penelitian yang baik
berkisar antara 100 sampai 200 sampel. Maka dari itu penulis menentukan sampel
sebanyak 125 sampel.
Setelah peneliti menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, maka langkah berikutnya adalah menentukan bagaimana cara menarik
125 responden untuk dijadikan sebagai sampel. Metode pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang
diperlukan. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mendatangi secara langsung showroom UMKM makanan dan minuman di
pontianak guna memperoleh responden. Peneliti meminta secara langsung
kesediaan dari para calon pembeli pada showroom UMKM makanan dan
minuman di pontianak untuk meluangkan sedikit waktu guna mengisi kuesioner.
Selain itu, peneliti juga meminta bantuan kepada para teman yang berprofesi
sebagai sales penjualan di showroom UMKM makanan dan minuman di pontianak
18

untuk ikut serta ketika mendatangi para calon konsumen yang berminat untuk
membeli produk.

1.3 Jenis dan Sumber Data


3.3.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian
dilakukan. Data primer diperoleh dari pihak manajemen UMKM makanan dan
minuman di pontianak berupa data jumlah volume penjualan serta hasil kuesioner
yang disebarkan kepada konsumen UMKM makanan dan minuman di pontianak.
3.3.2 Data Skunder
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan dan penulis mengumpulkan data
sekunder dengan mengunjungi perpustakaan, toko buku dan jaringan internet
untuk memeproleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012: 142). Kuesioner atau angket secara umum
dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab sesuai bentuk
angket oleh responden. Peneliti akan menyusun pertanyaan sesuai indikator dari
setiap variabel penelitian dan menyebarkan kepada responden yang dimana dalam
penelitian ini yaitu konsumen UMKM makanan dan minuman di pontianak.
19

3.4.2 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2012: 137).
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti
atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang
akan diperoleh. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan
topik penelitian ini kepada manajer UMKM makanan dan minuman di pontianak
dan kepada responden dalam rangka mendapatkan informasi dan data penelitian
ini.
3.4.3 Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau
wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi
tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono,
2012: 145).

3.5 Teknik Analisis Data


Bentuk penelitian yang digunakan bersifat deskriptif, yaitu
menggambarkan keadaan yang sebenarnya berdasarkan data dan fakta yang ada
pada saat penelitian dilakukan. Sumber data dalam penelitian ini adalah data
primer, data primer adalah wawancara dan hasil kuesioner yang dibagikan pada
responden yaitu konsumen PT Gemilang erlian Indah Sintang. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan teknik analisis kualitatif, dimana hasil pengisian
pengisian kuesioner dikumpulkan, ditabulasi, dan dijabarkan. Untuk pengolahan
data kuesioner penulis menggunakan rating scale. Rating Scale yang digunakan
dimulai dari angka indeks 10 sampai 100. Dengan menggunakan kriteria tiga
20

kotak (three-boxmethod), maka rentang sebesar 90 akan dibagi tiga sehingga


menghasilkan rentang sebesar 30 yang digunakan sebagai alat ukur dalam nilai
indeks (Ferdinand, 2014:231), dengan penjelasan sebagai berikut:
10,00 - 40,00 = Rendah
40,01 - 70,00 = Sedang
70,01 - 100 = Tinggi
Tidak Setuju Setuju
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat analisis Stastical Package


for Social Sciences (SPSS). SPSS adalah suatu program khusus pengolahan data
untuk analisis statistik. Berikut tahap-tahap untuk membantu perhitungan
penelitian:

A. Uji Validitas dan Uji Reabilitas


Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2012: 267).
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas
menggunakan analisis korelasi pearson, keputusan mengetahui valid tidaknya
butir instrumen. Jika pada tingkat signifikan 5% nilai r hitung > r tabel maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen valid.
Cara pengujian validitas dengan menghitung korelasi antara skor masing-
masing pertanyaan dan 56 skor total dengan menggunakan rumus korelasi
Product Moment atau r hitung dengan nilai kritisnya dan rumus Product Moment
menurut Sugiyono (2017: 183) adalah:
21

rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment


N = Banyaknya responden
𝛴X = Jumlah seluruh skor X
𝛴Y = Jumlah seluruh skor Y
𝛴XY = Jumlah hasil perkalian skor X dan skor Y

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang


merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu kewaktu (Ghozali, 2013: 47). Selanjutnya, hasil dari
pengukuran dibandingkan dengan pertanyaan lain menggunakan uji statistik
Cronbach’s Alpha (α) > 0,70 . Tujuan uji reliabilitas adalah untuk mengetahui
apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan hasil pengukuran yang tetap
konsisten jika dilakukan pengukuran ulang. Butir pertanyaan dikatakan reliabel
handal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten.

r = Nilai reliabilitas
𝑟𝑏 = Korelasi pearson product moment antara belahan pertama (ganjil) dan
belahan kedua (genap), batas reliabilitas minimal 0,7.

B. Analisis dan pembahasan


Penelitian ini bersifat kuantitatif dimana data yang dihasilkan akan
berbentuk angka. Dari data yang didapat dilakukan analisis dengan menggunakan
22

aplikasi pengolah data SPSS. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis
pengaruh harga kompetitif, kinerja pelayanan dan citra perusahaan terhadap minat
beli pada UMKM makanan dan minuman di pontianak. Dengan tujuan yang
didasarkan, data dikumpulkan dengan kuesioner sebayak 125 responden yang
telah menjadi konsumen UMKM makanan dan minuman di pontianak, kuesioner
dilakukan secara tertutup dengan skala likert 1 sampai 10. Penelitian ini
menggunakan tiga variabel bebas yang terdiri dari harga kompetitif, kinerja
pelayanan dan citra perusahaan serta memiliki variabel terikat yaitu minat beli.
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yang
dipergunakan dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh model
analisis yang tepat. Model analisis regresi penelitian ini mensyaratkan uji asumsi
terhadap data yang meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal uji normalitas.
Pada uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji One Sample
Kolmogorov Smirnov yaitu dengan ketentuan apabila nilai signifikansi diatas 5%
atau 0,05 maka data memiliki distribusi normal. Sedangkan jika hasil uji One
Sample Kolmogorov Smirnov menghasilkan nilai signifikan dibawah 5% atau
0,05 maka data tidak memiliki distribusi normal. Data dikatakan normal, jika nilai
signifiakan (p-value) untuk setiap variabel yang dianalisis lebih besar dari 0.05
(Tungga, Saputra dan Vijaya, 2014: 121).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel independennya. Uji
23

multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan nilai Tolerance dan VIF.


Nilai cotoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
adalah Tolerance de 0.10 atau nilai VIF ee 10, maka diindikasikan model regresi
memiliki gejala multikolinearitas (Tungga, Saputra dan Vijaya, 2014: 121).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedatisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedatisitas atau tidak terjadi heteroskedatisitas (Tungga,
Saputra dan Vijaya, 2014: 121). Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y secara acak, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas atau model homokedastisitas”.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji autokorelasi dalam
penelitian ini dilakukan pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (uji DW)
dengan melihat besarnya koefisien DW-test dibandingkan dengan nilai DW pada
kriteria pengukuran autokorelasi (Tungga, Saputra dan Vijaya, 2014: 121).
Dikatakan terjadi korelasi apabila nilai Du < DW < 4 – Du, untuk model regresi
yang baik adalah pada model regresi yang bebas dari autokolerasi. Apabila nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 5% atau 0,05, maka untuk H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal tersebut berarti data residual terjadi secara tidak acak (sistematis).
Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 5% atau 0,05, maka untuk H0
diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut berarti data residual terjadi secara acak
(random).
24

2. Analisis Koefisien Korelasi


Analisis korelasi adalah suatu teknik statistika yang digunakan untuk
mengetahui tingkat hubungan linier antara variabel yang satu dengan yang lain
(Susanti, Sukmawaty dan Salam, 2019: 49).
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel bebas dengan asumsi
sebagai berikut:
1. Jika hasil R mendekati angka nol (0), maka hubungan variabel bebas
semakin lemah terhadap variabel terikat.
2. Jika hasil R mendekati angka satu, maka pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat semakin kuat.

3. Uji koefisien Determinasi (R2)


Koefisien Determinansi (R2) digunakan untuk melihat sejauh mana
keseluruhanva riabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah 0 dan 1.
ApabilaR2mendekatisatu, berartivariabel-variabelin dependen memberikan
hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variabel
dependen. Dengan kata lain, semakin kecil nilai R2 berarti kemampuan variabel-
variabel independent sangat terbatas. Koefisien determinasi (R 2) mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat
(Sugiyono, 2015: 275). Nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤R²
≤1). Semakin besar R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi
tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel bebas secara keseluruhan tidak
dapat menjelaskan variabel terikat.

a ₁ Σ ₁Y + a ₂ Σ ₂Y
R2yxix2=
ΣY ²
25

4. Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis linear berganda pada dasarnya merupakan perluasan dari regresi linear
sederhana, yaitu menambah jumlah variabel bebas yang sebelumnya hanya satu
menjadi dua atau lebih variabel bebas (Sanusi, 2011: 134).

5. Uji F
Uji statistik F digunakan untuk menguji apaka variabel independen yang
dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel independen. Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas statistik dengan level signifikansi yang
ditetapkan peneliti sebelumnya. Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5
persen atau derajat kebebasan 95 persen. Dengan demikian, apabila nilai
probabilitas statistik lebih kecil dari 5 persen, maka model dapat digunakan untuk
memprediksi pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen (Tungga, Saputra dan Vijaya, 2014: 122). Kriteria pengambilan
keputusannya dengan dengan dasar sebagai berikut:
1. Jika tingkat signifikan < α 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat.
2. Sementara apabila tingkat signifikan > α 0,05, maka tidak dapat dikatakan
bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
2
R /K
FH = 2
(1−R )/(N−K −I )
Keterangan :
Fh = Harga F untuk garis regresi
K = Jumlah variabel independen
N = Jumlah anggota sampel
R = Koefisien korelasi ganda
26

6. Uji t
Uji statistik t digunakan untuk menguji apakah variabel independen yang
dimasukkan kemodel mempunyai pengaruh secara individual (parsial) terhadap
terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan
membandingkan dengan nilai probabilitas statistik dengan level signifikansi yang
telah ditetapkan peneliti sebelumnya. Peneliti ini menggunakan tingkat
signifikansi 5 persen. Dengan demikian, apabila nilai probabilitas statistik lebih
kecil dari 5 persen, maka model dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh
variabel independen secara individual terhadap (parsial) variabel dependen
(Tungga, Saputra dan Vijaya, 2014: 122). Pengujian dilakukan dengan
menggunakan signifikansi level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan
hipotesis dilakukan dengan kriteria :
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti variabel independen mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.

Keterangan:
t hitung = nilai t
r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah sampel

Anda mungkin juga menyukai