Anda di halaman 1dari 57

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342200545

S M O P I Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Book · December 2019

CITATIONS READS

0 3,757

5 authors, including:

Widya Utaminingsih Hanhan Ahmad Sofiyuddin


Ministry of public Work and Housing, Indonesia Ministry of Public Works and Public Housing, Indonesia
5 PUBLICATIONS 11 CITATIONS 26 PUBLICATIONS 92 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Afida Zukhrufiyati Susilowati Susilowati

5 PUBLICATIONS 14 CITATIONS 3 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Expedition Oe View project

MICRO IRRIGATIONS View project

All content following this page was uploaded by Widya Utaminingsih on 16 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SMOPI
Menjawab Tantangan
Pengelolaan Irigasi
TEKNOLOGI

SMOPI MENJAWAB
TANTANGAN
PENGELOLAAN
IRIGASI
Dari Penerapan Teknologi DSS-SMOPI dalam Mendukung
Modernisasi Irigasi
Gambar Sampul Depan: Penerapan Teknologi DSS SMOPI di
Daerah Irigasi Ciliman dan Saluran Irigasi Daerah Irigasi
Bondoyudo
Gambar Sampul Belakang: Saluran Irigasi Daerah Irigasi
Bondoyudo

Penerbit
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
2019
Hak Cipta 2019
Dilarang mengutip, menerjemahkan, menggandakan sebagian atau seluruh isi buku
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air

TIM PENYUSUN

Pengarah:
Prof. Dr. Ir. Eko Winar Irianto, M.T.

Koordinator Pelaksana:
Rahmat Suria Lubis, S.T., M.T.

Editor:
Supardiyono Sobirin
Ratna Hidayat
Segel Ginting, S.Si., MPSDA

Tim Riset:
Widya Utaminingsih, S.P., MPSDA
Hanhan A. Sofiyuddin, S.T.P., M.Agr.
Susi Hidayah, S.T., M.T.
Afida Zukhrufiyati, S.Si.
Susilowati, S.T.P.

Narasumber:
Prof. Dr. Ir. Sigit Supadmo Arif, M.Eng
Ir. R. Eko Subekti, Dipl.
Ir. Djito, Sp1

Didukung oleh:
Seluruh pejabat struktural dan fungsional lainnya di lingkungan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Air

ISBN: 978-602-7530-50-8

Diterbitkan oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Jl. Ir. H. Juanda 193 Bandung 40135 Telp. (022) 2504053, 2501554, 2500507
Email: pusair@pu.go.id
Website: www.pusair-pu.go.id
SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

KATA PENGANTAR

Upaya pencapaian kondisi ketahanan pangan, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi,
salah satunya adalah ketersediaan air. Secara nasional ketersediaan air irigasi saat ini
dipenuhi terutama dari aliran permukaan yang dipergunakan untuk mengairi sawah.
Disamping adanya potensi ketersediaan air untuk irigasi juga terdapat ancaman
keberlanjutan sistem irigasi yang ada di Indonesia, salah satunya adalah penurunan mutu
sumber daya air akibat jaringan irigasi yang telah habis umur teknisnya. Tuntutan terhadap
kinerja irigasi yang lebih baik mendorong pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan
irigasi dengan konsep irigasi modern. Irigasi modern merupakan sistem pengelolaan irigasi
yang dilaksanakan secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.
Pada tahun 2012, Balai Litbang Irigasi di bawah pengawasan Puslitbang Sumber Daya Air
mulai mengembangkan aplikasi Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi
(SMOPI) sebagai wujud dari pengelolaan irigasi modern. Buku SMOPI dalam Menjawab
Tantangan Pengelolaan Irigasi dibuat dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan irigasi
partisipatif. Orientasi SMOPI bertujuan untuk pemenuhan tingkat layanan irigasi secara
efektif, efisien dan berkelanjutan dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan air.
Aplikasi SMOPI telah diterima oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan dicanangkan
dalam program Operasi dan Pemeliharaan (OP) Prima untuk diterapkan secara nasional
tahun 2020. Selanjutnya oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota diaplikasikan untuk
manajemen operasi dan pemeliharaan dengan melakukan pengisian blangko untuk setiap
daerah irigasi. SMOPI juga telah dicantumkan dalam buku pedoman pelaksanaan
modernisasi irigasi sebagai aplikasi teknologi informasi untuk mendukung pengelolaan
irigasi.
Buku ini disusun oleh Widya Utaminingsih, SP, MPSDA dan tim pelaksana kegiatan, dibawah
koordinasi Kepala Seksi Penyelenggara Teknis Segel Ginting, S.Si., MPSDA. dengan
bimbingan Rahmat Suria Lubis, S.T., M.T. selaku penanggung jawab kegiatan.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan
dan dukungan dalam penulisan Buku Teknologi ini. Besar harapan kami buku ini dapat
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan daerah irigasi menuju
modernisasi irigasi.
Bandung, Desember 2019
Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air

Prof. Dr. Ir. Eko Winar Irianto, MT


NIP. 19660502 199402 1 001

Pusat Litbang Sumber Daya Air i


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

RINGKASAN

Kondisi daerah irigasi (DI) di Indonesia saat ini banyak yang mengalami penurunan kinerja
akibat telah mencapai umur layanan teknisnya. Tuntutan terhadap kinerja irigasi yang lebih
baik mendorong pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan irigasi dengan konsep irigasi
modern. Irigasi modern merupakan sistem pengelolaan irigasi yang dilaksanakan secara
efektif, efisien, dan berkelanjutan dalam mendukung ketahanan pangan dan air. Irigasi
modern diwujudkan dengan meningkatkan keandalan penyediaan air irigasi, perbaikan
sarana dan prasarana irigasi, penyempurnaan pengelolaan irigasi, penguatan institusi
pengelola irigasi, dan pemberdayaan manusia pelaku pengelola irigasi.
Melihat perkembangan informasi dan teknologi yang cukup pesat, telah mendorong
pengelola irigasi dan instansi terkait untuk menerapkan teknologi informasi dalam rangka
pengelolaan irigasi yang lebih baik. Pada tahun 2012, Balai Litbang Irigasi di bawah
koordinasi Puslitbang Sumber Daya Air mulai mengembangkan aplikasi Sistem Manajemen
Operasi dan Pemeliharaan Irigasi (SMOPI), dan pengembangan terus dilakukan dari tahun
ke tahun sebagai upaya penyempurnaan. Pengembangan SMOPI dilakukan dengan
mengaplikasi blangko Operasi dan Pemeliharaan pada Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015
tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
SMOPI bertujuan mempercepat proses dan mengubah pelaporan OP irigasi dari yang
bersifat paperbase menjadi paperless. Penerapan SMOPI sebagai sistem pelaporan operasi
dan pemeliharaan irigasi merupakan upaya dalam mendukung konsep modernisasi irigasi,
khususnya pada pilar penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi. Proses pelaporan OP
irigasi dengan SMOPI akan menghemat banyak waktu dan pembagian air irigasi dapat lebih
efektif dan efisien mendekati kondisi tepat jumlah dan tepat waktu. Selain itu, penerapan
SMOPI dapat membantu mempercepat proses komunikasi antara petani pengguna air,
petugas irigasi di lapangan dan instansi pemerintah setempat yang menangani irigasi.
SMOPI telah dilaksanakan di beberapa lokasi, pada tahun 2013-2014 telah diterapkan di DI
Tajum Kabupaten Banyumas dan DI Boro Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Pada
tahun yang sama, Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (SDABM) Kabupaten Banyumas
menerapkan SMOPI di DI Jaganala dan DI Karangnangka. Pada tahun 2016-2017 SMOPI
diterapkan di DI Bondoyudo Kabupaten Lumajang dan Jember Provinsi Jawa Timur, dan DI
Cilemer untuk dilakukan uji coba atas inisiatif Dinas PU Pandeglang. Lalu di Tahun 2018,
SMOPI mulai diterapkan di DI Ciliman, Banten. Diharapkan untuk waktu mendatang
penggunaan aplikasi SMOPI dapat dijadikan sebagai standar dalam pengelolaan irigasi
nasional.

Pusat Litbang Sumber Daya Air ii


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
RINGKASAN .............................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................vii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ............................................................................................. viii
TANTANGAN PENGELOLAAN IRIGASI KE DEPAN .................................................................. 1
PENGELOLAAN IRIGASI DALAM MODERNISASI IRIGASI ....................................................... 3
2.1 Modernisasi Irigasi .................................................................................................. 3
2.2 SMOPI ...................................................................................................................... 7
2.3 SMOPI dalam Modernisasi Irigasi ........................................................................... 9
2.4 Pengembangan aplikasi SMOPI ............................................................................. 12
TEKNOLOGI SMOPI ................................................................................................................ 21
3.1 Persyaratan Penggunaan SMOPI ........................................................................... 21
3.1.1 Umum .......................................................................................................... 21
3.1.2 Data ............................................................................................................. 21
3.1.3 Sumber Daya Manusia ................................................................................ 21
3.1.4 Kebutuhan Perangkat ................................................................................. 22
3.1.5 Koneksi Internet.......................................................................................... 24
3.1.6 Penyiapan Ruang Server ............................................................................. 24
3.1.7 Penunjukkan Petugas Admin Server dan Aplikasi ..................................... 25
3.2 Penugasan Berjenjang Pengelola Irigasi ............................................................... 25
3.3 Panduan Penggunaan Aplikasi SMOPI .................................................................. 26
3.3.1 Login (Masuk) Aplikasi SMOPI ................................................................... 26
3.3.2 Manual Pemakaian Mantri/Juru dan Petugas Bendung ............................. 27
3.3.3 Manual Pemakaian Ranting/Pengamat ...................................................... 28
3.3.4 Manual Pemakaian Kasi O. Irigasi Kabupaten ............................................ 31
3.3.5 Manual Pemakaian Kasi OP. UPTD Provinsi/Balai WS .............................. 32
PELUANG DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ............................................................................ 33
4.1 Peluang Teknologi ................................................................................................. 33
4.2 Penerapan Teknologi ............................................................................................ 34
4.2.1 SMOPI di DI Tajum dan DI Boro.................................................................. 34

Pusat Litbang Sumber Daya Air iii


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

4.2.2 SMOPI di DI Bondoyudo.............................................................................. 36


4.2.3 Penerapan SMOPI di DI Ciliman ................................................................. 38
PENUTUP ................................................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 42

Pusat Litbang Sumber Daya Air iv


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lima (5) Pilar Modernisasi Irigasi ....................................................................... 3


Gambar 2.2 Proses Pengelolaan Sistem Irigasi Menuju Modernisasi Irigasi .......................... 6
Gambar 2.3 Perkembangan SMOPI .......................................................................................... 7
Gambar 2.4 Subsistem SMOPI .................................................................................................. 8
Gambar 2.5 Perbandingan Penggunaan SMOPI dan Manual ................................................... 9
Gambar 2.6 Pelaksanaan Operasi Irigasi ............................................................................... 10
Gambar 2.7 Diagram Alir Pelaporan SMOPI .......................................................................... 11
Gambar 2.8 Tampilan Menu Monitoring Mantri/Juru oleh Pengamat.................................. 12
Gambar 2.9 Informasi yang akan diterima oleh PPA ............................................................. 13
Gambar 2.10 Informasi yang akan diterima oleh PPA .......................................................... 13
Gambar 2.11 Blangko 04a-O yang diisikan oleh PPA ............................................................ 14
Gambar 2.12 Blangko 06a-O yang diisikan oleh PPA ............................................................ 15
Gambar 2.13 Tampilan Informasi SMOPI untuk Dirjen SDA ................................................. 16
Gambar 2.14 Informasi Rencana Pola Tanam,....................................................................... 17
Gambar 2.15 Informasi Rekap OP .......................................................................................... 17
Gambar 2.16 Informasi Neraca Air ........................................................................................ 18
Gambar 2.17 Informasi Produksi Tanam............................................................................... 18
Gambar 2.18 Informasi Debit ................................................................................................. 19
Gambar 2.19 Grand Desain Pengembangan SMOPI .............................................................. 19
Gambar 2.20 Pengelolaan Irigasi dengan SMOPI dan Konvensional .................................... 20
Gambar 3.1 Alur Penugasan Pengelola Irigasi....................................................................... 26
Gambar 3.2 Tampilan Layar Login SMOPI ............................................................................. 27
Gambar 3.3 Tampilan Menu Blangko untuk Mantri/Juru ..................................................... 27
Gambar 3.4 Tampilan Pengeditan dan Penghapusan Blangko ............................................. 28
Gambar 3.5 Tampilan Menu Blangko untukPetugas Operasi Bendung ................................ 28
Gambar 3.6 Tampilan Menu Utama Ranting/Pengamat ....................................................... 29
Gambar 3.7 Tampilan Menu Blangko..................................................................................... 29
Gambar 3.8 Tampilan Verifikasi Blangko oleh Ranting/Pengamat ...................................... 30
Gambar 3.9 Pilihan Menu Saluran dan Bangunan ................................................................. 30
Gambar 3.10 Tampilan untuk Mengatur Saluran dan Bangunan.......................................... 31
Gambar 3.11 Tampilan Menu Aplikasi SMOPI untuk Kasi O. Irigasi Kabupaten .................. 31
Gambar 3.12 Menu Utama Aplikasi SMOPI untuk Kasi OP UPTD Provinsi/Balai WS ........ 32

Pusat Litbang Sumber Daya Air v


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 4.1 Peluang Penerapan SMOPI ................................................................................. 33


Gambar 4.2 Penerapan SMOPI Tahun ke Tahun ................................................................... 34
Gambar 4.3 Peta Situasi DI Boro ............................................................................................ 35
Gambar 4.4 Persentase Persetujuan Penerapan SMOPI DI Tajum dan DI Boro dalam
Berbagai Aspek ................................................................................................. 36
Gambar 4.5 Peta Lokasi DI Bondoyudo ................................................................................. 36
Gambar 4.6 Monitoring dan Evaluasi Penerapan SMOPI DI Bondoyudo .............................. 37
Gambar 4.7 Persentase Persetujuan Penerapan SMOPI DI Bondoyudo dalam Berbagai
Aspek ................................................................................................................ 38
Gambar 4.8 Peta Lokasi DI Ciliman ........................................................................................ 39
Gambar 4.9 Pendampingan Pengisian Blangko Manual ........................................................ 39
Gambar 4.10 Pendampingan Pengisian Blangko ke Aplikasi SMOPI .................................... 40
Gambar 4.11 pendampingan PPA dalam mengatur bukaan pintu bagi dan sadap .............. 40

Pusat Litbang Sumber Daya Air vi


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indeks Kesiapan Modernisasi Irigasi ....................................................................... 4

Tabel 3.1 Kompetensi Pengguna SMOPI ................................................................................ 22

Tabel 3.2 Spesifikasi Minimum Penggunaan Server ............................................................. 23

Pusat Litbang Sumber Daya Air vii


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

AWS Automatic Weather Station


BBWS Balai Besar Wilayah Sungai
BWS Balai Wilayah Sungai
DI Daerah Irigasi.
DSS Decision Support System
GP3A Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air
IKMI Indeks Kinerja Modernisasi Irigasi.
IKSI Indeks Kinerja Sistem Irigasi
IOT Internet of Things
IP Indeks Pertanaman
IPDMIP Integrated Participatory Development and Management of
Irrigation Program
LPR-FPR Luas Palawija Relatif-Faktor Palawija Relatif
OP Operasi dan Pemeliharaan
P3A Perkumpulan Petani Pemakai Air
PAPERBASED Berbasis Warkat/Kertas
PAPERLESS Konsep Tanpa Penggunaan Kertas
POB Petugas Operasi Bendung
POP Persiapan Operasi dan Pemeliharaan
PPA Petugas Pintu Air
PSDA Pengelolaan Sumber Daya Air
PTGA Penyuluhan dan Tata Guna Air
RIBASIM River Basin Simulation Model
RTTG Rencana Tata Tanam Global
RTTT Rencana Tata Tanam Tahunan
SDABM Sumber Daya Air dan Bina Marga
SDM Sumber Daya Manusia
SEMI-PAPERLESS Konsep Mengurangi Penggunaan Kertas
SIWAMI System Information Water Avaibility Main Intakes
SMOI Sistem Manajemen Operasi Irigasi

Pusat Litbang Sumber Daya Air viii


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

SMOPI Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi


TAM Technology Acceptance Model
TPOP Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan
UPIM Unit Pengelola Irigasi Modern
UPT Unit Pengelola Terpadu
UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah

Pusat Litbang Sumber Daya Air ix


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

TANTANGAN PENGELOLAAN IRIGASI KE DEPAN

Proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2015-2025 berdasarkan asumsi tren


oleh Badan Pusat Statistik (2018) adalah sebesar 0,99 persen. Pada tahun 2025, jumlah
penduduk Indonesia diproyeksikan sebesar 282,4 juta. Pertumbuhan penduduk akan
memberikan efek domino terhadap berbagai sektor, khususnya pertanian. Kebutuhan
pangan akan turut meningkat sehingga pembangunan sektor pertanian diprioritaskan
untuk mewujudkan ketahanan pangan.
Upaya pencapaian kondisi ketahanan pangan, terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, salah satu syarat utamanya adalah ketersediaan air. Ketersediaan air untuk irigasi
harus bersaing dengan kebutuhan lain mulai dari air minum, energi hingga industri yang
pertumbuhannya kian cepat. Secara nasional ketersediaan air irigasi saat ini dipenuhi
terutama dari aliran permukaan berupa sungai yang dipergunakan untuk mengairi sawah
dengan total luas sekitar 7.145.168 ha sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status
Daerah Irigasi.
Disamping adanya potensi ketersediaan air untuk irigasi juga terdapat ancaman
keberlanjutan sistem irigasi yang ada di Indonesia, salah satunya adalah kecenderungan
penurunan mutu sumber daya air akibat jaringan irigasi yang telah habis umur teknisnya.
Kondisi daerah irigasi (DI) di Indonesia saat ini banyak yang mengalami penurunan kinerja
akibat telah mencapai umur layanan teknisnya. Rehabilitasi terus menerus dilakukan,
namun 49% umur daerah irigasi telah mencapai 50 tahun dan hanya 7% daerah irigasi di
Indoesia merupakan daerah irigasi yang baru dibangun 10 tahun terakhir, sehingga akan
mempengaruhi kinerja irigasi yang ada (Tim Komunikasi Publik SDA 2016). Rendahnya
kinerja jaringan irigasi tersebut dapat menjadi salah satu ancaman dalam pencapaian
program ketahanan pangan dan air.
Tuntutan terhadap kinerja irigasi yang lebih baik mendorong pemerintah untuk
melaksanakan pengelolaan irigasi dengan konsep irigasi modern. Irigasi modern
merupakan sistem pengelolaan irigasi yang dilaksanakan secara efektif, efisien, dan
berkelanjutan dalam mendukung ketahanan pangan dan air. Irigasi modern diwujudkan
dengan meningkatkan keandalan penyediaan air irigasi, perbaikan sarana dan prasarana
irigasi, penyempurnaan pengelolaan irigasi, penguatan institusi pengelola irigasi, dan
pemberdayaan manusia pelaku pengelola irigasi.
Perkembangan informasi dan teknologi yang cukup pesat, mendorong pengelola irigasi
khususnya instansi terkait untuk menerapkan teknologi informasi dalam mengelola irigasi.
Menurut Angguniko dan Hidayah (2017), terdapat lima fungsi utama pengelolaan irigasi
modern yaitu (1) pemrograman dan sistem informasi, (2) pengendalian operasi dan
pemeliharaan, (3) pengamanan irigasi, (4) knowledge center dan pengembangan SDM, dan
(5) fungsi penyuluhan dan tata guna air (PTGA). Oleh karena itu, pada tahun 2012, Balai
Litbang Irigasi di bawah pengawasan Puslitbang Sumber Daya Air mulai mengembangkan
aplikasi Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi (SMOPI) sebagai wujud dari
pengelolaan irigasi modern.

Puslitbang Sumber Daya Air 1


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Uji coba aplikasi SMOI telah dilakukan di beberapa lokasi yaitu pada tahun 2014, aplikasi
SMOI mulai diterapkan di DI Tajum Kabupaten Banyumas dan Boro Kabupaten Purworejo,
Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2016-2017 SMOPI diterapkan di DI Bondoyudo
Kabupaten Lumajang dan Jember Provinsi Jawa Timur. Lalu pada tahun 2018, SMOPI mulai
diterapkan di DI Ciliman, Banten.

Puslitbang Sumber Daya Air 2


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

PENGELOLAAN IRIGASI DALAM MODERNISASI IRIGASI

2.1 Modernisasi Irigasi


Konsep dari modernisasi irigasi yaitu sistem pengelolaan irigasi partisipatif yang
dilaksanakan secara efektif, efisien, dan berkelanjutan sebagai bentuk pelayanan irigasi
(Direktorat Irigasi dan Rawa, 2011). Modernisasi irigasi telah diamanatkan dalam Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan Dan Pengelolaan
Sistem Irigasi.
Adapun pengembangan dan pengelolaan irigasi di Indonesia dalam rangka mewujudkan
modernisasi irigasi dilaksanakan melalui pendekatan 5 (lima) pilar modernisasi irigasi yaitu
peningkatan keandalan penyediaan air irigasi, perbaikan sarana dan prasarana irigasi,
penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi, penguatan institusi pengelola irigasi, dan
pemberdayaan sumber daya manusia pengelola irigasi (Gambar 2.1).

Keandalan Sarana dan Sistem Institusi


SDM Pengelola
Penyediaan Air Prasarana Pengelolaan Pengelola
Irigasi
Irigasi Irigasi Irigasi Irigasi

Modernisasi Irigasi

Gambar 2.1 Lima (5) Pilar Modernisasi Irigasi


Masing-masing unsur yang tergabung dalam 5 (lima) pilar tersebut dituangkan ke dalam 45
(empat puluh lima) langkah yang akan dikembangkan di masing-masing pilar dalam
modernisasi irigasi sehingga pengelolaannya juga akan berbeda dan tergantung pada tujuan
pengelolaan yang diatur bersama antara para pelaku.
Penilaian kesiapan modernisasi irigasi dilaksanakan melalui penilaian Indeks Kesiapan
Modernisasi Irigasi (IKMI). IKMI disusun untuk tujuan mengukur kesiapan sistem irigasi
dalam pelaksanaan modernisasi irigasi. Dalam pelaksanaannya, penilaian IKMI dilakukan
secara bertahap melalui mekanisme survei langsung yang dilakukan di lapangan pada DI

Puslitbang Sumber Daya Air 3


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

target yang akan dimodernisasi. Adapun kajian IKMI yang dilaksanakan pada DI yang akan
dipilih meliputi:
1. ketersediaan air, kebutuhan air dan neraca air yang ada, serta kemungkinan tambahan
pasokan air;
2. kondisi prasarana irigasi termasuk kelengkapan dan fungsi serta rekomendasi
penyempurnaannya guna mendukung irigasi modern;
3. sistem pengelolaan irigasi yang saat ini berlaku dengan tingkat layanan yang diberikan
kepada para pengguna air irigasi khususnya petani; serta hambatan dan kelemahan
dalam pengelolaannya;
4. sistem institusi yang ada dan mekanisme kerja antara lembaga pengelola irigasi serta
rekomendasi perkuatan institusi yang diperlukan dalam rangka pengelolaan irigasi
modern (UPIM);
5. kondisi SDM pelaksana pengelola irigasi saat ini baik kuantitas, kualitas, status, jabatan
maupun kompetensinya, termasuk pula SDM P3A serta kebutuhan pemberdayaan
(training need assessment);
Hasil dari IKMI, kesiapan daerah irigasi dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) Kategori:
a. Nilai > 80 : predikat memadai dan modernisasi dapat diterapkan;
b. Nilai 50-79,9: predikat cukup, modernisasi ditunda, dilakukan penyempurnaan sesuai
dengan hasil IKMI 1-2 tahun;
c. Nilai < 50 : predikat kurang, modernisasi ditunda dilakukan penyempurnaan sistem
irigasi 2-4 tahun;
Tabel 0.1 Indeks Kesiapan Modernisasi Irigasi
Nilai
Substansi Pilar
Memadai Cukup Kurang
Ketersediaan Air >16 (maks. 20) 10-16 <10
Prasarana/infrastruktur irigasi >20 (maks. 25) 12.5-20 <12.5
Sistem pengelolaan irigasi >16 (maks. 20) 10-16 <10

Institusi pengelola >16 (maks. 20) 10-16 <10

Sumber daya manusia sebagai pelaku >12 (maks. 15) 7.5-12 <7.5

Total Nilai ≥80 (maks 100) 50-79.9 <50

Pemerintah sudah membuat sebuah prosedur baku dalam membangun dan mengelola
sistem irigasi, dimulai dari penetapan delapan kriteria, yaitu kajian meja, penetapan
perencanan sistem, pekerjaaan penyigian (survei), penyelidikan (investigation),
perancangan (designing), pembebasan lahan (land aquicicition), pembangunan atau
pelaksanaan (construction), serta operasi dan pemeliharaan (operation and maintanance).
Sebelum dilaksanakan OP, terlebih dahulu dilakukan persiapan OP (POP) sehingga
diperoleh panduan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan. Selanjutnya dilakukan

Puslitbang Sumber Daya Air 4


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

pengelolaan terhadap DI yang telah siap dioperasikan dan dilakukan penilaian kinerja
sistem irigasi secara rutin, serta pengelolaan aset irigasi. Semua itu dalam rangka proses
penentuan pelaksaanan revitalisasi/rehabilitasi (apabila diperlukan) dan apabila tidak
dimungkinkan lagi upaya rehabilitasi maka harus dilakukan satu tindakan peningkatan
sistem irigasi.
Untuk sistem pelaporan operasi dan pemeliharaan irigasi secara konvensional, OP masih
dilakukan dengan cara pengisian blangko. Tetapi saat ini telah dicoba satu sistem
manajemen operasi dan pemeliharaan irigasi berbasis internet (SMOPI). Kegiatan tersebut
merupakan siklus pengelolaan sistem irigasi (Direktorat Irigasi dan Rawa, 2017). Secara
ringkas siklus pengelolaan irigasi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Puslitbang Sumber Daya Air 5


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Sumber: Direktorat Irigasi dan Rawa, 2017

Gambar 2.2 Proses Pengelolaan Sistem Irigasi Menuju Modernisasi Irigasi

Puslitbang Sumber Daya Air 6


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

2.2 SMOPI
Awalnya, SMOPI adalah aplikasi yang dibangun untuk pengisian blangko Operasi Irigasi
yang kemudian disebut dengan Sistem Manajemen Operasi Irigasi (SMOI). SMOI mulai
dikembangkan pada tahun 2012 berdasarkan alur kerja pada pedoman operasi dan
pemeliharaan irigasi yang terangkum pada Permen PU Nomor 32 Tahun 2007 (Balai Irigasi,
2012). SMOI didesain untuk mampu melakukan proses pengiriman data operasional irigasi
secara otomatis dengan memanfaatkan jaringan komunikasi layanan internet,
pengoperasian yang mudah (user friendly) serta dapat mengurangi pekerjaan perhitungan
dan rekapitulasi data yang berulang saat dilakukan secara manual (Balai Litbang Irigasi,
2014). Adapun dokumen operasional irigasi tersebut adalah form dan report dari 12
blangko O dan 10 blangko P.
Pengelola irigasi pada tingkat mantri/juru dapat mengakses aplikasi melalui perangkat
komunikasi portabel yang memiliki fasilitas koneksi dengan internet. Pengelola irigasi
lainnya di tingkat ranting/pengamat/UPT, Kasi operasi kabupaten, Kasi operasi UPTD
propinsi/balai PSDA, BBWS/BWS dapat mengakses melalui komunikasi portabel atau
komputer yang memiliki fasilitas koneksi dengan internet. Pengembangan aplikasi SMOPI
dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar 2.3.

SMOI V.1 SMOI V.2 SMOI V.3 SMOI V.4 SMOI V.5 SMOPI V.6

Pilihan periode
pelaporan yaitu
Pilihan periode 7, 10, 15 hari Penambahan fitur
pelaporan yaitu 7 dengan cakupan pemeliharaan
hari dengan provinsi Jawa aplikasi SMOPI
cakupan provinsi Barat, Jawa yaitu pengaktifan
Jawa Barat. Tengah, Jawa Perhitungan Versi web mobile user umum,
Timur, DIY, dan satuan kebutuhan dapat digunakan tampilan
Tampilan, Penambahan keseluruhan
Banten. air dilakukan untuk semua
Standar PC untuk perhitungan blangko dan
dengan koneksi user.
semua modul dan Tampilan, satuan kebutuhan menu untuk
AWS ke aplikasi
fasilitas print terdapat air untuk Jawa Blangko monitoring
SMOI sebagai
terbatas. penambahan web Timur yang pelaporan kegiatan.
input data dalam
mobile untuk menggunakan dilengkapi
Perhitungan menghitung
mantri dan POB. metode LPR-FPR dengan blangko Integrasi SMOPI
satuan kebutuhan satuan kebutuhan
pemeliharaan dengan server
air berdasarkan Ada penambahan air irigasi
Pusdatin.
input. fitur user public.
Pembuatan
Hanya terdapat Fasilitas print SMOPI versi
blangko operasi dapat dilakukan Android
pada semua
blangko

2012 2013 2014 2016 2017 2018


Gambar 2.3 Perkembangan SMOPI
Penggunaan aplikasi SMOI ini memerlukan 3 subsistem, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM),
komputer server, dan alat pendukung (Gambar 2.4). SDM berfungsi melakukan eksekusi
terhadap input maupun output data, seperti melakukan input data rencana tata tanam, debit

Puslitbang Sumber Daya Air 7


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

sadap tersier, debit intake bendung, dan lain-lain. Eksekusi output data yaitu pengaturan
pintu air irigasi dilakukan oleh SDM pengelola secara manual selama belum dilakukan
otomatisasi irigasi. Komputer server berfungsi sebagai alat pengolah dan penyimpan data.
Alat pendukung berfungsi untuk membantu input data operasi secara otomatis, seperti
Automatic Weather Station (AWS) dan alat ukur debit volumetrik.

SDM

SMOPI

Alat Pendukung Komputer

Gambar 2.4 Subsistem SMOPI


Kelebihan aplikasi SMOPI dalam pelaksanaaan operasi jaringan irigasi antara lain (Balai
Litbang Irigasi, 2014):
1. Secara otomatis menghitung atau merekap data operasi dari satu blangko ke blangko
lainnya;
2. Periode pengisian operasi diset untuk periode yang lebih pendek (dari 15 harian
menjadi 7 dan 3 harian) sehingga diharapkan data yang digunakan untuk perencanaan
kebutuhan air untuk periode selanjutnya lebih mendekati aktual;
3. Progres pengisian blangko O juga dapat dipantau secara terbuka oleh pengelola irigasi
lainnya dengan adanya fitur userpublic
4. Dapat menampilkan grafik hubungan antara kebutuhan debit, debit tersedia, dan
faktor k secara time series;
5. Data operasi irigasi dapat diorganisir secara time series dan dapat diunduh.
6. Dapat menyimpan data historis (Bank data OP irigasi)
Dibandingkan sistem informasi lainnya, pengembangan SMOPI difokuskan mengakomodir
kebutuhan praktis lapangan dan legalitas dalam pelaporan irigasi. Hal ini tergambar dari
struktur blangko, cara perhitungan, dan alur kerja SMOPI yang sepenuhnya mengadopsi
blangko operasi irigasi sesuai dengan pedoman (Kementerian Pekerjaan Umum, 2015).
SMOPI belum dapat mengakomodir optimasi sumber daya air yang kompleks seperti dalam
Mateos, Lopez-Cortijo, & Sagardoy (2002) atau mengintegrasikan pengukuran kondisi
aktual lapangan seperti pada Navarro-Hellín, Martínezdel-Rincon, Domingo-Miguel, Soto-

Puslitbang Sumber Daya Air 8


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Valles, & Torres-Sánchez (2016). Pengembangan lanjutan SMOPI masih akan terus
dilakukan dengan mengintegrasikan sistem pengukuran debit volumetrik, pengukuran
cuaca melalui AWS, dan pintu air elektromekanis (Aditya, Hidayah, & Joubert, 2017).
Walaupun demikian, SMOPI sudah cukup memenuhi kebutuhan praktis lapangan dengan
tingkat keberterimaan yang baik. Berdasarkan penelitian oleh Joubert & Prihantoko (2015),
lebih dari 78% pengguna di DI Boro menyatakan bahwa SMOI memudahkan dan bermanfaat
dalam pelaksanaan operasi irigasi.

SMOPI MANUAL
Pengisian Blangko Efektif dengan Durasi Pengisian Membutuhkan
Durasi yang Pendek Banyak Waktu dan tidak Efektif

Proses Distribusi Blangko Termasuk


Waktu Pelaporan Lebih Singkat
Pengesahannya Berjenjang

Hasil Pengisian Blangko Lebih Sulit


Dapat Menyimpan Data Historis
Dirunut dan Dianalisis

Mendukung Pengelolaan Modernisasi


Interval Pembagian Air Lama
Irigasi (Smart Irrigation)

Operasi Efektif dan Efisien (3 Harian


Bahkan Realtime)

Operasi Real Time Integrasi dengan


Sistem Hidroinformatika

Gambar 2.5 Perbandingan Penggunaan SMOPI dan Manual

2.3 SMOPI dalam Modernisasi Irigasi


Seperti pada pembahasan sebelumnya, modernisasi irigasi memiliki lima pilar yaitu
peningkatan keandalan penyediaan air irigasi, perbaikan sarana dan prasarana irigasi,
penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi, penguatan institusi pengelola irigasi, dan
pemberdayaan sumber daya manusia pengelola irigasi. Penerapan SMOPI sebagai sistem
pelaporan operasi dan pemeliharaan irigasi merupakan upaya dalam mendukung konsep
modernisasi irigasi, khususnya pada pilar penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi. Selain
itu, pengaplikasian SMOPI dalam melaksanakan modernisasi irigasi tertuang dalam 45
langkah substansi modernisasi yaitu sebagai sistem pelaporan modernisasi irigasi. Dengan
SMOPI, proses pelaporan OP irigasi akan menyingkat banyak waktu, sehingga pembagian
air irigasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien mendekati kondisi tepat jumlah dan

Puslitbang Sumber Daya Air 9


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

tepat waktu, serta dapat membantu mempercepat proses komunikasi antara petani
pengguna air, petugas di lapangan dan instansi pemerintah yang menangani irigasi.
Kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi dilaksanakan sebagaimana diamanahkan dalam
Permen PUPR Nomor 12/PRT/M/2015 tentang eksploitasi dan pemeliharaan. Kegiatan
operasi jaringan irigasi secara rinci meliputi:
1. Pengumpulan data (data debit, curah hujan, luas tanam, dan lain-lain);
2. Kalibrasi alat pengukur debit;
3. Membuat Rencana Tata Tanam Tahunan (RTTT), Rencana Pengeringan, dan lain-lain;
4. Melaksanakan pembagian dan pemberian air termasuk membuat laporan permintaan
air, mengisi papan operasi, dan mengatur bukaan pintu;
5. Mengatur pintu-pintu air pada bendung berkaitan dengan datangnya debit sungai
banjir;
6. Pekerjaan mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan lumpur;
7. Koordinasi antar instansi terkait; dan
8. Monitoring dan evaluasi kegiatan operasi jaringan irigasi

Melaksanakan Membuat Melaksanakan


Pengumpulan
Kalibrasi Pintu Rencana Tata Pemberian dan
Data
dan Bangunan Tanam Tahunan Pembagian Air

Monitoring Mengatur Pintu


Koordinasi Antar Mengatur Pintu
Evalusai OP Air pada
Instansi Kantong Lumpur
Irigasi Bendung

Gambar 2.6 Pelaksanaan Operasi Irigasi


Adapun pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi meliputi pengamanan jaringan
irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan perbaikan darurat. Contoh kegiatan
pengamanan jaringan irigasi adalah pemasangan papan larangan, papan peringatan, atau
perangkat pengaman lainnya yang menerangkan kegiatan-kegiatan merusak atau yang
dapat membahayakan jaringan irigasi. Kegiatan pemeliharaan rutin yaitu segala aktivitas
untuk mempertahankan kondisi jaringan irigasi secara kontinyu tanpa penggantian atau
perubahan bagian konstruksi, contohnya memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.
Kegiatan pemeliharaan berkala dilaksanakan secara periodik sesuai dengan kondisi
jaringan irigasinya seperti pembuangan lumpur di bangunan dan saluran, dan lain-lain.
Sedangkan perbaikan darurat dilakukan apabila terjadi kerusakan berat akibat bencana
alam atau kejadian luar biasa lainnya. Seluruh kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi
dilaporkan dalam 12 blangko operasi dan 10 blangko pemeliharaan yang dilakukan oleh
pengelola irigasi. Alur pelaporan operasi dan pemeliharaan dalam SMOPI disajikan pada
Gambar 2.7.

Puslitbang Sumber Daya Air 10


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Mulai

PERENCANAAN
Lamp. Kep. Komisi Irigasi
Usulan Luas Tanam oleh
Kab. tentang Pola Tanam
P3A/HIPPA B.01-O B.02-O B.03-O dan Rencana Tata
Rekap Usulan Luas
Usulan Luas Tanam per Keputusan Luas Tanam
Tanam per Daerah
Wil. Kerja Mantri/Juru per Daerah Irigasi
Irigasi

B.06-O B.09-O B.08-O


Debit Sungai
Pencatatan Debit di
PELAKSANAAN Pencatatan Debit Saluran Perhitungan Faktor K
Bendung/ Sungai
Debit Saluran

Penetapan
Realisasi Satuan Tidak
Keadaan Air Rencana Pemberian Air
Luas Tanam Faktor Tersier Kebutuan Air Faktor K > 0,7
secara Golongan/ Giliran

Ya
B.04-O B.05-O B.07-O B.07-O B.10-O
Lap. Produktivitas
Laporan Keadaan Perhitungan Keb. Air di Pintu Perhitungan Keb. Air di
Penetapan Pemberian Air tanaman dan Neraca
Air dan Tanaman Pengambilan Jaringan Utama
Air

B.12-O B.11-O

Rekap per Provinsi per Masa Rekap Per Kabupaten per


Selesai `
Tanam Masa tanam PELAPORAN

Gambar 2.7 Diagram Alir Pelaporan SMOPI

Puslitbang Sumber Daya Air 11


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

2.4 Pengembangan aplikasi SMOPI


Aplikasi SMOPI sudah diintegrasikan pada server Pusdatin, dapat diakses di
www.smopi.pu.go.id. Akses server yang tersedia di Balai Litbang Irigasi maupun di Pusdatin
masing-masing memiliki kapasitas 2 Terabyte. Adapun server untuk daerah irigasi yang
menjadi kewenangan Provinsi atau Kabupaten perlu dilakukan pengaturan kebijakan server
jika pengaplikasian akan dilakukan secara mandiri.
Akses pengelolaan aplikasi SMOPI untuk DI Kewenangan Pusat diberikan pada Juru,
Pengamat, Kasie OP, dan admin BBWS. Adapun sistem manajemen monitoring dan evaluasi
sudah tersedia secara jenjang struktural pengisian pelaporan, seperti pengisian blangko
oleh Juru dapat dimonitoring oleh pengamat, pengisian blangko oleh pengamat dapat
dimonitoring oleh Kasie OP, dan seterusnya, seperti contoh pada Gambar 2.8 mengenai
menu monitoring Mantri/Juru oleh Pengamat.

Gambar 2.8 Tampilan Menu Monitoring Mantri/Juru oleh Pengamat


Pengembangan SMOPI sampai saat ini secara garis besar adalah menyempurnakan
otomatisasi sistem secara integrasi bersama dengan teknologi lainnya, seperti perhitungan
kebutuhan dan ketersediaan air dilakukan secara otomatis melalui integrasi aplikasi SMOPI
dengan aplikasi SIWAMI dan RIBASIM dari Balai Litbang Hidrologi dan Tata Air (HITA) dan
proses input data neraca air di bendung dengan menggunakan data prediksi 7 hari ke depan
berbasis artificial intelligent (AI).
Kedepannya SMOPI juga dapat memberikan informasi mengenai tinggi bukaan pintu dan
debit sehingga SMOPI akan dirancang untuk dapat terintegrasi dengan pintu otomatis.
Informasi ini akan digunakan sebagai notifikasi bagi PPA untuk mengetahui waktu pintu
harus dibuka, besaran bukaan pintunya, dan debit yang akan dialirkannya (Gambar 2.8 dan
Gambar 2.9). Pengembangan SMOPI saat ini juga mengakomodir menu yang diisikan oleh
PPA sebagai tindak lanjut untuk analisis operasi irigasi yang terdapat pada masing-masing
petak tersier. Data yang diisikan oleh PPA akan menjadi masukan (input) untuk Blangko 04-
O dan Blangko 06-O dilihat pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10.

Puslitbang Sumber Daya Air 12


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 2.9 Informasi yang akan diterima oleh PPA

Gambar 2.10 Informasi yang akan diterima oleh PPA

Puslitbang Sumber Daya Air 13


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 2.11 Blangko 04a-O yang diisikan oleh PPA

Puslitbang Sumber Daya Air 14


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 2.12 Blangko 06a-O yang diisikan oleh PPA

Puslitbang Sumber Daya Air 15


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Selain informasi mengenai pintu dan debit untuk PPA, SMOPI juga mengakomodir Dirjen
SDA dan BBWS/WS untuk menerima informasi terkait monitoring dan evaluasi TPOP yang
dilakukan oleh pelaksana. Informasi tersebut sudah berbasis spasial sehingga menjadi lebih
informatif dalam membantu pembuatan keputusan. Penambahan fitur untuk monitoring
pengelolaan irigasi oleh Dirjen SDA dan BBWS/WS secara detail adalah sebagai berikut:
1. Membantu untuk memantau efektifitas pemberian air secara realtime
2. Memberikan informasi mengenai Indeks Pertanaman (IP) untuk masing-masing DI
kewenangannya secara realtime
3. Membantu pengambilan keputusan (Decision Support System) mengenai hak guna
air
4. Membantu menentukan pola rencana SDA tentang kebijakan pengelolaan WS
(kecukupan air)
5. Membantu penentuan mengenai kebijakan pola tanam
6. Membantu untuk memantau keaktifan pelaksanaan OP Irigasi secara langsung
Informasi yang akan diterima oleh Dirjen SDA berupa rekap data DI Wilayah Kerja setiap
BBWS (Gambar 2.13). Rekap DI pada suatu wilayah sungai tertentu berisi mengenai
informasi luas DI, jumlah GP3A, jumlah petak tersier dan bangunan kontrolnya. Rencana dan
realisasi tanam juga terdapat pada rekap DI yang menunjukkan jumlah luasannya
berdasarkan dengan rekap blangko operasi yang telah diisikan pada SMOPI. Pemantauan
terhadap keaktifan OP secara langsung dapat dilihat pada kelengkapan pelaporan yang
dapat diakses pada menu rekap DI.

Gambar 2.13 Tampilan Informasi SMOPI untuk Dirjen SDA


Informasi dari SMOPI yang akan diterima oleh BBWS/WS sama seperti dengan Dirjen SDA
namun terdapat penambahan fitur yaitu menyajikan rencana pola tanam (Gambar 2.14),
rekap OP (Gambar 2.15), neraca air (Gambar 2.16), produksi tanam (Gambar 2.17), dan
debit (Gambar 2.18). Rencana pola tanam, realisasi tanam, dan areal kena musibah pada
suatu DI merupakan hasil dari rekapitulasi Blangko 11-O. Mengenai data kelengkapan OP
Puslitbang Sumber Daya Air 16
SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

ditampilkan secara rinci blangko yang tidak lengkap pada masing-masing DI. Neraca air
ditampilkan secara grafik mengenai kebutuhan dan ketersediaan air, serta menampilkan
grafik dari kebutuhan air berdasarkan faktor k. Produksi tanam menampilkan grafik
mengenai jumlah produksi dari masing-masing komoditas secara historis. Data debit yang
disajikan yaitu berupa data pengukuran debit sungai, data rata-rata 15 harian dan 5 harian,
serta data prediksi debit hasil olahan aplikasi SIWAMI sebagai informasi tambahan untuk
pengambilan keputusan mengenai kebijakan pengelolaan irigasi khususnya pembagian air
ke petak tersier.

Gambar 2.14 Informasi Rencana Pola Tanam,

Gambar 2.15 Informasi Rekap OP

Puslitbang Sumber Daya Air 17


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 2.16 Informasi Neraca Air

Gambar 2.17 Informasi Produksi Tanam

Puslitbang Sumber Daya Air 18


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 2.18 Informasi Debit


Pengembangan SMOPI ke depannya yaitu penambahan server di Pusdsatin dengan
koordinasi bersama Subdit OP sebagai dukungan terhadap Program OP Prima pada tahun
2020 dan terintegrasi dengan program IPDMIP terkait dengan data warehouse. OP Prima
merupakan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan irigasi terintegrasi dengan sistem
pelaporan yang realtime. Selain itu, pengembangan SMOPI diarahkan untuk mendigitalisasi
kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi dengan mengintegrasikan teknologi informasi,
Internet of Things (IoT) untuk sensor debit dan cuaca, data peramalan (forcasting), dan
sistem penggerak pintu elektromekanis (Gambar 2.19). Secara grafis, penerapan SMOPI
dalam kegiatan pengelolaan OP irigasi dibandingkan dengan cara konvensional dapat dilihat
pada Gambar 2.20.

Gambar 2.19 Grand Desain Pengembangan SMOPI

Puslitbang Sumber Daya Air 19


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 2.20 Pengelolaan Irigasi dengan SMOPI dan Konvensional

Puslitbang Sumber Daya Air 20


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

TEKNOLOGI SMOPI

3.1 Persyaratan Penggunaan SMOPI


Berikut beberapa persyaratan yang harus dipenuhi apabila akan menerapkan SMOPI di
sebuah daerah irigasi. Persyaratan tersebut meliputi kondisi umum daerah irigasi, data atau
dokumentasi daerah irigasi, sumber daya manusia, kebutuhan perangkat, koneksi internet,
penyiapan ruang server, dan penyiapan admin untuk server dan aplikasi
3.1.1 Umum
Kondisi umum yang harus dipenuhi oleh sebuah daerah irigasi apabila akan menerapkan
SMOPI adalah sebagai berikut:
1) Pernah menerapkan pelaporan blangko OP sesuai Permen PUPR Nomor
12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
2) Daerah Irigasi yang telah ditetapkan dalam Permen PUPR No. 14 Tahun 2015 tentang
Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi.
3) Sudah terbentuk Komisi Irigasi
3.1.2 Data
Data yang dibutuhkan untuk dapat menggunakan aplikasi SMOPI sebagai sistem pelaporan
operasi dan pemeliharaan irigasi antara lain:
1) Umum
1. Struktur organisasi pengelola irigasi per Daerah Irigasi
2. Skema jaringan dan bangunan irigasi
2) Operasi
1. Data wilayah kerja setiap GP3A/IP3A
2. Data Operasi Irigasi diantaranya Rencana Tata Tanam Global (RTTG), pembagian
sistem golongan, rencana pembagian air, data realisasi tanam, kutipan keputusan
Komisi Irigasi, data debit saluran dan data debit bendung/sungai.
3) Pemeliharaan
1. Data Pemeliharaan Irigasi diantaranya data pemeliharaan rutin, data inspeksi
rutin dan data kejadian bencana
2. Harga Satuan Tertinggi masing-masing Daerah
3. Data inventarisasi aset irigasi
4. Disarankan ada as build drawing (Gambar Purna Laksana) untuk semua bangunan
utama, bangunan pelengkap, bangunan bagi sadap, bangunan ukur dan saluran.
3.1.3 Sumber Daya Manusia
Kebutuhan tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan di sebuah daerah irigasi meliputi
kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil, mantri/juru pengairan, petugas
operasi bendung (POB), dan petugas pintu air (PPA). Jumlah kebutuhan masing-masing
tenaga pelaksana OP adalah sebagai berikut:
1) Kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil: 1 orang + 5 staff per 5000 –
7.500 Ha

Puslitbang Sumber Daya Air 21


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

2) Mantri/juru pengairan: 1 orang per 750 – 1500 Ha


3) Petugas operasi bendung (POB): 1 orang per bendung, dapat ditambah dengan
beberapa pekerja untuk bendung besar
4) Petugas pintu air (PPA): 1 orang per 3 – 5 bangunan sadap dan bangunan bagi pada
saluran berjarak antara 2 – 3 km atau daerah layanan 150 s.d. 500 ha
Adapun kompetensi pengguna SMOPI dirancang sesuai dengan kompetensi dasar petugas
operasi dan pemeliharaan di lapangan. Syarat kompetensi petugas OP yang dirancang
merupakan hasil modifikasi dari Permen PU No. 32/PRT/M/2007. Syarat kompetensi
petugas OP dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 0.1 Kompetensi Pengguna SMOPI

Penguasaan
Pendidikan Fasilitas di
Jabatan Kompetensi Terhadap
Minimal Kantor
Software

Kepala Mampu
Komputer, alat
ranting/pengamat/ melaksanakan
Sarjana Muda/ pencetak, alat Internet
UPTD/cabang tupoksi untuk
D3 Teknik Sipil komunikasi, browser
dinas/ korwil/ areal irigasi
koneksi internet
pengamat 5000-7500 Ha

Pengaturan
Mampu
Alat komunikasi internet untuk
melaksanakan
Juru/mantri yang kompatibel masing-masing
tupoksi untuk STM bangunan
pengairan mengakses web provider tentang
areal irigasi 750-
browser telepon
1500 Ha
genggam
Pengaturan
Alat komunikasi internet untuk
Mampu
Petugas operasi yang kompatibel masing-masing
melaksanakan ST, SMP
bendung mengakses web provider tentang
tupoksi
browser telepon
genggam

Mampu
Petugas Pintu air melaksanakan ST, SMP Alat komunikasi
tupoksi

3.1.4 Kebutuhan Perangkat


Penerapan aplikasi SMOPI dapat dilaksanakan secara mandiri maupun non-mandiri.
Penerapan secara mandiri artinya pengguna dalam hal ini Pemerintah Daerah menyediakan
server sendiri dan pengaturan atau administor sistem ada pada Pemerintah Daerah.
Penerapan secara non-mandiri maksudnya pengguna tidak menyiapkan server sendiri
sehingga menggunakan server di Pusdatin untuk akses ke aplikasi SMOPI.
Kebutuhan perangkat (hardware) berdasarkan jenis penerapan yang akan dilaksanakan di
lapangan yaitu:
1) Server (khusus penerapan mandiri)

Puslitbang Sumber Daya Air 22


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Server yang dibutuhkan dalam penerapan aplikasi SMOPI secara mandiri mengacu pada
spesifikasi minimal server yang digunakan dalam pembuatan dan pengembangan aplikasi
SMOPI. Spesifikasi server yang digunakan antara lain:
1. Sistem Operasi Linux menggunakan CentOS 6.9
2. Database/Coding menggunakan MySQL dan PHP dengan Versi Php 5.3.3 & MySQL
5.1.73
3. Web server: LAMP (Linux Apache MySql Php)
4. Basis Pemrograman: Web Base
Jenis server yang dapat digunakan adalah cloud server atau traditional server. Apabila
menggunakan traditional server, maka spesifikasi minimum yang harus dimiliki server
tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 0.2 Spesifikasi Minimum Penggunaan Server

Uraian Spesifikasi
Platform Single CPU Tower Server
#1 Processor Onboard 8M Cache, 3.30 GHz
Standard Memory 8GB (1 x 8GB)
#1 Hard Drive 2 x 1TB SATA
#1 Optical Drive DVD-RW
Networking 2 x GbE NIC
Chassis Form Factor Tower
Keyboard Type Optional
Input Device Type Optional
O/S Provided Optional
3 Year Parts / 3 Year Labour /
Standard Warranty
3 Year Onsite Warranty Next Business Day
Max. Memory 64GB
Standard Bays 8 x 3.5" bays
Interface Provided USB 2.0, VGA, LAN
Slot Provided 4 x PCIe
Adapun spesifikasi software yang digunakan dalam server SMOPI antara lain:
- OS linux: OpenSUSE 12.x
- Paket yang diaktifkan:
a. Xwindows
b. Apache
c. Php
d. MariaDB/MySQL’

2) Tablet/smartphone
Spesifikasi minimal untuk pengoperasian secara optimal dalam mengakses aplikasi SMOPI
yaitu:
Ukuran Layar : 7.0 inches

Puslitbang Sumber Daya Air 23


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

RAM : 1 GB
Kecepatan CPU : 1.3 GHz
Jaringan Internet : 3G HSDPA 850/1900/2100
Fitur tambahan : Wifi, GPS
Browser : Google Chrome atau Opera
3) PC/laptop
Spesifikasi minimal untuk pengoperasian secara optimal dalam mengakses aplikasi SMOPI
yaitu:
Tipe Prosesor : Intel Core i3
Memori standar : 4GB DDR3L
Hard Drive : Min 500 GB HDD
Kecepatan CPU : 3.7 GHz
Wireless Network : Wifi + LAN
Kecepatan Jaringan : 10/100/10000
Browser : Google Chrome atau Opera
3.1.5 Koneksi Internet
SMOPI (Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi) membutuhkan koneksi
internet agar dapat dijalankan dengan baik. SMOPI merupakan aplikasi pelaporan yang
tidak membutuhkan ruang memori pada gawai karena diakses melalui website. Untuk itu
selama pengisian blangko pada SMOPI dibutuhkan koneksi yang baik agar data tersimpan
dalam database program. Koneksi internet tersebut mempunyai persyaratan minimal
sebagai berikut:
1) Koneksi internet untuk server (khusus penerapan aplikasi SMOPI secara mandiri)
maka dibutuhkan,
1. Koneksi broadband dengan bandwidth 4 Mbps
2. Rasio bandwidth 1:1
3. Mempunyai IP (internet protocol) public
2) Client harus mempunyai koneksi internet
1. Koneksi minimal 3G untuk smartphone atau perangkat bergerak lainnya
2. Koneksi wifi dengan kecepatan internet minimal 512 kbps jika menggunakan
komputer (laptop/PC)
3) Pengaturan firewal dan antivirus
Untuk pengembangan SMOPI yang direncanakan dengan disediakan server tersendiri
maka harus dipastikan server terbebas dari virus komputer yang dapat memperlambat
koneksi internet dan kinerja server.
3.1.6 Penyiapan Ruang Server
Penyediaan ruang server harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
1) Lantai ruang server harus menggunakan raised floor yang tahan api (dengan ketinggian
tertentu).
2) Pintu masuk harus menggunakan pengamanan yang cukup.

Puslitbang Sumber Daya Air 24


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

3) Jalan keluar menuju pintu masuk ruangan harus dibuat dengan kemiringan tertentu
yang dapat digunakan untuk memasukan server dan perangkat lainnya dengan mudah
dan aman.
4) Sistem pendingin sebaiknya menggunakan standing AC dengan blower yang berada di
bagian bawah/lantai sehingga suhu dingin dapat disalurkan melalui raised floor.
5) Sistem pendingin lainnya adalah dengan menggunakan AC split seperti pada umumnya.
6) Sistem pendingin baik dengan standing AC maupun AC split harus mendapatkan
backup unit yang selalu siap apabila dalam kondisi tertentu dibutuhkan.
7) Indikator suhu dan kelembaban harus dapat dilihat dari luar sehingga dapat diketahui
dengan pasti kondisi ruangan di dalam.
8) Fire alarm system (Sistem deteksi kebakaran) harus terdapat dalam ruangan dengan
menggunakan gas tabung pemadam yang tidak merusak server apabila bekerja.
9) Terdapat media backup untuk melakukan backup baik harian, bulanan atau tahunan.
3.1.7 Penunjukkan Petugas Admin Server dan Aplikasi
Admin server bertugas untuk melakukan pengelolaan server seperti update aplikasi versi
terbaru. Yang perlu diperhatikan adalah jika dilakukan update terhadap server maka harus
dikomunikasikan dengan Tim IT Balai Litbang Irigasi karena update server dapat
mempengaruhi aplikasi di server tersebut.
Admin aplikasi dibatasi hanya dapat mengatur aplikasi tanpa mengakses langsung ke server.
Tugas dan kewenangan admin aplikasi sebagai berikut:
1. Membuat akun berdasarkan struktur organisasi pengelola irigasi
2. Penentuan pengambilan data dari AWS (automatic weather station)
3. Mengelola data administratif pengguna: kata sandi dan pemakai umum
4. Menentukan referensi user dan blangko: pendidikan dan golongan user, parameter
blangko, penentuan periode laporan dan penentuan tahun musim tanam
5. Menentukan metode perhitungan satuan kebutuhan air: tabel persiapan lahan,
koefisien padi, koefisien tebu dan palawija
6. Tugas lengkap ada di manual penggunaan aplikasi smopi untuk admin

3.2 Penugasan Berjenjang Pengelola Irigasi


Sesuai dengan Permen PUPR Nomor 12/PRT/M/2015 pengelola irigasi yang bertugas
mengisi blangko OP yaitu Kasi UPTD Propinsi, Kasi Irigasi Kabupaten, Ranting/Pengamat,
Mantri/Juru dan Juru Bendung. Penugasan berjenjang (assignment) pengelola irigasi
dilakukan dari mulai admin menugaskan Kasi UPTD Propinsi, kemudian Kasi UPTD
menugaskan Kasi OP Irigasi Kabupaten dan seterusnya. Tata cara assignment terdapat pada
Gambar 3.1.

Puslitbang Sumber Daya Air 25


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 3.1 Alur Penugasan Pengelola Irigasi


Saat ini pengelolaan irigasi dilakukan sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
Kewenangan pengelolaan daerah irigasi dibagi menjadi 3 yaitu kewenangan pusat, provinsi,
dan kabupaten. Sehingga kewenangan masing-masing jenjang pengelola memiliki tugasnya
masing-masing. Sebagai contoh, daerah irigasi yang menjadi kewenangan pusat dapat
menunjuk langsung PPA tanpa perlu mendapatkan izin dari pemerintah daerah setempat.
Namun pemerintah daerah berhak mendapatkan informasi mengenai segala hal kegiatan
yang berlangsung di daerah tersebut, contohnya mengetahui siapa pengelola irigasi pada
daerah irigasi tersebut. Pada SMOPI ini, aplikasi dirancang sedemikian sehingga fleksibel
terhadap perbedaan jenjang penugasan pengelola irigasi dan akan disesuaikan dengan
kondisi penugasan setempat.

3.3 Panduan Penggunaan Aplikasi SMOPI


Aplikasi SMOPI ini digunakan oleh PPA. Mantri/Juru, dan Petugas Operasi Bendung untuk
menginputkan data di lapangan sesuai blangko masing-masing. Penggunaan aplikasi oleh
Ranting/Pengamat adalah untuk memverifikasi blangko-blangko yang telah diisikan oleh
PPA, Mantri/Juru, dan Pengamat/Ranting. Lalu, penggunaan aplikasi SMOPI oleh Kasi O.
Irigasi Kabupaten, Kasi OP. UPTD Provinsi/Balai WS, dan Dirjen SDA adalah untuk
memonitoring dan mengevaluasi kinerja pengelola irigasi.
3.3.1 Login (Masuk) Aplikasi SMOPI
Aplikasi SMOPI dapat diakses menggunakan browser pada Smartphone, Tablet, atau PC
dengan alamat http://smoi.irigasi.net. Penggunaan aplikasi SMOPI, pengguna harus
melakukan login terlebih dahulu (Gambar 3.2). Semua pengguna aplikasi SMOPI
(Mantri/Juru, Pengamat/Ranting, dan lain-lain) memiliki akun dan password masing-
masing. Adapun panduan penggunaan aplikasi SMOPI ini menggunakan akun pengelola
irigasi DI Ciliman.

Puslitbang Sumber Daya Air 26


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 3.2 Tampilan Layar Login SMOPI

3.3.2 Manual Pemakaian Mantri/Juru dan Petugas Bendung


Menu utama aplikasi untuk Mantri/Juru adalah form blangko 01, 04, dan 06 (Gambar 3.3).
Blangko 01 merupakan form usulan dan keputusan luas tanam per daerah irigasi, blangko
04 merupakan realisasi luas tanam per periode tanam, dan blangko 04 merupakan rekapan
data debit yang mengalir pada intake pintu sadap.

Gambar 3.3 Tampilan Menu Blangko untuk Mantri/Juru


Sebelum memilih blangko, pengguna terlebih dahulu harus melakukan pengisian musim
tanam, daerah irigasi, serta bulan dan tahun pelaporan. Lalu pengguna dapat memilih
blangko yang akan dibuat, diedit, atau dihapus. Pengeditan dilakukan dengan memilih
terlebih dahulu blangkonya, lalu mengklik ikon . Gambar 3.4 merupakan tampilan
blangko saat akan melakukan pengeditan atau penghapusan data. Blangko yang dapat
dilakukan pengeditan adalah blangko yang belum diverifikasi oleh Pengamat/Ranting,

Puslitbang Sumber Daya Air 27


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

sedangkan untuk penghapusan data tidak dapat dilakukan pada Blangko 01 jika Blangko 03
sudah diproses, Blangko 06 jika Blangko 07 sudah diproses, dan Blangko 04 jika Blangko 05
sudah diproses.

Gambar 3.4 Tampilan Pengeditan dan Penghapusan Blangko


Menu utama aplikasi untuk Petugas Operasi Bendung adalah form Blangko 08, (Gambar 3.5).
Blangko 08 merupakan form isian untuk debit limpas bendung dan debit pintu masuk
pengambilan. Pengguna terlebih dahulu harus melakukan pengisian musim tanam, bulan
serta tahun pelaporan. Selanjutnya, pengguna memilih periode mana yang akan dilakukan
pengisian. Periode pelaporan disesuaikan dengan proses pencatatan dilapangan. Periode
pelaporan di DI Ciliman adalah 15 harian, sehingga untuk 1 bulan terdiri dari 2 periode
pelaporan.

Gambar 3.5 Tampilan Menu Blangko untukPetugas Operasi Bendung


3.3.3 Manual Pemakaian Ranting/Pengamat
Menu utama aplikasi SMOPI untuk Ranting/Pengamat berisi pilihan Daerah Irigasi dan
Musim Tanam (Gambar 3.6). Setelah pengisian dilakukan, pengguna dapat masuk ke daftar
menu. Tampilan daftar menu untuk Ranting/Pengamat dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Ranting/Pengamat bertugas untuk memverifikasi.

Puslitbang Sumber Daya Air 28


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 3.6 Tampilan Menu Utama Ranting/Pengamat

Gambar 3.7 Tampilan Menu Blangko


Menu blangko untuk Ranting/Pengamat adalah Blangko 01, 02, 04, 05, 06, 07, 08, 09, dan
10. Pemilihan blangko harus memenuhi parameter-parameter yang diisikan, sesuai dengan
kotak ceklis di sisi kanan. Contoh, jika pengguna akan membuat, melihat, mengedit, atau
menghapus Blangko 01 maka parameter yang harus diisi adalah opsi mantri dan
IP3A/GP3A, dan seterusnya. Ranting/Pengamat memiliki tugas utama untuk memverifikasi
Blangko yang telah diisikan oleh Mantri/Juru (Gambar 3.8). Blangko yang memerlukan
verifikasi Ranting/Pengamat adalah Blangko 01, 02, 04, 06, 08, dan

Puslitbang Sumber Daya Air 29


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 3.8 Tampilan Verifikasi Blangko oleh Ranting/Pengamat


Tugas seorang Pengamat/Ranting selain memverifikasi blangko yang diisikan oleh
Mantri/Juru, yaitu mengatur nama dan parameter dari saluran dan bangunan.
Ranting/Pengamat harus menyiapkan daftar bangunan sesuai dengan kewenangan masing-
masing mantra, untuk nantinya diisikan debit pada Blangko 06. Menu untuk mengatur
daftar saluran dan bangunan dapat dilihat pada Gambar 3.9, sedangkan untuk pilihan menu
saluran dan bangunan dapat dilihat pada Gambar 3.10

Menu Saluran dan Bangunan

Gambar 3.9 Pilihan Menu Saluran dan Bangunan

Puslitbang Sumber Daya Air 30


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Klik untuk tambah/edit/hapus


bangunan

Klik untuk edit saluran Klik untuk edit bangunan


pengambilan

Klik untuk hapus saluran

Untuk menambah saluran

Gambar 3.10 Tampilan untuk Mengatur Saluran dan Bangunan


Selain dapat mengatur saluran dan bangunan masing-masing kewenangan mantri,
Ranting/Pengamat juga dapat mengatur data mantri, melakukan monitoring dan evaluasi
kelengkapan pengisian blangko oleh Mantri/Juru dan Petugas Operasi Bendung. Kegiatan
tersebut dapat dilakukan dengan mengklik pada menu bar.
3.3.4 Manual Pemakaian Kasi O. Irigasi Kabupaten
Menu utama aplikasi SMOPI untuk Kasi O. Irigasi Kabupaten adalah form blangko 03 dan 11
(Gambar 3.11). Sebelum melihat Blangko, pengguna harus memilih tahun musim tanam,
daerah irigasi dan periode musim tanam. Menu untuk Kasi O. Irigasi Kabupaten sifatnya
monitoring dan evaluasi. Adapun perubahan yang dapat dilakukan oleh Kasi O. Irigasi
adalah mengatur data Ranting/Pengamat.

Gambar 3.11 Tampilan Menu Aplikasi SMOPI untuk Kasi O. Irigasi Kabupaten

Puslitbang Sumber Daya Air 31


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

3.3.5 Manual Pemakaian Kasi OP. UPTD Provinsi/Balai WS


Menu aplikasi SMOPI untuk Kasi OP. UPTD Provinsi/Balai WS fungsinya sebagai monitoring
dan evaluasi. Adapun blangko yang ditampilkan hanya blangko 12. Tampilan menu utama
aplikasi SMOPI adalah peta wilayah, sehingga untuk menampilkan rekap provinsi maupun
rekap kabupaten dilakukan dengan cara mengklik teks nama provinsi/kabupaten tersebut.
Perubahan yang dapat dilakukan oleh Kasi OP. UPTD Provinsi/Balai WS adalah mengubah
data Kasi O. Irigasi Kabupaten. Tampilan menu utama aplikasi SMOPI untuk Kasi OP. UPTD
Provinsi/Balai WS dapat dilihat pada Gambar 3.12, sedangkan tampilan fitur lainnya seperti
pada subbab pengembangan SMOPI di tahun 2019.

Gambar 3.12 Menu Utama Aplikasi SMOPI untuk Kasi OP UPTD Provinsi/Balai WS

Puslitbang Sumber Daya Air 32


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

PELUANG DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

4.1 Peluang Teknologi


Kemampuan aplikasi SMOPI dalam mempercepat sistem pelaporan operasi dan
pemeliharaan irigasi, ditambah dengan pengaplikasian secara terintegrasi bersama aplikasi
SIWAMI dan RIBASIM, membuat analisa dan perhitungan neraca air menjadi realtime dan
lebih akurat. Akuratnya perhitungan neraca air irigasi membuat kebutuhan air irigasi di
suatu daerah irigasi akan terakomodir atau terpenuhi mendekati kondisi tepat waktu dan
tepat jumlah. Selain itu, untuk pencarian data terdahulu akan lebih cepat karena SMOPI
mampu menyimpan data historis, sehingga pengguna hanya perlu memilih periode yang
dibutuhkan.
Pengaplikasian SMOPI juga memberikan pengaruh positif terhadap kelestarian lingkungan
serta kelangsungan komunikasi penerima manfaat irigasi dan pengelola irigasi. Hal ini
ditunjukkan dengan pelaksanaan pelaporan yang awalnya bersifat paper-base menjadi semi-
paperless, untuk kemudian secara bertahap menjadi paperless. Lalu, pemberian air irigasi
dapat dilaksanakan secara adil dan efisien berdasarkan data real di lapangan tanpa ada
konflik sosial yang bersinggungan.
Dengan rincian manfaat pengaplikasian SMOPI, kedepannya penggunaan SMOPI ini dapat
dijadikan sebagai standar dalam pengelolaan irigasi nasional. Selain itu, pengaplikasian
SMOPI memberikan pengaruh secara tidak langsung dalam peningkatan produktivitas
pertanian khususnya komoditas pertanian yang membutuhkan air irigasi sebagai sumber
air utama.

Penyimpanan data
sistematis

Analisa neraca air


irigasi mendekati
realtime

SMOPI
Mengurangi
Penggunaan
Kertas
Standar Pelaporan OP
Irigasi Nasional
Mengurangi
terjadinya konflik
sosial

Gambar 4.1 Peluang Penerapan SMOPI

Puslitbang Sumber Daya Air 33


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

4.2 Penerapan Teknologi


Penerapan SMOPI telah dilaksanakan di beberapa lokasi. Pada Tahun 2013-2014, aplikasi
SMOPI mulai diterapkan di DI Tajum Kabupaten Banyumas dan DI Boro Kabupaten
Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, dan atas inisiatif Dinas SDABM Banyumas menerapkan
SMOPI di DI Jaganala dan DI Karangnangka. Lalu pada tahun 2016-2017 SMOPI diterapkan
di DI Bondoyudo Kabupaten Lumajang dan Jember Provinsi Jawa Timur dan DI Cilemer
untuk dilakukan uji coba atas inisiatif Dinas PU Pandeglang. Lalu di Tahun 2018, SMOPI
mulai diterapkan di DI Ciliman, Banten.

6 2018
- Penerapan di DI Ciliman Banten

2017 5
- Penerapan di DI Bondoyudo
- Penerapan di DI Kewenangan
Kabupaten serta Migrasi aplikasi ke
server daerah
(smoi.banyumaskab.go.id) oleh Dinas
4 2016
PU Kabupaten Banyumas - Penerapan di DI Bondoyudo
- Inisiatif Dinas PU Pandeglang untuk
uji coba di DI Cilemer
2015 3
- Tidak ada kegiatan pendampingan
khusus, DI menerapkan sendiri
namun tetap ada monitoring dari
Balai
- Sosialisasi di DI Bondoyudo melalui
2 2014
kegiatan penyebarluasan - Lanjutan ujicoba di DI Boro dan
Tajum
- Inisiatif Dinas SDABM Banyumas
menerapkan di DI Jaganala dan DI
2013 1 Karangnangka
- Penerapan di DI Boro dan DI Tajum,
Jawa Tengah

Gambar 4.2 Penerapan SMOPI Tahun ke Tahun

4.2.1 SMOPI di DI Tajum dan DI Boro


Saluran Induk Boro merupakan DI kewenangan pusat dengan panjang saluran 21 km yang
melayani areal seluas 5.126 Ha dan memiliki 16 Saluran Sekunder. Saluran Induk Boro
berhulu di Bendung Boro Sungai Bogowonto, dan mampu mengalirkan air hingga ± 6.000
l/s. Gambar 4.3 merupakan peta situasi DI Boro yang menunjukkan saluran primer dan
sekunder di areal sawah yang diairi.

Puslitbang Sumber Daya Air 34


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Bendung Boro

Gambar 4.3 Peta Situasi DI Boro


Daerah Irigasi Tajum menjadi wilayah kerja BBWS Serayu Opak, tugas pembantuan operasi
dan pemeliharaan (TP-OP) ke propinsi melalui Balai PSDA Serayu Citanduy dan
dikerjasamakan operasinya dengan Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kabupaten
Banyumas. Daerah Irigasi Tajum merupakan Daerah Irigasi teknis yang mengambil air dari
Sungai Tajum melalui bendung tetap yaitu bendung Tajum. Daerah Irigasi Tajum
direncanakan dengan sistem irigasi permukaan untuk mengairi areal pertanian di empat
kecamatan yang berada di Kabupaten Banyumas yaitu Kecamatan Ajibarang, Wangon,
Jatilawang dan Rawalo melalui saluran induk, sekunder dan tersier.
Penerapan SMOI di DI Tajum Kabupaten Banyumas dan DI Boro Kabupaten Purworejo, Jawa
Tengah dimulai pada tahun 2013. Hasil penerapan SMOI mendapat tanggapan positif dari
pengelola irigasi setempat. Pihak pengelola irigasi menganggap aplikasi SMOI bermanfaat
bagi pelaksanaan operasi jaringan irigasi yang mereka laksanakan dan menginginkan
pengisian blangko manual dapat diganti dengan aplikasi SMOI ini.
Untuk mengetahui berapa banyak manfaat penggunaan aplikasi SMOPI di DI Tajum dan DI
Boro maka dilakukan kajian dengan metode Technology Acceptance Model (TAM).
Pengkajian ini dilakukan dengan cara survei menggunakan kuisioner yang diisi oleh
pengelola irigasi mulai dari mantra, pengamat, sampai staf UPT. Terdapat 3 aspek yang
digunakan untuk menilai penerapan aplikasi SMOPI yaitu kemudahan, manfaat, dan sikap
pengguna terhadap sistem informasi. Konsep dari aspek-aspek tesebut yaitu aspek manfaat
(perceived usefulness) diartikan sebagai suatu tingkatan seseorang pyercaya bahwa
menggunakan sistem tersebut dapat meningkatkan kinerjanya dalam bekerja; aspek
kemudahan penggunaan (perceived ease of use), secara kontras, mengacu pada suatu
tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tersebut tak perlu
bersusah payah; dan aspke sikap terhadap penggunaan (attitude toward using) dikonsepkan

Puslitbang Sumber Daya Air 35


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan
sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya.
Hasil kuisioner tersebut menunjukkan rata-rata 78,6% pengelola irigasi di DI Tajum dan DI
Boro (responden) setuju akan kemudahan dari penggunaan aplikasi, 82,2% responden
setuju terhadap manfaat dari pengaplikasian SMOPI, dan rata-rata 84,8% responden setuju
terhadap sikap penggunaan pada aplikasi. Hasil kuisioner untuk penerapan SMOPI di DI
Tajum dan DI Boro dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Sikap Pengguna 84,80%

Manfaat 82,20%

Kemudahan 78,60%

74,00% 76,00% 78,00% 80,00% 82,00% 84,00% 86,00%

Gambar 4.4 Persentase Persetujuan Penerapan SMOPI DI Tajum dan DI Boro dalam
Berbagai Aspek

4.2.2 SMOPI di DI Bondoyudo


Penerapan SMOPI tahun 2017 bertempat di DI Bondoyudo. Gambar 4.5 merupakan peta
lokasi DI Bondoyudo di Kabupaten Jember dan Lumajang. Pengguna software SMOPI di DI
Bondoyudo ini dibagi menjadi 5 Wilayah yaitu UPT Jatiroto, UPT Sumber Baru, UPT
Kencong, UPT Semboro dan UPT Gumuk Mas.

Gambar 4.5 Peta Lokasi DI Bondoyudo

Puslitbang Sumber Daya Air 36


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Sistem pelaporan di DI Bondoyudo dilakukan dengan periode 10 harian. Selain itu


perhitungan dengan aplikasi SMOPI untuk Jawa Timur masih menggunakan metode LPR-
FPR. Di DI Bondoyudo pendistribusian blangko sangat terbantu dengan adanya aplikasi
SMOPI karena perbedaan letak administratif antar UPT yang jauh sehingga distribusi data
secara langsung membutuhkan waktu yang lama. Mengingat DI Bondoyudo merupakan DI
lintas Kabupaten dengan 5 UPT serta 21 mantri/juru pengelola maka penggunaan SMOPI
sangat membantu alur data antar pengelola DI Bondoyudo. Hardware yang digunakan
terdiri atas 5 PC dan 21 tab. Dalam hal kecepatan akses internet di beberapa lokasi di DI
Bondoyudo masih terdapat lokasi-lokasi yang internetnya kurang bagus, terutama di lokasi
saluran yang jauh dari pemukiman. Sebagian lokasi lainnya telah tersedia akses internet 3G
bahkan 4G.
Tujuan jangka pendek dari aplikasi SMOPI yaitu mengurangi penggunaan kertas dan
mempercepat alur pelaporan pada dasarnya telah tercapai pada UPT yang mengaplikasikan
SMOPI. Namun untuk mengetahui berapa persen penggunaan kertas yang berkurang tidak
dapat di lakukan karena semua UPT juga mengaplikasikan sistem pelaporan manual karena
terikat dengan Peraturan Daerah yang masih mewajibkan pelaporan dengan blangko
manual. Tujuan jangka panjang dari penggunaan aplikasi SMOPI adalah manajemen air
menjadi efektif dan efisien, dan OP berlangsung dengan baik sehingga mencapai umur
rencana. Ketercapaian tujuan tersebut membutuhkan pengukuran dalam jangka waktu yang
lama, begitu pula dengan pengukuran terhadap manajemen air, karena saat ini pelaporan
OP di DI Bondoyudo belum sepenuhnya menggunakan aplikasi SMOPI. Namun sampai saat
ini masih dilakukan pemantauan dalam bentuk monitoring dan evaluasi, sebagai upaya
pengawalan dalam mengaplikasikan SMOPI agar tujuan jangka panjang tersebut dapat
diukur. Monitoring dan evaluasi sudah dilakukan selama 2 tahun ini dengan frekuensi satu
bulan sekali. Gambar 4.6 merupakan salah satu gambar dokumentasi dari monitoring dan
evaluasi di DI Bondoyudo.

Gambar 4.6 Monitoring dan Evaluasi Penerapan SMOPI DI Bondoyudo

Puslitbang Sumber Daya Air 37


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Untuk mengetahui berapa banyak manfaat penggunaan aplikasi SMOPI sebagai pelaporan
irigasi, dilakukan survei menggunakan kuisioner yang didistribusikan kepada penguna.
Terdapat 4 kriteria yang digunakan untuk menilai penerapan aplikasi SMOPI yaitu
kecepatan, keamanan, fungsi dan biaya. Hasil kuisioner tersebut menunjukkan lebih dari
85% pengelola irigasi di DI Bondoyudo setuju bahwa aplikasi SMOPI mempercepat proses
pelaporan blangko OP, berfungsi secara efektif dan efisiensi dalam hal pelaporan OP,
menghemat kebutuhan anggaran dalam kegiatan pelaporan OP, dan aman untuk
menyimpan data pelaporan blangko OP. Hasil kuisioner untuk penerapan SMOPI di DI
Bondoyudo dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Biaya 91,96%

Fungsi 85,72%

Keamanan 87,58%

Kecepatan 94,64%

80,00% 82,00% 84,00% 86,00% 88,00% 90,00% 92,00% 94,00% 96,00%

Gambar 4.7 Persentase Persetujuan Penerapan SMOPI DI Bondoyudo dalam Berbagai


Aspek

4.2.3 Penerapan SMOPI di DI Ciliman


Penerapan SMOPI di DI Ciliman dimulai pada Tahun 2018. Pengaplikasian SMOPI di DI
Ciliman ini dibagi menjadi 5 Wilayah yaitu Karangsari, Munjul, Bojen, Angsana, dan
Panimbang. Ciliman merupakan daerah irigasi kewenangan pusat yang memiliki luas areal
layanan seluas 5.423 ha. DI Ciliman merupakan DI lintas Kabupaten yang terletak di
Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Areal persawahan yang dilayani oleh Bendung Ciliman
ini terletak di 28 Desa di 7 kecamatan yang terletak di Kabupaten Pandeglang dan Lebak.
Sistem operasi di DI Ciliman dilaksanakan dengan periode 15 harian, sehingga sistem
pelaporan SMOPI juga dilaksanakan 15 harian. Peta lokasi DI Ciliman dapat dilihat pada
Gambar 4.8.

Puslitbang Sumber Daya Air 38


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Gambar 4.8 Peta Lokasi DI Ciliman


Selain pengaplikasian SMOPI sebagai dukungan terhadap pengelolaan irigasi modern,
modernisasi untuk DI Ciliman dilakukan beberapa penerapan teknologi di bidang Sumber
Daya Air diantaranya; pengurangan kehilangan air berupa lining saluran irigasi dengan
modular, penggunaan lining saluran dengan concrete canvas, pemasangan alat ukur debit
volumetrik, pemasangan pintu air berbahan alternatif (karet dan fiber), basic design
teknologi otomatisasi, penerapan pemberian air dengan software neraca air sampai dengan
tingkat tersier, penyediaan data dan informasi secara tepat waktu melalui sistem telemetri
data hidrologi serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk pengelola irigasi di
lapangan.

Gambar 4.9 Pendampingan Pengisian Blangko Manual


Hasil penerapan SMOPI di DI Ciliman belum dapat ditunjukkan karena masih dilakukan
pendampingan untuk pengisian blangko manual ke pengamat dan juru yang bertugas di DI

Puslitbang Sumber Daya Air 39


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Ciliman (Gambar 4.9), pendampingan pengisian blangko ke aplikasi SMOPI (Gambar 4.10),
serta pendampingan PPA dalam mengatur bukaan pintu bagi dan sadap untuk menghitung
debit air yang diberikan pada masing-masing petak tersier (Gambar 4.11). Untuk tahun
2019 penerapan SMOPI sudah mulai dilaksanakan secara bertahap dengan melakukan
pendampingan mengenai cara pengisian dari blangko manual ke aplikasi.

Gambar 4.10 Pendampingan Pengisian Blangko ke Aplikasi SMOPI

Gambar 4.11 pendampingan PPA dalam mengatur bukaan pintu bagi dan sadap

Puslitbang Sumber Daya Air 40


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

PENUTUP

Sebagai penutup, berikut ini diuraikan mengenai keunggulan pengelolaan irigasi modern
menggunakan SMOPI, butir penting faktor kunci pendukung keberhasilan penerapan
SMOPI, dan usulan pengembangan SMOPI sebagai sistem pengelolaan irigasi.
Penerapan SMOPI untuk pengelolaan irigasi modern memiliki keunggulan dibandingkan
dengan pengelolaan secara konvensional. SMOPI dapat secara otomatis menghitung atau
merekap data operasi dari satu blangko ke blangko lainnya, sehingga proses pelaporan
operasi dan pemeliharaan irigasi dapat dilakukan lebih cepat. Penerapan SMOPI membuat
analisa dan perhitungan neraca air mendekati realtime dan lebih akurat, sehingga
kebutuhan air irigasi di suatu daerah irigasi akan terakomodir atau terpenuhi secara adil
mendekati kondisi tepat waktu dan tepat jumlah. Selain itu, SMOPI juga memberikan
pengaruh positif terhadap kelestarian lingkungan dengan pelaksanaan pelaporan yang
awalnya bersifat paper-base menjadi semi-paperless, untuk kemudian dikembangkan secara
bertahap menjadi paperless.
Kunci keberhasilan penerapan SMOPI untuk pengelolaan irigasi modern adalah lebih hemat
waktu, sehingga pembagian air efektif dan efisien, tepat jumlah, dan tepat waktu. SMOPI
sebagai alat pengelolaan irigasi telah diterima oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian PUPR, yang selanjutnya dimintakan kepada pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota untuk mengaplikasikannya pada setiap DI setempat.
Walaupun SMOPI telah memiliki keunggulan dalam meningkatkan kinerja pengelolaan
irigasi menjadi lebih tepat jumlah dan tepat waktu dalam pembagian air, namun masih perlu
ditingkatkan dalam hal fitur-fitur tambahan supaya lebih mudah dioperasikan oleh petugas
irigasi setempat. Lalu, Aplikasi SMOPI berbasis android yang telah mulai dikembangkan
pada tahun 2018 supaya terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
zaman, dalam rangka mendukung kedaulatan pangan.

Puslitbang Sumber Daya Air 41


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, P., Hidayah, S., dan Joubert, M. D. (2017). Pengembangan Teknologi Monitoring dan
Kontrol Jarak Jauh dalam Operasi Irigasi. Kongres Rapat Anggotan Tahunan dan
Seminar Nasional INACID 2017. Jambi.
Angguniko, B. Y. Dan Hidayah, S. (2017). Rancangan Unit Pengelola Irigasi Modern. Jurnal
Irigasi – Vol. 12, No. 1, hal 23-36.
Balai Litbang Irigasi. (2014). Laporan Akhir Kegiatan Pengembangan Teknologi Irigasi
Hemat Air. Balai Irigasi, Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PUPR. Bekasi.
Balai Litbang Irigasi. (2018). Naskah Ilmiah Modernisasi Irigasi. Balai Irigasi, Pusat Penelitian
dan Pengembangan SDA. Bekasi.
Direktorat Irigasi dan Rawa. (2011). Pedoman Umum Modernisasi Irigasi (Kajian Akademik).
Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta.
Direktorat Irigasi dan Rawa. (2015). Rencana Strategis Direktorat Irigasi dan Rawa 2015-
2019. Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.
Direktorat Irigasi dan Rawa. (2017). Draft Pedoman Modernisasi Irigasi Indonesia.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2011). Pedoman Umum Modernisasi Irigasi.
Kementerian PUPR. Jakarta.
Joubert, M. D. dan Prihanyoko A. (2015). Analisis Keberterimaan Pengguna terhadap Aplikasi
Sistem Manajemen Operasi Irigasi menggunakan Technology Acceptance Model (Studi
Kasus Daerah Irigasi Boro, Purworejo). Jurnal Irigasi Vol. 10 No. 1. Puslitbang Sumber
Daya Air, Kementerian PUPR
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2015). Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Irigasi. Kementerian PUPR. Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan
Penetapan Status Daerah Irigasi. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Jakarta.
Mateos, L., Lopez-Cortijo, I. and Sagardoy, J.A. (2002) SIMIS: The FAO decision support
system for irrigation scheme management. Agricultural Water Management, 56, 193-
206.

Puslitbang Sumber Daya Air 42


SMOPI Menjawab Tantangan Pengelolaan Irigasi

Navarro Hellin, H., Martínez-del-Rincon, J., Domingo Miguel, R., Soto Valles, F., & Torres
Sanchez, R. (2016). A decision support system for managing irrigation in agriculture.
Computers and Electronics in Agriculture, 124, 121-131.
Tim Komunikasi Publik SDA. www.sda.pu.go.id. 28 September 2016.
http://sda.pu.go.id/old/sda/post/100515/op-sda-dukung-ketahanan-pangan-air-
dan-energi.html (diakses Desember 19, 2018).

Puslitbang Sumber Daya Air 43


View publication stats

Anda mungkin juga menyukai