Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PEMBUATAN ASAM KARBOKSILAT


(ASAM ASETAT)

Diserahkan Untuk Memenuhi Tugas Individu

Mata Kuliah : Kimia Organik II


Dosen Pengampu : Anny Sartika Daulay, S.Si., M.Si

Disusun Oleh :
KELAS – 3I

NURUL HASANAH 212114148

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA (UMN) AL-WASHLIYAH
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah dilimpahkan
kepada baginda alam Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan pembuatan tugas makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Biologi Sel pada Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas Musmlim Nusantara (UMN) Al-Washliyah Tahun Ajaran 2021-2022, dengan judul
makalah yang ditulis yaitu “Pembuatan Asam Karboksilat (ASAM ASETAT) “

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan dan menghaturkan banyak terima kasih kepada
Ibu Anny Sartika Daulay, S.Si., M.Si. sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Kimia Organik
II pada Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Musmlim Nusantara (UMN) Al-Washliyah
yang telah banyak memberikan arahan baik pada perkuliahan maupun dalam penulisan tugas
makalah ini, hingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari segala kekurangan, dan masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya guna kesempurnaan
dan sebagai pertimbangan karya tulis yang akan datang. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb..

Medan, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................... 3
2.1 Definisi Asam Asetat ............................................................................................................ 3
2.2 Karakteristik Asam Asetat .................................................................................................... 3
2.3 Kegunaan Asam Asetat ......................................................................................................... 4
2.4 Mekanisme Reaksi Pembentukan Asam Aetat ..................................................................... 5
2.5 Pembuatan Asam Asetat Secara Sintetis dan Fermentasi ..................................................... 6
2.6 Strarter Asam Asetat dan Kandungannya ............................................................................. 8
2.7 Kandungan Buah Belimbing ................................................................................................. 9
BAB III PROSEDUR PEMBUATAN ....................................................................................... 11
3.1 Prosedur Kerja..................................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 13
4.1 Fenomena Perubahan Densitas Terhadap Fermentasi Asam Asetat ................................... 13
4.2 Fenomena Perubahan Volume Total terhadap Fermentasi Asam Asetat............................ 13
4.3 Fenomena Perubahan pH terhadap Fermentasi Asam Asetat ............................................. 14
4.4 Pengaruh Jenis Starter terhadap Fermentasi Asam Asetat .................................................. 15
4.5 Pengaruh Jumlah Starter terhadap Fermentasi Asam Asetat .............................................. 17
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 18
5.1 Saran.................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu senyawa

berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di

dalam air, alkohol, gliserol, eter. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang

industri dan pangan (Hardoyo, dkk., 2007). Asam asetat merupakan salah satu produk industri

yang banyak dibutuhkan di Indonesia (Hidayat dan Nurika, 2001). Industri asam asetat

dikembangkan karena begitu luasnya penggunaan asam asetat sebagai bahan dasar pada industri

kimia dasar, pembuatan plastik, industri farmasi, pembuatan cat, insektisida, bahan kimia untuk

fotografi, koagulan latex serta pengasaman yang baik untuk minyak dan lain-lain. Dalam industri

makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Kebutuhan asam asetat di Indonesia

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya kebutuhan asam

asetat ini belum dapat dipenuhi. Sehingga ketergantungan terhadap impor dari tahun ke tahun

semakin naik (Kurniawati, 2012). Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung etanol,

yang dapat diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah-buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan

air kelapa. Pembuatan asam asetat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sintesis/khemis

dan secara mikrobiologis atau fermentasi, namun demikian cara fermentasi lebih disukai, karena

lebih murah, lebih praktis dan resiko kegagalan relatif lebih kecil (Hidayat dan Nurika, 2001).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pembuatan asam asetat dengan fermentasi aerob menggunakan sari belimbing

2. Bagaimana kondisi operasi untuk pembuatan asam asetat

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui cara pembuatan asam asetat dengan fermentasi aerob menggunakan sari

belimbing

2. Untuk mengetahui dan menentukan kondisi operasi untuk pembuatan asam asetat

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asam Asetat

Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu senyawa

berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di

dalam air, alkohol, gliserol, eter. Pada tekanan atmosferik, titik didihnya 118,1˚C. Asam asetat

mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang industri dan pangan (Hardoyo, dkk., 2007).

Asam asetat (CH3COOH) adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi

rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini

seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam asetat murni disebut asam asetat glasial adalah

cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Asam asetat merupakan salah

satu asam karboksilat paling sederhana setelah asam formiat. Larutan asam asetat dalam air

merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H + dan

CH3COO- . Asam asetat merupakan gabungan hybrid dalam bentuk ester dan dianggap terbentuk

dari carbonyl oksigen. Metode esterifikasi, reaksi asam asetat dengan memakai katalis asam

anorganik sangat baik dipakai sebagai katalis pada reaksi esterifikasi esterifikasi (Fessenden &

Fessenden, 1992) dalam (Kurniawati, 2012).

2.2 Karakteristik Asam Asetat

a. Sifat fisika

Sifat fisika dari asam asetat adalah berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, berwarna,

berbau menyengat, menyengat, berasa asam mempunyai mempunyai titik beku 16,6°C,

16,6°C, titik didih 118,1°C dan larut dalam alkohol, air, dan eter. Asam asetat tidak larut

dalam karbon disulfida. Asam asetat dibuat dengan fermentasi alkohol oleh bakteri

3
Acetobacter aceti pembuatan dengan cara ini biasa digunakan dalam pembuatan dalam

cuka makanan (Sarsojoni,1996). Asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH dan

bobot molekul 60,05 gram/mol (Depkes RI, 1995).

b. Sifat kimia

Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0 %b/b dan tidak lebih dari 37,0 %b/b

C2H4O2. Asam asetat mudah menguap diudara terbuka, mudah terbakar, dan dapat

menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat larut dalam air dengan suhu 20oC, etanol

(9,5%) pekat, dan gliserol pekat. Asam asetat jika diencerkan tetap bereaksi asam.

Penetapan kadar asam asetat biasanya menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1ml

natrium hidroksida 1N setara dengan 60,05 mg CH3COOH (Depkes RI, 1994).

2.3 Kegunaan Asam Asetat

Kegunaan asam asetat Kegunaan asam asetat menurut Awad menurut Awad et al. (2012)

dalam Surtiyani (2015) yaitu:

a. Industri Makanan

Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur digunakan sebagai

pengatur keasaman, pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, serta untuk menambah

rasa sedap pada masakan.

b. Pereaksi Kimia

Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk mengh digunakan sebagai pereaksi

kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam

asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat

(Vinyl Acetate Monomer, VAM).

c. Industri Bahan Kimia

4
Asam asetat merupakan bahan yang berguna bagi produksi bahan kimia. Asam

asetat digunakan untuk memproduksi anhidrida asetat digunakan untuk memproduksi

anhidrida asetat, aspirin, dan ester.

d. Bidang Kesehatan

Di bidang kesehatan, dalam konsentrasi rendah asam asetat digunakan digunakan sebagai

antiseptik, antibakteri, dan deodorant alami yaitu zat penghilang bau. Antiseptik adalah

senyawa yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri

dan jamur pada jaringan hidup. Antibakteri adalah senyawa kimia alami yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri (Setyaningsih et al., 2013).

e. Penghilang Bau Anyir Produksi Perikanan

Asam asetat merupakan hasil fermentasi etanol menggunaka merupakan hasil fermentasi

etanol menggunakan A. aceti. Asam asetat merupakan bahan yang dapat digunakan

sebagai merupakan bahan yang dapat digunakan sebagai pengh ilang bau anyir pada pasca

produksi perikanan (Poernomo et al., 2004).

2.4 Mekanisme Reaksi Pembentukan Asam Aetat

Menurut Roth (2009), asam asetat dapat dihasilkan dari senyawa C2H5OH (etanol) OH

(etanol) atau buah atau buah buahan yang buahan yang mengandung senyawa tersebut

mengandung senyawa tersebut melalui proses oksidasi biologis yang menggunakan

mikroorganisme. Etanol dioksidasikan menjadi acetaldehid dan air. Asetaldehid dihidrasi yang

kemudian dioksidasi menjadi asam asetat dan air.

Mekanisme pembentukan asam asetat yaitu :

Bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen sebagai penerima elektron, urutan reaksi

oksidasi biologis mengikuti pemindahan hidrogen dari substrat etanol. Enzim etanol

5
dehidrogenase dapat melakukan reaksi ini karena mempunyai sistem sitokhrom yang menjadi

kofaktornya. Bakteri bakteri bakteri asam asetat, asetat, khususnya khususnya dari genus

Acetobacter Acetobacter adalah mikroorganisme aerobik yang mempunyai enzim intraselular

yang berhubungan berhubungan dengan sistem bioksidasi bioksidasi mempergunakan

mempergunakan sitokhrom sitokhrom sebagai sebagai katalisatornya. Reaksi:


1
CH3CH2OH + 2O2 CH3CHO + H2O

CH3CHO + H2O CH3CH(OH)2


1
CH3CH(OH)2 + 2 O2 CH3COOH + H2O

2.5 Pembuatan Asam Asetat Secara Sintetis dan Fermentasi

a. Pembuatan Asam Asetat Secara Sintetis (Proses Monsanto)


Metode ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik perusahaan Monsanto di Texas City.

Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang rendah. Bahan dasar dari

pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah metanol. Prinsip pembuatannya ialah

metanol direaksikan dengan gas CO menghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium.

Sebelumnya pembuatan asam asetat dengan teknik BASF dapat dilakukan dengan

menggunakan katalis iodinepromoted kobalt, namun kurang efektif dalam hal biaya karena

katalis ini bekerja pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 lb/in2. Sedangkan katalis rhodium

bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2. Katalis rhodium menghasilkan asam asetat

sampai 99 % sedangkan katalis iodinepromoted kobalt hanya sekitar 90 % saja. Proses yang

terjadi adalah pertama metanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan direaksikan dengan HI.

Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol menjadi metil iodide :

MaOH + HI MeI + H2O

6
Setelah metil iodide telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus katalitik

dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodide ke dalam [Rh(CO)2I2]- sehingga terbentuk

kompleks [MeRh(CO)I3]-. Kemudian dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH3

membentuk kompleks. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO

berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodiumalkil kemudian membentuk

ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III). Dengan terbentuknya kompleks maka gugus

CH3COI mudah lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan

katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 150℃ –200℃ dan tekanan 30-60

atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan

CH3COOH dan HI. Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi

metanol menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus.

Sedangkan asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurnian untuk dipisahkan dari

pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian dilakukan propionate.

Pemurnian dilakukan dengan cara destil dengan cara destilasi (Roth, 2009).

b. Pembuatan Asam Asetat Secara Fermentasi


Asam asetat dapat dihasilkan dari senyawa C2H5OH (etanol) atau buah-buahan yan buah-

buahan yang mengandung seng mengandung senyawa tersebut melalui proses oksida yawa

tersebut melalui proses oksidasi biologis biologis yang menggunakan menggunakan

mikroorganisme. mikroorganisme. Etanol dioksidasikan dioksidasikan menjadi asetaldehid

dan air. Asetaldehid dihidrasi yang kemudian dioksidasi menjadi asam asetat dan air.

Mekanisme pembentukan asam asetat yaitu bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen

sebagai penerima elektron, urutan reaksi oksidasi biologis mengikuti pemindahan hidrogen

dari substrat etanol. Enzim etanol dehidrogenase dapat melakukan reaksi ini karena

7
mempunyai sistem sitokhrom yang menjadi kofaktornya. Bakteri bakteri asam asetat,

khususnya dari genus acetobacter adalah mikroorganisme aerobik yang mempunyai enzim

intraselular yang berhubungan dengan sistem bioksidasi mempergunakan sitokhrom sebagai

katalisatornya (Roth, 2009). Reaksi:

CH3CH2OH + 2 O2 CH3CHO + H2O

CH3CHO + H2O CH3CH(OH)2

CH3CH(OH)2 + 2 O2 CH3COOH + H2O

2.6 Strarter Asam Asetat dan Kandungannya


Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan

dengan biakan murni. Pada pembuatan asam asetat dipergunakan starter air kelapa tua dan air

legen. Air kelapa tua adalah air yang mempunyai potensi yang baik untuk dibuat menjadi minuman

fermentasi, karena kandungan zat gizinya, yang kaya akan nutrisi yaitu, protein, lemak,

karbohidrat, kalsium, dan relatif lengkap sehingga sangat baik untuk pertumbuhan bakteri

penghasil produk pangan. Air legen adalah air nira kelapa, yang kaya akan nutrisi yaitu,

karbohidrat, glukosa, fruktosa, kalsium, fosfor, vitamin C. Dengan kandungan tersebut, air legen

sangat baik untuk pertumbuhan bakteri penghasil produk pangan.

Menurut Palungkun (1992) dalam Indrianti (2012), kandungan air kelapa tua adalah sebagai

berikut

8
Menurut Rumokoi (1990) dalam Mataliuk (2016), kandungan air legen adalah sebagai berikut.

Komponen Kandungan %
Karbohidrat 11,18
Glukosa 3,61
Fruktosa 7,48
Protein 0,28
Lemak kasar 0,01
Abu 0,35
Kalsium (Ca) 0,06
Fosfor (P2O2) 0,07
Vitamin C 0,01
Air 89,23
pH 6.00-6.40

2.7 Kandungan Buah Belimbing

Menurut USDA Nutrient Database (2010) dalam Heruwati (2011), kandungan buah
belimbing adalah sebagai berikut.

9
10
BAB III

PROSEDUR PEMBUATAN

3.1 Prosedur Kerja


1. Pembuatan Starter
a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menyemprotkan alkohol.

b. Air kelapa tua dan air legen dipanaskan dipanaskan dalam beaker glass pada suhu 60˚C

selama 30 menit kemudian didinginkan hingga 30˚C.

c. Tambahkan glukosa anhidris @10 gram dan alkohol (etanol) @10 ml, atur pH = 7 dengan

menggunakan HCl atau NaOH.

d. Masukkan ke dalam erlenmeyer, tutup rapat menggunakan aluminium foil, pasang selang

aerator.

e. Lakukan aerasi selama Lakukan aerasi selama 7 hari dan jaga aerasi dan jaga aerasi berjalan

lancar. berjalan lancar.

2. Persiapan Bahan

a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menyemprotkan alkohol.

b. Sari buah belimbing belimbing dipanaskan dipanaskan dalam beaker glass pada suhu 60˚C

selama 30 menit, kemudian didinginkan hingga suhu 30˚C.

c. Tambahkan sukrosa 5gram dan atur pH 4 dengan menggunakan HCl atau NaOH.

d. Tambahkan ragi roti sebanyak 10,24 gram.

e. Lakukan fermetasi anaerob selama 7 hari.

3. pembuatan Asam Asetat

a. Mengukur volume sari buah belimbing @200 ml, alkohol 5%SB, dan starter pada variabel

1 10%SB, variabel 2 20%SB, variabel 3 30%SB, dan variabel 4 40%SB.

b. Memasukkan sari buah belimbing ke dalam erlenmeyer.

11
c. Menambahkan alkohol ke dalam sari buah sebagai media fermentasi.

d. Mengatur pH 5 fermentasi sesuai dengan variabel.

e. Mencampurkan starter ke dalam media sesuai dengan variabel.

f. Mengukur volume awal, densitas awal, serta kadar asam awal dengan titrasi asam basa

(catat volume titran) dan pH.

g. Lakukan aerasi.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Fenomena Perubahan Densitas Terhadap Fermentasi Asam Asetat

Menurut Hasfita, dkk. (2015), semakin lama waktu fermentasi dan semakin banyak banyak

starter, starter, maka semakin semakin banyak asam asetat yang dihasilkan. dihasilkan. Pengaruh

Pengaruh banyaknya jumlah banyaknya jumlah starter yang ditambahkan starter yang

ditambahkan sangat mempengaruhi sangat mempengaruhi hasil densitas pada asam asetat, asetat,

dimana semakin semakin banyak jumlah filtrat filtrat yang digunakan digunakan maka densitas

yang diperoleh semakin meningkat. Semakin banyak starter, maka semakin baik pembentukan

pembentukan asam asetat yang terjadi.

Berdasarkan percobaan dan teori hal ini dapat disimpulkan bahwa, hasil percobaan tidak

percobaan tidak sesuai dengan sesuai dengan teori pada teori pada hari keempat hari keempat pada

variabel pada variabel 4, 6, 7, dan 8. Hal ini dikarenakan bakteri pada asam asetat sudah mencapai

fase kematian. Fase-fase hidup bakteri pada umumnya meliputi, adaptasi, log (pertumbuhan

eksponensial), stationer, kematian (Sharah, dkk., 2015). Dengan masuknya bakteri bakteri ke fase

kematian, kematian, hal ini mengakibatkan mengakibatkan densitas densitas pada asam asetat

variabel 4, 6, 7, dan 8 mengalami penurunan.

4.2 Fenomena Perubahan Volume Total terhadap Fermentasi Asam Asetat

Hasil menunjukkan menunjukkan bahwa semakin semakin lama waktu fermentasi maka

volume total akan semakin berkurang. Volume total (ml) variabel I dari hari ke-1 hingga hari ke-

4 berturut-turut sebesar 230; 210; 140; 100, variabel II sebesar 250; 238; 184; 155, variabel III

sebesar 290; 264; 250; 224, variabel IV sebesar 230; 190; 160; 120. Penurunan volume total juga

terjadi pada starter starter air legen. Menunjukkan bahwa semakin semakin lama waktu fermentasi

13
maka volume total akan semakin berkurang. Volume total (ml) variabel V dari hari ke-1 hingga

hari ke-4 berturut-turut sebesar 230; 190; 160; 120, variabel VI sebesar 250; 210; 180; 134,

variabel VII sebesar 270; 234; 210; 170, dan variabel VIII sebesar 290; 248; 220; 184.

Menurut Kwartiningsih dan Mulyati (2005), dalam pengolahan vinegar (asam asetat),

terjadi 2 kali fermentasi yaitu fermentasi pembentukan alkohol dilanjutkan dengan fermentasi

pembentukan asam asetat. Pada fermentasi pembentukan alkohol dengan yeast Saccharomyces

cerevisiae terjadi perombakan perombakan glukosa glukosa menjadi menjadi (etanol) dan gas

CO2 secara anaerob. Kemudian etanol yang terbentuk difermentasi menjadi asam asetat dan air

dengan bakteri Acetobacter aceti secara aerob. Asam asetat yang terbentuk dapat teroksidasi atau

terombakkan oleh oksigen dari udara menjadi CO2 dan H2O.

Teori diatas mengindikasikan bahwa selama proses fermentasi terjadi pengubahan

pengubahan etanol menjadi menjadi asam asetat. asetat. Pada starter starter air kelapa tua maupun

air legen terjadi penurunan volume total larutan selama proses fermentasi. Hal ini dikarenakan

asam asetat yang terbentuk lebih lanjut akan mengalami oksidasi oleh oksigen oleh oksigen dari

udara dari udara menjadi menjadi CO2 yang terlepas terlepas ke udara. Sehingga Sehingga terjadi

terjadi penurunan volume total larutan

4.3 Fenomena Perubahan pH terhadap Fermentasi Asam Asetat

Pada variabel variabel 1 sampai dengan 4 dilakukan dilakukan perbedaan perbedaan

penambahan penambahan jenis starter starter air kelapa tua yaitu 10%, 20%, 30%, dan 40%. Pada

variabel 5 sampai dengan 8 dilakukan perbedaan penambahan jenis starter air legen yaitu 10%,

20%, 30%, dan 40%. Pada hari pertama, pH tiap variabel memiliki pH yang sama yaitu 5. Pada

hari kedua, pH semua variabel tetap yaitu pH 5. Pada hari ketiga, terjadi penurunan pH dan tidak

terjadi penurunan penurunan maupun kenaikan kenaikan atau pH tetap, penurunan penurunan pH

14
terjadi terjadi pada variabel variabel 4, 7, dan 8 menjadi pH 4. Pada hari keempat, terjadi penurunan

pH dan tidak terjadi penurunan maupun kenaikan atau pH tetap, penurunan pH terjadi pada

variabel 1, 2, 3, 5, dan 6 menjadi pH 4 dan variabel 4, 7, dan 8 pH nya tetap yaitu 4.

Menurut Ningtyas (2015), semakin lama fermentasi maka pH medium semakin menurun.

Penurunan pH terjadi secara berangsur-angsur. Hal ini dimungkinkan karena kadar sukrosa dalam

media masih tersedia, sehingga mikroorganisme didalam media masih bisa memetabolisme

menjadi asam organik (asam asetat). Asam-asam organik tersebut meningkat jumlahnya dan

berakibat penurunan pH berakibat penurunan pH media. Hal ini disebabkan media. Hal ini

disebabkan meningkatnya jumlah meningkatnya jumlah ion H+, sehingga media akan semakin

asam.

Berdasarkan teori dengan percobaan, hal ini sesuai sehingga dapat disimpulkan bahwa

semakin lama fermentasi maka pH akan semakin menurun.

4.4 Pengaruh Jenis Starter terhadap Fermentasi Asam Asetat

kadar asam asetat pada variabel I menggunakan starter air kelapa tua berturut-turut sebesar

0,15%; 0,19%; 0,18%; dan 0,30%. Sedangkan pada variabel V menggunakan starter air legen

berturut-turut sebesar 0,15%; 0,18%; 0,18%; dan 0,24%. Kadar asam asetat pada variabel II

menggunakan starter air kelapa tua berturut-turut sebesar 0,25%; 0,24%; 0,24%; dan 0,33%.

Sedangkan pada variabel VI menggunakan starter air legen berturut-turut sebesar 0,18%; 0,21%;

0,27%; dan 0,30%. Kadar asam asetat pada variabel variabel III menggunakan menggunakan

starter starter air kelapa tua berturut-turut berturut-turut sebesar sebesar 0,18%; 0,24%; 0,27%; dan

0,36%. Sedangkan pada variabel VII menggunakan starter air legen berturut-turut sebesar 0,21%;

0,24%; 0,36%; dan 0,39%. Kadar asam asetat pada variabel IV menggunakan starter air kelapa tua

berturut-turut sebesar 0,18%; 0,30%; 0,36%; dan 0,43%. Sedangkan pada variabel VIII

15
menggunakan starter air legen berturut-turut sebesar 0,24%; 0,33%; 0,42%; dan 0,49%. Dapat

dilihat bahwa kadar asam asetat dengan penambahan starter air kelapa tua lebih tinggi daripada,

kadar asam asetat dengan penambahan starter air legen. Sedangkan kadar asam asetat dengan

penambahan penambahan starter starter air kelapa tua lebih rendah daripada daripada kadar asam

asetat dengan penambahan starter air legen.

Kadar asam asetat dengan penambahan starter air kelapa tua lebih tinggi daripada, kadar

asam asetat dengan penambahan starter air legen. Dan kadar asam asetat dengan penambahan

starter air kelapa tua lebih rendah daripada, kadar asam asetat dengan penambahan penambahan

starter air starter air legen. Men legen. Menurut Rumokoi (1990) dalam Ma dalam Mataliuk (2016),

taliuk (2016), kandungan glukosa pada air legen sebesar 3,61%, dan menurut Astuti (2011),

kandungan glukosa pada air kelapa tua sebesar 1,7 –2,6%. Dapat disimpulkan bahwa kandungan

kandungan glukosa glukosa pada air legen lebih besar dari kandungan kandungan glukosa glukosa

ada air kelapa tua. Menurut Wahyu (2005) dalam Surtiyani (2015), faktor utama yang

mempengaruhi fermentasi etanol menjadi asam asetat adalah nutrisi. Nutrisi yang dimaksud

dimaksud disini adalah starter starter yang ditambahkan ditambahkan selama proses fermentasi.

Jenis starter yang ditambahkan adalah air kelapa tua dan air legen. Selama proses fermentasi,

mikroorganisme Acetobacter aceti sangat membutuhkan nutrisi dalam jumlah besar. Unsur-unsur

nutrisi yang diperlukan yaitu C, H, O, N, dan P. Unsur tersebut dapat terpenuhi melalui kandungan

glukosa yang dimiliki oleh starter air kelapa tua dan air legen. Semakin tinggi kadar glukosa yang

dimiliki oleh starter, maka semakin tinggi juga kadar asam asetatnya yang dihasilkan. Jika kadar

glukosa yang terlalu tinggi bila ditambahkan ke dalam suatu bahan, menyebabkan air dalam bahan

menjadi terikat sehingga menurunkan aktivitas air dan tidak dapat digunakan oleh mikroba

(Estiasih dan Ahmadi, 2009 dalam Arlita, dkk., 2013).

16
4.5 Pengaruh Jumlah Starter terhadap Fermentasi Asam Asetat

Merupakan hubungan antara kadar asam asetat yang dihasilkan pada berbagai variabel

penambahan starter terhadap waktu fermentasi asam asetat. Variabel I ditambahkan 10% starter

air kelapa tua, variabel II ditambahkan 20% starter air kelapa tua, variabel III ditambahkan 30%

starter air kelapa tua, variabel IV ditambahkan 40% starter air kelapa tua, variabel V ditambahkan

10% starter air legen, variabel VI ditambahkan 20% starter air legen, variabel VII ditambahkan

30% starter air legen, dan variabel VIII ditambahkan 40% starter air legen. Terlihat bahwa seiring

dengan meningkatnya waktu fermentasi maka akan semakin banyak asam asetat yang dihasilkan.

Kadar asam asetat variabel I, II, III, IV, V, VI, VII, dan VIII pada hari ke-4 fermentasi berturut-

turut sebesar 0,30%; 0,33%; 0,36%; 0,43%; 0,24%; 0,30%; 0,39%; dan 0,49%. Dapat dilihat

bahwa variabel IV dengan penambahan starter air kelapa tua dan variabel VIII dengan penambahan

starter air legen memiliki kadar asam asetat pada hari ke-4 fermentasi yang paling tinggi sebesar

0,43% dan 0,49%. Serta pada variabel I dengan penambahan starter air kelapa tua dan variabel V

dengan penambahan starter air legen memiliki kadar asam asetat pada hari ke-4 fermentasi yang

paling rendah sebesar 0,30% dan 0,24%.

Menurut Stanbury, dkk. (1995) dalam Palimbong (2017) menyatakan bahwa semakin

banyak jumlah starter yang ditambahkan maka akan semakin banyak pula asam asetat yang

dihasilkan. dihasilkan. Serta jumlah total inokulum inokulum yang baik harus sebanding dengan

jumlah substratnya hal itu agar tidak terjadi kompetisi antara mikroorganisme dalam

memanfaatkan nutrisi (substrat) yang ada (Khoirul, 2004 dalam Palimbong, 2017).

Teori diatas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah starter yang ditambahkan

maka akan semakin banyak pula asam asetat yang dihasilkan, hal itu sesuai dengan hasil praktikum

fermentasi asam asetat pada semua variabel.

17
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Fenomena perubahan densitas terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin lama waktu

fermentasi, maka densitas yang diperoleh semakin meningkat, dikarenakan semakin

banyak jumlah filtrat yang digunakan.

2. Fenomena perubahan volume total terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin lama

waktu fermentasi, maka volume total yang diperoleh semakin menurun, dikarenakan asam

asetat yang terbentuk lebih lanjut akan mengalami oksidasi oleh oksigen dari udara menjadi

CO2 yang terlepas ke udara.

3. Fenomena perubahan pH terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin lama waktu

fermentasi, maka pH yang diperoleh semakin menurun, dikarenakan meningkatnya jumlah

ion H+, sehingga media akan semakin asam.

4. Pengaruh jenis starter terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin tinggi kadar glukosa

yang dimiliki starter, maka semakin tinggi juga kadar asam asetat yang dihasilkan.

5. Pengaruh jumlah starter terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin banyak banyak

jumlah starter starter yang ditambahkan, ditambahkan, maka akan semakin semakin

banyak pula asam asetat yang dihasilkan.

5.1 Saran

Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber bacaan bagi pembaca sehingga dapat

memberikan manfaat dalam hal pembuatan asam asetat

18
DAFTAR PUSTAKA
Aditiwati, P. dan Kusnadi. 2003. Kultur Campuran dan Faktor Lingkungan Lingkungan

Mikroorganisme yang Berperan Berperan dalam Fermentasi Fermentasi “Tea-Cider”.

Bandung. Departemen Biologi – FMIPA Institut Teknologi Bandung

Arlita, M.A., Waluyo, S., dan Warji. 2013. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Konsentrasi terhadap

Penyerapan Larutan Gula pada Bengkuang (Pachyrrhizus erosus). Lampung. Mahasiswa

S1 dan Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Hardoyo, Hartono, Musa, Primarini, D., dan Tjahjono, A.E. 2007. Kondisi Optimum Fermentasi

Asam Asetat Menggunakan Acetobacter aceti B166. Lampung. Balai Besar Teknologi Pati

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi FMIPA Universitas Lampung.

Hasfita, F., Devi, A.S., dan Maulinda, L. 2015. Pemanfaatan Pemanfaatan Buah Seri (Muntingia

Calabura L) Untuk Pembuatan Asam Asetat Menggunakan Bakteri Bakteri Acetobacter

Acetobacter Xylinum. Aceh. Jurusan Teknik Kimia Universitas Malikussaleh

Heruwati, I. 2011. Deteksi Gejala Chilling Injury Buah Belimbing Belimbing (Averrhoa (Averrhoa

carambola L.) yang disimpan pada Suhu Rendah dengan Nir Spectroscopy. Bogor. Fakultas

Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Hidayat, N., dan Nurika, I. 2001. Pembuatan Asam Asetat dari Air Kelapa Secara Fermentasi

Kontinyu Menggunakan Kolom Bio-Oksidasi (Kajian dari tinggi partikel dalam kolom dan

kecepatan aerasi). Malang. Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas

Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.

Indrianti, N. 2012. Optimasi Parameter Proses Pembuatan Nata de Coco dari Air Kelapa Air

Kelapa Menggunakan Menggunakan Statistical Experimental Statistical Experimental

19
Design. Purwokerto. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Purwokerto

Kurniawati, D.S. 2012. Pabrik Acetic Acid dari Butana Cair dengan Proses Oksidasi. Surabaya.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Kwartiningsih, E., dan Mulyati, N.S. 2005. Fermentasi Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi

Menjadi Vinegar. Surakarta. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS.

Mataliuk, B. 2016. Pengaruh Penambahan Sumber Makanan Makanan Bioaktivator yang

Berbeda terhadap terhadap Kualitas Kualitas Kompos Feses Sapi. Pekanbaru. Program

Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim.

Ningtyas, R.N. 2015. Pengaruh Lama Fermentasi Fermentasi dan Jumlah Inokulum terhadap

Karakteristik Kimia dan Potensi Antibakteri Teh Kombucha dari Air Rebusan Jagung Manis

(Zea mays saccharata Sturt). Malang. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Palimbong, S. 2017. Pengaruh Konsentrasi Konsentrasi Acetobacter aceti dan Lama Fermentasi

terhadap terhadap Total Asam Cairan Fermentasi Pepaya Burung (Carica papaya, L.).

Salatiga. Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Kristen Satya Wacana

20
Sharah, A., Desmelati, dan Karnila, R. 2015. Pembuatan Kurva Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat

yang di Isolasi dari Ikan Peda Kembung (Rastrelliger sp.). Riau. Mahasiswa dan Dosen

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.

Surtiyani, M. 2015. Analisis Kadar Asam Cuka dari Fermentasi Menggunakan Saccharomyces

cerevisiae dan Acetobacter aceti pada Bonggol Pisang (Musa paradisiaca L.) Varietas

Ambon Nangka, Ambon Bawen dan Ambon Wulung yang Hidup di Jalur Pantai Selatan

Selatan Desa Tegal Kamulyan Cilacap. Purwokerto. Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

21

Anda mungkin juga menyukai