Anda di halaman 1dari 10

BAB V ZAT CAIR DALAM KESATIMBANGAN RELATIF

5.1 Pendahuluan

Zat cair di dalam tangki yang bergerak dengan kecepatan konstan tidak mengalami
tegangan geser karena tidak adanya gerak relatif antara partikel zat cair atau antara partikel
zat cair dengan bidang batas. Zat cair dalam keadaan ini disebut dalam kesimbangan relatif.
Apabila zat cair mengalami percepatan, maka akan terjadi gaya yang di timbulkan oleh
percepatan yang memberikan tambahan terhadap gaya hidrostatis. Akan dipelajari perubahan
tekanan pada zat cair yang mengalami perceptan seragam, setelah kondisi kesimbagan
tercapai.

Contoh permasalahan dari zat cair dalam keseimbangan relatif adalah suatu tangki
berisi zat cair yang mengalami percepatan atau perlambatan, dan zat cair dalam suatu silinder
yang mengalami rotasi terhadap sumbu vertikal. Kedua permasalahan tersebut akan dibahas
dalam bab ini.

5.2 Zat Cair dalam Tangki Mengalami Percepatan

Apabila zat cair berada didalam suatu tangki dalam keadaan diam, atau bergerak
dengan kecepatan konstan, maka zat cair tersebut tidak dipengaruhi oleh gerak tangki. Tetapi
apabila tangki tersebut mengalami percepatan continue maka percepatan tersebut akan
berpengaruh pada zat cair dengan adanya perubahan ditribusi tekanan. Oleh karena zat cair
tetap diam, relatif terhadap tangki maka tidak ada gerak relatif dari partikel zat cair, yang
berarti tidak ada tegangan geser. Tekanan zat cair akan tegak lurus pada bidang dimana
tekanan bekerja.

Gambar 5.1 menunjukan zat cair yang berada didalam tangki dan bergerak dengan
percepatan αγ searah sumbu x. Percepatan tersebut menyebabkan terjadinya gaya horizontal
yang bekerja pada zat cair, sehingga permukaan zat cair tidak lagi mendatar tetapi berubah
menjadi miring. Pada sisi belakang tangki, zat cair akan naik dan sisi depan zat cair turun.
Misalkan θ adalah sudut antara bidang horizontal dan bidang permukaan zat cair.

18
-----------------------------------------------------------------

Gambar 5.1. zat cair dalam tangki bergerak dengan percepatan horizontal

Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif

1. Berat partikel zat cair W yang bekerja vertikal ke bawah :

W = M.g

Dengan M adalah massa partikel dan g adalah persamaan gravitasi


2. Gaya karen percepatan F yang bekerja secara horizontal:

F = M.αx

Dengan αxadalah percepatan horizontal.

3. Gaya tekan P pada partikel zat cair yang tegak lurus permukaan.
Hukum Newton II untuk gaya-gaya dalam arah horizontal :

Fx= M. Αx ( 5.1 )

Karena percepatan adalah dalam arah horizontal berarti αy = 0, sehingga :

P cos θ – W = 0 ( 5.2 )

P cos θ = M.g

Apabila persamaan (5.1) dibagi dengan persamaan (5.2), akan didapat :

P sin θ = Mαx

P cos θ = Mg

19
Tg θ = αx

Mg

Oleh karena percepatan adalah horizontal maka gaya-gaya vertikal tidak berubah dan
tekanan di suatu titik pada kedalaman h adalah γh. Bidang-bidang dengan tekanan yang sama
adalah sejajar dengan bidang permukaan. ( Lihat gambar 5.3 )

Gambar 5.3 garis dengan tekanan sama pada tangki dengan percepatan horizontal.

Apabila percepatan adalah dalam arah vertikel, permukaan zat cair akan tetap
horizontal. Tetapi karena adanya percepatan maka akan terjadi pertambahan/pengurangan
tekanan terhadap tekana hidrostatis. Percepatan vertikal keatas akan menyebabkan
pertambahan tekanan, dan pecepatan kebawah menyebabkan pengurangan tekanan.

Dipandang suatu prisma vertikal dengan tampang lintang A dan tinggi h yang mengalami
percepatan vertikal keatas αy. Tekanan hidrostatis pada dasar prisma yang mempunyai
kedalaman h adalah p = hγ.

Gaya-gaya yang bekerja pada prisma adalah :

1. Berat prisma W yang bekerja vertikal kebawah :

20
W= Mg = p V g = p g h A

2. Gaya karena percepatan f yang bekerja secara vertikal :

F = M αy = p h A αy

3. Gaya tekanan hidrostatis pada gambar prisma :

P=pA

Dengan mengunakan hukum Newton II untuk gaya-gaya vertikal yang bekerja pada
prisma :

Fy = M αy
vA- ρ g h A = ρ h A αy
p = ρ h A αy + ρ g h A
A
P = ρ g h ( 1 + αy )
g ( 5.4)
P = γ h ( 1 + αy )
g
Apabila percepatan adalah vertikal kebawah maka nilai αy adalah negatif sehingga
persamaan ( 5.4 ) menjadi :
Ρ = γh ( 1 -αy )

g ( 5.5 )

Persamaan ( 5.4 ) dan ( 5.5 ) menunjukan bahwa bidang-bidang dengan tekanan sama
adalah horizontal. Distribusi tekanan pada dinding tangki untuk percepatan vertikal ke atas
atau ke bawah di tunjukkan dalam gambar ( 5.5 )

Gambar 5.5. tangki dengan percepatan vertikal

1. berat partikel W yang bekerja vertikal ke bawah

2. gaya karena percepatan F yang bekerja dengan membentuk sudut φ terhadap


horizontal ;

21
3. gaya tekanan hidrostatis P yang bekerja pada partikel zat cair dan bekerja tegak
lurus permukaan zat cair.

Gaya percepatan F dapat diproyeksikan dalam arah vertikal dan horizontal ;

Fα = F cos φ = M αx

Fy = F sin φ = M αy

Dengan menggunakan Hukun Newton II untuk gaya-gaya horizontal :

Fy =M αy

P sin θ = Mg + Mαx ( 5.6 )

Hukum Newton II untuk gaya-gaya vertikal :

Fy =M αy

P cos θ – Mg = M αy

P cos θ = Mg + M αy ( 5.7 )

Persamaan ( 5.6 ) dibagi dengan persamaan ( 5.7 ) :

P sin θ = M αx

P cos θ Mg + M αy

Tg = αx

g + αy ( 5.8 )

Karena tangki tertutup dan terisi penuh maka permukaan zat cair tetap datar, tetapi
percepatan yang bekerja pada zat cair akan menyebabkan bertambahnya tekanan di sepanjang
tangki. Tekanan di sepanjang tangki dapat di hitung apabila tekanan di suatu titik dalam
tangki diketahui. Seperti terlihat dalam gambar 5.8 minsalkan tekanan di titik A adalah
atmosfer, yang dapat dilakukan dengan memberi lobang kecil di titik A. Dengan adanya
percepatan αx maka tinggi tekanan pada sisi atas tangki di tunjukkan oleh garis AC. Garis
AC adalah sama dengan kemiringan muka air apabila tangki terbuka dan dinding cukup
tinggi sehingga air tidak tumpah. Kenaikan tekanan di titik B dapat dihitung dengan
persamaan ( 5.3 ) :

22
Tg θ = αx

h = αx

b g

h = αx b

Dengan h adalah tinggi tekanan di titik B dan b adalah panjang tangki.

Contoh

Suatu tangki segiempat tertutup dengan panjang 10 m, lebar 5 m dan tinggi 3 m diisi penuh
minyak dengan rapat relatif 0,92. Di titik B terdapat lubang kecil. Hitung perbedaan tekanan
antara titik A dan B, apabila tangki bergerak dengan percepatan 3 m/d² dalam arah horizontal.
Pecepatan gravitasi g = 9,81 m/d²

Penyelesaian :

Di gunakan satuan MKS

Oleh karena sisi atap tangki tertutup dan tangki terisi penuh dengan minyak, maka
tidak akan terjadi kemiringan permukaan minyak di dalam tangki. Tetapi sebagai akibat dari
percepatan horizontal,maka akan terjadi kenaikan tekanan pada titik A.

Kenaikan tinggi tekanan di titik A :

h = αx . b = 3 x 10 = 3,06 m

g 9,81

di titik B tekanan adalah atmosfer : hb = 0

23
pebedaan tekanan antara A dan B,

ha – hb = ρa – ρb = 3,06 m

γm

S = γm = 0,92

Γa

γm = 0,92 x 1000 = 920 kgf/ m³

Pa – Pb = 3,06 γ = 3,06 x 920 = 2.815,2 kgf/m² = 2,8152 t/m²

5.3 Zat Cair di Dalam Silinder Berisolasi

Apabila suatu tangki silinder berisi zat cair diputar (rotasi) terhadap sumbu vertikal
dengan kecepatan sudut konstan, maka zat cait tersebut kan mengalami gaya sentrifugal
dengan arah meninggalkan sumbu vertikal. Karena perputaran tersebut permukaan zat cair
yang semula horizontal berubah menjadi bentuk parabola. Gambar 5.14 menunjukkan tangki
silinder berisi zat cair yang berotasi dengan kecepatan konstan ω. Permukaan zat cair pada
sumbu vertikal turun sampai titik terendah, sedangkan pada dinding silinder naik sampai titik
teratas. Semakin besar kecepatan rotasi, penurunan dan kenaikan zat cair tersebut semakin
besar.

Dipandang suatu partikel A di permukaan zat cair pada jarak (jari-jari) r dari sumbu
rotasi seperti terlihat dalam gambar 5.14. silinder tersebut berputar dengan kecepatan sudut
ω (radial/detik). Kecepatan sudut dapat dinyatakan dalam kecepatan rotasi N rpm
(rotasi/menit). Hubungan antara N dan ω di berikan oleh bentuk berikut :

Ω = 2пN

60

Gaya-gaya yang bekerja pada partikel A adalah :

1. Berat partikel W yang bekerja ke bawah,

2. gaya sentrifugal F yang bekerja dalam arah keluar ( menjauhi sumbu ), dengan
bentuk :

24
F = M (ω² r)

3. gaya tekanan hidrostatis P yang bekerja pada partikel A di permukaan zat cair.

Minsalkan garis singgung pada permukaan zat cair melalui partikel membentuk sudut
α terhadap horizontal seperti terlihat dalam gambar 5.15.

Keseimbangan gaya-gaya yang bekerja dalam arah garis singgung melalui partikel A
memberikan :

F cos α = W sin α

M (ω² r) cos α = M g sin α

Tg = M (ω² r) = ω² r

Mg g

Mengingat Tg α = dy/dr maka :

dy = ω² r

dr g

integrasi persamaan di atas akan di dapat :

∫ dy = ∫ ω² r dr

y = ω² r² + C

2g

Dengan C adalah konstanta integrasi. Apabila titik terendah dari permukaan zat cair di
pilih sebagai sumbu koordinat, berarti r = 0 dan y = 0, sehingga persamaan di atas menjadi :

0 = ω² 0 + C

2g

Atau

C=0

Sehingga persamaan di atas menjadi :

y = ω² r² ( 5.11 )

2g

25
Persamaan ( 5.11 ) merupakan bentuk parabola, yang dalam koordinat tiga dimensi
permukaan zat cair mempunyai bentuk paraboloida. Apabila jari-jari silinder adalah R, maka
kenaikan zat cair pada dinding silinder dari permukaan terendah adalah :

Yp = ω² R²

2g ( 5.12)

Seperti terlihat dalam gambar 5.16, permukaan zat cair sebelum berotasi diberikan oleh
garis A A’. Setelah berotasi, zat cair pada sumbu rotasi turun sampai titik C yang melalui garis
B B’, sedang zat cair pada dinding silinder naik sampai garis D D’. Tinggi parabola adalah yp
sedang h adalah jarak antara A A’ dan B B’. Volume zat cair sebelum dan setelah rotasi adalah
sama.

Volume paraboloid ( DBB’D’CD )

1 ω² R ²
Vp = 2 п R² 2g ( 5.13 )

Volume silinder yang ditempati paraboloid ( DBB’D’ )

ω² R ²
Vs = п R² 2g

Dari persamaan ( 5.13 ) dan ( 5.14 ) dapat disimpulkan bahwa :

Vg = 2 Vp

Volume paraboloid tersebut sama dengan volume bagian silinder setinggi h ( volume
ABB’A’ ), yaitu :

Vg’ = п R² h ( 5.15 )

Volume Vs’ adalah sama dengan volume paraboloid DBB’D’CD, sehingga dengan
menyamakan persamaan ( 5.13 ) dan ( 5.15) didapat :

1 ω²R ² 1
H = 2 2g = 2 yp

Jadi kenaikan zat cair pada dinding dari permukaan awal ( sebelum silinder berrotasi )
adalah sama dengan penurunan pada sumbu.

Contoh

26
Silinder berdiameter 20 cm berisi air sampai kedalam 50 cm. Apabila silinder diputar
terhadap sumbunya dengan kecepatan 300 rpm ( rotasi permenit ), hitung kedalaman parabola
( jarak antara muka air tertinggi pada dinding dan muka air terendah pada sumbu silinder )

Penyelesaian

Hubungan antara kecepatan putar dan kecepatan sudut di berikan oleh bentuk berikut,

2п N
ω= 60

Dengan ω adalah kecepatan sudut ( rad/detik ) dan N adalah kecepatan putar ( rpm ),
sehingga di dapat :

2 x п x 300
ω= 60 = 31,42 rad/d

kedalaman parabola di hitung dengan rumus berikut :

ω² R ² ( 31,42 )2 x(0,10)²
yp = = =¿ 0,5032 m = 50,32 cm
2g 2 x 9,81

27

Anda mungkin juga menyukai