I 7 ton
II 5 ton
III 3,5 ton
IV 2,75 ton
V 2 ton
VI 2 ton
Undang – Undang Lalu Lintas Baru
Sesuai dengan peraturan Perencanaan Geometrik Jalan
Raya No 13 / 1970 dan Pedoman Perencanaan
Geometrik Jalan untuk Perkotaan tahun 1992, maka
jalan dibagi dalam kelas – kelas berdasarkan :
A. Fungsi Jalan
B. Volume dan Sifat Jalan
V2
Db
2g ( f G )
Jika g ditetapkan 9,8 m/det2 dan V dalam km/ jam, maka pers.
tsb disederhanakan menjadi :
V2
Db
254 ( f G )
Jarak yang ditempuh kendaraan saat pengemudi
melihat halangan pada lintasannya dan saat kendaraan
akan berhenti lebih besar daripada jarak yang
ditempuh dengan mengerem. Penjumlahan kedua
bagian jarak tersebut merupakan jarak pandangan
henti.
Jadi perumusan untuk jarak pandangan henti :
V2
Ds 0,278.V .t
254 ( f G )
Dimana : Ds = jarak pandangan henti
t = total waktu persepsi friksi dan reaksi (dt)
f = koef gesekan
G = kelandaian jalan ( % )
C. Jarak Pandangan Menyiap , adalah panjang
bagian jalan yang diperlukan oleh pengemudi
suatu kendaraan untuk melaksanakan gerakan
menyiap kendaraan yang lain yang lebih lambat
dengan aman. Jarak pandangan menyiap
diperlukan untuk menjamin pengemudi dalam
gerakan menyiap terhadap kendaraan dimuka
dengan menggunakan jalur lain yang berlawanan
arah pada jalan dua jalur dengan memberikan
pandangan kemuka yang cukup jauh agar
memperkecil kemungkinan benturan dengan
kendaraan yang datang dari arah berlawanan.
Jarak pandangan menyiap rencana didasarkan
pada hasil studi lapangan dan menggunakan
asumsi sbb :
1. Kendaraan yang disiap berjalan dengan
kecepatan tetap.
2. Kendaraan menyiap mengurangi kecepatannya
hingga sama, dan selanjutnya mengikuti
kendaraan yang disiap.
3. Ketika berada didaerah menyiap, pengemudi
memerlukan waktu persepsi untuk mengamati
daerah menyiap didepannyadan bersiapuntuk
menambahkecepatannya.
4. Saat menyiap dapat dilakukandan kendaraan segera
menempati jalur LL berlawanan, kendaraan meyiap
menambah kecepatannya selama menempati jalur
berlawanan sebesar 15 km/ jam.
5. Ketika kendaraan yang menyiap segera kembali ke
jalur lintasannya, terdapat suatu jarak bebas yang
cukup antara kendaraan menyiap dengan kendaraan
yang datang dari arah berlawanan.
Berdasarkan asumsi tersebut, standar AASHTO
mendifinisikan jarak pandangan menyiap minimum
sebagai penjumlahan dari empat bagian jarak, seperti
pada gambar berikut :
C C
A A A B
d1 1/3 d2 2/3 d2
TAHAP PERTAMA
C A
A B
d1 d2 d3 d4
TAHAP KEDUA
Dimana :
A = Kendaraan yang mendahului
B = Kendaraan yang berlawanan arah
C = Kendaraan yang didahului kendaraan A
G .V 2
F m.a F
g.R
V2 V2
fm
g . R 127 . R
G .V 2
G . sin ( N1 N 2) fm cos
g.R
Stadium I Stadium II
G .V 2
g .R
G sin α
G
F1 F1
N1 N1
Stadium III
G .V 2
F1
g .R
N1
N2 F2
α
Rumus-rumus ketiga stadium dapat digunakan untuk
menentukan Rmin tikungan.
V2
1. R min
127 . f m
V2
2. R min
127 . em
V2
3. R min
127 ( em f m )
II.Lengkung Peralihan
Di dalam suatu perencanaan garis lengkung perlu diketahui
hubungannya dengan kecepatan rencana dan kemiringan
melintang jalan (superelevasi)
Bentuk-Bentuk Tikungan :
Bentuk lengkungan yang biasa digunakan :
a.Lingkaran (Circle)
b.Spiral - Circle - Spiral
c.Spiral - Spiral
T PI
∆C
Lc Ec
TC Tbs CT
½ ∆C
RC RC
½∆
Bentuk tikungan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar
dan sudut tangen relatif kecil.
Batasan yang biasa digunakan di Indonesia dimana
diperbolehkan menggunakan bentuk circle adalah sebagai
berikut :
Kecepatan Rencana Jari-jari Lengkung Minimum
( km/jam ) ( meter )
120 2000
100 1500
80 1100
60 700
40 300
30 180
Keterangan dan Rumus umntuk bentuk Circle :
PI sta = nomor station
V = kecepatan rencana ( km/jam )
R = jari-jari ( meter )
Δ = sudut tangent ( diukur dari gambar trase )
(…o(derajat))
TC = tangent circle
T = jarak antara TC dan PI ( dihitung ) ( meter)
L = panjang bagian tikungan ( dihitung ) ( meter )
E = jarak PI ke lengkung peralihan ( dihitung ) ( meter )
Tbs= tali busur dari TC ke CT ( dihitung ) ( meter )
Menentukan Harga T, L, dan E
1 T 1
tg T RC tg
2 R 2
1
E T tg
4
1
E RC ( )
cos 1 C
2
C
LC . 2 RC LC 0,01745 . C . RC
360
Tbs 2 RC . sin 1 C
2
b. Bentuk Spiral - Circle - Spiral
T
PI
∆
Xc BUSUR LINGKARAN
E
Yc
k H H’
SC CS
Tbs
TS ST
P
∆c
θs RC
l
Y
∆/2 6 . RC . Ls
l5
Xl
40 . R 2 . Ls 2
l panjang busur spiral dari Ts
ke sembarang titik pada spiral
TS = titik peralihan dari tengah ke spiral
SC = titik peralihan dari spiral ke circle
CS = titik peralihan dari circle ke spiral
ST = titik peralihan dari spiral ke tangen
LS = panjang total busur spiral dari TS ke SC
θ S = sudut pusat dari busur spiral sepanjang LS, disebut
“sudut spiral”
ΔC= sudut pusat dari lingkaran sepanjang dari SC ke CS
Δ = sudut pusat total pada tikungan
p = offset = pergeseran busur lingkaran
k = jarak dari TS ke titik H
E = jarak PI ke busur lingkaran
T = jarak dari PI ke TS
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian
circle, yang panjangnya diperhitungkan dengan
mempertimbangkan bahwa perubahan gaya sentrifugal dari nol
( bagian lurus ) sampai mencapai dimana harga berikut :
m .V 2
F sent
R . Ls
V2 k
harga Ls min 0,022 . 2,722 V .
R .C C
Dimana :
Ls = panjang lengkung spiral ( meter )
V = kecepatan rencana ( km/jam )
R = jari-jari circle ( meter )
C = perubahan kecepatan ( m/dt3 )
harga C dianjurkan = 0,4 m/dt3
k = superelevasi / kemiringan
Adapun jari-jari yang diambil untuk tikungan Spiral-Circle-Spiral
harus sesuai dengan kecepatan rencana dan tidak
mengakibatkan adanya kemiringan tikungan yang melebihi harga
maksimum yang ditentukan yaitu :
• Kemiringan maksimum jalan antar kota = 0,10
• Kemiringan maksimum jalan dalam kota = 0,08
Kontrol “ e ”
Dengan cara interpolasi dari tabel barnet didapat :
4,7747 4,50
e min 0,057 0,062 0,057 0,059
5,00 4,50
Syarat : emin < e < emaks
0,059 < 0,06 < 0,10
KONTROL Ls :
V2 V.k
Ls min 0,022 2,722
R .C C
60 2 60 . 0,06
0,022 2,722
300 . 0,4 0,4
15,102 meter
28,648 28,648
θs . Ls . 50 4,77
R 300
Δc Δ 2 θs
Δc 66 2 4,77 56,45
Δc 56,45
Lc .2 π R . 2 π 300
360 360
295,57 300 meter 20 OK
Dari θs = 4,77o didapatkan dari tabel dangan cara interpolasi
5,00 4,77
k 0,4998972 0,4998972 0,4998731
5,00 4,50
0,4998861 meter
5,00 4,77
p 0,0065435
0,007202 0,0065435
5,00 4,50
0,0068777 meter
k = k* . Ls = 0,4998861 . 50 = 24,99486
p = p* . Ls = 0,0068777 . 50 = 0,348850
Ttot = ( R + p ) tg ½ Δ + k
= ( 300 + 0,343885 ) tg 33 + 24,99486
= 220,04 225 meter
R p 300 0,343885
Es R 300
cos 1 0,8386705
2
58 meter 60 meter
L = Lc + 2 Ls < 2 Ttot
= 300 + 2 . 50 = 400 meter < 2 . 225 = 450 meter (ok)
C. BENTUK TIKUNGAN SPIRAL – SPIRAL
Ts
ES
Yc
Xc
θs
scs
θs
k
∆
ST
O
Bentuk tikungan jenis ini dipergunakan pada tikungan yang
tajam. Rumus-rumus yang digunakan seperti pada perhitungan
tikungan Spiral - Circle - Spiral, tetapi dengan cara
menghilangkan panjang Circlenya, seperti berikut ini :
Ls 2 Ls 2
*) Yc dan Xc
6 . Rc 40 . Rc 2
1. SC berimpit dengan CS
Δc = 0 → Δ = 2 θs
2. Lc = 0 → L = 2 Ls
2 . . R
3. Ls . 2s
360
Harga = p = p* . Ls dan k = k* . Ls
atau : p = Yc - Rc (1 - cos ½Δ )
k = Xc - Rc sin ½Δ
Selanjutnya harga Ts dan Es dihitung :
Ts = ( R + p ) tg ½Δ + k
Kontrol : L < 2 . TS
Es = ( R + p ) cos ½Δ - R
PELEBARAN PERKERASAN PADA TIKUNGAN
Pada saat kendaraan berada di tikungan, roda depan dan
belakang tidak pada lintasan yang sama. Oleh karena roda depan
berbelok sehingga lintasan roda belakang akan lebih ke dalam
pada lintsannya (off tracking).
Agar roda belakang tidak keluar dari tepi permukaan jalan karena
dapat menyebabkan kerusakan pada tepi dalam perkerasan di
tikungan, maka lapis permukaan dilakukan pelebaran ke arah
sebelah dalam.
Dengan menggunakan grafik dapat ditentukan lebar perkerasan
yang harus ditambahkan ke arah dalam.
Rumus untuk menghitung lebar perkerasan adalah sebagai
berikut :
B = n ( b’ + c ) + ( n - 1 ) Td + z
Dimana :
B = lebar perkerasan pada tikungan (m)
n = jumlah jalur lalu lintas
b’ = lebar lintasan truk pada tikungan (m)
Td = lebar melintang akibat tonjolan depan (m)
z = lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi (m)
c = kebebasan samping = 0,8
1. Kelandaian
Landai maksimum adalah besarnya kelandaian yang masih
diijinkan untuk memungkinkan kendaraan pada kecepatan
rencana dapat melaju tidak mengalami hambatan.
Tabel Kelandaian Maksimum
y = ax2 + bx + c 1.a)
Dimana : y = elevasi sta. X dimulai dari awal kurva vertikal
c = elvasi dari titik PVC / PLV
“b” dapat ditentukan dengan penurunan pertama dari y :
dy
2 ax b ; pada titik PVC maka x 0 sehingga :
dx
dy
b ; b G1 adalah kelandaian (tangen) awal 1.b)
dx
y1
PVI
Ym (Ev)
( PLV ) }Y
G2
( PVT )
PVC
PTV
G1
x
L/2
L
y Y
tangen (G1 ) adalah sehingga Y G1x - y
x
G G1 2
dengan demikian : Y 2 x
2L
G2 G1 2
Y x
2L
LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG
Panjang minimum dari lengkung vertikal ditentukan
berdasarkan syarat-syarat pandangan henti dan drainase
sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini yang berlaku
untuk semua jalan raya dan berdasarkan pandangan menyiap.
Bentuk persamaan umum lengkung vertikal cembung adalah :
G2 G1 2
Y x
2L
Bila : Ym = penyimpanan dari titik potong kedua tangen ke
lengkung vertikal ( x = 0,5 L )
A = perbedaan aljabar kedua tangen = G2 – G1
L = panjang lengkung vertikal cembung
x = jarak dari titik P ke titik yang ditinjau pada station
A.L
Ym
8
Yang perlu dihitung :
1. Syarat keamanan
Jarak pandangan henti → gambar 3.14
Jarak pandangan menyiap → gambar 3.15a.
2. Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 . V
3. Syarat drainase = Lv = 40 . A
LENGKUNG VETIKAL CEKUNG
Panjang lengkung vertikal cekung minimum ditentukan
berdasarkan jarak pandangan waktu malam dan syarat drainase.
Untuk vertikal cekung dirumuskan :
A.L
Ym
8
Rumus di atas digunakan bilamana % disertakan dalam
perhitungan, bila % tidak disertakan maka rumus seperti di
atas berubah menjadi :
A.L
Y
800
½ Lv ½ Lv
x1
i
PLV yi PTV
g1 Ev g2
PVI
B ( + 39,00 )
A ( + 34,50 )
1 2
PVI=+29,50
Lv
200 300
Diket : V : 60 km/jam
S<L
Hitung : Elevasi dan Station PLV, PTV, S dan Q jika diketahui
perbandingan SQ : Q - PTV = 1 : 2
A . V2 5,7 . 602
2. Syarat Kenyamanan : Lv 158 meter
1300 . a 1300 . 0,1
3. Keluwesan Bentuk : 0,6 . V = 0,6 . 60 = 36 meter
4. Drainase : Lv : 40 . A = 40 . 5,7 = 228 meter
PLV Ev PTV
y
PVI
115 115
• SQ : Q - PTV = 1 : 2
SQ = 1/3 x 115 = 38,3 meter atau : 76,7 meter dari PTV
A 5,7
y .x
2
. 76,7 2 0,73 meter
200 . Lv 200 . 230
• Elevasi Q = ( elev. PTV – g2 . 76,7 ) + y
= ( 33,18 - 3,2 % . 76 ) + 0,73 = 31,45 meter
• Station Q= sta. PTV - 76,7 meter
= ( 5 + 615 ) - 76,7
= ( 5 + 538 )