Anda di halaman 1dari 4

Teori Sumur

Sumur adalah sebuah tempat mata air yang didapatkan melalui penggalian tanah hingga muncul
nya iar bersih dari kedalaman tanah. Sumur dibuat dengan cara mengaplikasikan teknik
konservasi, membuat kontruksi tampungan air berbentuk seperti lubang. Dalam penggalian
sumur agar mendapatkan sumber mata air yang bersih biasanya penggalian mencapai kedalaman
7 hingga 10 meter dari permukaan tanah, sehingga keberadaannya harus dijaga dan dihindarkan
dari hal yang bisa membuatnya tercemar. Seperti sampah, dan kotoran=kotoran lainnya.

Sumur pada umumya berbentuk bulat atau lobang yang lumayan besar dan di bentuk tembok
membulat dipinggirnya. Kegunaannya adalah untuk mengambil air bersih, untuk kehidupan
sehari-hari masyarakat sekitar. Air sumur biasanya diambil dengan cara ditimba dan dikerek
dengan sebuah ember, ada juga yang memakai pompa modern bertenaga listrik. Sumur yang
sudah memakai pompa modern biasanya terdapat di daerah perkotaan. Sumur modern biasanya
disebut dengan sumur bor karena pembuatan sumur tersebut dengan cara pengeboran, lalu airnya
disedot dengan peranti listrik yang disebut dengan pompa air. (Teknisi, Pompa Air (03-10-
2018). "Membuat Sumur Bor". pompair.com.).

Adapun sumur gali adalah penyerap dan penampung air tanah yang digunakan sebagai sumber
air baku untuk air bersih. Sumur gali biasanya sangat berpengaruh terhadap musim, jika musim
kemarau kemungkinan airnya berkurang bahkan kering, jika musim hujan sumur galian biasanya
airnya penuh. Untuk partisipasi musim kemarau sumur gali itu diperdalam sampai lapisan yang
mengandung air. Air sumur gali merupakan sumber penyediaan air bersih bagi masyarakat
dipedesaan, maupun diperkotaan walau ditdak banyak. Sumur galian menyediakan air yang
berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, dengan itu air sumur gali
ini mudah terkontimidasi melalui rembesan yang berasal dari kotoran manusia, hewan, sampai
keperluan domestik rumah tangga.

Teori Makam

Makam ialah kata yang berasal dari bahasa Arab maqam yang berarti tempat, status, atau hirarki.
Sedangkan tempat penyimpanan jenazah (orang yang sudah meninggal) dalam bahasa Arab
disebut dengan qadr, namun lidah nya masyarakat jawa tidak bisa menyebut qadr dengan benar,
tetapi menyebut nya menjadi kubur dan dikenal dengan kuburan. Akhirnya istila kuburan dipakai
oleh orang Indonesia sebagai penyebutan tempat menguburkan orang yang sudah wafat. Makam
diistilahkan sebagai tempat penguburan bagi orang yang sudah meninggalkan dunia, jasad
manusia yang telah meninggal dikubur di dalam tanah yang kedalaman nya sekitar 3 meter.
Jasad manusia yang dikuburkan dalam tanah yang terlebih dahulu dilaksanakan tata upacara
berdasarkan agama dan budayanya masing-masing.

Makam menjadi tempat perhatian bagi umat manusia khusus nya kaum muslimin, biasanya
menganggap makam yang membawa berkah ialah makam seseorang yang semasa hidup nya
mengabdi kepada Allah. Kelompok orang-orang tersebut adalah para nabi, ulama, para mujahid.
Kelompok orang-orang tersebut adalah pilihan Allah yang sangat mengabdi kepada tuhan-Nya.
Pada hakekatnya makam adalah tempat untuk mengingatkan akan kematian, dalam ajaran Islam
makam juga dianjurkan untuk berdoa agar orang yang dimakamkan dapat diampuni. Dalam
makam juga kita sebagai peziarah (orang yang mengungjungi makam) dianjurkan agar tidak
melakukan hal-hal yang melanggar peraturan agama, seperti bermain di makam, merusak
makam, dan melakukan maksiat dalam area tersebut. Apa lagi makam orang-orang yang
dianggap keramat dalam kehidupannya.

Kata ziarah sendiri berasal dari bahasa Arab ziyarah yang secara harfiah artinya berkunjung atau
mengunjungi, baik kepada orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Sedangkan
secara umum kata ini menunjukkan pada serangkaian aktivitas mengunjungi makam orang yang
sudah meninggal yang semasa hidupnya taat mengabdi kepada Allah, seperti makam nabi, wali
Allah, orang-orang Sholeh, dan lainnya. Legalitas ziarah dengan maksud tersebut dapat difahami
dari hadits shahih riwayat Muslim, al-Tirmidzi. Hadits riwayat Muslim menyebutkan bahwa
Rasulullah bersabda, “Aku dulu melarang ziara kubur, sekarang berziarahlah kalian”. Riwayat
al-Tirmidzi menyatakan, “Aku dulu melarang kalian ziarah kubur, dan Muhammad sudah
diizinkan menziarahi kubur ibunya, maka berziarahlah kalian, karena hal tersebut dapat
mengingatkan pada akhirat”.
Dari hadist tersebut atau perkataan nabi Muhammad diatas dapat diketahui bahwasannya ziarah
merupakan panggilan agama untuk mengingatkan pada dua hal, yaitu kehidupan orang yang
diziarahi, mengingatkan kita apa saja perbuatan kita selama masa hidup didunia ini, dan
mengingatkan kita kepada kematian. Dengan mengunjungi makam para wali (orang-orang yang
taat pada perintah Allah), melihat situs dan peninggalan sejara mereka. dapat diharapkan ada
kesadaran peziarah sehinggal memunculkan kekuatan baru dalam beragama, dengan berkah
tersebut dapat memberi arah, motivasi dan akhirnya tumbuh kesadaran secara penuh untuk patuh
dan taat dalam menjalankan kuasa Ilahai. (Purwadi, dkk, Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, (Jakarta;
Buku Kompas, 2006), Cet. I,) (Syaikh Ja’far Subrani, Tawassul Tabarruk Ziarah Kubur Karomah Wali,
(Bandung: Mizan, 1995), 55).

Teori Naskah Kuno


Naskah kuno adalah salah satu peninggalan budaya yang bersejarah di setiap bangsa di dunia.
Dalam KBBI kata naskah berarti karangan yang ditulis dengan tangan, kata naskah ini juga
berasal dari bahasa Arab diistilahkan dengan makhthuthath untuk bentuk tunggalnya na. Dengan
ini disebut dengan naskah, naskah dalam pengertiannya adalah semua peninggalan tertulis yang
ditulis dengan tangan pada masalalu, baik pada kertas, lontar, kulit kayu, maupun rotan. Naskah
berupa benda budaya yang berupa hasil-hasil karangan dalambentuk tulisan tangan atau ketikan
yang telah berusia lima puluh tahun lebih. Naskah-naskah yang dapat kita temukan pada
umumnya bukan naskah asli atau arkeripe, melainkan berupa salinan. Bahkan tidak jarang
naskah berupa salinan yang kesekian kalinya dalam melestarikannya.
Naskah juga sumber yang menjanjikan bagi suatu penelitian, tentunya bagi yang tau cara
membacanya atau menafsirkannya. Naskah bisa disebut juga sebuah ‘jalan pintas’ istimewa
(privileged shotcut access), untuk mengetahui khazanah intelektual dan sejarah sosial, kehidupan
masyarakat di masa lalu. Naskah kuno banyak yang berisikan informasi dan pengetahuan
masyarakat zaman dahulu yang diturunkan secara tutun-menurun dari dulu hingga sekarang.
Warisan budaya berupa naskah bermacam-macam bentuknya dan tersebar diseluruh Indonesia,
dengan ditulis memakai beragam bahasa dan akrasa. Bahasa yang ditulis di naskah kuno
biasanya identik dengan tempat naskah itu ditulis, seperti bahasa sunda di wilayah Jawa Barat,
bahasa Jawa di wilayah Jawa Tengan dan Timur, bahasa Melayu disekitar wilayah Sumatera
Uatara dan Kalimantan Utara, dan bahasa lainnya yang disesuaikan dengan bahasa di wilayah
masyarakatnya.
Naskah sendiri berbeda dengan teks, naskah merujuk pada bentuk dokumen kuno yang usianya.
Sedangkan teks adalah tulisan yang terkandung didalam dokumen tersebut, yang usianya masih
baru. Sebuah naskah bisa jadi mengandung satu atau lebih teks, dan bahkan bisa berisi topic atau
bidang keilmuan yang sama sekali berbeda satu dengan lainnya. Ini sangat memungkinkan
karena pada masa lalu, sebelum kemudian membubuhkan dokumen atau informasi apapun yang
mereka miliki dan ingin mereka abadikan dalam bentuk tulisan. Naskah kuno sebagai dokumen
produk masyarakat sejak ratusan tahun lalu, menyimpan ragam informasi dan kearifan local yang
menggambarkan sejarah kebinekaan Indonesia, ada lebih dari 20 bahasa daerah yang digunakan.
Naskah kuno juga banyak yang dituliskan dengan tulisan Arab pegon, Sunda kuno, Jawa Sunda,
dan Arab latin. Naskah-naskah yang bertulisan Arab pegon banyak ditemukan diberbagai daerah
di Indonesia, keberadaan naskah Arab pegon tidak lepas dari masuknya agama Islam ke
Indonesia. Lahirnya naskah kuno berkaitan dengan kecakapan baca tulis atau dengan pengenalan
huruf. Ekadijati mengkategorikan naskah sunda ke dalam tiga periode, yakni masa kuna (masa
sekitar abad ke-17 dan sebelumnya), masa peralihan (sekitar abad ke18 Masehi), dan masa baru
(sekitar abad ke-19 dan 20).Adapun naskah yang digunakan di antaranya tercatat menggunakan
daluang, dan lontar, daun nipah, kulit kayu, bambu, dan rotan.
Arab pegon adalah tulisan aksara huruf Arab tanpa lambang atau tanda baca (harokat). Dalam
kamus Jawa-Indonesia, pegon berarti tidak mengucapkan, dengan kata lain pegon yaitu gundhul
atau polos. Arab pegon ini banyak digunakan oleh kalangan para santri untuk menuliskan
terjemahan mmaupun memaknai kitab kuning, dengan menggunakan bahasa tertentu. Arab
pegon sebenarnya istilah yang digunakan oleh orang jawa, tulisannya arab tetapi bacaanya
berbahasa jawa. Sedangkan untuk daerah Sumatera disebut dengan aksara Arab-Melayu, jadi
huruf Arab pegon di daerah Sumatera disebut dengan aksara Arab Melayu, jenis tulisannya Arab
tetapi menggunakan bahasa lokal Melayu.
Dapus:
Oman Fathurahman, dkkk.,Filologidan Islam Indonesia (Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Puslitbang
Lektur Keagamaan Agama Islam, 2010), h. 4.

8S.W.R. Mulyadi, Naskah dan Kita (Fakultas Sastra Universitas Indonesia Depok, 1991), h. 293

0Gio David Widiesha, 2013, “Pribadi Rasa Pangrasa Sorangan”, Skripsi, Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia, hlm 1

Dinar Puspita Dewi, 2014, “Preservasi Naskah Kuno (Sejarah Pada Perpustakaan Reksa Pustaka Pura
Mangkunegaran Surakarta)”, Tesis, Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, hlm.
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer Arkola, Surabaya, 1994, hlm.579.

Anda mungkin juga menyukai