Disusun Oleh :
KELAS – 3I
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah dilimpahkan
kepada baginda alam Rasulullah Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan pembuatan tugas makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Biologi Sel pada Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas Musmlim Nusantara (UMN) Al-Washliyah Tahun Ajaran 2021-2022, dengan judul
makalah yang ditulis yaitu “Pembuatan Asam Karboksilat (ASAM ASETAT) “
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan dan menghaturkan banyak terima kasih kepada
Ibu Anny Sartika Daulay, S.Si., M.Si. sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Kimia Organik
II pada Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Musmlim Nusantara (UMN) Al-Washliyah
yang telah banyak memberikan arahan baik pada perkuliahan maupun dalam penulisan tugas
makalah ini, hingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari segala kekurangan, dan masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya guna kesempurnaan
dan sebagai pertimbangan karya tulis yang akan datang. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb..
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................... 3
2.1 Definisi Asam Asetat ............................................................................................................ 3
2.2 Karakteristik Asam Asetat .................................................................................................... 3
2.3 Kegunaan Asam Asetat ......................................................................................................... 4
2.4 Mekanisme Reaksi Pembentukan Asam Aetat ..................................................................... 5
2.5 Pembuatan Asam Asetat Secara Sintetis dan Fermentasi ..................................................... 6
2.6 Strarter Asam Asetat dan Kandungannya ............................................................................. 8
2.7 Kandungan Buah Belimbing ................................................................................................. 9
BAB III PROSEDUR PEMBUATAN ....................................................................................... 11
3.1 Prosedur Kerja..................................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 13
4.1 Fenomena Perubahan Densitas Terhadap Fermentasi Asam Asetat ................................... 13
4.2 Fenomena Perubahan Volume Total terhadap Fermentasi Asam Asetat............................ 13
4.3 Fenomena Perubahan pH terhadap Fermentasi Asam Asetat ............................................. 14
4.4 Pengaruh Jenis Starter terhadap Fermentasi Asam Asetat .................................................. 15
4.5 Pengaruh Jumlah Starter terhadap Fermentasi Asam Asetat .............................................. 17
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 18
5.1 Saran.................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu senyawa
berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di
dalam air, alkohol, gliserol, eter. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang
industri dan pangan (Hardoyo, dkk., 2007). Asam asetat merupakan salah satu produk industri
yang banyak dibutuhkan di Indonesia (Hidayat dan Nurika, 2001). Industri asam asetat
dikembangkan karena begitu luasnya penggunaan asam asetat sebagai bahan dasar pada industri
kimia dasar, pembuatan plastik, industri farmasi, pembuatan cat, insektisida, bahan kimia untuk
fotografi, koagulan latex serta pengasaman yang baik untuk minyak dan lain-lain. Dalam industri
makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Kebutuhan asam asetat di Indonesia
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya kebutuhan asam
asetat ini belum dapat dipenuhi. Sehingga ketergantungan terhadap impor dari tahun ke tahun
semakin naik (Kurniawati, 2012). Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung etanol,
yang dapat diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah-buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan
air kelapa. Pembuatan asam asetat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sintesis/khemis
dan secara mikrobiologis atau fermentasi, namun demikian cara fermentasi lebih disukai, karena
lebih murah, lebih praktis dan resiko kegagalan relatif lebih kecil (Hidayat dan Nurika, 2001).
1. Bagaimana cara pembuatan asam asetat dengan fermentasi aerob menggunakan sari belimbing
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan asam asetat dengan fermentasi aerob menggunakan sari
belimbing
2. Untuk mengetahui dan menentukan kondisi operasi untuk pembuatan asam asetat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu senyawa
berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di
dalam air, alkohol, gliserol, eter. Pada tekanan atmosferik, titik didihnya 118,1˚C. Asam asetat
mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang industri dan pangan (Hardoyo, dkk., 2007).
Asam asetat (CH3COOH) adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi
rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini
seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam asetat murni disebut asam asetat glasial adalah
cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Asam asetat merupakan salah
satu asam karboksilat paling sederhana setelah asam formiat. Larutan asam asetat dalam air
merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H + dan
CH3COO- . Asam asetat merupakan gabungan hybrid dalam bentuk ester dan dianggap terbentuk
dari carbonyl oksigen. Metode esterifikasi, reaksi asam asetat dengan memakai katalis asam
anorganik sangat baik dipakai sebagai katalis pada reaksi esterifikasi esterifikasi (Fessenden &
a. Sifat fisika
Sifat fisika dari asam asetat adalah berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, berwarna,
berbau menyengat, menyengat, berasa asam mempunyai mempunyai titik beku 16,6°C,
16,6°C, titik didih 118,1°C dan larut dalam alkohol, air, dan eter. Asam asetat tidak larut
dalam karbon disulfida. Asam asetat dibuat dengan fermentasi alkohol oleh bakteri
3
Acetobacter aceti pembuatan dengan cara ini biasa digunakan dalam pembuatan dalam
cuka makanan (Sarsojoni,1996). Asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH dan
b. Sifat kimia
Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0 %b/b dan tidak lebih dari 37,0 %b/b
C2H4O2. Asam asetat mudah menguap diudara terbuka, mudah terbakar, dan dapat
menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat larut dalam air dengan suhu 20oC, etanol
(9,5%) pekat, dan gliserol pekat. Asam asetat jika diencerkan tetap bereaksi asam.
Penetapan kadar asam asetat biasanya menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1ml
Kegunaan asam asetat Kegunaan asam asetat menurut Awad menurut Awad et al. (2012)
a. Industri Makanan
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur digunakan sebagai
pengatur keasaman, pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, serta untuk menambah
b. Pereaksi Kimia
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk mengh digunakan sebagai pereaksi
kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam
asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat
4
Asam asetat merupakan bahan yang berguna bagi produksi bahan kimia. Asam
d. Bidang Kesehatan
Di bidang kesehatan, dalam konsentrasi rendah asam asetat digunakan digunakan sebagai
antiseptik, antibakteri, dan deodorant alami yaitu zat penghilang bau. Antiseptik adalah
senyawa yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri
dan jamur pada jaringan hidup. Antibakteri adalah senyawa kimia alami yang dapat
Asam asetat merupakan hasil fermentasi etanol menggunaka merupakan hasil fermentasi
etanol menggunakan A. aceti. Asam asetat merupakan bahan yang dapat digunakan
sebagai merupakan bahan yang dapat digunakan sebagai pengh ilang bau anyir pada pasca
Menurut Roth (2009), asam asetat dapat dihasilkan dari senyawa C2H5OH (etanol) OH
(etanol) atau buah atau buah buahan yang buahan yang mengandung senyawa tersebut
mikroorganisme. Etanol dioksidasikan menjadi acetaldehid dan air. Asetaldehid dihidrasi yang
Bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen sebagai penerima elektron, urutan reaksi
oksidasi biologis mengikuti pemindahan hidrogen dari substrat etanol. Enzim etanol
5
dehidrogenase dapat melakukan reaksi ini karena mempunyai sistem sitokhrom yang menjadi
kofaktornya. Bakteri bakteri bakteri asam asetat, asetat, khususnya khususnya dari genus
Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang rendah. Bahan dasar dari
pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah metanol. Prinsip pembuatannya ialah
metanol direaksikan dengan gas CO menghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium.
Sebelumnya pembuatan asam asetat dengan teknik BASF dapat dilakukan dengan
menggunakan katalis iodinepromoted kobalt, namun kurang efektif dalam hal biaya karena
katalis ini bekerja pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 lb/in2. Sedangkan katalis rhodium
bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2. Katalis rhodium menghasilkan asam asetat
sampai 99 % sedangkan katalis iodinepromoted kobalt hanya sekitar 90 % saja. Proses yang
terjadi adalah pertama metanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan direaksikan dengan HI.
Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol menjadi metil iodide :
6
Setelah metil iodide telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus katalitik
dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodide ke dalam [Rh(CO)2I2]- sehingga terbentuk
membentuk kompleks. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO
berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodiumalkil kemudian membentuk
ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III). Dengan terbentuknya kompleks maka gugus
CH3COI mudah lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan
katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 150℃ –200℃ dan tekanan 30-60
atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan
CH3COOH dan HI. Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi
metanol menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus.
Sedangkan asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurnian untuk dipisahkan dari
pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian dilakukan propionate.
Pemurnian dilakukan dengan cara destil dengan cara destilasi (Roth, 2009).
buahan yang mengandung seng mengandung senyawa tersebut melalui proses oksida yawa
dan air. Asetaldehid dihidrasi yang kemudian dioksidasi menjadi asam asetat dan air.
Mekanisme pembentukan asam asetat yaitu bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen
sebagai penerima elektron, urutan reaksi oksidasi biologis mengikuti pemindahan hidrogen
dari substrat etanol. Enzim etanol dehidrogenase dapat melakukan reaksi ini karena
7
mempunyai sistem sitokhrom yang menjadi kofaktornya. Bakteri bakteri asam asetat,
khususnya dari genus acetobacter adalah mikroorganisme aerobik yang mempunyai enzim
dengan biakan murni. Pada pembuatan asam asetat dipergunakan starter air kelapa tua dan air
legen. Air kelapa tua adalah air yang mempunyai potensi yang baik untuk dibuat menjadi minuman
fermentasi, karena kandungan zat gizinya, yang kaya akan nutrisi yaitu, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, dan relatif lengkap sehingga sangat baik untuk pertumbuhan bakteri
penghasil produk pangan. Air legen adalah air nira kelapa, yang kaya akan nutrisi yaitu,
karbohidrat, glukosa, fruktosa, kalsium, fosfor, vitamin C. Dengan kandungan tersebut, air legen
Menurut Palungkun (1992) dalam Indrianti (2012), kandungan air kelapa tua adalah sebagai
berikut
8
Menurut Rumokoi (1990) dalam Mataliuk (2016), kandungan air legen adalah sebagai berikut.
Komponen Kandungan %
Karbohidrat 11,18
Glukosa 3,61
Fruktosa 7,48
Protein 0,28
Lemak kasar 0,01
Abu 0,35
Kalsium (Ca) 0,06
Fosfor (P2O2) 0,07
Vitamin C 0,01
Air 89,23
pH 6.00-6.40
Menurut USDA Nutrient Database (2010) dalam Heruwati (2011), kandungan buah
belimbing adalah sebagai berikut.
9
10
BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN
b. Air kelapa tua dan air legen dipanaskan dipanaskan dalam beaker glass pada suhu 60˚C
c. Tambahkan glukosa anhidris @10 gram dan alkohol (etanol) @10 ml, atur pH = 7 dengan
d. Masukkan ke dalam erlenmeyer, tutup rapat menggunakan aluminium foil, pasang selang
aerator.
e. Lakukan aerasi selama Lakukan aerasi selama 7 hari dan jaga aerasi dan jaga aerasi berjalan
2. Persiapan Bahan
b. Sari buah belimbing belimbing dipanaskan dipanaskan dalam beaker glass pada suhu 60˚C
c. Tambahkan sukrosa 5gram dan atur pH 4 dengan menggunakan HCl atau NaOH.
a. Mengukur volume sari buah belimbing @200 ml, alkohol 5%SB, dan starter pada variabel
11
c. Menambahkan alkohol ke dalam sari buah sebagai media fermentasi.
f. Mengukur volume awal, densitas awal, serta kadar asam awal dengan titrasi asam basa
g. Lakukan aerasi.
12
BAB IV
Menurut Hasfita, dkk. (2015), semakin lama waktu fermentasi dan semakin banyak banyak
starter, starter, maka semakin semakin banyak asam asetat yang dihasilkan. dihasilkan. Pengaruh
Pengaruh banyaknya jumlah banyaknya jumlah starter yang ditambahkan starter yang
ditambahkan sangat mempengaruhi sangat mempengaruhi hasil densitas pada asam asetat, asetat,
dimana semakin semakin banyak jumlah filtrat filtrat yang digunakan digunakan maka densitas
yang diperoleh semakin meningkat. Semakin banyak starter, maka semakin baik pembentukan
Berdasarkan percobaan dan teori hal ini dapat disimpulkan bahwa, hasil percobaan tidak
percobaan tidak sesuai dengan sesuai dengan teori pada teori pada hari keempat hari keempat pada
variabel pada variabel 4, 6, 7, dan 8. Hal ini dikarenakan bakteri pada asam asetat sudah mencapai
fase kematian. Fase-fase hidup bakteri pada umumnya meliputi, adaptasi, log (pertumbuhan
eksponensial), stationer, kematian (Sharah, dkk., 2015). Dengan masuknya bakteri bakteri ke fase
kematian, kematian, hal ini mengakibatkan mengakibatkan densitas densitas pada asam asetat
Hasil menunjukkan menunjukkan bahwa semakin semakin lama waktu fermentasi maka
volume total akan semakin berkurang. Volume total (ml) variabel I dari hari ke-1 hingga hari ke-
4 berturut-turut sebesar 230; 210; 140; 100, variabel II sebesar 250; 238; 184; 155, variabel III
sebesar 290; 264; 250; 224, variabel IV sebesar 230; 190; 160; 120. Penurunan volume total juga
terjadi pada starter starter air legen. Menunjukkan bahwa semakin semakin lama waktu fermentasi
13
maka volume total akan semakin berkurang. Volume total (ml) variabel V dari hari ke-1 hingga
hari ke-4 berturut-turut sebesar 230; 190; 160; 120, variabel VI sebesar 250; 210; 180; 134,
variabel VII sebesar 270; 234; 210; 170, dan variabel VIII sebesar 290; 248; 220; 184.
Menurut Kwartiningsih dan Mulyati (2005), dalam pengolahan vinegar (asam asetat),
terjadi 2 kali fermentasi yaitu fermentasi pembentukan alkohol dilanjutkan dengan fermentasi
pembentukan asam asetat. Pada fermentasi pembentukan alkohol dengan yeast Saccharomyces
cerevisiae terjadi perombakan perombakan glukosa glukosa menjadi menjadi (etanol) dan gas
CO2 secara anaerob. Kemudian etanol yang terbentuk difermentasi menjadi asam asetat dan air
dengan bakteri Acetobacter aceti secara aerob. Asam asetat yang terbentuk dapat teroksidasi atau
pengubahan etanol menjadi menjadi asam asetat. asetat. Pada starter starter air kelapa tua maupun
air legen terjadi penurunan volume total larutan selama proses fermentasi. Hal ini dikarenakan
asam asetat yang terbentuk lebih lanjut akan mengalami oksidasi oleh oksigen oleh oksigen dari
udara dari udara menjadi menjadi CO2 yang terlepas terlepas ke udara. Sehingga Sehingga terjadi
penambahan penambahan jenis starter starter air kelapa tua yaitu 10%, 20%, 30%, dan 40%. Pada
variabel 5 sampai dengan 8 dilakukan perbedaan penambahan jenis starter air legen yaitu 10%,
20%, 30%, dan 40%. Pada hari pertama, pH tiap variabel memiliki pH yang sama yaitu 5. Pada
hari kedua, pH semua variabel tetap yaitu pH 5. Pada hari ketiga, terjadi penurunan pH dan tidak
terjadi penurunan penurunan maupun kenaikan kenaikan atau pH tetap, penurunan penurunan pH
14
terjadi terjadi pada variabel variabel 4, 7, dan 8 menjadi pH 4. Pada hari keempat, terjadi penurunan
pH dan tidak terjadi penurunan maupun kenaikan atau pH tetap, penurunan pH terjadi pada
Menurut Ningtyas (2015), semakin lama fermentasi maka pH medium semakin menurun.
Penurunan pH terjadi secara berangsur-angsur. Hal ini dimungkinkan karena kadar sukrosa dalam
media masih tersedia, sehingga mikroorganisme didalam media masih bisa memetabolisme
menjadi asam organik (asam asetat). Asam-asam organik tersebut meningkat jumlahnya dan
berakibat penurunan pH berakibat penurunan pH media. Hal ini disebabkan media. Hal ini
disebabkan meningkatnya jumlah meningkatnya jumlah ion H+, sehingga media akan semakin
asam.
Berdasarkan teori dengan percobaan, hal ini sesuai sehingga dapat disimpulkan bahwa
kadar asam asetat pada variabel I menggunakan starter air kelapa tua berturut-turut sebesar
0,15%; 0,19%; 0,18%; dan 0,30%. Sedangkan pada variabel V menggunakan starter air legen
berturut-turut sebesar 0,15%; 0,18%; 0,18%; dan 0,24%. Kadar asam asetat pada variabel II
menggunakan starter air kelapa tua berturut-turut sebesar 0,25%; 0,24%; 0,24%; dan 0,33%.
Sedangkan pada variabel VI menggunakan starter air legen berturut-turut sebesar 0,18%; 0,21%;
0,27%; dan 0,30%. Kadar asam asetat pada variabel variabel III menggunakan menggunakan
starter starter air kelapa tua berturut-turut berturut-turut sebesar sebesar 0,18%; 0,24%; 0,27%; dan
0,36%. Sedangkan pada variabel VII menggunakan starter air legen berturut-turut sebesar 0,21%;
0,24%; 0,36%; dan 0,39%. Kadar asam asetat pada variabel IV menggunakan starter air kelapa tua
berturut-turut sebesar 0,18%; 0,30%; 0,36%; dan 0,43%. Sedangkan pada variabel VIII
15
menggunakan starter air legen berturut-turut sebesar 0,24%; 0,33%; 0,42%; dan 0,49%. Dapat
dilihat bahwa kadar asam asetat dengan penambahan starter air kelapa tua lebih tinggi daripada,
kadar asam asetat dengan penambahan starter air legen. Sedangkan kadar asam asetat dengan
penambahan penambahan starter starter air kelapa tua lebih rendah daripada daripada kadar asam
Kadar asam asetat dengan penambahan starter air kelapa tua lebih tinggi daripada, kadar
asam asetat dengan penambahan starter air legen. Dan kadar asam asetat dengan penambahan
starter air kelapa tua lebih rendah daripada, kadar asam asetat dengan penambahan penambahan
starter air starter air legen. Men legen. Menurut Rumokoi (1990) dalam Ma dalam Mataliuk (2016),
taliuk (2016), kandungan glukosa pada air legen sebesar 3,61%, dan menurut Astuti (2011),
kandungan glukosa pada air kelapa tua sebesar 1,7 –2,6%. Dapat disimpulkan bahwa kandungan
kandungan glukosa glukosa pada air legen lebih besar dari kandungan kandungan glukosa glukosa
ada air kelapa tua. Menurut Wahyu (2005) dalam Surtiyani (2015), faktor utama yang
mempengaruhi fermentasi etanol menjadi asam asetat adalah nutrisi. Nutrisi yang dimaksud
dimaksud disini adalah starter starter yang ditambahkan ditambahkan selama proses fermentasi.
Jenis starter yang ditambahkan adalah air kelapa tua dan air legen. Selama proses fermentasi,
mikroorganisme Acetobacter aceti sangat membutuhkan nutrisi dalam jumlah besar. Unsur-unsur
nutrisi yang diperlukan yaitu C, H, O, N, dan P. Unsur tersebut dapat terpenuhi melalui kandungan
glukosa yang dimiliki oleh starter air kelapa tua dan air legen. Semakin tinggi kadar glukosa yang
dimiliki oleh starter, maka semakin tinggi juga kadar asam asetatnya yang dihasilkan. Jika kadar
glukosa yang terlalu tinggi bila ditambahkan ke dalam suatu bahan, menyebabkan air dalam bahan
menjadi terikat sehingga menurunkan aktivitas air dan tidak dapat digunakan oleh mikroba
16
4.5 Pengaruh Jumlah Starter terhadap Fermentasi Asam Asetat
Merupakan hubungan antara kadar asam asetat yang dihasilkan pada berbagai variabel
penambahan starter terhadap waktu fermentasi asam asetat. Variabel I ditambahkan 10% starter
air kelapa tua, variabel II ditambahkan 20% starter air kelapa tua, variabel III ditambahkan 30%
starter air kelapa tua, variabel IV ditambahkan 40% starter air kelapa tua, variabel V ditambahkan
10% starter air legen, variabel VI ditambahkan 20% starter air legen, variabel VII ditambahkan
30% starter air legen, dan variabel VIII ditambahkan 40% starter air legen. Terlihat bahwa seiring
dengan meningkatnya waktu fermentasi maka akan semakin banyak asam asetat yang dihasilkan.
Kadar asam asetat variabel I, II, III, IV, V, VI, VII, dan VIII pada hari ke-4 fermentasi berturut-
turut sebesar 0,30%; 0,33%; 0,36%; 0,43%; 0,24%; 0,30%; 0,39%; dan 0,49%. Dapat dilihat
bahwa variabel IV dengan penambahan starter air kelapa tua dan variabel VIII dengan penambahan
starter air legen memiliki kadar asam asetat pada hari ke-4 fermentasi yang paling tinggi sebesar
0,43% dan 0,49%. Serta pada variabel I dengan penambahan starter air kelapa tua dan variabel V
dengan penambahan starter air legen memiliki kadar asam asetat pada hari ke-4 fermentasi yang
Menurut Stanbury, dkk. (1995) dalam Palimbong (2017) menyatakan bahwa semakin
banyak jumlah starter yang ditambahkan maka akan semakin banyak pula asam asetat yang
dihasilkan. dihasilkan. Serta jumlah total inokulum inokulum yang baik harus sebanding dengan
jumlah substratnya hal itu agar tidak terjadi kompetisi antara mikroorganisme dalam
memanfaatkan nutrisi (substrat) yang ada (Khoirul, 2004 dalam Palimbong, 2017).
Teori diatas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah starter yang ditambahkan
maka akan semakin banyak pula asam asetat yang dihasilkan, hal itu sesuai dengan hasil praktikum
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Fenomena perubahan densitas terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin lama waktu
2. Fenomena perubahan volume total terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin lama
waktu fermentasi, maka volume total yang diperoleh semakin menurun, dikarenakan asam
asetat yang terbentuk lebih lanjut akan mengalami oksidasi oleh oksigen dari udara menjadi
3. Fenomena perubahan pH terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin lama waktu
4. Pengaruh jenis starter terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin tinggi kadar glukosa
yang dimiliki starter, maka semakin tinggi juga kadar asam asetat yang dihasilkan.
5. Pengaruh jumlah starter terhadap fermentasi asam asetat adalah semakin banyak banyak
jumlah starter starter yang ditambahkan, ditambahkan, maka akan semakin semakin
5.1 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber bacaan bagi pembaca sehingga dapat
18
DAFTAR PUSTAKA
Aditiwati, P. dan Kusnadi. 2003. Kultur Campuran dan Faktor Lingkungan Lingkungan
Arlita, M.A., Waluyo, S., dan Warji. 2013. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Konsentrasi terhadap
S1 dan Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Hardoyo, Hartono, Musa, Primarini, D., dan Tjahjono, A.E. 2007. Kondisi Optimum Fermentasi
Asam Asetat Menggunakan Acetobacter aceti B166. Lampung. Balai Besar Teknologi Pati
Hasfita, F., Devi, A.S., dan Maulinda, L. 2015. Pemanfaatan Pemanfaatan Buah Seri (Muntingia
Heruwati, I. 2011. Deteksi Gejala Chilling Injury Buah Belimbing Belimbing (Averrhoa (Averrhoa
carambola L.) yang disimpan pada Suhu Rendah dengan Nir Spectroscopy. Bogor. Fakultas
Hidayat, N., dan Nurika, I. 2001. Pembuatan Asam Asetat dari Air Kelapa Secara Fermentasi
Kontinyu Menggunakan Kolom Bio-Oksidasi (Kajian dari tinggi partikel dalam kolom dan
kecepatan aerasi). Malang. Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas
Indrianti, N. 2012. Optimasi Parameter Proses Pembuatan Nata de Coco dari Air Kelapa Air
19
Design. Purwokerto. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
Kurniawati, D.S. 2012. Pabrik Acetic Acid dari Butana Cair dengan Proses Oksidasi. Surabaya.
Kwartiningsih, E., dan Mulyati, N.S. 2005. Fermentasi Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi
Berbeda terhadap terhadap Kualitas Kualitas Kompos Feses Sapi. Pekanbaru. Program
Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim.
Ningtyas, R.N. 2015. Pengaruh Lama Fermentasi Fermentasi dan Jumlah Inokulum terhadap
Karakteristik Kimia dan Potensi Antibakteri Teh Kombucha dari Air Rebusan Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt). Malang. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Palimbong, S. 2017. Pengaruh Konsentrasi Konsentrasi Acetobacter aceti dan Lama Fermentasi
terhadap terhadap Total Asam Cairan Fermentasi Pepaya Burung (Carica papaya, L.).
Salatiga. Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
20
Sharah, A., Desmelati, dan Karnila, R. 2015. Pembuatan Kurva Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat
yang di Isolasi dari Ikan Peda Kembung (Rastrelliger sp.). Riau. Mahasiswa dan Dosen
Surtiyani, M. 2015. Analisis Kadar Asam Cuka dari Fermentasi Menggunakan Saccharomyces
cerevisiae dan Acetobacter aceti pada Bonggol Pisang (Musa paradisiaca L.) Varietas
Ambon Nangka, Ambon Bawen dan Ambon Wulung yang Hidup di Jalur Pantai Selatan
Selatan Desa Tegal Kamulyan Cilacap. Purwokerto. Program Studi Pendidikan Biologi
21