Anda di halaman 1dari 15

4 CONTOH SEDERHANA MODEL

4.
INTERAKSI
Tujuan
j pembentukan
p model:
‰ Untuk mengerti bagaimana sistem bekerja.
‰ Untuk memprediksi perubahan arus lalu
lintas yang akan terjadi diakibatkan
perubahan tata guna tanah dan/atau sistem
transportasi.

2 of 15
3 peubah terukur utama yang akan digunakan adalah:
‰ sistem tata guna tanah, misalnya jumlah
penduduk,, lapangan
p p g kerja, j , pendapatan,
p p , dan
karakteristik pemilikan kendaraan;
‰ sistem p
prasarana transportasi,
p , misalnya
y waktu
tempuh dan biaya perjalanan;
‰ sistem p
pergerakan
g lalulintas,, misalnya
y jumlah
j
penumpang dan kendaraan.

Secara umum, arus lalulintas merupakan peubah


tetap, yang didapatkan sebagai hasil interaksi sistem
tata guna lahan dan sistem prasarana transportasi.
transportasi
3 of 15
⇒ Lalulintas adalah p
peubah tidak bebas,, kecuali
pada saat perhitungan waktu tempuh lalulintas
menjadi peubah bebas.
⇒ Tata guna lahan adalah peubah bebas karena
intensitasnya bervariasi untuk setiap lahan yang
berbeda dan juga berubah sebagai fungsi waktu.
⇒ Sistem prasarana transportasi adalah peubah
bebas karena kualitas dan kuantitasnya
bervariasi secara geografis dan juga berubah
sebagai fungsi waktu,
waktu misalnya adanya
pembangunan jalan baru dan peningkatan
pelayanan angkutan umum.
umum
4 of 15
Beberapa
p notasi yang
y g dibutuhkan adalah:
LA = tata guna lahan di zona A
LB = tata guna lahan di zona B
PA = bangkitan pergerakan dari zona A
AB = tarikan pergerakan ke zona B
QAB(1) = arus lalulintas dari zona A ke zona B yang
menggunakan rute 1
TQAB(1) = waktu tempuh lalulintas dari zona A ke
zona B yang menggunakan rute 1 pada
kondisi arus = Q
T0 = waktu tempuh pada kondisi arus bebas
C = kapasitas
a = indeks tingkat pelayanan
5 of 15
Tahapan yang harus dilakukan dalam penerapan
k
konsep iinteraksi
t k i sistem
i t tata
t t guna llahan−sistem
h i t arus
lalulintas− sistem prasarana transportasi adalah
sebagai berikut:

1. Bangkitan pergerakan.
Bangkitan pergerakan adalah fungsi tata guna
lahan. Jumlah bangkitan pergerakan yang dihasilkan
oleh suatu zona berbanding lurus dengan tipe dan
intensitas tata guna lahan di zona tersebut:
PA = f (LA)
Hal sama juga berlaku bagi tarikan pergerakan:
AB = f (LB)

6 of 15
2. Sebaran pergerakan.

Besarnya pergerakan dari zona A ke zona B


me pakan ffungsi
merupakan ngsi dari
da i tipe dan intensitas tata
guna lahan di zona A dan zona B (PA dan AB)
dan besarnya faktor kemudahan pencapaian
(aksesibilitas) zona tujuan (B) dari zona asal A
((TQAB)
PA . A B
Q AB = .k
TQAB

k = konstanta penyeimbang sebaran pergerakan


7 of 15
3 Pemilihan
3. P ilih moda
d transportasi
t t i dan
d rute
t

Pemilihan moda transportasi antara zona A ke


zona B didasarkan pada perbandingan antara
berbagai
g karakteristik operasional
p moda
transportasi yang tersedia (misalnya waktu
tempuh, tarif, waktu tunggu, dan lain-lain).

Begitu juga halnya rute, pemilihan rute


didasarkan pada perbandingan karakteristik
operasional setiap alternatif rute untuk setiap
moda transportasi yang tersedia.

8 of 15
Secara konsep, jika terdapat beberapa alternatif rute, kondisi
keseimbangan seperti yang dinyatakan oleh Wardrop (1952)
berasumsi bahwa:
arus lalulintas akan mengatur dirinya sendiri sehingga
besarnya waktu tempuh untuk semua alternatif rute
yang tersedia adalah sama.

Dengan kata lain, pada kondisi keseimbangan tidak ada


seorangg pun
p yang
y g mampu p memilih rute yang
y g lebih baik karena
semua alternatif rute yang tersedia mempunyai waktu tempuh
yang sama dan minimal. Jika misalnya terdapat dua alternatif
rute (1 dan 2) antara zona A dan B,
B maka kondisi
keseimbangan tercapai jika:
TQAB(1) = TQAB(2)

9 of 15
4. Contoh penerapan sederhana

Misalkan terdapat dua buah zona (zona A & zona B).


‰ zona A adalah zona permukiman dan zona B
adalah zona lapangan kerja.
‰ Populasi zona A adalah 35.000
35 000 orang
‰ Jumlah lapangan kerja yang tersedia di zona B
sebanyak 12.000.
12 000
‰ Persentase usia kerja di zona A = 90% (hanya
90% dari total populasi yang bekerja).
bekerja)
‰ Zona A dan zona B dihubungkan oleh dua buah
rute (rute 1 dan 2) yang karakteristiknya adalah
sebagai berikut:
10 of 15
Panjang
j g To Indeks tingkat
g Kapasitas
p
Rute (km) (menit) pelayanan (a) (kend/jam)
1 17 25 0,4 3.000
2 20 40 1,0 2.000

Sebaran
S b pergerakan
k dianggap
di mengikuti
ik ti hukum
h k
gravity sebagai berikut:
PA . A B
Q AB = . 0,001
TQAB

Sementara itu, hubungan antara waktu tempuh


dengan volume arus lalulintas diasumsikan mengikuti
rumus Davidson.
11 of 15
Pertanyaan:
1. Jika hanya rute 1 yang beroperasi, berapa arus
lalulintas yang bergerak dari zona A ke zona B?
2. Jika hanya rute 2 yang beroperasi, berapa arus
lalulintas yang bergerak dari zona A ke zona B?
3a. Jika rute 1 dan rute 2 bersama-sama
beroperasi berapa arus lalulintas yang bergerak
beroperasi,
dari zona A ke zona B pada setiap rute?
b Terangkan rute mana yang lebih tinggi
b.
kemampuannya dalam mengalirkan arus
lalulintas?

12 of 15
4a. Andaikan dibangun lagi rute 3 dengan karakteristik
sebagai berikut:

Panjang To Indeks tingkat Kapasitas


Rute (km) (menit) pelayanan (a) (kend/jam)
3 14 20 0,25 4.000
Jika rute 1, rute 2, dan rute 3 sama-sama beroperasi,
p
berapa arus lalulintas yang bergerak dari zona A ke zona
B pada setiap rute?
b Jika rute 3 sudah ada,
b. ada berikan komentar apakah perlu
membangun rute 1 dan/atau rute 2?

13 of 15
5
5. Andaikanlah terdapat perubahan sistem tata guna lahan
dalam bentuk peningkatan jumlah populasi menjadi
40.000 (dengan persentase usia kerja tetap 90%) dan
lapangan kerja meningkat menjadi 20.000. Terangkan
dampak pengaruh peningkatan kebutuhan pergerakan ini
dengan kinerja sistem prasarana transportasi yang ada?

Penyelesaian:

lihat: Tamin, 2000 halaman 72 – 81.

14 of 15
Terima Kasih

15 of 15

Anda mungkin juga menyukai