2019-Spiritual Sebagai Terapi Kesehatan Mental Perspektif Tafsir Al-Qur'An
2019-Spiritual Sebagai Terapi Kesehatan Mental Perspektif Tafsir Al-Qur'An
Ag
T E R A P I K E SEH ATAN MEN TAL (Studi Kasus Pada Penyembuhan Korban
P E R S P E K T I F TA F S I R A L- Q U R ’A N
Penyalahgunaan Narkoba/Naaza
di Madani Mental Health Care Jakarta)
Uzlah Maulana,S.Ud, M.Ag
SPIRITUAL SEBAGAI
D
i zaman modern ini khususnya dibidang ilmu kesehatan memiliki
berbagai cara pengobatan sehingga muncul banyaknya metode
Care Jakarta)
Naza di Madani Mental Health
Korban Penyalahgunaan Narkoba/
(Studi Kasus Pada Penyembuhan
yang mudah dipahami untuk semua kalangan, juga sangat cocok menjadi
panduan khususnya di tempat rehabilitasi narkoba pemerintah maupun swasta.
Anda penasaran dengan isi buku ini ..., ayoo... segera miliki buku Spiritual
sebagai Terapi kesehatan mental perspektif Al-Qur’an yang menjadi trend saat
ini.
Uzlah Maulana, S.Ud, M.Ag.
Pasal 2
1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang-undangan
yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72
1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak untuk melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
Uzlah Mau lana
PTIQ PRESS
JAKARTA
2019
xxiv + 296 halaman, 14,8 x 21cm
ISBN: 978-623-91336-6-5
Judul: Spiritual Sebagai Terapi Kesehatan Mental Perspektif Tafsir Al-Qur’an
(Studi Kasus Pada Penyembuhan Korban Penyalahgunaan Narkoba/Naza di
Madani Mental Health Care Jakarta)
Diterbitkan oleh :
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran
Jl. Batan I No. 2, Rt. 5, Rw. 2
Lebak Bulus, Cilandak
Jakarta Selatan 12440
Telepon: +62-21-7690901
Mobile : +62-856-1177-495
E-Mail: ptiqpress@gmail.com
Website: https://www.ptiq.ac.id/
Pendekatan spiritual sebagai terapi bagi penyakit fisik dan non fisik
adalah sebuah kecenderungan yang sedang merebak, bukan hanya
dalam Islam, tetapi juga pada agama-agama lain. Bahkan juga pada
spiritualitas non agama. Fenomena itu bisa saja merupakan bentuk
nyata kejenuhan terhadap terapi medis yang memang mengalami
perkembangan sangat pesat tetapi selalu berada beberapa langkah di
belakang perkembangan penyakit itu sendiri. Bisa pula merupakan
bentuk nyata kesadaran manusia modern terhadap sisi-sisi spiritual
yang sebelumnya sempat mereka tinggalkan.
Terlepas dari pro dan kontra terhadap keabsahan pendekatan
spiritual itu, yang pasti tidak sedikit orang yang memercayainya.
Justru di sini keunikan pendekatan spiritual tersebut, yaitu adanya
penekanan terhadap keyakinan dan itu berarti perdebatan tentang
keabsahannya lewat timbang-timbang rasional-empiris menjadi tidak
relevan lagi karena memang yang ditekankan adalah keyakinan.
v
Yang menjadi sasaran pendekatan spiritual adalah kesehatan
mental dan kualitas hidup. Kedua hal itu bergandengan karena kualitas
hidup yang baik bisa menyehatkan mental dan kesehatan mental yang
baik bisa memengaruhi kualitas hidup. Pada titik ini, memang tidak
tampak adanya kemestian keterlibatan agama. Namun satu hal yang
ditekankan di dalam pendekatan spiritual adalah rasa keterhubungan
dengan sesuatu yang lebih besar daripada manusia itu sendiri. Yang
lebih besar daripada manusia bisa berarti Tuhan dan bisa pula berarti
alam semesta.
Karena adanya penekanan pada perasaan, maka kaitan antara
pendekatan spiritual dengan psikologi sangat dekat. Upaya yang
dilakukan pun sangat dekat dengan psikologi seperti hipnosis, meditasi,
dan pertanyaan-pertanyaan eksistensial. Semua itu dilakukan agar
ada koneksi kuat antara seseorang dengan kekuatan yang lebih besar
tersebut. Dan bukan hanya spiritualitas yang disasar, tetapi juga pikiran
dan tubuh. Dengan cara itu, diharapkan ada kekuatan tambahan bagi
yang sakit untuk melawan penyakitnya.
Tesis ini berbicara tentang pendekatan spiritual Islam untuk
problem narkoba. Tentu saja lebih mudah memahami bagaimana
konsep ini bekerja pada problem narkoba daripada bagaimana
konsep ini bekerja pada problem penyakit fisik, misalnya. Dalam
problem narkoba, yang hendak dilakukan adalah menghilangkan
ketergantungan terhadap narkoba, baik ketergantungan fisik, maupun
ketergantungan psikis. Dan karena ketergantungan fisik sangat
dipengaruhi oleh ketergantungan psikis, maka pendekatan spiritual
Islam dalam hal ini lebih menyasar ketergantungan psikis penderita.
Agar penderita tidak lagi tergantung secara psikis terhadap narkoba,
maka dilakukan terapi yang menekankan bahwa ketergantungan kepada
narkoba itu adalah dosa dan harus dihindari. Terapi ini dilakukan untuk
menanamkan hingga ke alam bawah sadar betapa salah dan berdosa
yang selama ini dilakukan oleh penderita. Karena itu, menurut tesis ini,
penting untuk dilakukan shalat taubat setiap hari.
Lalu ada “kewajiban” untuk mendirikan shalat wajib secara
berjamaah. Shalat lima waktu penting untuk dilakukan secara
berjamaah agar memupuk rasa kebersamaan dan juga saling meniru di
dalam kebaikan antara seorang penderita dengan penderita yang lain.
Rasa kebersamaan menciptakan rasa tidak menderita sendiri dan rasa
kehadiran orang lain yang senasib dan juga adanya orang lain yang
punya perhatian terhadap penderitaan mereka. Dengan demikian,
sesama penderita bisa saling menguatkan jika terpuruk dan bisa saling
memberikan contoh jika mengalami kemajuan.
Hal yang sama berlaku pada program terapi Asmaul Husna,
pembacaan ayat-ayat Al-Quran, pembacaan dzikir, dan doa-doa dari
Al-Quran. Kesemua program ini adalah upaya untuk menciptakan
kondisi, nuansa, lingkungan, dan budaya yang penuh religiusitas
agar relasi dengan Yang Mahakuat menjadi semakin erat dan di saat
bersamaan, diciptakan keterputusan dengan keadaan di masa lalu,
yaitu ketergantungan narkoba itu sendiri.
Apakah semua terapai spiritual di atas adalah sesuatu yang benar-
benar Qurani atau hanya Islami? Apakah terapi spiritual di atas adalah
sesuatu yang berbeda dengan terapi psikologis atau berbeda dengan
terapi spiritual yang lain? Mudah-mudahan tesis ini bisa memberikan
jawaban.
vii
K ATA P E N G A N TA R P E N U L I S
ix
5. Kepala perpustakaan beserta staf Institut PTIQ Jakarta
6. Segenap civitas Institut PTIQ Jakarta, para dosen yang telah
banyak memberikan fasilitas, kemudahan dalam penyelesaian
penulisan tesis ini
7. Kepala dan tim perpustakaan Pusat Studi Qur’an
8. Terima kasih kepada istri Irse Desi Yana., M. PH dan anakku
tercinta Faza Aulia Azzahra Mutmainnah
9. Terima kasih kepada orang tua kami bapak Muhaimin dan
almarhumah ibu Kulsum atas segala do’a-do’anya
10. Terima kasih kepada tim perpustakaan Fakultas Kedokteran UIN
Jakarta
11. Terima kasih kepada ibu Rusniana atas do’a - do’anya
12. Terima kasih kepada bapak Yudi dan Ibu Zuraida
13. Terima kasih kepada bapak Rafi’i dan Ibu Nurani
14. Terima kasih kepada segenap pengurus, konselor, para ustadz
Madani Mental Health Care tempat peneliti meneliti
15. Terima Kasih kepada keluarga besar bapak DR Syafarudin AS.,
MM dan ibu Hj. Naridawati.
Hanya harapan dan do’a semoga Allah memberikan balasan yang
berlipat ganda kepada semua pihak yang berjasa dalam membantu
penulis menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan segalanya
dalam mengharapkan keridhaan, semoga tesis ini bermanfaat bagi
masyarakat umumnya dan bagi penulis khususnya, serta anak dan
keturunan penulis kelak. Amiin.
x
P E D OM A N TRA N S L I TER A SI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil
keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf
Latin dapat dilihat pada halaman berikut:
xi
Hamzah ( )ءyang terletak di awal kata mengikuti vokalnya
tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir,
maka ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harakat, transliterasinya sebagai berikut:
xii
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf,
yaitu:
Contoh:
: kaifa : haula
2. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan
huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Contoh:
: māta
: ramā
xiii
: qīla
: yamūtu
4. Ta marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah
yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah,
transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau
mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh
kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata
itu terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
: rauḍah al-aṭfāl
: al-madīnah al-fāḍilah
: al-ḥikmah
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah untuk tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda tasydīd ( ), dalam transliterasi
ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang
diberi tanda syaddah.
: rabbanā
: najjaīnā
: al-ḥaqq
: al-ḥajj
: nu‘ima
xiv
: ‘aduwwun
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan huruf (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi
ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti
oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak
mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan
garis mendatar (-). Contohnya:
: al-zalzalah (az-zalzalah)
: al-falsafah
: al-bilādu
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun,
bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam
tulisan Arab ia berupa alif. Contohnya:
: ta’murūna
xv
: al-nau’
: syai’un
: umirtu
Fī Ẓilāl al-Qur’ān
dīnullāh billāh
xvi
hum fī raḥmatillāh
Al-Gazālī
xvii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Spiritualitas Sebagai Obat................................................... v
Oleh: Dr. Abd. Muid N., MA.
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................... 1
B. Identifikasi Masalah..................................................... 16
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah............. 16
D. Tujuan Penelitian.......................................................... 17
E. Manfaat Penelitian....................................................... 18
F. Kerangka Teori.............................................................. 19
G. Tinjauan Pustaka.......................................................... 23
H. Penelitian Terdahulu yang Relevan............................... 29
I. Metode Penelitian......................................................... 33
1. Jenis Penelitian......................................................... 35
xix
2. Sumber Data............................................................. 36
3. Lokasi Penelitian dan Waktu.................................... 37
4. Subjek Penelitian...................................................... 37
5. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data................... 38
6. Jadwal Penelitian...................................................... 40
J. Sistematika Penulisan................................................... 41
xx
2. Definisi Kesehatan Jiwa/Mental............................. 75
3. Rumusan Kesehatan Mental................................... 80
xxi
4. Susunan Pengurus dan Anggota MMHC................ 124
5. Proses Skema Penerimaan Pasien dan Pembinaan
MMC..................................................................... 127
6. Perbedaan dengan Rehabilitasi Lain serta
Keunggulan MMHC............................................... 128
7. Sarana dan Prasarana MMHC............................... 130
8. Sumber Dana Rehabilitasi MMHC........................ 132
9. Rekapitulasi Klien/Santri Madani Mental Health
Care Periode 2014-2018 ....................................... 132
10. Peningkatan dan Penurunan Pasien Rehabilitasi
MMHC.................................................................. 133
11. Skema Pembayaran Rehabilitasi Pasien MMHC.... 133
B. Peran Serta Madani Mental Health Care [MMHC]
kepada Masyarakat Sekitar ........................................ 134
1. Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba...... 134
2. Sebagai Tempat Penelitian bagi Lembaga
Pendidikan............................................................. 135
3. Kegiatan Bakti Sosial............................................. 136
4. Taman Pendidikan Al-Qur’an................................ 136
C. Penemu dan Penggagas Metode BPSS [Bio Psio Sosio
Spiritual] ...................................................................... 137
1. Profil Dadang Hawari............................................ 137
2. Hak Paten Penemu Metode “BPSS” Dadang
Hawari................................................................... 137
3. Metode Dadang Hawari [Bio Psio Sosio Spiritual]
yang Diterapkan di Madani Mental Health Care
[MMHC]............................................................... 138
a. Terapi Biologik................................................ 138
b. Terapi Psikologik............................................. 141
c. Terapi Sosiologik............................................. 144
xxii
d. Terapi Spiritual................................................ 146
D. Kesehatan Spiritual dan Alat Ukurnya.......................... 158
1. Indikator Sembuh Setelah Rehabilitasi di MMHC....... 161
2. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat NAZA...... 161
3. Motivasi dan Motto Spiritual Santri Binaan
MMHC.................................................................. 162
a. Berobat............................................................ 162
b. Bertaubat......................................................... 164
c. Bersahabat....................................................... 166
xxiii
E. Terapi Spiritual dan Relevansinya dengan Terapi
Modern ......................................................................... 247
xxiv
BAB I - pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
Madani Mental Health Care, Brosur Madani Mental Health Care, Sistem Terpadu
2
9
BNN, Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 mengenai Narkotika, http:
www.bnn.go.id, di akses tgl 19 november 2018.
10
Luh Nyoman Alit Aryani, “Metode Rehabilitasi Gangguan Penggunaan Napza,”
Denpasar: Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2018, hal.
8-12.
11
Proporsi adalah Perbandingan, Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI],
Http/Kbbi.web.id, diakses secara Online Tanggal 19 November 2018.
12
Kemenkes, Data dan Informasi Kesehatan Gambaran Umum Penyalahgunaan
Narkoba di Indonesia, Jakarta: Kemenkes RI, 2014.
hasil survei ini ditulis oleh Wall, berikut tulisannya: ada pada
dua Rumah Sakit di Amerika yang mengungkapkan bahwa
95% pasien yang sakit percaya akan adanya hadirnya Tuhan
menjadi penting, 72% kebutuhan agama penting dalam
kehidupan sehari-hari, dan 94% menyetujui kesehatan
spiritual itu penting seperti halnya kesehatan fisik.29
Islam memiliki peran yang strategis guna mendukung kesehatan
kedokteran modern dan membantu penyembuhan penyakit
dan demikian Dadang Hawari dalam bukunya Al-Qur’an ilmu
kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa menjelaskan bahwa:
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling Islam di Rumah
Sakit juga memiliki peran strategis dalam rangka mendukung
upaya penyembuhan penyakit menurut ilmu kedokteran
modern. Ini bisa dijelaskan lewat hubungan antara sistem
kekebalan tubuh pada diri seseorang dengan kesehatan
psikisnya. Dalam dunia ilmu kedokteran modern hubungan
keduanya dapat diterangkan dalam sebuah cabang ilmu
“Psiko-Neuro-Endokrinologi”30
Kebutuhan spiritual pasien saat mengalami masalah kesehatan
sebenarnya pasien ingin mengembalikan keyakinan kepada
agama dan menjalani hubungan penuh rasa percaya dengan
Tuhan. Sebagaiman ditulis oleh Asmadi mengutip pendapat
Anton Bawono sebagai berikut:
Tinjauan umum tentang kebutuhan spiritual pasien adalah
kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan
29
Wall, J. Richard., et.al, “Spiritual Care of Families in the Intensive Care Unit, dalam
Jurnal Crit Care Med, 2007, vol. 35 no. 4, hal. 1089.
30
Komarudin, “Bimbingan Psiko-Religious Bagi Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
Umum di Jawa Tengah (Formulasi Ideal Layanan Bimbingan dan Konseling Islam),”
dalam Jurnal At’taqodum, Vol. 4, No. 1, Juli 2017, hal. 77.
34
Andrew B. Newberg, “Spirituality And Health, The Art Of Compassionate
Medicine,” dalam Jurnal Religion Health,Vol. 2, Maret 2001, hal. 35-39.
35
Anton Bawono,“Penerapan Aspek Spiritualitas-Religiusitas Dalam Keputusan
Berobat di Rumah Sakit Islam”, dalam Jurnal Peneltian Sosial Keagamaan, Vol. 5, No. 1,
Juni 2011: 19-39, hal. 21.
36
Nurul Hidayati, “Metode Bimbingan Islam di Rumah Sakit “, dalam Jurnal Vol 5,
No. 2 Desember 2014, hal. 209.
37
Ema Hidayanti., et.al, “Bimbingan Rohani Islam Dalam Menumbuhkan Respon
Spiritual Adaptif Bagi Pasin Stroke Di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih,”
dalam Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 36, No.1, Januari-Juni 2016, ISSN 1693-8054, hal. 47.
38
Ati Mu’jizati,“Peran Rohani Islam Dalam Memelihara Kesebaran Pasien Rawat
Inap Dirumah Sakit Umum Islam Harapan Anda Tegal Tahun 2000,” Semarang: Fakultas
Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2009, hal. 3.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat
diuraikan identifikasi masalah sebagai berikut ini :
1. Apa yang dimaksud dengan terapi Spiritual?
2. Bagaimana model/sistem spiritual di Madani Mental
Health Care Jakarta bagi pecandu Narkoba?
3. Bagaimana Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Spiritual?
4. Bagaimana Penafsiran Ayat Ayat Tentang Kesehatan
mental?
5. Bagaimana Analisis Penulis tentang Spiritual Sebagai
Terapi Kesehatan Mental Perspektif Al-Qur’an yang
diterapkan di Madani Mental Health Care?
6. Bagaimana implikasi spiritual terhadap kesehatan mental
korban pengguna narkoba di MMHC?
D. Tujuan Penelitian
Penilitian ini memiliki tujuan untuk menjawab perumusan
rumusan-masalah diatas yaitu :
1. Untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an
mengenai Spiritual sebagai terapi Kesehatan Mental yang
dijelaskan para Mufasir.
2. Untuk mengetahui konsep spiritual sebagai terapi
kesehatan mental yang diterapkan di Madani Mental
Health Care [MMHC]
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritas dari penelitian ini diharapkan dapat
menambah kajian literature dan hasanah ilmu seputar
spiritual dan khususnya dalam kesehatan mental/jiwa
dalam perspektif Al-Qur’an. Penulis tidak terlalu banyak
menemukan kajian atau penelitian dalam mengungkap
spiritual sebagaai kesehatan mental perspektif Al-Qur’an,
maka penulis berharap penelitian ini dapat menjadi rujukan
dan wawasan keislaman tentang kesehatan mental. Bagi
siapa saja akan meneliti kembali dengan mudah mudah
dapat melengkapi berbagai kekurangan dari penelitian ini.
2. Manfaat Pragmatis
Sedangkan manfaat secara pragmatis, yang pertama
diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, terutama untuk bagi para praktisi kesehatan,
psikolog atau psikiater sebagai bahan bacaan dan
penerapan kesehatan dari aspek spiritual sehingga
diharapkan para dokter, perawat, psikiater dan ahli
kesehatan mampu untuk memberikan penyuluhan dari
aspek spiritual sehingga para pasien merasa senang dan
mampu meringankan beban sakit yang diderita. Yang
kedua juga manfaat lain yaitu untuk menjadi buku
panduan rumah sakit baik swasta maupaun negeri dalam
men-sinergikan antara aspek kesehatan dan spiritual,
F. Kerangka Teori
“Angka penyalahgunaan narkoba di Indoensia terus
meningkat hingga mencapai 3,8 juta sampai 4,1 juta,”44
sementara kemampuan pemerintah melakukan rehabilitasi
korban narkoba sangat terbatas. Peran masyarakat sangat
dibutuhkan, menurut Adi dikutip Muhtar menjelaskan bahwa
upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat45 “terdapat
tiga pilar penting, yaitu: lembaga pemerintah, lembaga non-
pemerintah, dan sektor swasta.”46 Civil society dalam kontek
penelitian ini adalah Yayasan Madani Mental Health Jakarta
yang mengedepankan pendekatan spiritual dalam rehabilitasi
korban penyalahgunaan narkoba.
Menurut Yunita dikutip Muhtar bahwa, “bahaya
narkoba/psikotropika merupakan bahan atau zat yang bila
masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama
susuan saraf pusat atau otak, bilamana disalahgunakan akan
44
Apriliantin Putri Pamungkas, “Peran ASEANPOL dalam Pemberantasan Peredaran
Narkoba di Indonesia”,,, hal. 91.
45
Muhtar, “Pendekatan Spiritual dalam Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan
Narkoba di Pesantren Inabah Surabaya”, dalam Jurnal Informasi, Vol. 19, No. 3,
September –Desember, 2014, hal. 253.
46
Adi I.R, Perencanaan Partisipatoris Berbasis Asset Komunitas (Dari Pemikiran
Menuju Penerapan), Jakarta: UI Press, 2007, hal. 21.
47
Yuanita, Fenomena dan Tantangan Remaja Menjelang Dewasa, Yogyakarta:
Brillian Books, 2011, hal. 124..
48
Gunawan, Remaja dan Permasalahannya, Yogyakarta: Hanggar Kreator, 2011,
hal. 66.
49
Rahmawati, “Pusat Terapi dan Rehabilitasi Bagi Ketergantugan Narkoba,” Skripsi,
Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010, hal. 35.
50
Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan dalam Perspektif Undang-Undang
Kesehatan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet I, t.th, hal. 25.
51
Sri Siswati, “Etika dan Hukum Kesehatan dalam Perspektif Undang-Undang
Kesehatan”,,, hal. 54.
G. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang Spiritual sebagai terapi Kesehatan mental
Perspektif Al-Qur’an belum penulis temukan. Namun ada yang
mendekati seperti judul penulis, dan kebanyakan penelitian
yang terdahulu lebih terfokus kepada lapangan. Maka yang
berbeda dengan tesis penulis dan tesis sebelumnya adalah
penguatan melalui pendekatan ilmu tafsir serta penjelasan
ayat ayatnya dari para mufasir, dan dari makna spiritual
dan kesehatan mental lebih komprehensif. Buku buku yang
dijadikan sebagai rujukan dan sumber primer dalam penelitian
ini sebagai berikut:
Kitab-Kitab Tafsir Rujukan:
1. Al-Qur’an dan Terjemahnnya Kementrian Agama RI
2. Terjemah Al-Mufrodât Fȋ Ghâribil Al-Qur’an, ar-Raghib
al-Asḫfahâni, Tiga jilid
3. Tafsȋr Al-Misḫbah Karya M. Quraish Shihab 15 Jilid
4. Terjemah Tafsir Fȋ Zhilâlil Qur’an, Sayyid Qutub, 10 jilid
5. Terjemah Tafsȋr Al-Qurthȗbi, Syaikh Imam Al-Qurthubi,
20 Jilid
6. Terjemah Lubâbut Tafsȋr Min Ibni Katsȋr, Dr. Abdullah
Bin Muhammad, 10 Jilid
236-237.
7. Tafsȋr al-Maraghi
8. Ensklopedia Al-Qur’an Kajian Kosa Kata, M. Quraish
Shihab, Tiga Jilid
9. Tafsȋr Ayat-Ayat Ahkam, Muhammad Alȋ Ash-Shabuni
10. Tafsir Ilmi: Makanan dan Minuman Dalam Al-Qur’an,
KementrianAgama RI
11. Tafsȋr Al-Azhar, Buya Hamka
12. Tafsȋr Nurul Qur’an Terj. Nȗr Al-Qur’an, Kamal Faqih
Imani
13. Tafsȋr Tematik: Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an,
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
14. Tafsȋr Ayat-Ayat Yâ Ayyuhal-Ladzȋna Âmanȗ Terj.Nidâ
Atirhmâni Li Ahli Ȋman, M. Abdul Athi Buhairi
15. Bulu Mukjizat Kesehatan Ibadah, Dr. Jamal Alzaky
16. Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, karya Muhammad
Kamil Abdush Shamad
Buku-Buku Rujukan Kesehatan Mental:
1. Al-Qur’an Sebagai Penyembuh Penyakit Karya Apipudin
2. Bimbingan Konseling Qur’ani Jilid I Karya Abdul Hayat
3. Bimbingan Konseling Qur’ani Jilid II Karya Abdul Hayat
4. Teori dan Teknik Konseling Karya Gantina Komalasari
dkk
5. Ilmu Jiwa Agama Karya Zakiyah Daradjat
6. Etika dan Pertumbuhan Spiritual Karya Mujtaba Musawi
Lari
Atang Abd Hakim, et.al, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
59
72
Nur Arfiah Febriani, “Hubungan Antara Zikir Allah dengan Kesehatan Fisik dan
Kesehatan Mental (Studi Kasus Jamaah Dzkir di Bawah Bimbingan Ustad Haryono di
Kota Bekasi),” Tesis, Program Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun
2007, hal. 189-191.
73
Zakaria Husin Lubis, Tasawuf Sebagai Terapi Kesehatan Mental (Studi Kasus
Penyembuhan Napza di Peseantren Bina Akhlak Ciancur),,, hal. 151. Cakra merupakan
tempat atau jalur keluar masuknya energi prana atau trnsformer energi spiritulitas.
74
Zakaria Husin Lubis, Tasawuf Sebagai Terapi Kesehatan Mental (Studi Kasus
Penyembuhan Napza di Peseantren Bina Akhlak Ciancur), Tanggerang Selatan: Impresa
Publishing, Cet. Ke I, 2013, hal. 123.
I. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif
yaitu “penelitian yang berlandaskan pada teori teori dan riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.
Menurut Ruslan dikutip Bakhtiar yaitu menggambarkan
karakteristik (ciri-ciri) individu, situasi, atau kelompok
tententu.”75 Maman menggambarkan paradigma penelitan
kualitatif sebagai berikut:
Paradigma penelitian kualitatif diantaranya diilhami falsafah
rasionalisme yang menghendaki adanya pembahasan holistik,
sistematik, dan mengungkapkan makna di balik fakta empiris
sensual. Secara epistemologis, metodologis penelitian dengan
pendekatan rasionalistik menuntut agar objek yang diteliti
tidak dilepaskan dari konteksnya, atau setidaknya objek
diteliti dengan fokus atau aksentuasi tertentu, tetapi tidak
mengeleminasi konteksnya.76
75
Ruslan, Metode Penelitian Public Relatiaon dan Komunikasi, Edisi 1, Cet. IV,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hal. 16.
76
U. Maman Kh., et.al, Metode Penelitian Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006, hal. 73-74.
disepakati bersama.77
Hamka Hasan menjelaskan bahwa; “Penelitian kualitatif
diperkenalkan sebagai metodologi yang mapan tahun 1990
dan metode ini menggunakan prinsip prinsip logika dedukitf-
induktif, mula mula memastikan premis mayor, kemudian
menentukan premis minor, beragumen untuk memutuskan
kesimpulan.”78 Menurut lexy J. Moleong mendefinisikan
penelitian kualitatif adalah “Penelitian yang bermaksud untuk
memahmai fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata
kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”79
Berikut ini beberapa hal yang terkait dengan model penelitian
kualitatif menurut Suharsimi, diantaranya:
1. Kejelasan unsur: subjek sampel, sumber data tidak mantap
dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya
sambil jalan (emergent)
2. Langkah penelitian baru: baru diketahui dengan mantap
dan jelas setelah penelitian selesai
3. Tidak dapat menggunakan pendekatan populasi dan
sampel. Dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif tidak
dikenal istilah populasi sampel. Istilah yang digunakan
77
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, Cetakan Ketigabelas, 2006, hal. 21.
78
Hamka Hasan, Metode Penelitian Tafsir Hadist, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah, 2008, hal. 45.
79
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cetakan Ketigapuluhlima, 2016, hal. 6.
6. Jadwal Penelitian
Agar penelitian berlangsung secara efektif dan efisien, maka
penulis membuat jadwal penelitan tesis ini. Adapun waktu
yang ditentukan oleh pihak PTIQ dimulai sejak tanggal 12
Oktober 2018 yaitu dua semester dari sejak tanggal penugasan
86
M. Ainin, Metodelogi Penelitian Bahasa Arab, Malang: Hilal Pustaka, 2007,
hal. 67. Metode Penelitian Deskriptif Adalah Membuat Deskripsi, Gambaran Atau
Lukisan Secara Sistematis, Factual Dan Akurat Mengenai Fakta-Fakta, Sifat-Sifat Serta
Mempunyai Hubungan Antara Fenomena Yang Diteliti.
87
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalisitk Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1988,
hal. 126.
88
Penarikan Kesimpulan dari Keadaan Umum; Penyimpulan dari yang Umum ke
yang Khusus, http: www.kbbi.co.id, Diakses Secara Online Tanggal 14 Nomber 2018,
Jam 23 45 WIB.
BAB II
TEORI SPIRITUAL, KESEHATAN
MENTAL DAN NAZA (NARKOTIKA,
ALKOHOL, ZAT ADIKTIF)
antara lain; “(1) semangat; dan (2) jiwa, sukma, roh. Artinya
spiritual adalah kejiwaan, rohani, mental, moral.6” Kata ruh
yang dari kata ini terbentuklah kata ruhani dan ruhaniyyah
yang diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi roh,
rohani, dan rohaniah. KBBI mengartikan roh dengan; (1)
sesuatu yang hidup yang tidak berbadan jasmani yang
berakal budi dan berperasaan; (2) jiwa, badan halus. Dua
kata ini yaitu rohani dan rohaniah diartikan dengan sesuatu
yang berkenaan dengan roh.7 Berikut ini adalah beberapa
pengertian kesehatan jiwa:
1. “A mind that grows and adjust, is ini control and is free
of stress”. Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh
berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam
pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.8
2. Sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh,
berkembang, dan memiliki aktualisasi diri, keutuhan,
kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan, dan
kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.9
3. Suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosiaonal yang optimal dari seseorang
dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang Lain
(UU No 3 Tahun 1966)
6
Muchlis Hanafi, Tafsir Al-Qur’an Tematik Spiritualitas dan Akhlak, Jakarta:
Penerbit Lajnah Pentashih Mushaf Al-qur’an, Cetakan 1, 2010, hal. 30-31. Baca juga
dalam KBBI, hal. 856-857.
7
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik Spiritualitas dan
Akhlak, Jakarta: Penerbit Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, t.h, hal. 31. Juga dibuka
KBBI, hal. 752.
8
Rosdahl, C.B, Text books of Basic Nursing, Philadelphia: Lipponcott Williams &
Wilkins, 1999.
9
Stuart, GW dan Lararia, Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan) Jakarta: Edisi
3, EGC.,1998.
Muhammad Utsman Najati, Ilmu Jiwa dalam Al-Qur’an, Jakarta: Penerbit Pustaka
14
Azam, Judul Asli Al-Qur’an Wa Ilm An-Nafs, Cetakan Pertama, 2006, hal. 35.
M. Samsul Hady, “Pemikiran Spiritual Abdullah Yusuf Ali,” Disertasi, UIN Syarif
22
23
Dari keserasian ini memungkinkan dilakukannya berbagai bentuk analogi (tamsilat)
dalam Al-Qur’an, yang mengandung pengertian sebagai pelajaran dan bahan renungan
bagi manusia. Berbagai bentuk analogi dalam Al-Qur’an, yang membentuk hubungan-
misalnya hubungan persamaan – dengan alam manusia (mikrokosmos) menjadi dasar
pandangan ruhani Yusuf Ali. Dia sedemikian rupa menafsirkan – lebih tepat-menakwilkan
sebagaian besar nama nama dan peristiwa alamiah berhubungan dengan nama nama dan
peristiwa dalam jiwa manusia.
24
M. Samsul Hady, Pemikiran Spiritual Abdullah Yusuf Ali,,, hal. 243.
25
Lihat Zainul Kamal., et.al, Kontektualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Jakarta:
Paramadina, 1995, hal. 202-207. Lihat pula Yunasril Ali, Tasawuf sebagai Terapi Derita
Manusia, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 1002, hal. 78-87. Berbeda dengan Kamal dan
Ali, keduanya dosen UIN Jakarta, M. Hamdanibakran Adz-Dzaky, seorang pengkaji
spiritual dari Yogyakarta, mengemukakan fakultas fakultas – ia menyebutnya potensi
– spiritual dalam diri manusia, yaitu: potensi nur ilahiah, potensi ruh ilahiah, potensi
nafs ilahiah, potensi qalb ilahiah, potensi akal ilahiah, dan potensi indrawi ilahiah.
Lihat karya M Hamdani Bakran adz-Zaky, Psikoterapi Dan Konseling Islam: Penerapan
Metode Sufistik Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001, hal. 25-66.
30
Muchlis M. Hanafi, Spiritualitas dan Akhlak,,, hal. 472.
31
Sayyed Hossen Nasr, Islamic Spirtuality, London: Foundatioan and Menifestation
the Crossroad Publishing Company, 1997, hal. 23.
32
M. Iqbal Irham, Menghidupkan Spiritualitas Islam, Tangerang: Penerbit Semesta,
2016, hal.14.
39
Muchlas., et.al, Pedoman Santunan Rohani, Semarang: RSI Roemani
Muhamadiyyah, 1998, hal. 6.
40
Mujizati Ati, Peran Bimbingan Rohani Islam Dalam Memelihara Kesabaran Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Islam Harapan Anda Tegal Tahun 2008, Semarang :
Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Wali Songo, 2009, hal. 4.
41
Zalussy Debby Styana, “Bimbingan Rohani Islam dalam Menumbuhkan Respon
Spiritual Adaptif Bagi Pasien Stroke Di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih,”
dalam Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 36, No, 1, Januari –Juni 2016, Issn 1693-8054. Hal. 48.
62
Curlin FA, et.al., “When Patients Wants Physician to Inquire About Their Spritual
or Religiously Related Conflict in the Medical Encounter”, dalam Jurnal Intern Medicine,
2005, hal. 88-91.
63
James, A., Wells, “Religion an Mental Health: Towards a Cognitive-Behavioral
Framework,” dalam jurnal Health Pycology, Vol. 8, 2003, hal. 357-376.
64
Wong, Y.J, et.al., “A Systematic Review of Recent Research on Adolescent
Religiosity/Spirituality and Mental Health. Issue in Mental Health Nursing,” Vol. 27,
2006, hal. 161-183..
Vol.11, No. 1, 2004, hal. 48-55. Baca juga: Agus Prasetyo, Aspek Spiritualitas Sebagai
Elemen Penting dalam Kesehatan,” dalam Jurnal Kesehatan Al-Irsyad,,, hal. 22.
70
Larson D, et.al., “Association between Dimension of Religiouss Commitment and
Mental Health,” dalam jurnal American Journal of psychiatry and Archives General
Psychiatry, Vol. 4, 1992, hal. 149.
71
Mills PJ, “Spirituality, Religiousness and Health; From Research to Clinical
Practice,” dalam Jurnal Ann Behav Med, Vol. 24, 2002, hal. 1-2.
78
Teguh Ariwibowo dan Afin Murtiningsih, Rahasia Sehat Setiap Hari, Jakarta:
Penerbit Dunia Sehat, t.th, hal. 2-3.
pandang klien atau pasien, apa yang mereka cari dan terima
adalah hubungan konseling, yang memberikan fungsi yang
sama bagi mereka dengan pergi menemui terapis profesional
di ruang konsultasi.79
2. Definisi Kesehatan Jiwa/Mental
Ditinjau dari etimologi kata mental berasal dari kata latin, yaitu
mens atau mentis yang berarti jiwa, nyawa, sukma, ruh, dan
semangat.80 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI]
Mental adalah hal yang bersangkutan dengan batin dan watak
manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga.81 Menurut
peneliti definisi mental bisa dikaitkan juga dengan ilmu
psikologi, Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses
mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya
pada prilaku; juga berarti ilmu pengetahuan tentang gejala dan
kegiatan jiwa.82 Kesehatan mental merupakan alih bahasa dari
mental Hygiene atau mental Health berasal dari kata Hygiene
dan mental. Secara Etimologi Hygiene dari kata Hygea yaitu
nama Dewi keselamatan Yunani Kuno yang mempunyai tugas
mengurus masalah kesehatan manusia.83
World Federation for Mental Health mengatakan:
Kesehatan jiwa itu ialah suatu keadaan yang memungkinkan
79
John Mcleod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus, Jakarta: Prenada Media
Grup, edisi III, 2010, hal. 11.
80
Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, Bandung: Cv. Pustaka Setia, 1998, hal 9.
Baca juga: Mulyadi, Islam dan Kesehatan Mental,,,hal. 2.
81
Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI], “Definisi Mental,” https://kbbi.web.id/
mental.html. diakses tanggal 29 November 2018, jam 15 00 WIB.
82
Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI], “Definsi spikologi,” https://kbbi.web.id/
psikologi.html. diakses tanggal 29 November 2018, jam 15 00 WIB.
83
Syamsu Yusuf, Mental Hygiene Pengembangan Mental dalam Kajian Psikologi dan
Agama, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, hal. 7. Baca juga: Mulyadi, Islam dan
Kesehatan Mental,,, hal. 2.
95
Teguh Ariwibowo dan Afin Murtiningsih, Rahasia Sehat Setiap Hari,,, hal. 120-
121.
96
Kamuzzaman, Teori Kaunseling Bina Jiwa, Perlis Malaysia: Rasaling Press, 2006,
hal. 22.
97
Zulfan Saam, Psikologi Konseling, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet I, 2013, hal. 4-3.
dan akhirat.
Sedangkan kesehatan mental menurut WHO (World
Health Organization) adalah apabila seseorang mempunyai
jiwa yang sehat dan memiliki kriteria99:
a. Dapat menyusuaikan diri secara konstruktif pada
kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya
b. Memperoleh dari hasil jerih payah usahanya
c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang (stres), cemas dan
depresi
e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong
dan saling memuaskan
f. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai
pelajaran dikemudian hari
g. Menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang
kreatif dan kontruktif
h. Mempuyai rasa kasih sayang yang besar
Expert Commite Mental Health dan World Health
Organization (WHO) merumuskan seorang yang dikatakan
sehat mental sebagai berikut:
a. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
meskipun kenyataan ini buruk
b. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan
dari hidupnya
99
Nur Arfiyah Febriani, “Hubungan Antara Dzikir Allah dengan Kesehatan
Fisik dan Kesehatan Mental”, Disertasi, Jakarta: Program Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah, 2007, hal 123. Baca juga Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran
Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 2004, Cet. Xi,
hal. 34.
Zakiah Derajat, Islam dan Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Gunung Agung, Cet.
100
103
Zakiah Derajat, Islam dan Kesehatan Mental,,, hal. 15.
104
Zakiah Derajat, Islam dan Kesehatan Mental,,, hal. 9.
ُ ٰ َ َ َ ُ َ ٰ َ ۡ ۡ ُ َ ۡ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ
ع نورٖ ّمِن َّر ّبِهِۦ أفمن شح ٱلل صدرهۥ ل ِِلسل ِم فهو
122
Bambang Irawan, Menemukan Jiwa Yang Hilang;Butuh Obat Jiwa Yang Sakit,
Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2010, hal. 32.
123
Bambang Irawan, Menemukan Jiwa Yang Hilang;Butuh Obat Jiwa Yang Sakit ,,,
hal. 34.
Ruslan Nurhadi (ed.), Kamus Al-Qur’an, Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, Cet.
132
... Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku
tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau... (Al-
Mâidah/5:116)
ۡ َ ُ َّ ُ ُ ُ ّ َ ُ َ
٢٨ ...ٱلل نف َس ُهۥ ويحذِركم...
134
Darojat, Nafs Dalam Al-Qur’an:Studi Semantik, dalam Tesis: Jakarta: Program
Pascasarjana Konsentrasi Bahasa dan Sasatra Arab UIN Syarif Hidayatullah, 2007, hal. 8.
nafs dalam bentuk kata kerja (fi’il) dan disebutkan dua kali
yaitu dalam bentuk fi’il mâdhi dan fi’il mudhâri. Mengalami
perubahan wazan تنفسberarti bernafas, menarik nafas, dan
يتنافسberarti menyukai.135
adiktif.144
Menurut Undang-Undang psikotropika dikutip oleh M.
Masjkur, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.145 Undang-
Undang RI no 22 tahun 1997 tentang narkotika, memberikan
pengertian bahwa:
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiktif).146
Naza merupakan kepanjangan dari Narkotika alkohol
dan zat Adiktif. istilah Naza umumnya digunakan oleh pihak
kedokteran yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan
dari segi kesehatan fisik, psikis, dan sosial.147 Penyalahgunaan
Narkoba dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti
gangguan fungsi organ tubuh hati, jantung, paru, ginjal, alat
reproduksi dan penyakit hepatitis dan HIV/AIDS. Juga dapat
menyebabkan gangguan jiwa seperti paranoid serta gangguan
fungsi sosial.148 Menurut Horigian dikutip oleh Nurjanisah
144
M. Masjkur, Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja dalam Perspektif
Islam, At-Tuhfah dalam Jurnal Keislaman, hal.81.
145
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
146
Dwi Anggreni, “Dampak bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
(Napza) di Kelurahan Gunung Samarinda Hulu,” dalam Jurnal Sosiatri-Sosiologi, 2015,
vol. 3, No. 3, hal. 39.
147
Martaatmadja, Awas Bahaya Nafza, Semarang: PT. Bengawan Ilmu, 2007, hal. 1.
148
Syaifllah Khalik, et.al., “Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan
Narkoba Pada Klien Rehabilitasi Narkoba di Poli Napza RSJ Sambang Lihum,” dalam
Jurnal Skala Kesehatan, Vol. 5, No. 1, 2014.
Hukum Islam,” dalam Jurnal Hunafa, Vol. 6, No. 2, Agustus 2009, hal. 223-224.
Febi Herdajani dan Irman Rosalinda, “Peran Orang Tua dalam Mencegah dan
161
Menanggulangi Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotopika pada Remaja,” dalam Prosiding
Seminar Nasional Parenting, 2013, hal. 376. Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan
Musuhi Penyalahgunaanya, Jakarta: Yayasan Karya Bakti, t.th.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah atau
buatan bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh elektif pada susunan saraf pusat dan
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Penggolongan psikotropika menurut Undang-
Undang no. 5 tahun 1997 adalah:
1) Hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contoh: MIDMA (ekstasi),
LSD, STP.
2) Golongan II
Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi /pengembangan ilmu pengetahuan.
Mempunyai potensi ketergantungan sedang.
Contoh: pentobarbital, flunitrazepam
3) Golongan IV
Berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi/pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contoh: diazepam, klobazam, fenobarbital, barbital,
klorazepam, klordiazepoxide, nitazepam. Berdasar
ilmu farmakologi, psikotropika dikelompokkan
kedalam 3 golongan: 1). Kelompok depressent/
penekan saraf pusat/penenang/obat tidur, 2) kelompok
stimulans/perangsang saraf pusat/anti tidur, 3)
kelompok halusinogen
c. Zat adiktif lainnya
Zat adiktif adalah bahan lain yang bukan Narkotika atau
Psikotropika yang dapat menyebabkan ketagihan dan
ketergantungan baik fisik maupun mental.
1) Alkohol162
a) Keppres no 3 tahun 1997 tentang pengawasan
dan pengendalian minuman beralkohol
b) Mengandung etanol (etil alkohol), menekan
susunan syaraf pusat
2) Inhalasi dan solven: lem, tiner, penghampus cat kuku,
aerosol sprey, bensin
3) Tembakau/rokok
5. Islam Melarang Penyalahgunaan Narkoba (Naza)
Menurut Isep Zainal Arifin dikutip oleh Mulkiyan163 bahwa
“setiap korban penyalahgunaan Narkoba akan mengalami
kerusakan yang komplek, meliputi 4 aspek kerusakan yaitu:
Bio-Psio-Sosio-Spiritual. Kerusakan aspek biologis yaitu
rusaknya fisik pemakai, seperti rusaknya paru-paru, ginjal,
hepatitis, dan HIV/AIDS disebabkan oleh jarum suntik.164”
Dampak buruk lainnya adalah “Penyakit hipotensi ortostatik
(tekanan darah turun posisi berdiri), gejala neorologik seperti
tremor (gemetar), parkinsinisme (gejala penyakit parkinson
162
Depkes RI, Jenis-Jenis Napza, Jakarta: Ditjen Binkesmas, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat.
163
Mulkiyam., Ach. Farid, “Terapi Holistik Terhadap Pecandu Narkoba,” dalam
Jurnal, Vol. 8, No. 2, Desember 2017, hal. 271.
164
Isep Zainal, Bimbingan Penyuluhan Islam (Pengembangan Dakwah Melalui
Psikoterapi Islam), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, hal. 158.
Kasamasu, et.al., “Analisis Dalil Pengharaman Narkoba dalam Karya Karya Islam
Kontemporer,” dalam Jurnal Wardah,Vol. 18, No. 1, 2017. hal. 46.
167
Latefah Kasamasu., et.al, Analisis Dalil Pengharaman Narkoba dalam Karya
Karya Islam Kontemporer, dalam Jurnal Wardah, Vol. 18, No. 1, 2017, hal. 51.
168
(( ّولك مخر حرام.((لك مسكر مخر
ّ :عليه وسمل قال
168
Muslim Ibnu Al-Hajjaj, Shaḫȋh Muslim, Qâhirah: Dar El-Hadith, 1415H, Juz 7,
hal. 189, no. Hadis 75, Bab Bayân Anna Kulla Muskirin Khomrun.
BAB III
PROFIL MADANI MENTAL HEALTH
CARE DAN METODE TERAPINYA
Ginanjar Maulana Ketua Madani Mental Health Care, Mengenai: Visi MMHC,
7
َۡ ََُ ُ ۡ َ َ
٨٠ ني
ِ ِِإَوذا مرِضت فهو يشف
“Dan bila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan” (Asy-
Syu’ara/26:80)
Hadits yang menjadi landasan adalah riwayat Abdullah
bin Umar tentang segala minuman yang memabukkan adalah
khomer:
ُّ ُ ْ َ ُّ ُ َّ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ ْ َ
الل َعليْهِ َو َسل َم ((ك ُم ْسك ٍِر خ ٌر َوك ُم ْسك ٍِر قال رسول اللِ صل: قال.عن ابن عمر
َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َِ ٌ َ َ
9
(( ِ حرام ومن مات وهو يشب المر يدمِنها لم يشبها ِف الخِرة
189, no. Hadis 2003, Bab Bayân Anna Kulla Muskirin Khomrun.
10
Muhammad bin Isa, Sunan At-Tirmidzi, Qâhirah: Dar Al-Hadits, 1419 H, Juz 4,
hal. 148, no hadis 2038, Bab Mâ Jâ’a Fȋ Ad-Dawâ’i Wal Hatsi Alaihi
12
Yayasan Madani Mental Health Care, Kegiatan Pasien Dan Pengurusan Di Madani
Mental Health Care, Lokasi: Jakarta, Durasi wawancara 40 menit, 11 Oktober 2018.
13
Yayasan Madani Mental Health Care, Kegiatan pasien dan pengurusan di Madani
Mental Health Care, Lokasi: Jakarta, Durasi Wawancara 40 menit, 11 Oktober 2018.
14
Yayasan Madani Mental Health Care, Struktur pengurusan di Madani Mental
Health Care, Observasi Dokumen, Lokasi: Jakarta, 11 Oktober 2018.
diikat, dan satu tempat dengan yang lain tidak dibatasi, tidak
dipaksa dan tidak disiksa, serta bergaul dengan masyarakat
di dampingi dengan konselor 24 jam.18
Keunggulan Madani yang kedua adalah menggunakan
metode BPSS yang sangat lengkap, santri bisa berakitiftas
apapun, contohnya: yang masih sekolah bisa tetap sekolah
dengan pendampingan oleh konselor, yang kerja masih bisa
tetap kerja, dan pihak Yayasan Madani tidak memutuskan
kebutuhan primer pasien, yaitu pasien tetap rehab.19
Dan yang ketiga adalah program yang berkelanjutan
dalam satu atap serta terpadu yaitu Bio-Psio-Sosio-Spirutal
yaitu Sesuai dengan program WHO.20 Yang keempat
pembinaan di Madani Health Care yaitu berbasis komunitas
atau masyarakat (community base, not institution base),
berikut keunggulan keempat antara lain21:
a. Menyediakan tenaga konselor pendamping untuk
santri selama 24 jam, bahkan konselor dengan sistem
bergantian tidur bersama santri dangan ruangan
berdampingan agar bisa memantau kegiatan santri.
b. Mengedepankan nilai-nilai agama dan spiritual seperti
kegiatan shalat berjamaah dan lainnya.
c. Menerapkan program pembinaan berdasarkan
18
Ginanjar Maulana Ketua Madani Mental Health Care, Program Rehabilitasi Santri,
Lokasi: Jakarta, Durasi wawancara 60 menit, 12 Sepetember 2018.
19
Ginanjar Maulana Ketua Madani Mental Health Care, Keunggulan Rehabilitasi di
MMHC, Lokasi: Jakarta, Durasi wawancara 60 menit, 12 Sepetember 2018.
20
Ginanjar Maulana Ketua Madani Mental Health Care, Tentang: bio-psio-sosio-
spiritual yang sesuai dengan program WHO, Lokasi: Jakarta, Durasi wawancara 60
menit, 12 Sepetember 2018.
21
Yayasan Madani Mental Health Care, Penanganan Rehabilitasi berdasarkan:
community base not institute base, Observasi dokumen, diambil tgl 12 September 2018.
24
Ginanjar Maulana Ketua Madani Mental Health Care, Mengenai: Sumber Dana,
Lokasi: Jakarta, Durasi wawancara 60 menit, 12 Sepetember 2018.
25
Yayasan Madani Mental Health Care, Rekapitulasi Pasien Tahun 2014-2018 Di
MMHC, Lokasi: Jakarta, Observasi dokumen, diambil tanggal 6 oktober 2018.
2017 2018
Napza Napza+ Skizofrenia Napza Napza+ Skizofrenia
35 7 21 30 11 14
Jumlah 42 21 Jumlah 41 14
Yayasan Madani Health Care, Sebagai Tempat Penelitian Tinggi, Lokasi: Jakarta,
30
Dadang Hawari, Panduan Rehabilitasi Gangguan Mental & Perilaku Akibat Miras,
48
Program Sosial:
1. Program dibuat guna mengembalikan kembali
kodrat manusia sebagai makhluk sosial dengan dapat
beradaptasi secara wajar (normal) di rumah/sekolah/
tempat kerja dan masyarakat serta meningkatkan
kualitas hidup menjadi lebih baik
2. Program-progam pembinaan yang bersifat terapi
aktifitas kelompok seperti; futsal, renang, outbond
dan lain-lain
d. Terapi Spiritual
Penerapan aspek spiritual di MMHC menjadi bagian
terpenting karena pembinaan spiritual yang diterapkan
selama 24 jam dengan pendampingan para ustad dan
konselor. Menurut Puchalski dikutip oleh Prasetyo54
mengatakan bahwa, “Beberapa dekade terakhir banyak
penelitian yang menjadikan spiritualitas sebagai
variabelnya untuk lebih menggali manfaat spiritualitas
pada kesehatan dan menjadi elemen penting dalam
dunia kesehatan.55” Senada dikatakan oleh Hawari
bahwasannya, “Pendekatan religious (keagamaan)
pada pasien ketergantungan Naza ternyata dapat
menekan angka kekambuhan relaps56”. Beberapa faktor
diantaranya menjadi penyebab terjadinya relaps menurut
54
Agus Prasetyo, “Aspek Kesehatan Sebagai Elemen Penting dalam Kesehatan,”
dalam Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. Ix. No. 1, Maret 2016, hal. 19.
55
Puchalski `CM, “Formal and Informal Spiritual Assessment Asian Pacific,” dalam
Jurnal Cancer Prev, t.th, hal. 51-57.
56
Dadang Hawari, Petunjuk Terapi Praktis (Detoksifikasi) Miras & Narkoba,
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, edisi ke`2, 2011,
hal. 4.
Agama Bagi Penderita Naza Yang Sudah Membaik, Lokasi: Jakarta, Wawancara
Mendalam, durasi 60 menit, tanggal 12 september 2018.
64
Dadang Hawari, Pendekatan Holistik (BPSS) Bio-Psio-Sosial-Spiritual,,, hal. 118.
65
Dadang Hawari, Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik, Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran UI, edisi ke II, 2009, hal. 27.
Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir Terj. Lubâbu Tafsîr Min Ibni Katsîr, Bogor: Pustaka
70
71
Al-Qurthubi, Tafsȋr Al-Qurthȗbi Terj. Al-Jâmi’li Ahkâm Al-Qur’an, Jakarta: Cet.
1, 2009, hal. 316-317.
72
Al-Qurthubi, Tafsȋr Al-Qurthȗbi Terj. Al-Jâmi’li Ahkâm Al-Qur’an,,,, hal. 317.
85
Ahmad,., et.al, Buku Pendamping Panduan Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah
Aisyah Bandung, Yogyakarta: Gema Surya.t.th.
86
Ratih Rustika Dewi., Inggriane Puspita Dewi, “Persepsi Perawat dalam Pelaksanaan
Asuhan Keperawatan Spiritual Msulim di RS Muhamadiyah Bandung,” dalam Jurnal
Keperawatan Asiyiyah, JKA, Vol. 3, No. 1, Juni 2016, hal. 94.
Abdullah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Mâjah, Qâhirah: Dâar Ibnu Al-
89
Haisam, 1426 H, juz 3, hal. 44, no hadits 3436, Bab Kitab Attibbi.
90
Http: Www. Kbbi.Web.Id, diakses secara Online Tanggal 16 Oktober 2018, Jam
10 24 WIB.
91
Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) Narkoba/Naza, Tanpa Methadon, Subutex
& Sejenisnya, Jakarta: Badan Penerbit FKUI, edisi kedua, 2011, hal. 31.
َ َ
ت َوكن َ َ َ ۡ ّ َ ُ َّ ُ ّ َ ُ َ َ ْ ُ َ ٗ َ ٗ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ
ٖۗ ٰإِل من تاب وءامن وع ِمل عمل صٰل ِحا فأو ٰٓلئِك يبدِل ٱلل َس ٔي َِات ِ ِهم حسن
٧١ ابا
َّ
ٗ ٱللِ َم َت ُ اب َو َع ِم َل َصٰل ِٗحا فَإنَّ ُهۥ َي ُت
وب إِل َ َ َو َمن ت٧٠ ِيما ٗ ٱلل َغ ُف
ٗ ورا َّرح ُ َّ
ِ
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka
diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah maha
Pengampun lagi Maha Penyayang, dan orang-orang
yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka
sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat
yang sebenar-benarnya
Ibnu Katsir menafsirkan ayat diatas bahwasannya
orang yang berbuat maksiat lalu ia bertaubat kepada Allah
ta’la di dunia, maka sesungguhnya Allah akan menerima
taubatnya. Allah akan mengganti amal keburukan mereka
dengan amal kebaikan.92 Ibnu Abbas berkata tentang ayat
ini: “Mereka adalah orang-orang yang beriman yang
mana mereka berbuat keburukan, lalu Allah memberikan
rasa benci kepada keburukan tersebut itu hingga diubah-
Nya mereka kepada kebaikan.93” Hasan Al-Basri
mengutip pendapat Abul Aliyah mengatakan: Allah akan
menggantikan mereka dari amal buruk dengan amal
sholeh, dari kesyirikan dengan keikhlasan. Mengganti
dari penyelewengan dengan kebersihan, dari kekufuran
dengan keislaman. Pendapat lain bahwasanya keburukan-
keburukan yang lalu itu dapat berubah kepada kebaikan
dengan taubat nashȗha.94 Ayat diatas memberikan pesan
92 Abdullah, Tafsîr Ibnu Katsîr Terj. Lubâbu Tafsîr Min Ibni Katsîr, Bogor: Pustaka
Imam Asy-Syâfi’i, 2016, jilid 6, hal. 477.
93
Abdullah, Tafsîr Ibnu Katsîr Terj. Lubâbu Tafsîr Min Ibni Katsîr,,, hal. 477.
94
Abdullah, Tafsîr Ibnu Katsîr Terj. Lubâbu Tafsîr Min Ibni Katsîr,, hal. 477.
Abdullah, Tafsȋr Ibnu Katsȋr Terj. Lubâbut Tafsîr Min Ibni Katsîr, Bogor: Pustaka
95
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsîr Ibnu Katsîr,,, hal. 640.
103
104
Khamimatuz Zulfa dan Eny Purwandari, “Pola Keluarga Remaja Beresiko
Penyalahgunaan Napza,” dalam Jurnal Indigenous, Vol. 1, No. 1, Mei 2016, 74-83,
ISSN: 0854-2 880, hal. 79.
111
Abdullah, Tafsir Ibnu Katsîr Terj. Lubȃbu Tafsîr Min Ibni Katsîr,,, hal. 44.
112
Quraish Shihab, Tafsîr Al-Mishbȃh, Tanggerang selatan: Lentera Hati, vol. 14,
2002, hal. 177.
113
Irwan Syuhada, Faktor Internal dan Intervensi pada Kasus Penyandang Relaps
Narkoba, dalam Seminar Psikologi & Kemanusiaan, 2015, hal. 504.
114
A. Marlatt., J.R Gardon, Relapse Prevention: Maintenance Strategies in The
Treatment of Addiictive Behaviour, New York: Guilford, 1985.
115
Irwan Syuhada, Faktor Internal dan Intervensi pada Kasus Penyandang Relaps
Narkoba,,, hal. 504.
116
Kemenkes, Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan Napza,
Direktorat Bina Kesehatan Jiwa RI, Tahun 2012.
BAB IV
SPIRITUAL SEBAGAI TERAPI
KESEHATAN MENTAL PERSPEKTIF
TAFSIR AL-QUR’AN
8
M. Abdul Athi Buhairi, Tafsir Ayat-Ayat Yâ Ayyuhal-Ladzȋna Âmanȗ Terj. Nidâ
Atirhmâni Li Ahli Ȋman ,,, hal. 507-508.
9
Mohammad Alȋ As-Sâbȗni, Rawâi’ul Bâyan: Tafsȋr Âyatul Ahkâm, Beirut: Darul
Fikr, t.th, Jilid 1, hal. 267. Baca juga: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsȋr
Tematik: Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an,,, hal. 285.
10
Abdurahman Al-Jazâri, Kitâbul Fiqh ‘Ala-Mazâhibil Arba’ah, Beirut: Al-Maktabah
Al-Tijâriyah Al-Kubrâ, t.th, hal. 10. Baca juga: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
Tafsir Tematik: Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an,,, hal. 285.
ۡ َ َُُٓۡ َ ۡ ٓ ُۡ ۡ َ ۡ َ ۡ َۡ َ َ َ ُ ۡ َ ي
َُك
ب مِن ِ َو َم َنٰ ِف ُع ل َِّلنٞم كبِريٞ سۖ قل فِي ِه َما إِث
اس ِإَوثمهما أ ِ ِ سَٔلونك ع ِن ٱلمرِ وٱلمي
ۡ َّ
ۗنفعِ ِه َما
Remaja Karya, 1984, hal. 2-3. Baca juga: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir
Tematik: Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an,,, hal. 291.
12
M. Quraish Shihab, Ensklopedia Al-Qur’an Kajian Kosa Kata, Tanggerang Selaatan:
َّ ۡ
ُ ُٱللِ َت ۡط َمئ ُّن ۡٱل ُقل َ َ َّ ۡ ُ ُ ُ ُ ُّ َ ۡ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ
٢٨ وب ِ ِٱلِين ءامنوا وتطمئِن قلوبهم بِذِكرِ ٱللِۗ أل بِذِكر
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram
Dalam penelitian lain seperti Wulandari tentang efektifitas
terapi asmâul ẖusnâ terhadap penurunan skala nyeri pada
pasien fraktur dapat disimpulkan bahwa; “ada perbedaan yang
signifikan, antara pretest dan posttest. Hal ini menunjukan
Ha di terima yang berarti bahwa terapi asmâul ẖusnâ efektif
mengurangi skala nyeri pada pasien fraktur. 25” Setiap asmâul
ẖusnâ memiliki makna tersendiri, menurut Nafisa dikutip oleh
Wulandari bahwa;
Asmâ yang terkait dengan hal penyembuhan yaitu assalâm
(Maha Penyelamat), al-ghâfur (Maha Pengampun), asy-
syâkur (Maha Penerima Syukur), al-hayyu (Maha Hidup), al-
mâjid (Maha Mulia). Nama-nama tersebut diyakini apabila
dibaca dan diperdengarkan kepada orang yang sakit dapat
mengurangi atau memberi kesembuhan kepada orang yang
sakit.26
2. Terapi Pemaknaan Tilawah Al-Qur’an dan Implikasinya
Terhadap Kesehatan Mental
Al-Qur’an menjelaskan substansi ibadah secara rinci, baik
dari sisi teori maupun praktek, hal ini mampu membentuk
karakter dan perilaku yang baik, berikut menurut Mohammad
Utsman Najati:
25
Putri Wulandari., et.al, “Efektifitas Terapi Asmȃul ẖusnȃ Terhdapat Penurunan
Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur di RSUD Provinsi Riau, dalam Jurnal Endurance 3, 2
Juni 2018, hal. 380.
26
Putri Wulandari., et.al, “Efektifitas Terapi Asmȃul ẖusnȃ Terhdapat Penurunan
Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur di RSUD Provinsi Riau”,,, hal. 377.
Abdendaem Kaheel, Obati Dirimu Dengan Al-Qur’an, Terj. Âlij Nafsaka bil
34
ٞ ََۡ َ َُٗ ُ ّ َّ ّ ٞ َ ۡ َّ ُ ۡ َ ٓ َ ۡ َ ُ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
ُّ ل ّ َِما فٞك ۡم َوش َِفآء
ٱلص ُدورِ وهدى ورحة ِ ِ يأيها ٱنلاس قد جاءتكم موعِظة مِن رب
َ ّل ِۡل ُم ۡؤ ِمن
٥٧ ِني
اال ان ىف ا جلسد مضغة اذا صلحت صلح احسد لكة واذا فست فسدااجسد لكة اال و
ىه ا لقلب
50
ZN (nama inisial Santri Korban Pecandu Narkoba di MMHC), Terapi Membaca
al-Qur’an, Lokasi: Jakarta, Wawancara Mendalam, durasi 30 menit, 14 Oktober 2018.
51
Jaluddin A-Syuyuti dan M. Ibrahim Salaim, Al-Qur’an Sang Penyembuh Terj. Al-
Qur’an Asy-Syâfi At-Tâdawi Bi Al-Qur’an Wa Al-Istisyfâ Bi Arruqâ Wa At-Ta’aqaidz,
Depok: Keira Publising, 2015, hal. 66-76 .
52
Jaluddin A-Syuyuti dan M. Ibrahim Salaim, Al-Qur’an Sang Penyembuh Terj. Al-
Qur’an Asy-Syâfi At-Tâdawi Bi Al-Qur’an Wa Al-Istisyfâ Bi Arruqâ Wa At-Ta’aqaidz,,,
hal. 66.
53
Jaluddin A-Syuyuti dan M. Ibrahim Salaim, Al-Qur’an Sang Penyembuh Terj. Al-
Qur’an Asy-Syâfi At-Tâdawi Bi Al-Qur’an Wa Al-Istisyfâ Bi Arruqâ Wa At-Ta’aqaidz,,,
hal. 66.
54
Jaluddin A-Syuyuti dan M. Ibrahim Salaim, Al-Qur’an Sang Penyembuh Terj. Al-
Qur’an Asy-Syâfi At-Tâdawi Bi Al-Qur’an Wa Al-Istisyfâ Bi Arruqâ Wa At-Ta’aqaidz,,,
hal. 68.
55
Jaluddin A-Syuyuti dan M. Ibrahim Salaim, Al-Qur’an Sang Penyembuh Terj. Al-
Qur’an Asy-Syâfi At-Tâdawi Bi Al-Qur’an Wa Al-Istisyfâ Bi Arruqâ Wa At-Ta’aqaidz,,,
hal. 70.
56
Jaluddin A-Syuyuti dan M. Ibrahim Salaim, Al-Qur’an Sang Penyembuh Terj. Al-Qur’an
Asy-Syâfi At-Tâdawi Bi Al-Qur’an Wa Al-Istisyfâ Bi Arruqâ Wa At-Ta’aqaidz,,, hal. 72.
63
M. Quraish Shihab, Ensklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, Tanggerang Selatan:
Lentera Hati, Cet Ke I, 2007, hal. 992.
64
Ar-Râghib Al-Ashfahâni, Kamus Al-Qur’an Terj. Al-Mufrodât Fȋ Gharȋbil Qur’ân,
Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, Cet Ke I, 2017, hal. 321-322.
73
Muhammad Shâhib, “Tobat Sebagai Metode Dasar Psikoterapi”, dalam Jurnal
Psikology Forum UMM, ISBN : 978-979-796-324-8, hal. 529.
74
MR (nama inisial pasien Madani Mental Health Care), dampak melaksanakan
sholat taubat, Lokasi: Jakarta, wawancara mendalam, durasi 30 menit, tanggal 18
Sepetembr 2018.
75
Erba Rozalina Yulianti, “Tobat Sebagai Sebuah Terapi”,,, hal. 26-27.
76
Jamal Elzaky, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, Jakarta: Zaman, 2011, hal.
127.
77
Jamal Elzaky, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, Jakarta: Zaman, 2011,
hal. 166.
Achmad Mubarak, Psikology Islam: Kearifan dan Kecerdasan Hidup,,, hal. 240
94
Ros Mayasari, “Islam dan Psikoterapi,” dalam Jurnal Psikologi, Vol. 6, No.2,
95
96
M. Quraish Shihab, Tafsȋr Al-Misḫbâh, Tanggerang Selatan: Lentera Hati, Volume
6, 2009, hal. 273.
97
M. Quraish Shihab, Tafsȋr Al-Misḫbâh,,, hal. 272.
98
MR (nama inisial pasien Madani Mental Health Care), dampak melaksanakan
sholat taubat, Lokasi: Jakarta, wawancara mendalam, durasi 30 menit, tanggal 18
Sepetembr 2018.
99
M. Kamil Abdush Shamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an Terj. Al-I’jâzu Ilmi
Wal Islâm,,, hal. 310.
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan
sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari
kiamat)”
4. Surat Ali Imran/3:8
َ َك أ
ُ نت ٱل ۡ َو َّه
٨ اب
َ َّ ً َ ۡ َ َ ُ َّ َ ۡ َ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ُ ُ ۡ ُ َ َ َّ َ
ب لَا مِن لنك رحة ۚ إِن ربنا ل تزِغ قلوبنا بعد إِذ هديتنا وه
dan As-Sunah, Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, Edisi ke II, 2015, hal. 15.
a. Surat Al-Hijr/15:99
َ َ ۡ َ ٰ َّ َ َ َّ َ ۡ ُ ۡ َ
ُ ك ۡٱلَق
٩٩ نيِ وٱعبد ربك حت يأتِي
2008, hal. 23
112
Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi jilid ke 19... hal. 75-76 .
emosionalnya.
Berikut ini ayat-ayat Al-Qur’an yang mendasari
tentang larangan mencuri sebagai landasan pembinaan
rehabilitasi spiritual pada pasien/klien:
a. Surat Al-Baqarah/2:188
ۡ ُ ُ َ َ ْ ُ ُ َۡ َ
...َول تأكل ٓوا أ ۡم َوٰلكم بَ ۡي َنكم بِٱل َبٰ ِط ِل
b. Surat Al-Baqarah/2:57
ُ ۡ ْ ُُ
...ت َما َر َزق َنٰك ۡ ۚم َ
ِ ٰ كوا مِن َط ّيِب...
ْ ُ َ َّ َ َ َ ۡ َ َ َ َ ۡ ۡ َ َّۡ ُ َ َۡ ََ َ
اس ِلُذِيق ُهم َب ۡعض ٱلِي ع ِملوا
ِ َّت أيۡدِي ٱنل ب وٱلَحرِ بِما كسب
ِ َظه َّر ٱلفساد ِف ٱل
َ َۡ ۡ ُ َ
٤١ ج ُعونِ لعلهم ير
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar). (Ar-Rȗm/30:41)
Kata فسادartinya keluarnya sesuatu dari keseimbangan
baik sedikit maupun banyak atau bermakna rusak. Kata
ini digunakan menunjuk kerusakan baik jasmani, jiwa,
maupun hal lain. Al-fasad antonim dari kata as-salah
berarti manfaat atau berguna. Dalam makna sempit
berarti kerusakan tertentu seperti kemusyrikan atau
pembunuhan. Ulama kontemporer memahaminya
kerusakan di darat seperti temperatur bumi semakin panas
dan kerusakan laut air laut tercemar sehingga
ketidakseimbangan ekosistem.119
Makna al-fasad juga berarti perampokan,
pembunuhan, pemberontakan dan sebagainya. Namun
jika mereka bertaubat dan memperbaiki dari kerusakan
(maksiat) tersebut maka Allah akan mengampuninya.
Sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat Ali-imran/3:135
ۡ ُ ُ ْ َ ۡ ۡ َ َ َّ ْ ُ َ َ ۡ ُ َ ُ َ ْ ٓ ُ َ َ ۡ َ ً َ ٰ َ ْ ُ َ َ َ َ َّ َ
ٱس َتغف ُروا ِلنوب ِ ِه ۡم َو َمن َيغفِ ُر حشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا ٱلل ف ِ وٱلِين إِذا فعلوا ف
َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ َ ْ ُ َ َ َ ٰ َ َ ْ ُّ ُ ۡ َ َ ُ َّ َّ َ ُ ُّ
١٣٥ صوا ع ما فعلوا وهم يعلمون ِ ٱذلنوب إِل ٱلل ولم ي
121
Puji Lestari, “Metode Terapi dan Rehabilitasi Kraban Napza di Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya,” dalam Jurnal Dimensia, Vol. 6, No. 1, Maret 2012, hal. 12.
122
Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan Naza (Narkotika, Alkohol,
Zat Adiktif), Jakarta:, FKUI, 2001, hal. 133-134 .
123
Siti Zubaidah, Penyembuhan Korban Narkoba, Melalui Terapi dan Rehabilitasi
Terpadu,Medan: penerbit IAIN Press, Cet ke I, 2011, hal. 146.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan penafsiran ayat-ayat spiritual dan implikasinya
terhadap kesehatan mental
Peneliti menyimpulkan bahwa; terapi bagi pecandu
narkoba yang diterapakan di Madani Mental Health
Care sudah sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan
pendekatan dan pemahaman Al-Qur’an, sehingga peneliti
memperkuat dan mendukung teori Dadang Hawari
bahwasannya melalui pendekatan spiritual dalam proses
rehabilitasi dapat berimplikasi terhadap kesembuhan
pecandu narkoba yang tepat terutama dalam memprbaiki
mental pasien/klien, dengan diterapkannya pendekatan
pemahaman Al-Qur’an mampu mempersempit niat
pecandu narkoba untuk tidak kembali lagi kedalam
penyalahgunaan narkoba atau yang biasa dikenal
B. Saran
Peneliti mengajukan beberapa saran yang bersifat praktis dan
teoritis untuk pihak Madani Mental Health Care dan saran
untuk kepentingan penelitian selanjutnya.
1. Saran Praktis
a. Untuk pengelola Madani Mental Health Care peneliti
memberikan saran agar kegiatan spiritual lebih
ditingkatkan terutama kegiatan yang berbasis spiritual
b. Pengelola MMHC hendaknya lebih banyak
komunikasi dengan warga sekitar agar tetap terjaga
dan kondusif
c. Untuk pengelola MMHC hendaknya tidak
memberikan rokok kepada santri rehabilitasi karena
11
Nur Arfiyah Febriani, “Hubungan Antara Zikir Allah Dengan Kesehatan Fisik dan
Kesehatan Mental.” Tesis. Jakarta: Fakultas Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2007, hal. vii
DAFTAR PUSTAKA
Internet
http: www.yankes.kemenkes. Di akses 18 maret 2018.
http: www.kbbi.co.id. Di akses 14 november 2018, jam 23.45.
BNN, Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009
mengenai Narkotika, http: www.bnn.go.id , di akses 19
november 2018.
PROFIL PENULIS
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. MI MiftahulUlum : Ds. Plakaran, Moga - Pemalang
2. MTS Al-Azhar : Ds. Pucangluwuk, Bojong - Tegal
3. SMK Khazanah Kebajikan : Tangerang Selatan
4. Akademi Bahasa Asing (ABA) Khazanah Kebajikan: (D3)
Jurusan Bahasa Inggris Tangerang Selatan
5. I’dad Lughoh Hufazh Sunnah Jakarta: (D2) Jurusan Bahasa
Arab (2 Tahun)
6. Sedang ngambil Takhasus Ilmu Syariah AL-BARKAH Bintaro
Jakarta Selatan
RIWAYAT KELUARGA
Nama Ibu Kandung : (alm) Kulsum binti Sachlani
Nama Bapak Kandung : Muhaimin
Nama Istri : Irse Desy Yana, S.Kep, M.Ph
Nama Anak : Faza Auliya Az-Zahra Mutmainnah
: (alm) Abdurahman Maulana
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Sumber Gambar: Softcopy File Arsip Madani Mental Healt Care 2018
Sumber Gambar: Softcopy File Arsip Madani Mental Healt Care 2018
Sumber Gambar: Softcopy File Arsip Madani Mental Healt Care 2018
Sumber Gambar: Softcopy File Arsip Madani Mental Healt Care 2018
Sumber Gambar: Softcopy File Arsip Madani Mental Healt Care 2018
Sumber Gambar 1 & 2 : Softcopy Arsip Madani Mental Healt Care 2018
Sumber Gambar 1 & 2 : Softcopy Arsip Madani Mental Healt Care 2018