FASYA APRILIA
NIM 2118856
KELAS 3D
4. Metode Acuan/Standar :
• PT Novell Laboratories melakukan penetapan kadar piridostigmin bromida
yang mengacu pada Farmakope Edisi VI. Metode yang digunakan untuk
penetapan kadar piridostigmin bromida dalam tablet piridostigmin bromida
60 mg secara High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dengan
laju alir 2,0 mL/menit mengacu pada metode non-standar oleh perusahaan
drug master file (DMF) dari supplier bahan baku.
• Validasi penetapan kadar piridostigmin bromida mengacu pada UNITED
STATE PHARMACOPEIA (2018).
Catatan : Penulisan metode acuan sudah baik dan terdapat di bagian latar belakang
5. Ruang Lingkup :
Menurut KEMENTRIAN KESEHATAN RI (2020), Tablet piridostigmin bromida
mengandung piridostigmin bromida tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Catatan : Penulisan ruang lingkup sudah baik dan terdapat dibagian latar belakang
Catatan : Penulisan matriks sampel sudah baik dan terdapat dibagian judul
b. Gap Analysis : -
Catatan : Tidak ada Gap Analysis
c. Tujuan :
Percobaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa metode analisis kadar
piridostigmin bromida dalam tablet salut selaput dengan modifikasi variabel
laju alir dari volume 2,0 mL/menit menjadi 1,8 mL/menit dapat memberikan
data yang handal. Hasil percobaan kemudian dibandingkan dengan syarat
keberterimaan PT Novell Pharmaceutical Laboratories yaitu protokol
perusahaan (Validation Master Plan) sehingga dapat digunakan dalam
analisis rutin.
b. Pengolahan Data
Data kromatogram yang dihasilkan dari pengukuran larutan standar piridostigmin
bromida dengan enam kali pengulangan ditampilkan berupa luas area, waktu
retensi, dan tailing factor (ICH, 2006). Syarat keberterimaan dengan parameter
simpangan baku relatif (SBR) luas area dan waktu retensi dari ulangan
penyuntikan diolah datanya dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
xi = nilai luas area dan waktu retensi ke-i
x̅ = nilai rerata luas area dan waktu retensi
i = 1,2,3,…n
n = banyaknya ulangan
SB = simpangan baku
SBR = simpangan baku relatif (%)
c. Hasil
Tabel 3. Hasil Uji Kesesuaian Sistem (UKS) terhadap Standar Piridostigmin
Bromida 100% secara HPLC
Ulangan Luas Area Retensi Tailing Factor
1 2.655.854 3,200 1,159
2 2.655.133 3,200 1,160
3 2.653.158 3,200 1,161
4 2.653.079 3,202 1,161
5 2.648.784 3,203 1,164
6 2.650.420 3,205 1,165
Rerata 2.652.738 3,202 1,162
SB 2.710,919 0,002 0,002
%SBR 0,102 0,065 0,201
Berdasarkan pengujian uji kesesuaian sistem dapat dilihat pada Tabel 3,
diperoleh %SBR dari rata-rata luas area standar piridostigmin bromida sebesar
0,102%, %SBR waktu retensi sebesar 0,065% dan nilai tailing factor sebsesar
1,162. Nilai %SBR menunjukan presisi (ketelitian) dari luas area, waktu retensi dan
tailing factor menunjukan bahwa metode sangat teliti (SUMARDI, 2002). Nilai ini
memenuhi kriteria keberterimaan % SBR luas area dan waktu retensi standar
piridostigmin bromida 1,0%, sedangkan nilai rerata tailing factor 1,5%.
Artinya, sistem pada HPLC berjalan dengan baik dan benar sesuai prosedur selama
proses analisis yang akan dilakukan selanjutnya sehingga data yang dihasilkan
dapat dipercaya untuk menyimpulkan suatu hasil pengujian dalam kondisi yang
baik dan siap digunakan untuk analisis. Data kromatogram dan hasil perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
13. Review Uji Selektivitas terhadap Baseline, Pelarut, Plasebo, Standar dan
Sampel dengan Konsentrasi 100%
a. Cara Kerja
Uji selektivitas digunakan pelarut, plasebo, larutan deret standar dan
sampel simulasi piridostigmin bromida dengan konsentrasi 100% yang
diinjeksikan menggunakan autosampler. Hasil analisis kromatogram dari
baseline, pelarut, plasebo, larutan standar dan sampel dengan konsentrasi
100% dibandingkan dengan syarat keberterimaan selektivitas yang ditentukan
oleh PT Novell Pharmaceutical Laboratories yaitu pada kromatogram pelarut,
plasebo tidak terdapat peak yang signifikan (area ≥ 1,0%) pada waktu retensi
yang sama dengan zat aktif.
b. Pengolahan Data :
c. Hasil
Pada pengujian ini selektivitas metode ditentukan dengan
membandingkan kromatogram hasil analisis dari baseline, pelarut, plasebo,
larutan standar 100% dan sampel simulasi 100%. Evaluasi uji selektivitas
ditentukan dari kromatogram pelarut dan plasebo berdasarkan signifikansi area
peak pada waktu retensi yang sama terhadap zat aktif. Hasil uji selektivitas
dapat dilihat pada Gambar 3.
Berdasarkan hasil pengujian selektivitas terhadap baseline, pelarut,
plasebo, standar piridostigmin bromida konsentrasi 100%, dan sampel
piridostigmin bromida 100% dapat dilihat pada Gambar 2. Pengujian pada
baseline (a), pelarut (b) dan plasebo (c) tidak terdapat peak yang signifikan
pada waktu retensi yang sama dengan zat aktif sehingga metode ini spesifik
untuk analisis piridostigmin bromida. Dari hasil tersebut menunjukan
kemampuan bahwa metode penetapan kadar piridostigmin bromida dapat
mengukur secara akurat dan spesifik respon analit di dalam lingkungan
senyawa yang mungkin ada di dalam sampel sehingga dapat dikatakan bahwa
metode penetapan kadar piridostigmin bromida dapat mengukur secara akurat
dan spesifik respon analit di dalam lingkungan senyawa yang mungkin ada di
dalam sampel sehingga dapat dikatakan bahwa pada analisis tidak terdapat
gangguan dari pelarut maupun matriks/plasebo.
Gambar 2. Hasil Pengujian Selektivitas terhadap Baseline (a), Pelarut (b),
Plasebo (c), Standar (d) dan Sampel (e) dengan Konsentrasi 100%
pada Sistem HPLC.
b. Pengolahan Data
Pada uji linearitas dilakukan sebanyak lima kali pengulangan. Data kromatogram
yang dihasilkan yaitu luas area standar diolah menggunakan persamaan
linearitas. Persamaan linearitas untuk standar tersebut sebagai berikut (ICH,
2006):
y = a + bx
Keterangan
a = intercept kurva regresi linier
b = slope kurva regresi linier
r = koefisien korelasi
xi = konsentrasi ke-i (mg/L)
yi = luas area standar ke-i
i = 1,2,3, ...n
n = banyak pengulangan
c. Hasil
Hasil pengujian linearitas dapat dilihat pada grafik, sedangkan data
kromatogram pengujian linearitas dan contoh perhitungan linearitas dapat
dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.
Catatan :
• Tidak dijelaskan berapa kali ulangan yang dilakukan
• Tidak menjelaskan menggunakan metode simulasi
b. Pengolahan Data
Pada uji akurasi ini dilakukan sebanyak sembilan kali pengulangan. Data
kromatogram yang dihasilkan dari penyuntikan larutan sampel berupa luas area
kadar piridostigmin bromida (PB) yang diperoleh kemudian diolah secara
statistika, ditetapkan kadar hasil analisis dan dibandingan dengan kadar hasil
teoritis (FARMAKOPE INDONESIA IV, 2020).
Catatan : Lebih baik ditambahkan satuan kadar hasil analisis dan satuan kadar
teoritis
Pada uji akurasi dilakukan sebanyak sembilan kali pengulangan dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Data kromatogram yang dihasilkan dari
penyuntikan larutan sampel berupa luas area kadar piridostigmin bromida yang
diperoleh kemudian diolah secara statistika, ditetapkan nilai rata-rata,
simpangan baku (SB), dan persen simpangan baku relatif (%SBR) (UNITED
STATES PHARMACOPEIA, 2018). Data hasil uji akurasi diolah dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
x̅ = nilai rerata luas area dan waktu retensi
SB = simpangan baku
SBR = simpangan baku relatif (%)
xi = nilai luas area dan waktu retensi ke-i
i = 1,2,3, ...n
n = banyak pengulangan
c. Hasil
Akurasi dapat ditetukan melalui dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-
placebo recovery) atau metode penambahan standar baku (standard addition
method) (UNITED STATES PHARMACOPEIA, 2018). Dalam percobaan
ini akurasi dilakukan dengan metode simulasi. Dalam metode simulasi,
sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam matriks/plasebo (semua
campuran reagen kecuali analit), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya
dibandingkan dengan kadar standar yang sebenarnya. Hasil uji akurasi dapat
dilihat pada Tabel 4 sedangkan data kromatogram dan contoh perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.
Konsentrasi Bobot
Kadar PB Kadar PB
Sampel Sampel Rerata
Teoritis Luas Area Analisis %Recovery
Simulasi PB Simulasi %Recovery
(µg/mL) (µg/mL)
(%) (mg)
b. Pengolahan Data
Pada uji presisi dilakukan sebanyak enam kali pengulangan pada penyuntikan
sampel obat jadi. Data kromatogram hasil penyuntikan berupa luas area kemudian
diolah secara statistika, ditetapkan nilai rata-rata, simpangan baku (SB), dan
persen simpangan baku relatif (%SBR). Data hasil uji presisi diolah dengan rumus
sebagai berikut (FARMAKOPE INDONESIA IV, 2020) :
Keterangan:
x̅ = nilai rerata luas area dan waktu retensi
SB = simpangan baku
SBR = simpangan baku relatif (%)
xi = nilai luas area dan waktu retensi ke-i
i = 1,2,3, …n
n = banyak pengulangan
Kadar PB Kadar PB
Penimbangan
Ulangan Luas Area Teoritis Analisis %Recovery
(mg)
(µg/mL) (µg/mL)
Catatan :
• Sebaiknya ditulis %relatif deviasi gabungan
• Tidak dijelaskan berapa kali ulangan yang dilakukan
b. Pengolahan Data
Pada presisi antara dilakukan oleh analis yang berbeda pada hari yang berbeda.
Larutan standar dengan konsentrasi 100% diinjeksikan sebanya enam kali,
larutan linearitas dengan lima konsentrasi diinjeksikan masing-masing
sebanyak satu kali dan penginjeksian sampel simulasi (80,100,120)% dengan
masing-masing pengulangan sebanyak tiga kali dan penyuntikan masing-
masing satu kali. Data kromatogram yang dihasilkan berupa luas area yang
akan diolah secara statistika, nilai koefisien korelasi (r), %recovery, nilai
rerata, simpangan baku (SB), %simpangan baku relative (%SBR) (ICH, 2006).
Data hasil uji presisi antara diolah dengan rumus berikut :
Keterangan:
x̅ = nilai rerata luas area dan waktu retensi
SB = simpangan baku
SBR = simpangan baku relatif (%)
xi = nilai luas area dan waktu retensi ke-i
i = 1,2,3, …n
n = banyak pengulangan
Keterangan:
Y = Luas area peak zat aktif pada kromatogram larutan sampel
x = Kadar zat aktif pada larutan sampel
b = Slope kurva regresi linear`
a = Intersep kurva regresi linear
Catatan :
• Terdapat kesalahan penulisan seharusnya “sebanyak”
• Lima konsentrasi seharusnya dijelaskan konsentrasi berapa saja
• Di rumus % Recovery yang bisa dimasukan satuan kadar dan satuan di
keterangan
c. Hasil
Hasil pengujian presisi antara dapat dilihat pada Tabel 6, sedangkan data
kromatogram dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11 dan Lampiran
12.
Presisi antara merupakan presisi yang diperoleh dari pengukuran ulangan
yang dilakukan di laboratorium dalam kondisi yang lebih bervariasi (RIYANTO,
2004). Berdasarkan Tabel 6, diperoleh nilai %relatif deviasi gabungan oleh analis
1 dan analis 2 sebesar 0,021% artinya, telah memenuhi syarat keberterimaan yang
ditetapkan oleh PT Novell Pharmaceutical Laboratories yaitu %relatif deviasi
gabungan ≤ 5%. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh analis 1 dan analis
2, hasil memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi antara hasil individual dengan
hasil rata-rata pengukuran yang dilakukan secara berulang. Hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa penetapan kadar piridostigmin bromida memberikan presisi
yang memenuhi syarat.
Tabel 6. Hasil Pengujian Presisi Antara terhadap Dua Analis
Penetapan KadarPiridostigmin Bromida secara HPLC
%Recovery
Konsentrasi Sampel Hari 1 Hari 2
SimulasiPiridostigmin
Bromida (%) Analis 1 Analis 2
99,61 100,68
80 98,65 100,08
99,11 99,51
98,68 99,12
100 99,32 99,15
101,94 98,39
99,13 98,20
120 99,10 100,80
98,99 98,79
c. Hasil
Hasil uji stabilitas larutan standar terhadap waktu injeksi dapat dilihat pada
Tabel 7 sedangkan data kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 13 dan
contoh perhitungan pada Lampiran 14.
Tabel 7. Hasil Uji Stabilitas terhadap Waktu Injeksi Piridostigmin Bromida
pada Larutan Standar 100%
Kadar Analisis
Waktu (Jam) Luas Area Piridostigmin %Bias
Bromida (µg/mL)
0 2.656.707 256,510 0,0000
2 2.657.726 256,607 0,0384
4 2.653.472 256,203 0,1218
6 2.664.657 257,266 0,2992
8 2.676.901 258,429 0,7601
10 2.679.023 258,631 0,8400
12 2.683.360 259,046 1,0032
16 2.692.353 259,897 1,3417
20 2.656.256 256,467 0,0170
24 2.674.883 258,237 0,6842
Gambar 4. Grafik Hubungan antara Jam Injeksi dengan Kadar Larutan Standar
Piridostigmin Bromida
Berdasarkan hasil uji stabilitas standar dengan konsentrasi 100% dapat dilihat
pada Gambar 4 bahwa kadar piridostigmin bromida memiliki kadar yang
fluktuatif. Berdasarkan hasil uji stabilitas tersebut diketahui bahwa analit
piridostigmin bromida dalam matriks tablet salut selaput tidak mengalami
degradasi melebihi dari batas yang ditentukan. Hal ini dapat disebabkan oleh
ketidakstabilan fase gerak, ketidakstabilan suhu maupun larutan standar.
Berdasarkan hasil uji stabilitas tersebut diketahui bahwa analit piridostigmin
bromida dalam matriks tablet salut selaput tidak mengalami degradasi melebihi
dari batas yang ditentukan dapat dilihat pada Tabel 8.
Berdasarkan hasil uji stabilitas pada larutan sampel dengan konsentrasi 100%
dapat dilihat pada Tabel 8 bahwa %bias yang dihasilkan oleh larutan sampel
piridostigmin bromida pada jam ke -2, ke-4, ke-6, ke-8, ke-10, ke-12, ke-16, ke20,
ke-24 sebesar 1,1759% sehingga memenuhi syarat yang ditetapkan oleh PT Novell
Pharmaceutical Laboratories yaitu %bias ≤ 2% sehingga dapat disimpulkan bahwa
larutan sampel stabil saat analisis hingga 24 jam.
Tabel 8. Hasil Uji Stabilitas terhadap Waktu Injeksi Piridostigmin Bromida
pada Larutan Sampel 100%
Kadar Analisis
Waktu (Jam) Luas Area Piridostigmin %Bias
Bromida (µg/mL)
0 2.652.566 256,117 0,0000
2 2.675.670 258,312 0,8710
4 2.655.311 256,378 0,1035
6 2.669.344 257,711 0,6325
8 2.675.204 258,268 0,8534
10 2.684.484 259,149 1,2033
12 2.682.073 258,920 1,1124
16 2.695.484 260,195 1,6180
20 2.678.100 258,543 0,9626
24 2.683.757 259,080 1,1759
Data kromatogram dan contoh hasil perhitungan uji stabilitas larutan standar
dengan konsentrasi 100% dapat dilihat pada Lampiran 13.
Gambar 5. Grafik Hubungan antara Jam Injeksi dengan Kadar Larutan Sampel
Piridostigmin Bromida
Berdasarkan hasil uji stabilitas pada larutan sampel piridostigmin bromida
dapat dilihat dapa Gambar 5 bahwa kadar piridostigmin bromida memiliki
kadar yang fluktuatif. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakstabilan fase gerak,
ketidakstabilan suhu maupun larutan sampel. Namun hal ini masih memenuhi
syarat keberterimaan yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu %bias ≤ 2%
sehingga uji stabilitas pada parameter validasi metode penetapan kadar
piridostigmin bromida dianggap memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Data
kromatogram dan contoh hasil perhitungan uji stabilitas larutan sampel dengan
konsentrasi 100% dapat dilihat pada Lampiran 14.
Catatan :
• Hasil ke-24 sebesar 1,1759% tidak ada diperhitungan lampiran
• Terdapat kesalahan penulisan seharusnya “dapat”
b. Pengolahan Data
Pada uji ketegaran dilakukan dengan menyuntikan larutan standar
piridostigmin bromida dengan lima konsentrasi masing-masing sebanyak satu kali
dan penyuntikan sampel simulasi dengan konsentrasi (80,100,120)% dengan
masing-masing pengulangan sebanyak tiga kali pengulangan sebanyak satu kali
(ICH, 2006). Data kromatogram yang dihasilkan berupa luas area yang akan
diolah secara statistika, ditetapkan nilai konsentrasi hasil analisis dan
dibandingkan dengan laju alir sebelum modifikasi menggunakan uji F dan uji t
(SUGIYONO, 2006).
• Hipotesis uji F penetapan kadar piridostigmin bromida dengan laju alir fase
gerak 1,8 mL/menit dan 2,0 mL/menit :
H0: σ12 = σ22 (ragam kadar piridostigmin bromida dengan laju alir fase gerak 1,8
mL/menit tidak berbeda nyata dengan ragam kadar piridostigmin bromida
dengan laju alir 2,0 mL/menit).
H1: σ12 ≠ σ22 (ragam kadar piridostigmin bromida dengan laju alir fase gerak 1,8
mL/menit berbeda nyata dengan ragam kadar piridostigmin bromida dengan
laju alir 2,0 mL/menit).
• Statistik Hitung :
• Keterangan :
SB1 : simpangan baku kadar piridostigmin bromida laju alir 2,0 mL/menit
SB2 : simpangan baku kadar piridostigmin bromida laju alir 1,8 mL/menit
ɑ : taraf nyata ; α = 5%
db1 : derajat bebas kelompok data laju alir 2,0 mL/menit
db2 : derajat bebas kelompok data laju alir 1,8 mL/menit
db1 : n1-1
db2 : n2-1
• Simpulan uji F penetapan kadar piridostigmin bromida dengan laju alir fase
gerak 1,8 mL/menit dan 2,0 mL/menit :
Jika F hitung < F tabel maka terima H0, artinya ragam kadar piridostigmin
bromida dengan laju alir 1,8 mL/menit tidak berbeda nyata dengan ragam kadar
kadar piridostigmin bromida dengan laju alir fase gerak 2,0 mL/menit.
Jika F hitung > F tabel maka tolak H0, artinya artinya ragam kadar piridostigmin
bromida dengan laju alir 1,8 mL/menit berbeda nyata dengan ragam kadar
piridostigmin bromida dengan laju alir fasa gerak 2,0 mL/menit.
• Uji t digunakan untuk mengetahui perubahan laju alir fase gerak 1,8 mL/menit
menjadi 2,0 mL/menit berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap kadar
kadar piridostigmin bromida dalam tablet. Hal tesebut dapat dilihat dari
hipotesis sebagai berikut :
• Hipotesis uji t penetapan kadar piridostigmin bromida dengan laju alir fase
gerak 1,8 mL/menit dan 2,0 mL/menit :
H0: μ12 = μ22 (perubahan laju alir fase gerak 1,8 mL/menit dan 2,0 mL/menit
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kadar piridostigmin bromida
dalam tablet)
H1: μ12 ≠ μ22 (perubahan laju alir fase gerak 1,8 mL/menit dan 2,0 mL/menit
berpengaruh secara signifikan terhadap kadar kadar piridostigmin bromida
dalam tablet). Jika ragam populasi tidak berbeda nyata, maka:
• Statistik hitung :
• Kesimpulan :
Jika t hitung < t tabel, maka terima H0, artinya rataan kedua perlakuan
tidak berbeda nyata.
Jika t hitung > t tabel, maka terima H1, artinya rataan kedua perlakuan
berbeda nyata.
• Keterangan :
n = banyaknya ulangan
= ragam populasi
μ = rataan populasi
= taraf nyata
db = derajat bebas
x̅1 = kadar rata-rata kadar piridostigmin bromida dengan laju alir fase gerak
1,8 mL/menit
x̅2 = kadar rata-rata kadar piridostigmin bromida dengan laju alir fase gerak
2,0 mL/menit
S gab = simpangan baku gabungan (%)
c. Hasil
Pada uji ketegaran tersebut dilakukan dengan cara mengubah variabel laju
alir yang digunakan di dalam analisis sehingga menyebabkan perubahan waktu
retensi pada zat aktif. Laju alir yang lebih kecil (1,8 mL/menit) memiliki waktu
retensi yang semakin lambat dikarenakan interaksi yang terjadi lebih lambat.
(PUTRIYANI, 2011). Berdasarkan hasil uji ketegaran setelah digunakan
pengolahan data secara statistik dengan uji F dan uji t, didapatkan ragam hasil
konsentrasi piridostigmin bromida untuk laju alir 1,8 mL/menit tidak berbeda
nyata terhadap kedua perubahan kondisi yang dilakukan karena memiliki F
hitung untuk konsentrasi berturut-turut (80, 100, 120)% yaitu (4,20; 1,08; 1,84)
lebih kecil dari F tabel yaitu 39,00. Berdasarkan uji t didapatkan rata-rata hasil
konsentrasi piridostigmin bromida tidak berbeda nyata terhadap kedua
perubahan karena memiliki t hitung untuk konsentrasi berturut-turut (80, 100,
120)% yaitu (2,855; 1,510; 0,353) lebih kecil dari t tabel yaitu 3,747.
Berdasarkan hasil uji f dan uji t dapat dikatakan bahwa perubahan kondisi laju
alir fasa gerak pada HPLC dari kondisi normal 2,0 mL/menit menjadi 1,8
mL/menit tidak memberikan pengaruh pada hasil analisis.
Tabel 9. Hasil Uji Ketegaran Validasi Metode Penetapan Kadar Piridostigmin
Bromida secara HPLC
Catatan : Modifikasi menggunakan laju alir 1,8 mL/menit karena percobaan ini
bertujuan untuk memastikan bahwa metode analisis kadar piridostigmin bromida
dalam tablet salut selaput dengan modifikasi variabel laju alir dari volume 2,0
mL/menit menjadi 1,8 mL/menit dapat memberikan data yang handal. Hasil
percobaan kemudian dibandingkan dengan syarat keberterimaan PT Novell
Pharmaceutical Laboratories yaitu protokol perusahaan (Validation Master Plan)
sehingga dapat digunakan dalam analisis rutin.
21. Saran
Pada pengujian dapat dilakukan pada laju alir yang berbeda dan data
diolah secara statistika untuk memastikan tetap memenuhi syarat keberterimaan.
Catatan : Pada pengujian ini alangkah lebih baiknya dilengkapi dengan
estimasi ketidakpastian, pembuatan fishbone, LoD, LoQ, MDL, konfirmasi
identitas.