Anda di halaman 1dari 36

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Lumajang merupakan Unit

Pelaksana Teknis Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia yang berdiri pada tahun 1879 terletak di Jalan Alun-Alun Timur No. 5,

Jogotrunan, Lumajang yang merupakan suatu tempat untuk melakukan pembinaan

terhadap narapidana di Lumajang yang melanggar hukum. Lembaga

pemasyarakatan tersebut memiliki luas tanah 6.325 m2 dan luas bangunan 1.703,5

m2 terdiri dari bangunan gedung kantor, blok hunian, tempat bengkel kerja,

gudang, dapur, mushola, dan pos jaga. Blok hunian terdiri dari 3 blok yaitu blok A

untuk tahanan, blok B untuk narapidana dan blok W untuk penghuni wanita.

a. Minat Berwirausaha

Minat berwirausaha para narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIB Lumajang didukung oleh pelatihan dan motivasi yang diberikan secara

teratur oleh pihak Lembaga pemasyarakatan, serta dukungan keluarga yang selalu

berkunjung setiap harinya. Minat berwirusaha nampak pada diri seorang

narapidana dengan melihat antusiasnya ketika diberikan berbagai macam kegiatan

berupa pelatihan dan motivasi untuk menunjang hidupnya kedepan dengan selalu

bersemangat mempelajari dan memahami apa yang sudah diberikan kepadanya.

Para narapidana menyerap semua pelatihan dan motivasi yang diberikan serta

62
dukungan penuh dari keluarga, terbukti dengan keinginan yang tinggi untuk

berwirausaha dan bekerja dengan lebih baik dan halal tanpa melanggar hukum

lagi setelah keluar dari masa tahanan untuk keluarga yang selalu mendukungnya.

b. Pelatihan

Beberapa pelatihan yang diadakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB

Lumajang atau yang sering disebut dengan pembinaan diantaranya pembinaan

keterampilan kerajinan tangan, pembinaan bercocok tanam, pembinaan budidaya

ikan, pembinaan pengelasan, pembinaan pembuatan paving dan batako,

pembinaan pengeliman triplek, pembinaan keagamaan, pembinaan baca tulis,

pembinaan olah jasmani, pembinaan kegiatan musik, program asimilasi potong

rambut “Cak Nap”, pemrosesan bahan makanan dan minum, pelayanan kesehatan,

dan pembinaan laundry pakaian. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lumajang

terus menggiatkan pembinaan kemandirian kerja sebagai bentuk upaya untuk

menciptakan narapidana menjadi insan yang lebih baik dan mampu mandiri

sehingga tidak akan mengulangi perbuatan yang melanggar hukum.

c. Motivasi

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lumajang melaksanakan rehabilitasi,

resosialiasasi, reedukasi dan perlindungan salah satunya dengan memberikan

motivasi kepada setiap narapidana agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri,

dan tidak mengulangi tindakan yang melanggar hukum sehingga kedepannya

dapat menjalankan hidupnya dengan lebih baik dan bertanggungjawab. Adanya

motivasi yang diberikan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB

Lumajang dapat mendorong para narapidana untuk semangat berbenah dengan


selalu patuh dan taat dengan aturan dan rangkaian pembinaan yang diberikan oleh

pihak lembaga pemasyarakatan dengan tujuan agar kelak seteleh selesai menjalani

masa tahanan narapidana lebih siap untuk terjun kemasyarakat dan melanjutkan

tujuan hidupnya dengan berwirausaha.

a. Dukungan Keluarga

Lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang setiap harinya

mengadakan yang namanya kunjungan keluarga, adanya kunjungan keluarga ini

diharapkan mampu untuk memberikan dukungan moral kepada narapidana, agar

lebih tegar dan kuat dalam menjalani masa tahanannya. Tidak hanya dukungan

moral saja, tetapi juga ada dukungan materi berupa makanan serta pakaian yang

diberikan dari keluarga narapidana terhadap narapidana itu sendiri.

Pihak lembaga pemasyarakatan juga memberikan kemudahan bagi keluarga

narapidana dalam berkunjung untuk mencegah kerumunan, pihak lembaga sudah

menyediakan sebuah platform digital sebagai media pendaftaran bagi keluarga

narapidana untuk berkunjung ke lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten

Lumajang.

4.1.2. Hasil Pengumpulan Data

a. Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah narapidana laki – laki penghuni

lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang. Setelah dilakukan

penyebaran kuesioner kepada 40 responden. Dari hasil pengumpulan data

diperoleh gambaran umum responden penelitian berdasarkan usia, kasus, dan

tahun masuk.
Adapun gambaran umum responden penelitian digambarkan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden

Uraian Jumlah Responden Presentasi

Usia

19 - 25 6 15%

26 - 65 34 85%

Kasus Tindak Pidana

Perlindungan Anak 20 50%

Narkotika 11 27,5%

Pencurian 5 12,5%

Kehutanan 1 2,5%

Pelanggaran Lalu Lintas 1 2,5%

Penggelapan 1 2,5%

Penipuan 1 2,5%

Tahun Masuk Lembaga Pemasyarakatan

2018 11 27,5%

2019 9 22,5%

2020 14 35%

2021 6 15%

Sumber: Pengolahan data hasil pengisian kuesioner 2022

1) Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dikertahui bahwa responden terendah adalah

responden yang memiliki usia 19-25 tahun, yaitu sebanyak 6 orang atau sebesar

15%, sedangkan responden terbanyak adalah responden yang memiliki usia diatas
26-65 tahun sebanyak 34 orang atau sebesar 85%, didalam penelitian ini

didominasi oleh narapidana dengan usia 26-65 tahun.

2) Deskripsi Responden Berdasarkan Kasus Tindak Pidana

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden berdasarkan kasus

tindak pidana penipuan sebanyak 1 orang atau sebesar 2,5%, sedangkan untuk

tindak pidana penggelapan sebanyak 1 orang atau sebesar 2,5%, untuk tindak

pidana pelanggaran lalu lintas sebanyak 1 orang atau sebesar 2,5%, sedangkan

tindak pidana kehutanan sebanyak 1 orang atau sebesar 2,5%,

Untuk tindak pidana pencurian sebanyak 5 orang atau sebesar 12,5%, untuk

tindak pidana narkotika sebanyak 11 orang atau sebanyak 27,5% dan untuk tindak

pidana perlindungan anak sebanyak 20 orang atau sebesar 50%, dapat

disimpulkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini didominasi oleh

narapidana dengan kasus tindak pidana perlindungan anak.

3) Deskripsi Responden Berdasarkan Tahun Masuk Lembaga Pemasyarakatan

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden berdasarkan tahun

masuk lembaga pemasyarakatan pada tahun 2018 sebanyak 11 orang atau sebesar

27,5%, sedangkan pada tahun 2019 sebanyak 9 orang atau sebesar 22,5%,

kemudian pada tahun 2020 sebanyak 14 orang atau sebesar 35%, dan untuk tahun

2021 sebanyak 6 orang atau sebesar 15%, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa responden pada penelitian ini didominasi oleh narapidana yang masuk

lembaga pemasyarakatan pada tahun 2020.


b. Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Pelatihan

Tabel 4.2 Tanggapan Responden Variabel Pelatihan

No. Pertanyaan SS S N TS STS Rata-Rata


1 Saya mendapatkan
pelatihan yang 25 14 1 0 0 4,6
sesuai dan mudah
diterapkan
2 Saya merasa bahwa
tujuan pelatihan
telah sesuai dengan 18 18 4 0 0 4,35
apa yang saya
harapkan
3 Saya mampu
memahami dan
mempraktekkan 21 15 4 0 0 4,425
materi yang
diberikan
4 Saya merasa bahwa
metode pelatihan
sudah sesuai 20 17 3 0 0 4,425
dengan materi yang
disampaikan
5 Saya selalu
bersemangat dan
sukarela dalam 23 16 0 1 0 4,525
menjalani sesi
pelatihan
6 Saya dapat
memahami dan
menguasai arahan 22 17 1 0 0 4,525
yang disampaikan
instruktur
Rata–Rata 4,475

Sumber: Hasil kuesioner penelitian 2022

Tanggapan responden pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel pelatihan

memiliki rata–rata sebesar 4,475 dengan nilai jawaban rata–rata tertinggi 4,6 pada

pernyataan “Saya mendapatkan pelatihan yang sesuai dan mudah diterapkan”, dan

nilai rata–rata terendah sebesar 4,35 pada pernyataan “Saya merasa bahwa tujuan

pelatihan telah sesuai dengan apa yang saya harapkan”. Dengan nilai rata-rata
4,475 secara umum dapat dinyatakan bahwa pelatihan kewirausahaan dapat

mempengaruhi minat berwirausaha.

c. Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Motivasi

Tabel 4.3 Tanggapan Responden Variabel Motivasi

No. Pertanyaan SS S N TS STS Rata-Rata


1 Saya termotivasi
memenuhi
kebutuhan hidup 20 20 0 0 0 4,5
dengan
berwirausaha
2 Saya termotivasi
menjadi wirausaha
karena mampu 18 22 0 0 0 4,45
dalam
memanfaatkan
peluang
3 Saya termotivasi
menjadi wirausaha
karena mampu 17 22 0 1 0 4,375
menciptakan
produk baru yang
unggul dan unik.
Rata-Rata 4,44
Sumber: Hasil kuesioner penelitian 2022

Tanggapan responden pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa variabel motivasi

memiliki nilai rata-rata jawaban 4,44 dengan nilai jawaban rata-rata tertinggi 4,5

pada pernyataan “Saya termotivasi memenuhi kebutuhan hidup dengan

berwirausaha”, dan nilai rata-rata terendah 4,375 pada pernyataan “Saya

termotivasi menjadi wirausaha karena mampu menciptakan produk baru yang

unggul dan unik”. Dengan nilai rata-rata jawaban 4,44 dapat dinyatakan secara

umum bahwa motivasi dapat mempengaruhi minat berwirausaha.


d. Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Dukungan

Keluarga

Tabel 4.4 Tanggapan Responden Variabel Dukungan Keluarga

No. Pertanyaan SS S N TS STS Rata-Rata


1 Saya mendapat
dukungan dan
support dari 27 13 0 0 0 4,675
keluarga untuk
berwirausaha
2 Saya mendapat
nasehat dari
keluarga agar
menjadi 17 22 0 1 0 4,375
wirausahawan
yang baik dan
benar
3 Keluarga saya
siap memberikan
bantuan berupa 24 15 1 0 0 4,575
modal untuk
berwirausaha
4 Saya mendapat
kekuatan dari
keluarga agar
semakin 20 13 5 2 0 4,275
bersemangat
dalam
berwirausaha
Rata–Rata 4,475
Sumber: Hasil kuesioner penelitian 2022

Tanggapan responden berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa variabel

dukungan keluarga memiliki rata-rata jawaban 4,475 dengan nilai jawaban rata-

rata tertinggi 4,675 pada pernyataan “Saya mendapat dukungan dan support dari

keluarga untuk berwirausaha”, dan nilai rata-rata terendah 4,275 pada pernyataan

“Saya mendapat kekuatan dari keluarga agar semakin bersemangat dalam


berwirausaha”. Dengan nilai rata-rata jawaban 4,475 dapat dinyatakan secara

umum bahwa dukungan keluarga dapat mempengaruhi minat berwirausaha.

b. Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Minat

Berwirausaha

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Variabel Minat Berwirausaha

No. Pertanyaan SS S N TS STS Rata-Rata


1 Saya memiliki
harapan besar
bahwa 27 12 1 0 0 4,65
berwirausaha
dapat mencukupi
kebutuhan hidup
2 Saya memiliki
kepercayaan akan 20 13 5 2 0 4,275
kemampuan dalam
berwirausaha
3 Saya mampu
bersikap jujur dan
bertanggung 25 12 2 1 0 4,525
jawab dalam
berwirausaha
4 Saya yakin bahwa
berwirausaha 27 13 0 0 0 4,675
dapat melatih fisik
dan mental
5 Saya memiliki
keyakinan bahwa
berwirausaha 20 20 0 0 0 4,5
dapat melatih
ketekunan dan
keulatan
6 Saya yakin bahwa
setelah
mempelajari ilmu
berwirausaha 25 14 1 0 0 4,6
dapat menciptakan
sebuah kreatifitas
produk
7 Saya memiliki
keyakinan jika
berwirausaha 25 12 3 0 0 4,55
dapat menjamin
masa depan
Rata-Rata 4,53
Sumber: Hasil kuesioner penelitian 2022

Tanggapan responden sebagaimana pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa

variabel minat berwirausaha memiliki rata-rata jawaban 4,53 dengan nilai

jawaban tertinggi 4,675 pada pernyataan “Saya yakin bahwa berwirausaha dapat

melatih fisik dan mental”, dan nilai rata-rata terendah 4,275 dengan pernyataan

“Saya memiliki kepercayaan akan kemampuan dalam berwirausaha”. Dengan

nilai rata-rata jawaban 4,53 ini menunjukkan bahwa penilaian terhadap minat

berwirausaha mempunyai kecenderungan nilai yang cukup tinggi

4.1.3. Hasil Analisis Data

a. Hasil Uji Instrumen

1. Hasil Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan metode analisa faktor

output SPSS, analisa ini dilakukan dengan cara mengkorelasi jumlah sekor faktor

dan faktor total, bila korelasi tiap faktor tersebut lebih besar dari 0,3 maka faktor

tersebut dinyatakan positif atau valid, dan jika sekor faktor lebih kecil dari 0,3

maka faktor tersebut dinyatakan negatif atau tidak valid. Hasil pengujian validitas

dari masing-masing faktor tiap variabel dapat dilihat sebagai berikut:


Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Validitas

r r
No Kuesioner Hitung Minimal Signifikan Ket
1 Pelatihan (X1)
- Pertanyaan 1 0,620 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 2 0,483 0,3 0,002 Valid
- Pertanyaan 3 0,463 0,3 0,003 Valid
- Pertanyaan 4 0,511 0,3 0,001 Valid
- Pertanyaan 5 0,672 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 6 0,666 0,3 0,000 Valid
2 Motivasi (X2)
- Pertanyaan 1 0,909 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 2 0,901 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 3 0,808 0,3 0,000 Valid
3 Dukungan Keluarga
(X3)
- Pertanyaan 1 0,680 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 2 0,613 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 3 0,605 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 4 0,600 0,3 0,000 Valid
4 Minat Berwirausaha (Y)
- Pertanyaan 1 0,526 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 2 0,409 0,3 0,009 Valid
- Pertanyaan 3 0,555 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 4 0,598 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 5 0,663 0,3 0,000 Valid
- Pertanyaan 6 0,440 0,3 0,004 Valid
- Pertanyaan 7 0,442 0,3 0,004 Valid
Sumber: Hasil olah data SPSS 2022

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari keseluruhan indikator yang

digunakan untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian ini mempunyai

nilai korelasi yang lebih besar dari R minimal yaitu diatas 0,3. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua indikator tersebut dinyatakan valid atau layak sebagai

instrumen penelitian karena dapat menggali data atau informasi yang diperlukan.

2. Hasil Uji Realibilitas

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Realibilitas

Variabel Koefisien Cronbach’s Interval Ket


Alpha Realibilitas
Pelatihan (X1) 0,721 0,6 Reliabel
Motivasi (X2) 0,851 0,6 Reliabel
Dukungan Keluarga (X3) 0,722 0,6 Reliabel
Minat Berwirausaha (Y) 0,691 0,6 Reliabel
Sumber: Hasil olah data SPSS 2022

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai

koefisien Cronbach’s Alpha > 0,60 (0,6) sehingga dapat dikatakan bahwa semua

instrumen pengukur dari masing-masing variabel dalam kuesioner adalah reliebel.

Dengan demikian item-item pada masing-masing variabel selanjutnya dapat

digunakan sebagai alat ukur.

b. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data agar nantinya

data tersebut terbebas dari masalah penyimpangan terhadap asumsi klasik,

sehingga nantinya dapat menjadikan suatu model regresi menjadi baik.

1. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas dilakukan terhadap residual regresi, pengujian

dilakukan dengan menggunakan grafik P-P Plot. Data yang normal adalah data
yang berbentuk titik-tik yang beredar menyebar tidak jauh dari garis diagonal.

Berikut hasil uji normalitas data dengan menggunakan grafik P-P Plot.

Gambar 4.1
Normal P-P Plot
Sumber: Hasil olah data SPSS 2022

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar

garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, dengan

demikian maka persyaratan normalitas terpenuhi untuk selanjutnya diuji dengan

model regresi.

2. Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

korelasi yang signifikan antar variabel independen. Adapun syarat pengambilan

keputusan apabila nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 yang berarti tidak

terjadi gejala multikolonieritas. Berikut disajikan hasil uji multikolonieritas.


Tabel 4.8 Hasil Pengujian Multikolonieritas

Variabel Tolerance VIF Ket


Pelatihan (X1) 0,796 1,256 Tidak terjadi multikolonieritas
Motivasi (X1) 0,587 1,704 Tidak terjadi multikolonieritas
Dukungan Keluarga (X3) 0,494 2,025 Tidak terjadi multikolonieritas
Sumber: Hasil olah data SPSS 2022

Berdasarkan tabel 4.8 tersebut menunjukkan bahwa variabel pelatihan,

motivasi, dan dukungan keluarga memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF

<10 yang berarti tidak terjadi gejala multikolonieritas. Dengan demikian semua

variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel yang saling independen,

sehingga dapat dilanjutkan dalam pengujian regresi linier berganda.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain. Adapun cara mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dalam

sebuah model regresi yaitu dengan melihat grafik scatterplot. Jika pada

scatterplot pola titiknya mempunyai bentuk pola yang teratur baik menyempit,

melebar maupun bergelombang maka di asumsikan bahwa tidak adanya

heteroskedastisitas. Berikut hasil uji heteroskedastisitas.


Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil olah data SPSS 2022

Berdasarkan gambar 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa hasil uji

heteroskedastisitas tidak terdapat pola yang jelas dari titik-titiknya sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

c. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh dari dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen,

pada penelitian ini variabel independen yang akan diuji dalam model regresi linier

berganda yaitu pelatihan (X1), motivasi (X2), dukungan keluarga (X3) terhadap

variabel dependen yaitu minat berwirausaha (Y). Berikut hasil analisis regresi

linier berganda.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel Nilai Koefisien


Konstanta 6,800
Pelatihan (X1) 0,394
Motivasi (X2) 0,505
Dukungan Keluarga (X3) 0,428
Sumber: Hasi olah data SPSS 2022

Berdasarkan tabel 4.9 maka diperoleh model persamaan regresi sebagai

berikut.

Y = 6,800 + 0,394X1 + 0,505X2 + 0,428X3

Keterangan:

Y = Minat Berwirausaha

X1 = Pelatihan

X2 = Motivasi

X3 = Dukungan keluarga

6,800 = Konstanta

0,394 = Koefisien Beta Pelatihan

0,505 = Koefisien Beta Motivasi

0,428 = Koefisien Beta Dukungan Keluarga

Dari hasil model persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Nilai konstanta sebesar 6,800 menunjukkan bahwa minat berwirausaha sama

dengan 6,800 jika nilai dari variabel pelatihan (X1), motivasi (X2), dan

dukungan keluarga (X3) sama dengan 0.


2. Koefisien beta variabel pelatihan sebesar 0,394 (positif menunjukkan

hubungan searah) menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 (satu) variabel

pelatihan akan menaikan minat berwirausaha sebesar 0,394 dan sebaliknya

setiap penurunan 1 (satu) variabel pelatihan akan menurunkan minat

berwirausaha sebesar 0,394 dengan asumsi variabel yang lainnya yaitu X2

adalah konstan.

3. Koefisien beta variabel motivasi sebesar 0,505 (positif menunjukkan

hubungan searah) menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 (satu) variabel

motivasi akan menaikkan minat berwirausaha sebesar 0,505 dan sebaliknya

setiap penurunan 1 (satu) variabel motivasi akan menurunkan minat

berwirausaha sebesar 0,505 dengan asumsi variabel yang lainya yaitu X3

adalah konstan.

4. Koefisien beta variabel dukungan keluarga sebesar 0,428 (positif

menunjukkan hubungan searah) menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 (satu)

variabel dukungan keluarga akan menaikkan minat berwirausaha sebesar

0,428 dan sebaliknya setiap penurunan 1 (satu) variabel motivasi akan

menurunkan minat berwirausaha sebesar 0,428 dengan asumsi variabel yang

lainnya yaitu X1 adalah konstan.

d. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Hasil Uji T

Uji t di gunakan untuk membuktikan apakah variabel independen secara

individu dalam penelitian ini dapat mempengaruhi variabel dependen. Berikut

hasil uji t:
Tabel 4.10 Hasil uji t

Variabel Nilai Signifikansi T hitung T tabel


Konstanta 0,045 2,078 1,687
Pelatihan (X1) 0,002 3,338 1,687
Motivasi (X2) 0,017 2,495 1,687
Dukungan Keluarga (X3) 0,040 2,136 1,687
Sumber: Hasil olah data SPSS 2022

Pada uji parsial (uji t) diperlukan hasil t tabel untuk membandingkan dengan t

hitung. Hasil t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 atau 5% dengan derajat

kebebasan (n-3) = 40-3 = 37 maka diperoleh t tabel = 1,687, jadi kriteria

pengujiannya sebagai berikut:

Jika thitung ≥ ttabel, maka H0 di tolak Ha di terima

Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 di terima Ha di tolak

Berdasarkan Tabel 4.10 variabel pelatihan (X1) diperoleh t hitung 3,338 ≥ t

tabel 1,687 yang berarti bahwa variabel pelatihan memiliki pengaruh signifikan

terhadap minat berwirausaha. Variabel motivasi (X2) diperoleh t hitung 2,495 ≥ t

tabel 1,687 yang berarti bahwa variabel motivasi memiliki pengaruh signifikan

terhadap minat berwirausaha. Variabel dukungan keluarga (X3) diperoleh t hitung

2,136 ≥ t tabel 1,687 yang berarti bahwa variabel dukungan keluarga memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap minat berwirausaha.

2. Hasil Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yaitu

pelatihan (X1), motivasi (X2), dukungan keluarga (X3) secara simultan terhadap
variabel dependen yaitu minat berwirausaha (Y), diuji dengan cara

membandingkan hasil F hitung dengan F tabel. Berikut hasil uji F :

Tabel 4.11 Hasil Uji F

F hitung F tabel Nilai signifikan


20,507 2,87 0,000b
Sumber: Hasil olah data SPSS 2022

Pada uji kelayakan model (uji F) diperlukan hasil F hitung untuk

membandingkan dengan F tabel. Hasil F tabel pada tingkat signifikansi 0,05 atau

5% dengan derajat kebebasan (n-k-1) = 40-3-1 = 36 maka diperoleh F tabel =

2,87, jadi kriteria pengujiannya sebagai berikut:

Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 di tolak dan Ha di terima

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 di terima dan Ha di tolak

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa F hitung sebesar 20,507 ≥ F tabel

2,87, dengan tingkat signifikansi 0,000 yang berada dibawah batas signifikansi

0,05. Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa pelatihan, motivasi, dan

dukungan keluarga berpengaruh secara simultan terhadap minat berwirausaha

narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan

yang paling baik dalam analisa regresi, hal ini ditunjukkan oleh besarnya

koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu).

Untuk melihat koefisien determinasi pada regresi linier berganda adalah

dengan melihat nilai R Square. Dari koefisien determinasi (R 2) ini dapat diperoleh

suatu nilai untuk mengukur besarnya sumbangan dari beberapa variabel X


terhadap variasi naik turunnya variabel Y yang biasanya dinyatakan dalam

persentase.

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

R R square
a
0,794 0,631
Sumber: Hasil olah data SPSS 2022

Berdasarkan tabel 4.12 telah didapat hasil pengujian koefisien determinasi

sebesar 0,631 atau 63,1%. Hal ini berarti bahwa 63,1% minat berwirausaha dapat

dipengaruhi oleh variabel pelatihan, motivasi, dan dukungan keluarga sedangkan

sisanya 36,9% minat berwirausaha dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil bahwa

sebagian besar responden memberikan penilaian yang tinggi terhadap pertanyaan

yang diajukan dari masing-masing variabel penelitian, dari penelitian tersebeut

secara umum dapat diketahui bahwa variabel independen berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel dependen yaitu pelatihan, motivasi dan dukungan

keluarga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha

narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang. Hasil

pengujian untuk masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut.

4.2.1. Pengaruh Pelatihan Terhadap Minat Berwirausaha Narapidana

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kabupaten Lumajang


Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha

narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang, hal ini

mengartikan bahwa apabila pelatihan diberikan kepada narapidana secara teratur

dan rutin maka akan meningkatkan softskill dan hardskill mereka, sehingga dapat

mendorong minat mereka dalam berwirausaha untuk mengembangkan softskill

dan hardskill yang sudah diperoleh dalam pelatihan tersebut.

Pelatihan merupakan langkah awal untuk memulainya suatu usaha, karena

jika softskill dan hardskill yang telah dimiliki semakin diasah maka akan

meningkatkan kreatifitas atau infovasi yang dapat menghasilkan sesuatu yang

bernilai dan dapat dipasarkan.

Berdasarkan jawaban yang diberikan respomden pada penyebaran kuesioner

tentang variabel pelatihan, item pertama yaitu “Saya mendapatkan pelatihan yang

sesuai dan mudah diterapkan” dimana mayoritas responden memberikan nilai

yang sangat tinggi dari pertanyaan tersebut. Hal ini dikarenakan pihak lembaga

pemasyarakatan memberikan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan

dilapangan dan juga pelatihan yang diberikan dapat dengan mudah diterapkan

ketika terjun dilapangan.

Item pertanyaan kedua dari variabel pelatihan yaitu “Saya merasa bahwa

tujuan pelatihan telah sesuai dengan apa yang diharapkan” dalam pertanyaan ini

responden memberikan nilai yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan mayoritas

responden berusia 26 – 65 tahun dan mereka merasa bahwa pelatihan yang

diberikan sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu ketika mereka sudah
terjun ke lapangan dan masyarakat mereka dapat dengan mudah memulai suatu

usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Item ketiga dalam variabel pelatihan yaitu ”Saya mampu memahami dan

mempraktekkan materi yang diberikan” dalam pertanyaan ini responden

memberikan nilai yang cukup tinggi dari pertanyaan tersebut, hal ini dikarenakan

materi yang diberikan sangat jelas, mudah, dan tidak bertele-tele oleh karena itu

mayoritas narapidana dapat dengan mudah mencerna, memahami, dan

mempraktekkan materi yang disampaikan walaupun ada juga beberapa narapidana

khususnya yang berusia lanjut sedikit kesusahan namun hal tersebut dapat teratasi

karena dibantu oleh sesama narapidana yang lain.

Item keempat dalam variabel pelatihan yaitu “Saya merasa bahwa metode

pelatihan sudah sesuai dengan materi yang disampaikan” dalam pertanyaan ini

responden memberikan nilai yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan metode

pelatihan yang diterapkan dan juga mudah diikuti oleh narapidana dan metode

pelatihannya tidak melenceng jauh dari materi yang disampaikan sehingga

narapidana tidak merasa kebingungan.

Item kelima dari variabel pelatihan yaitu “Saya selalu bersemangat dan

sukarela dalam menjalani sesi pelatihan” dalam pertanyaan ini responden

memberikan nilai yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena pada awalnya

narapidana menjalani sesi pelatihan mereka merasa malas dan enggan karena

menganggap hal ini sia – sia, namun setelah beberapa hari mereka berubah pikiran

dan menjadi lebih bersemangat karena menganggap hal ini sangat penting demi

menunjang kehidupan mereka kelak.


Item keenam dalam variabel pelatihan yaitu “Saya dapat memahami dan

menguasai arahan yang disampaikan instruktur” dalam hal ini responden

memberikan nilai yang sangat tinggi, karena instruktur pelatihan memberikan

arahan yang dapat mempermudah segala metode dan sesi pelatihan yang

dilakukan oleh narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten

Lumajang.

Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Maryani, Asriati, dan Achmadi (2019), Aji dan Usman (2019), Wahyuningsih dan

Usman (2020), Gabriel dan Yulius (2020), Lestari, Juani, dan Butar (2021),

Ubaidillah, Syamnasti, Pusparini, Gofur, Adha, dan Ariyanti (2021) bahwa

pelatihan berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha. Sebanding dengan

teori yang dikemukakan oleh Jamal Ma’mur Asmani (2011:19) bahwa dalam

membentuk jiwa kewirausahaan dalam diri seseorang dengan melalui pendidikan

dan pelatihan yang merupakan pembelajaran dalam mengenali sebuah peluang

yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.

Alasan mengapa pelatihan berpengaruh terhadap minat berwirausaha

narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang, karena

pelatihan kewirausahaan yang diberikan oleh pihak lembaga pemasyarakatan

kepada narapidana dapat meningkatkan softskill dan hardskill mereka, oleh karena

itu pelatihan dan pembinaan kewirausahaan perlu diberikan secara bertahap dan

teratur agar narapidana dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan mengasah

softskill dan hardskill untuk berwirausaha agar ketika keluar dari lembaga
pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang narapidana tidak melakukan

tindak pidana lagi.

Berdasarkan alasan diatas, maka pelatihan berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap minat berwirausaha narapidana lembaga pemasyarakatan kelas

IIB Kabupaten Lumajang.

4.2.2. Hubungan Motivasi Terhadap Minat Berwirausaha Narapidana

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kabupaten Lumajang

Motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap minat berwirausaha

narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang. Hal tersebut

mengartikan bahwa setiap narapidana termotivasi atau memiliki suatu motivasi

yang kuat untuk memperbaiki kualitas kehidupannya kedepan mereka akan

mempunyai keinginan untuk berwirausaha setelah selesai menjalani masa tahanan.

Motivasi merupakan sebuah dorongan untuk melakukan suatu usaha dengan

penuh semangat demi mencapai tujuannya baik itu karena suatu kebutuhan atau

keinginan yang ingin dicapai.

Memulai dunia wirausaha harus didasari oleh motivasi yang kuat karena

motivasi tersebut sangat berpengaruh terhadap minat untuk memulai dan

menjalankan suatu usaha agar selalu berusaha untuk kreatif, inovatif dan tidak

takut terhadap resiko yang akan terjadi. Sedangkan apabila motivasi tersebut tidak

ada di dalam diri narapidana maka akan menyebabkan turunnya minat


berwirausaha, sehingga ketika keluar dari masa tahanan bisa jadi mereka akan

melakukan tindak pidana lagi karena tidak adanya semangat untuk berwirausaha.

Berdasarkan jawaban yang diberikan respomden pada penyebaran kuesioner

tentang variabel motivasi, item pertama yaitu “Saya termotivasi memenuhi

kebutuhan hidup dengan berwirausaha” dimana mayoritas responden memberikan

nilai yang sangat tinggi dari pertanyaan tersebut. Hal ini disebabkan karena

mayoritas narapidana mempunyai dorongan atau motivasi untuk mencari materi

demi memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang halal dan tidak bertentangan

dengan hukum dengan cara berwirausaha, karena mayoritas narapidana memiliki

tanggungan keluarga yang harus dibiayai kehidupannya setelah usai menjalani

masa tahanan agar tidak terjerumus lagi melakukan tindak pidana yang melanggar

hukum yang dapat merugikan dirinya sendiri dan keluarga.

Item kedua dari variabel motivasi yaitu “Saya termotivasi menjadi wirausaha

karena mampu dalam memanfaatkan peluang” dalam pertanyaan ini responden

memberikan nilai yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena mayoritas mampu

dalam memanfaatkan yang namanya peluang, dimana peluang ini sangat

diperlukan dalam memulai suatu usaha apabila bisa memanfaatkan peluang maka

usaha akan berjalan dengan jangka panjang sebaliknya jika tidak bisa

memanfaatkan peluang maka usaha akan berjalan dengan jangka pendek.

Item ketiga dalam variabel motivasi yaitu “Saya termotivasi menjadi

wirausaha karena mampu menciptakan produk baru yang unggul dan unik” dalam

hal ini responden memberikan nilai yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan

mayoritas responden mampu menciptakan produk yang unggul dari produk yang
sudah ada, mereka tidak hanya meniru atau menjiplak produk yang sudah ada

namun menambah kualitas produk tersebut hal ini sudah dipraktekkan dalam

pelatihan kewirausahaan yang dijalani di lembaga pemasyarakatan dimana mereka

benar-benar langsung berhubungan dengan konsumen.

Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Aji

dan Usman (2019), Maryani, Asriati, Achmadi (2019), Wahyuningsih, dan usman

(2020), Lestari, Juani, dan Butar (2021), Ubaidillah, Syamnasti, Pusparini, Gofur,

Adha, dan Ariyanti (2021) bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap minat

berwirausaha. Sebanding dengan teori yang dikemukakan oleh Malayu (2010:145)

bahwa motivasi sebagai kebutuhan sekaligus juga sebagai perangsang untuk

menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi serta daya kerja manusia

ke arah yang diinginkan. Bertolak belakang dengan penelitian Hendrawan, dan

sirine (2017) bahwa motivasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat

berwirausaha.

Alasan mengapa motivasi berpengaruh terhadap minat berwirausaha

narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang, karena

minat berwirausaha akan timbul dari dalam diri seseorang karena mereka

mempunyai motivasi untuk mencukupi dan membiayai kebutuhan hidup, mampu

memanfaatkan peluang-peluang usaha, dan mampu untuk menciptakan produk

dan menambah kualitas produk dengan nilai yang lebih menguntungkan. Oleh

sebab itu, motivasi perlu dimiliki oleh setiap narapidana agar mampu untuk

memulai dan bisa menjalankan usaha sehingga mereka dapat hidup normal lagi
tanpa harus melakukan tindak pidana yang melanggar hukum untuk mencukupi

dan membiayai kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan alasan diatas, maka motivasi berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap minat berwirausaha narapidana lembaga pemasyarakatan kelas

IIB Kabupaten Lumajang.

4.2.3. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha

Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kabupaten

Lumajang

Dukungan keluarga berpengaruh positif signifikan terhadap minat

berwirausaha narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten

Lumajang. Hal tersebut mengartikan bahwa setiap narapidana membutuhkan yang

namanya sebuah dukungan keluarga, karena mereka membutuhkan support dari

keluarga untuk memberikan semangat dan keteguhan hati didalam diri mereka

selama menjalani masa tahanan. Dukungan keluarga adalah bentuk dukungan

berupa sikap atau emosional, finansial, dan instrumental agar seseorang merasa

diperhatikan. Secara tidak langsung keluarga memberi dampak kepada seseorang

agar berorientasi ke masa depan tak terkecuali dalam minat berwirausaha.


Dalam memulai berwirausaha dukungan keluarga memiliki peran yang sangat

penting dimana seseorang yang mulai berwirausaha tentu sangat membutuhkan

suport dan modal terutama bagi narapidana, terutama satu-satunya pemberi suport

dan modal hanya dari keluarga karena jika mengandalkan bantuan orang lain

mungkin hal tersebut sangat mustahil dimana melihat latar belakang mereka

sehingga membuat rasa kepercayaan kepada mereka berkurang. Sedangkan

apabila narapidana tidak menerima dukungan keluarga maka untuk menumbuhkan

minat berwirausaha akan sulit bahkan untuk memulai berwirausaha, sehingga apa

bila hal itu terjadi maka narapidana kemungkinan akan melakukan tindak pidana

lagi.

Berdasarkan jawaban yang diberikan respomden pada penyebaran kuesioner

tentang variabel dukungan keluarga, item pertama yaitu “Saya mendapatkan

dukungan dan suport dari keluarga untuk berwirausaha” dimana mayoritas

responden memberikan nilai yang sangat tinggi dari pertanyaan tersebut. Hal ini

disebabkan karena mayoritas narapidana mendapatkan dukungan dan suport dari

keluarganya, dukungan dan suport tersebut didapatkan dari kunjungan keluarga

mereka dan dalam kunjungan tersebut mereka membicarakan tentang rencana

kedepan untuk beriwirausaha setelah menjalani masa tahanan.

Item kedua dari variabel dukungan keluarga yaitu “Saya mendapatkan

nasehat dari keluarga agar menjadi wirausahawan yang baik dan benar” dimana

mayoritas responden memberikan nilai yang sangat tinggi dari pertanyaan

tersebut. Hal ini karena keluarga selalu mengingatkan untuk berbuat ramah dan

jujur dalam berwirausaha nanti setelah menjalani masa tahanan, dimana


keramahan dan kejujuran ini sangat penting dalam berwirausaha karena

menyangkut dalam hal pelayanan nanti ketika sudah berwirausaha.

Item ketiga dari variabel dukungan keluarga yaitu “Keluarga saya siap

memberikan bantuan berupa modal untuk berwirausaha” dimana mayoritas

responden memberikan nilai yang sangat tinggi dari pertanyaan tersebut. Hal ini

karena dalam memulai berwirausaha tentu perlu yang namanya modal, modal ini

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan usaha. Salah satu sumber

modal bagi narapidana ketika selesai menjalani masa tahanan adalah keluarga

karena tidak mungkin juga mendapatkan bantuan dari pihak selain keluarga

karena latar belakang mereka, sehingga faktor kepercayaan terhadap mereka

berkurang sehingga menjadi sulit mendapatkan modal dari pihak lain selain

keluarga.

Item keempat dari variabel dukungan keluarga yaitu “Saya mendapatkan

kekuatan dari keluarga agar semakin bersemangat dalam berwirausaha” dalam

item ketiga ini mayoritas responden memberikan nilai yang cukup tinggi. Hal ini

dikarenakan dalam berwirausaha juga membutuhkan kekuatan yang bersumber

dari dukungan pihak terdekat terutama keluarga, hal tersebut bertujuan agar

semakin bersemangat dalam berwirausaha sehingga usaha akan berlanjut terus

tidak berhenti ditengan jalan.

Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Periera, Mashabi, dan Muhariati (2017), Ridyah (2020), Ubaidillah, Syamnasti,

Pusparini, Gofur, Adha, dan Ariyanti (2021) bahwa dukungan keluarga

berpengaruh positif signifikan terhadap minat berwirausaha sebanding dengan


teori yang dikemukakan oleh Darpujiyanto (2010) bahwa minat berwirausaha

dapat terbentuk apabila orangtua memberikan dukungan yang positif pada hal

tersebut, karena aktifitas keluarga maupun saudara akan mempengaruhi baik itu

secara langsung maupun tidak langsung. Bertolak belakang dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rahmadi, dan Heryanto (2016), Putri, dan Ahyanuardi

(2021) bahwa dukungan keluarga tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha.

Alasan dukungan keluarga berpengaruh terhadap minat berwirausaha

marapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang, karena

dukungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam memulai

berwirausaha, keluarga memberikan suport dan kekuatan terhadap narapidana

agar dalam berwirausaha mereka selalu bersemangat dan keluarga juga salah satu

penjamin modal bagi narapidana untuk memulai berwirausaha, maka dari itu

dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam berwirausaha.

Berdasarkan alasan diatas, maka dukungan keluarga berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha narapidana lembaga

pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang.

4.2.4. Pengaruh Pelatihan, Motivasi, dan Dukungan Keluarga Terhadap

Minat Berwirausaha Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIB Kabupaten Lumajang

Pelatihan, motivasi, dan dukungan keluarga berpengaruh positif signifikan

terhadap minat berwirausaha narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB

Kabupaten Lumajang. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan, motivasi, dan

dukungan keluarga secara bersama-sama mempengaruhi minat berwirausaha


narapidana pada lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang sebesar

63,1% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel

dalam penelitian ini.

Pelatihan, motivasi, dan dukungan keluarga diukur dengan beberapa

indikator, indikator pelatihan diukur dengan jenis pelatihan, tujuan pelatihan,

materi pelatihan, metode pelatihan, kualifikasi peserta, dan kualifikasi pelatih.

Indikator motivasi diukur dengan motivasi material, motivasi rasional dan

intelektual, dan motivasi emosional dan sosial. Indikator dukungan keluarga

diukur dengan dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dan dukungan informatif. Indikator variabel pelatihan, motivasi, dan

dukungan keluarga menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan

penilaian yang sangat tinggi terhadap pertanyaan pada tiap-tiap indikator tersebut.

Hal ini dikarenakan mayoritas responden pada usia produktif yaitu 26 – 65 tahun

yang masuk pada tahun 2018 – 2021 dengan bermacam-macam kasus sehingga

mayoritas responden memiliki keinginan dan semangat yang kuat untuk

memperbaiki kualitas hidupnya demi membiayai kehidupan dan kebutuhan hidup

setelah keluar dari masa tahanan dengan memulai berwirausaha kedepannya

dengan berbekal berbagai pelatihan yang telah didapat sewaktu di lembaga

pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kabupaten Lumajang telah memberikan

bermacam-macam pembinaan dan pelatihan kewirausahaan terhadap narapidana

mulai dari pembinaan keterampilan kerajinan tangan, pembinaan bercocok tanam,

pembinaan budidaya ikan, pembinaan pengelasan, pembinaan pembuatan paving


dan batako, pembinaan pengeliman triplek, pembinaan keagamaan, pembinaan

baca tulis, pembinaan olah jasmani, pembinaan kegiatan musik, program asimilasi

potong rambut “Cak Nap”, pemrosesan bahan makanan dan minum, pelayanan

kesehatan, dan pembinaan laundry pakaian untuk menumbuhkan dan

meningkatkan jiwa entrepreneurship narapidana agar setelah selasai menjalani

masa tahanan bisa melanjutkan hidup normal lagi dengan berwirausaha sehingga

tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum lagi. Tujuan pembinaan,

bimbingan atau pelatihan kerja yaitu untuk membuat narapidana terdorong dalam

mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang telah didapat sewaktu di

lembaga pemasyarakatan demi mencukupi kebutuhan hidup kedepan dan

menciptakan lapangan kerja dengan memulai dan menjalankan usaha dengan

semangat yang tinggi menjadi insan atau pribadi yang lebih baik. Motivasi juga

terus dilakukan agar narapidana lebih bersemangat dalam memulai berwirausaha

dengan keterampilan yang didapatkan dari bemacam-macam pelatihan tersebut,

serta dukungan keluarga yang diberikan untuk menjamin modal narapidana dalam

berwirausaha nanti, dan selalu membimbing untuk berbuat jujur dan ramah dalam

berwirausaha nanti. Pelatihan, motivasi, dan dukungan keluarga tersebut menjadi

sangat berpengaruh sebagai langkah awal untuk memulai dan menjalankan usaha

tanpa takut akan resiko yang akan terjadi.

Dari pembahasan yang sudah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa dalam meningkatkan keinginan, kemauan atau minat narapidana dalam

berwirausaha harus diberikan pembinaan, bimbingan, atau pelatihan kerja secara

teratur untuk meningkatkan dan mengasah softskill dan hardskill narapidana


untuk melihat peluang-peluang usaha yang ada dengan motivasi yang kuat dari

dalam diri, dan juga dukungan keluarga yang selalu memberikan semangat dan

memberikan jaminan modal dalam memulai berwirausaha. Sedangkan apabila

pelatihan, motivasi, dan dukungan keluarga tidak diberikan maka akan

menyebabkan turunnya minat berwirausaha sehingga berkemungkinan akan

melakukan tindak pidana lagi dikarenakan mereka tidak mendapatkan pelatihan

bimbingan kerja, motivasi, dan dukungan keluarga yang kuat untuk berwirausaha

setelah selesai menjalani masa tahanan.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis mengenai pelatihan, motivasi, dan dukungan

keluarga terhadap minat berwirausaha narapidana lembaga pemasyarakatan kelas

IIB Kabupaten Lumajang yang telah dilakukan dengan metode analisis regresi

linier berganda maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelatihan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat

berwirausaha narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten

Lumajang. Artinya pelatihan berperan penting dalam minat berwirausaha,

pelatihan merupakan salah satu modal awal yang dibutuhkan untuk memulai

berwirausaha sebab jika softskill dan hardskill yang sudah dimiliki oleh

narapidana semakin diasah maka akan meningkatkan kreatifitas atau

menciptakan inovasi yang dapat menghasilkan sesuatu yang berniali dan

dapat dipasarkan.

2. Motivasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat

berwirausaha narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten

Lumajang. Artinya motivasi memiliki peran yang penting dalam menciptakan

minat berwirausaha, memulai berwirausaha harus didasari oleh motivasi dan

kemauan yang kuat karena sangat berpengaruh terhadap minat dalam

menjalankan dan memulai berwirausaha agar selalu kreatitf, inovatif dan

tidak memiliki ketakutan terhadap resiko yang akan terjadi.


3. Dukungan keluarga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat

berwirausaha narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten

Lumajang. Artinya dukungan keluarga berperan penting dalam

mempertahankan minat berwirausaha, karena dalam berwirausaha memiliki

semangat yang tinggi yang tidak lain semangat tersebut didapat dari

dukungan keluarga, dan berwirausaha juga membutuhkan modal untuk

memulainya dan modal tersebut didapat dari keluarga.

4. Pelatihan, motivasi, dan dukungan keluarga berpengaruh secara simultan dan

signifikan terhadap minat berwirausaha narapidana lembaga pemasyarakatan

kelas IIB Kabupaten Lumajang. Artinya pelatihan, motivasi, dan dukungan

keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan dan

mempertahankan minat berwirausaha pada narapidana lembaga

pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang, untuk menciptakan dan

mempertahankan minat narapidana dalam berwirausaha harus diberikan

pelatihan, pembinaan, atau bimbingan kerja secara teratur guna mengasah

softskill dan hardskill, harus memiliki motivasi yang kuat untuk memulai dan

menjalankan suatu usaha serta semngan yang selalu diberikan dari dukungan

keluarga.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat saran yang

diberikan oleh peneliti sebagai berikut:


1. Bagi peneliti lain dapat menambahkan variabel-variabel lain yang belum

diteliti seperti lingkungan sosil, pendidikan dan pengetahuan kewirausahaan,

dan sikap mandiri sehinga hasil yang diperoleh semakin maksimal untuk

mengukur minat berwirausaha.

2. Bagi lembaga pemasyarakatan kelas IIB Kabupaten Lumajang, dapat

menambahkan fasilitas yang menjamin dan memadai serta perawatan secara

berkala terhadap media atau alat-alat yang digunakan pada saat pembinaan,

pelatihan, atau bimbingan kerja agar narapidana lebih bersemangat dalam

mengembangkan minatnya serta merasa nyaman.

Anda mungkin juga menyukai