Anda di halaman 1dari 2

Hilmi Fitriatulamal Resume Kuliah Umum

2306183764 05 September 2023

August 30, 2023


History Architecture in Southeast Asia
(Dr. Lai Chee Kien)

Sejarah dan perkembangan arsitektur di Asia Tenggara dipengaruhi oleh banyak aspek, selain
karena letak geografis yang berbeda, juga karena kekayaan budaya dan perbedaan sejarah antar negara
di Asia Tenggara membuat munculnya keragaman arsitektur di Asia Tenggara, Banyak bermunculan
teori dan konsep arsitektur dalam mengatasi tantangan dan peluang yang disebabkan oleh keragaman
geografi, budaya dan sejarah tadi. Arsitektur di Asia Tenggara yang dinamis yang merespon
serangkaian konteks budaya, lingkungan dan sosial yang kompleks, dapat dibagi kedalam 6 fase, yaitu:

1. Historiographies (writing of history)


2. Pre-Polities Period
3. Galactic Polities and Port Cities
4. Colonial Era
5. Independence Era
6. Contemporary Period

Tiap periode sejarah ini terdapat keragaman gaya arsitektur, teori dan pengaruh yang berbeda.
Perkembangan ini dilatarbelakangi oleh interaksi yang kompleks antara tradisi lokal, pengaruh global
dan konteks dari sosio-politik.

(A) Historiographies (writing of history):

Periode pertama adalah periode historiography, pendekatan dalam penulisan sejarah berupa
tulisan dan dokumentasi arsitektur seperti Externalist, Autonomous, Age of Commerce, dan Eurasia
yang diterapkan untuk memahami konteks arsitektural di wilayah Asia Tenggara. Historiographics
menjelaskan tentang evolusi arsitektur dan pengaruh yang telah membentuk gaya arsitektur di Asia
Tenggara.

a) Externalist
Pendekatan ini cenderung memperlihatkan pengaruh dari luar Asia Tenggara dalam
pembentukan gaya arsitektur lokal setempat, seperti pengaruh Hindu-Buddha dari india
pada kuil Angkor di Kamboja, atau kuil kuil Tionghoa yang mendapatkan pengaruh
dari Tiongkok.
b) Autonomous (Mandiri)
Pendekatan yang menekankan pada perkembangan internal dan perkembangan mandiri
dari gaya arsitektur lokal pada desain dan Teknik konstruksi. Contoh arsitektur yang
dikembangkan mandiri dengan gaya dan Teknik khas bagi wilayah tersebut adalah
Candi Borobudur di Indonesia.
c) Age of Commerce (Era Perdagangan)
Pada era ini terjadi pendekatan perkembangan arsitektur melalui perdagangan, di era
dimana perdagangan menjadi pusat kegiatan penting dan hal ini mempertemukan
dengan banyak budaya yang ada sehingga mempengaruhi budaya dan arsitektur,
banyak terjadi pertukaran ide dan budaya yang signifikan di periode ini. Contohnya
adalah pengaruh Islam yang membawa elemen arsitektur islam melalui perdagangan.
d) Eurasia
Eurasia mencakupi pertukaran budaya dan teknologi diantara negara negara Eurasia.
Wilayah ini menjadi bagian penting dalam jaringan pertukaran budaya, seperti
perdagangan sutra selama berabad abad, Asia Tenggara menjadi pusat penghubung
Asia Timur, Asia Selatan, dan Timur Tengah, sehingga membawa arsitektur yang
signifikan ke wilayah Asia Tenggara.

(B) Pre-Polities Period:

Pada era ini, sebelum munculnya entitas politik formal, Asia Tenggara memiliki banyak tradisi
arsitektur lokal, yang bentuknya terkait erat dengan praktik keagamaan dan budaya. Era ini memiliki
arti penting karena mewakili ekspresi arsitektur pertama di Asia Tenggara dan menjadi landasan bagi
tradisi dan perkembangan arsitektur selanjutnya, era ini mencerminkan bahwa masyarakat Asia
Tenggara memiliki hubungan budaya dan spiritual yang mendalam. Arsitektur periode ni mencakup
struktur rumah panggung, candi, dan monumen megalitik. Seringkali teori dalam konteks mencakup
hubungan arsitektur dan spiritualitas.

(C) Galactic Polities and Port Cities:

Periode yang mencerminkan pengaruh jaringan perdagangan regional dan budaya maritim. Era
ini merupakan era kebangktan kerajaan yang kuat dengan konsep arsitektur yang kompleks dan megah
seperti kuil dan istana. Teori arsitektur ini mengekspresikan kekuatan dalam bentuk arsitektur,
perpaduan berbagai elemen budaya dalam desainnya yang merepresentasikan identitas budaya dari
wilayah tersebut.

(D) Colonial Era:

Era kolonial di Asia tenggara dengan penjajahan eropa memberi pengaruh yang besar terhadap
arsitektur, kolonial memperkenalkan gaya arsitektur dan Teknik konstruksi ala barat. Banyak terjadi
benturan antara tradisi budaya arsitektur asli dan pengaruh kolonial yang menghasilkan gaya campuran
yang unik. Era ini ditandai dengan adaptasi dan perlawanan arsitektur.

(E) Independence Era:

Era setelah perang dunia ke II membawa perubahan yang signifikan dalam arsitektur di Asia
Tenggara, masing masing negara yang baru merdeka berupaya menegakkan identitas budaya
mereka melalui arsitektur. Era ini memperlihatkan kebangkitan yang direpresentasikan dalam
arsitektur terhadap metode dan bentuk bangunan tradisional serta masyarakat bereksperimen dengan
arsitektur modernis. Era ini juga mewakili periode kebangkitan budaya dan identitas nasional yang
mencerminkan aspirasi negara negara yang baru merdeka untuk mendapat kembali warisan mereka.

(F) Contemporary Period:

Arsitektur Asia Tenggara terus berkembang pesat sampai masa kontemporer. Perkembangan
ekonomi, urbanisasi dan globalisasi menghasilkan ekspresi arsitektur yang beragam. Perpaduan elemen
arsitektur tradisional dan arsitektur modern menjadi sentral dalam teori arsitektur kontemporer. Periode
kontemporer menjadi penting karena relevansinya dengan masa kini dan masa depan dalam mengatasi
isu isu seperti urbanisasi, sustain, dan globalisasi dalam pembentukan lingkungan binaan di Asia
Tenggara.

Pentingnya setiap era bergantung pada faktor seperti perspektif sejarah dan budaya, ada yang
berpendapat bahwa periode kontemporer dianggap penting karena memiliki relevansi paling mendesak
karena berkaitan dnegan urbanisasi, dan globalisasi saat ini. Namun, semua era dipandang saling
berhubungan dan secara kolektif berkontribusi terhadap kekayaan sejarah arsitektur di Asia Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai