Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL JOURNAL REVIEW

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN DAN


RELEVANSINYA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 (SOCIETY 5.0)

Semester IV
Sebuah Artikel Penelitian Mini
Merujuk Pada Sumber Yang Dapat Dipertanggung Jawabkan
Sebagai Pemenuhan Tugas Mahasiswa Pada Mata Kuliah Filsafat Skolastik

Dosen Pembimbing: Bpk. Ismet Sari, M.Ag


Dosen Pendamping: Bpk. Paisal Siregar

Disusun Oleh:
Windy Apriani Ningsih (0401202017)

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam, hanya darinyalah kita semua
berasal dan hanya kepadanyalah kita semua akan dikembalikan. Alangkah durhakanya
seorang manusia yang tidak bersyukur kepada Tuhan atas segala karunia yang telah
diberikan-Nya kepada kita. Daripada itu, jika tidak ingin dikata sebagai manusia yang
durhaka kepada Allah maka hendaklah kita memuji dan bersyukur kepada Allah Swt.
Sekutang-kurangnya dengan ucapan Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Sholawat
bertangkaikan salam tidak lupa pula kami sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad
Saw. Yang telah memberikan kepada manusia pencerahan kehidupan yang dengan-Nya
manusia mampu untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang
disukai Allah dan mana yang dimurkai Allah.

Adapun apa yang ada dihadapan para pembaca, merupakan sebuah ulasan seputar
Critical Jurnal Review (CJR). Semula ini penulis bentuk sebagai pemenuhan tugas UAS
dari mata kuliah Filsafat Skolastik yang diampuh oleh Bapak Ismet Sari M.Ag dan dengan
dosen pendamping yakni Bapak Faisal Siregar. Namun ini dapat dibaca dan didalami
isinya oleh siapapun sebab, memang selain daripada pemenuhan tugas ini juga penulis
rancang agar dapat untuk dibaca oleh siapapun. Singkatnya, penulis akan memberikan
sebuah kritikan yang bersifat positif-konstruktif sehingga mampu untuk menorehkan ilmu
pengetahuan yang berguna bagi para pembaca

Akhirnya, sebagai penutup, penulis memohon maaf jika dalam ulasan ini terdapat
sebuah kekurangan maupun sebuah kesalahan baik dari segi ejaan, tata bahasa, dan
sebagainya. Sebab memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, yang jelas
adalah bahwa disamping kekurangan-kesalahan yang ada kita terus untuk melakukan
evaluasi diri ke arah yang lebih baik lagi.

Medan, Juli-2022

Windy Apriani Ningsih

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... i


Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan CJR .............................................................................................. 1
C. Manfaat Penulisan CJR ............................................................................................ 1
D. Identitas Jurnal.......................................................................................................... 2

Bab II Ringkasan Isi Jurnal .............................................................................................. 3


A. Pendahuluan ............................................................................................................. 3
B. Deskripsi Isi Jurnal ................................................................................................... 4

BAB III Pembahasan/Analisis ........................................................................................... 7


A. Pembahasan Isi Jurnal .............................................................................................. 7
1. Seputar Pengertian Filsafat dan Ilmu Pengetahuan ............................................ 7
2. Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan .................................................... 8
3. Menelaah Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Revolusi Industri ............................. 9
4. Relevansi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Di Era Revolusi Industri ................ 11
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Jurnal ........................................................ 11
1. Dari Aspek Ruang Lingkup Isi Artikel Jurnal .................................................. 11
2. Dari Aspek Tata Bahasa ................................................................................... 12

Bab IV Penutup ................................................................................................................ 14


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
B. Rekomendasi .......................................................................................................... 14

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tidak sedikit diantara mereka yang mencoba untuk menimbah sebuah ilmu
pengetahuan dari beberapa jurnal. Apalagi dimasa kini, yakni kemudahan dalam
mengakses jurnal menjadikan para peminat pembelajaran memanfaatkan kemudahan itu
untuk mendapatkan sebuah pengetahuan. Semakin banyak seseorang membaca, maka
semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang diperoleh. Namun, kendati seseorang
membaca, tidak sedikit dianatara kita yang mengalami kegagalan dalam memahami apa
yang dimaksudkan oleh pengarang. Kekhawatiran akan kegagalan dalam memahami,
menjadikan penulis mencoba untuk melakukan sebuah analisis berupa kritik-konstruktif.
Penulis mencoba untuk memberikan sebuah ulasan dari sebuah jurnal yang berjudulkan
“Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya di Era Revolusi Industri
4.0 (Society 5.0)”. Penulis memilih untuk melakukan ulasan pada jurnal tersebut sebab
memang pembahasan yang disajikan begitu krusial, yakni seputar filsafat dengan ilmu
pengetahuan yang kemudian dihubung-hubungkan pada era revolusi industri 4.0 (Society
5.0). Sebagaimana telah tercatat, bahwa pembahasan mengenai filsafat begitu luas sekali,
dan tidak mudah untuk membicarakan-Nya hanya dengan beberapa halaman saja demikian
dalam memahaminya. Daripada itulah penulis melakukan ulasan terhadap jurnal tersebut
sehingga para pembaca dapat terhindar dari apa yang disebut kerancuan penalaran.
B. Tujuan Penulisan CJR
1. Sebagai tugas Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah filsafat skolastik.
2. Memberikan keterangan lebih lanjut atas jurnal yang dibahas.
3. Menunjukkan sebuah kelebihan dan kekurangan atas jurnal yang di review.
C. Manfaat Penulisan CJR
1. Menghindari tingkat kegagalan dalam memahami dengan baik dan benar bagi para
pembaca.
2. Memungkinkan pengarang untuk melirik kepada pendapat lain yang akan
dikemukakan.
3. Mendorong pengarang untuk melakukan karya yang lebih baik.

1
D. Identitas Journal
Judul Artikel Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan Dan
Relevansinya Di Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0)
Nama Jurnal Jurnal Filsafat
Edisi Terbit 2021
Pengarang Artikel Muhammad Rijal Fahli
Penerbit Universitas Negeri Yogyakarta
Kota Terbit Yogyakarta
Nomor ISSN 0853-1870
Alamat Situs https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/42521/31083

2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

A. Pendahuluan
Dalam dunia akademik, studi tentang filsafat dijadikan sebagai landasan dalam berpikir
sebagai penalaran akal dalam mencari dan mendalami sebuah ilmu pengetahuan. Bila
diamati berdasarkan jejak perjalanan sejara, maka filsafat dan ilmu telah mengalami
perubahan pada eksistensinya yang berbeda dari para pemikir terdahulu. Masyarakat
dengan kehidupan sosialnya menciptakan sebuah hal yang baru dalam etos intelektualnya.
Sejak abad ke-17 ditandai dengan maraknya Revolusi Industri yang melahirkan masyarakat
modern, itu menciptakan berbagai pemikiran dan pandangan idealis yang memiliki praksis
dan memiliki pengaruh besar pada masyarakat. Dewasa ini, revolusi industri telah
mencapai “Revolusi Industri 4.0” dengan roda kehidupan masyarakat akan kecanggihan
teknologi. Perilaku sosial dan pola kehidupan masyarakat beruba begitu drastis sebab
dampak dari revolusi industri. Disamping itu terdapat Society 5.0 yang merupakan tatanan
kebutuhan masyarakat yang berpusat pada “human-centred” dan berbasis teknologi
“technology based”. Keduanya telah menghadirkan tatanan kehidupan yang baru bagi
masyarakat, kesemuanya dimaksudkan untuk memudahkan perilaku masyarakat dalam
kehidupan-Nya.
Hal tersebut merupakan masalah yang mendasari dari dampak positivisme atau dapat
disebut dengan one dimensional man. Kajian ini telah dilakukan di Frankfurt Jerman, hasil
analisisnya menjelaskan tentang masyarakat modern yang terbelenggu dengan adanya hasil
ciptaan yang dilahirkan oleh aliran positivisme dan cara pandangan kebenarannya
berlandaskan pada pembuktian secara empiris dan teruji secara saintifik. Kajian tersebut
kemudian melahirkan paham baru yakni paham Frankfurt, sehingga muncul permasalahan
di mana tujuan awal filsafat sebenarnya dianggap tidak memayungi semua kebutuhan
substansi manusia. Penelitian Amsal Bakhtiar (2012) mengemukakan bahwa secara
substansial dan historis filsafat dan ilmu pengetahuan memiliki peranan penting dalam
memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Kedua hal ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain karena saling terintegrasi. Jika ditelusuri filsafat dan ilmu
pengetahuan berperan dalam membawa perubahan peradaban manusia. Penelitian
Hidayatullah (2006: 234) menerangkan bahwa peradaban Yunani merupakan tempat
pertama kali filsafat ditemukan. Seiring dengan berkembangnya filsafat dalam masyarakat

3
Yunani kuno telah mengubah pola pikir mereka dari yang awalnya berpandangan
mitosentris menjadi logo sentris. Keterkaitan filsafat dan ilmu pengetahuan sangat
berpengaruh besar terhadap pengetahuan manusia dari segala sesuatu, pengaruh tersebut
telah membawa perubahan terhadap peradaban manusia ke taraf yang lebih maju, seperti
halnya peradaban manusia saat ini (Tafsir, 2005). Kajian ini memiliki konsep yang sama
dengan penelitian tersebut, namun subtansial yang penulis kaji melihat filsafat di era saat
ini (Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0), filsafat harus berperan dalam berpijak agar
dapat menjawab tuntutan zaman yang selalu berkembang.
B. Deskripsi Isi Jurnal
Pembahasan bermuara pada hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan dan
relevansinya di era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0). dalam artikel disajikan
pembahasan-pembahasan dengan gaya bahasa yang mudah untuk dipahami. Sebab
memang tidak jarang didapati beberapa karya yang menyajikan pembahasan yang sama
namun didalamnya menggunakan bahasa yang sukar untuk dimengerti. Yang demikian itu
akan memiliki resiko akan kerancuan penalaran bagi para pembaca yang memang masih
terbilang awam. Pembahasan dimulai dari gerbang “Seputar Filsafat Dan Ilmu
Pengetahuan”, pada bagian ini pembaca akan mampu memahami dengan baik dan benar
apa yang sebenarnya dimaksud dari filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan menilik
keberapa sumber yang dapat untuk dipertanggung jawabkan, menjadikan artikel sebagai
sebuah pembahasan yang bermutu dan amat penting untuk dikaji. Pada bagian ini akan
diuraikan terlebih dahulu seputar pengertian daripadanya yang dijelaskan secara teoritis,
disambung pada menelisik jarum sejarah perjalanan filsafat dan ilmu pengetahuan seperti
awal kemunculan, tendendi, dan ruang lingkup bahasan.
Pembahasan berikutnya, teruraikan mengenai “Hubungan Filsafat Dengan Ilmu
Pengetahuan”. Pada bagian ini para pembaca akan dapat memahami tentang hubungan
filsafat dengan ilmu pengetahuan. Dimana sebenarnya memang pada keduanya memiliki
sebuah hubungan yang tidak terpisahkan, bahkan diantara keduanya pada mulanya ialah
satu, istilah yang digunakan dalam filsafat juga digunakan dalam ilmu dan sebaliknya.
Lebih jauh lagi, bahkan filsafat itu pada masa Yunani kuno selalu dimengerti sebagai aliran
pikiran yang bercorak ilmu pengetahuan. Hal yang demikian itu amat jarang disebutkan
dalam karya-karya yang membahas masalah filsafat dan ilmu pengetahuan. Masih banyak
lagi kajian yang akan diketahui pada bagian ini, pembaca akan menemukan hal yang tidak
terduga.

4
Pembahasan mengenai “Menelaah Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Revolusi Industri
4.0 (Society 5.0)”. Dalam kajian ini akan dilakukan telaah mendalam atas filsafat, ilmu
pengetahuan dan Revolusi Industri dengan alat peneropongan historis-kritis. Pada bagian
ini akan dijelaskan secara terperinci terkait hal tersebut, baik mengenai awal mula dan
perkembangan-Nya. Termasuk pada bagian ini hal yang terpenting untuk disebutkan
mengenai pemisahan yang terjadi antara filsafat dan ilmu pengetahuan yang mana pada
bagian pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa antara keduanya adalah satu yang
tidak terpisahkan. Namun justru pada masa mendatang keduanya berpisah dan berdiri
sendiri.
Pembahasan berikutnya tersajikan terkati “Relevansi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan di
Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0)”. Pada bagian pembaca dapat mengetahui
bagaimana sebuah situasi dan kondisi filsafat dan ilmu pengetahuan pada masa Revolusi
Industri 4.0 (Society 5.0), apakah keduanya itu masih memiliki keterkaitan akan kerjasama
dalam membangun peradaban manusia atau justru memang sudah benar-benar terpisah dan
menemukan jalan-Nya masing-masing dalam mebentuk peradaban manusia. Hal ini
menampilkan kenyataan yang cukup diluar perkiraan sebab adanya pengaruh revolusi
industri.
Pada akhirnya dari seluruh uraian tentang kajian teori, metodologi penelitian, dan
pembahasan yang diberikan. Dapatlah disimpulkan bahwa Filsafat telah menjembatani
lahirnya pendekatan multidisipliner yang sangat diperlukan, karena terbatas dan sempitnya
kajian keilmuan terhadap realitas fisik yang sesungguhnya bersifat multidimensional. Ilmu
pengetahuan adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif yang terdiri
dari berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan
kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan
atau perorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan
penjelasan, ataupun melakukan penerapan. Realitas hubungan filsafat dan ilmu
pengetahuan adalah sama-sama hasil dari kegiatan berpikir manusia. Kegiatan manusia
diartikan dalam sebuah prosesnya dan juga dalam hasilnya. Apabila dilihat dari hasilnya,
ketiganya merupakan hasil daripada berpikir manusia secara sadar. Jika dilihat dari segi
prosesnya, keduanya menunjukkan suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran dan
pengetahuan), dengan menggunakan metode metode atau prosedur-prosedur tertentu
secara sistematis dan kritis. Filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan jembatan atas

5
perubahan dan perkembangan di dunia IPTEK. Berkembangnya teknologi saat ini dikenal
dengan istilah Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 di mana pola kehidupan manusia telah
beralih dari tenaga manusia ke tenaga teknologi canggih seperti internet, robot, kecerdasan
buatan dan komputer. Hal ini biasa dikenal dengan era disrupsi sebab akan muncul
banyaknya permasalahan-permasalahan masyarakat yang dihadapi atas masifnya
perkembangan IPTEK. Meskipun hal tersebut diawali oleh manusia dalam masyarakat
yang santun penuh keseimbangan, manusia senantiasa terus berubah, berkembang
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada sesuai dengan zaman. Counter discourse
terhadap perkembangan IPTEK tidak dapat dilakukan, melainkan untuk dapat mengurangi
dampak negatif dari adanya teknologi tersebut. Masyarakat saat ini harus kritis sebagai
kunci dalam menghadapi tantangan zaman serta mampu menganalisis kebutuhan mereka
terhadap teknologi.

6
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS

A. Pembahasan Isi Jurnal


1. Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan
Kata filsafat secara etimologis adalah berasal dari bahasa Yunani yakni
“philosophia”. Kata itu merupakan kata majemuk yang tersusun dari dua suku kata yakni
“philos” yang berarti kekasih, cinta. dan “sophia” yang memiliki arti kebijaksanaan atau
kearifan. Secara Secara harfiah philosophia berarti yang mencintai kebijaksanaan atau
sahabat pengetahuan. Istilah philosophia telah diindonesiakan menjadi “filsafat”, ajektifnya
adalah “filsafat” dan bukan “filosofis”. Apabila mengacu kepada orangnya, kata yang tepat
digunakan yaitu “filsuf’ dan bukan “filosof’. Kecuali bila digunakan kata “filosofi” dan
bukan “filsafat”, maka ajektifnya yang tepat ialah “filosofis”, sedangkan yang mengacu
kepada orangnya ialah kata filosof. Filsafat sangat terkait dengan tradisi pemikiran-
pemikiran Barat. Hingga saat ini para ilmuwan menyepakati bahwa filsafat pertama kali
hadir di Yunani pada sekitar abad ke- 7 SM. Pada awal kemunculan berkembangnya
filsafat, ilmu pengetahuan masih menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari filsafat. Corak
pemikiran filsafat pada awal munculnya dikenal dengan istilah alam. Tokoh-tokoh yang
memiliki pengaruh besar ketika itu yakni, Thales dan Anaximander. Selain itu dalam
sejarah filsafat dikenal beberapa kategorisasi dan filosof yang hidup pada kurun waktu
berbeda. Kategori tersebut adalah filsafat filsafat klasik, filsafat abad pertengahan dan
filsafat modern.
Menurut tradisi filsafat yang tua, istilah Yunani philosophia digunakan Phythagoras
untuk menyebut gerak, pencarian akan kebijaksanaan dan kebenaran yang biasa dilakukan
oleh manusia. Kebijaksanaan dalam bentuk yang utuh dan sempurna hanya ada pada yang
ilahi, sementara manusia yang terbatas sudah merasa puas dengan menegaskan diri sebagai
pencinta dan bukan pemilik kebijaksanaan dan kebenaran utuh. Melalui akal budinya,
manusia hanya mampu mendekatkan diri kepada kebenaran yang utuh. Manusia tidak akan
pernah meraihnya secara lengkap dan sempurna satu kali untuk selamanya. Sebelum
membahas apa itu ilmu pengetahuan, maka harus mengupas dulu pengertian ilmu dan
pengetahuan. Ilmu berasal dari bahasa arab ‘ilm, yang berarti memahami, mengerti, atau
mengetahui. Ilmu mengacu kepada suatu hal yang melebihi pengetahuan. Pada zaman
dahulu, yang dikatakan orang yang berilmu jelas merupakan orang yang telah dianggap

7
memiliki kemampuan yang didapat melalui syarat-syarat tertentu. Orang yang dianggap
berilmu merupakan orang yang lolos ujian dan syarat-syarat yang menunjukkan predikat
kelayakan yang dimilikinya Ilmu merupakan kegiatan akal budi untuk menjelaskan
kenyataan empiris secara spesifik menurut tiga kriteria utama: rasional, metodis, dan
sistematis. Istilah rasional, bisa dikatakan bahwa apa yang diklaim oleh suatu ilmu sebagai
kebenaran dapat diterima karena masuk akal, yakni logis, kritis, dan terbuka untuk
perbaikan. Jadi, apa yang rasional tidak kebal kritik. Sedangkan pengetahuan mencakup
segala kegiatan dengan cara dan sarana yang digunakan maupun segala hasil yang
diperolehnya. Dalam memahami “pengetahuan” kita perlu memahami tentang tindakan
“mengetahui”. Sebagaimana kegiatan yang dilakukan oleh manusia memiliki akibat atau
hasil, demikian pula tindakan “mengetahui” tentu saja juga menghasilkan sesuatu, yaitu
“pengetahuan”. Pengetahuan merupakan segenap hasil dari kegiatan untuk mengetahui
sesuatu obyek (dapat berupa suatu hal atau peristiwa yang dialami subyek), misalnya:
pengetahuan tentang benda, tentang tumbuh-tumbuhan, tentang binatang, tentang manusia,
atau pengetahuan tentang peristiwa peperangan. Ilmu pengetahuan adalah insting akal
manusia yang secara sistematis dalam menciptakan kebutuhan (teori) baru sebagai
pemenuhan hasrat atas rasa ingin tahu. Ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) kelanjutan
konseptual dari ciri ciri “ingin tahu” sebagai kodrat manusiawi. Rasa ingin tahu manusia
boleh dikatakan tak pernah ada batasnya. Selalu ingin mencari dan menemukan yang baru.
Dalam kehidupannya manusia selalu berhadapan dengan berbagai peristiwa dan gejala di
lingkungan. Baik yang menyangkut alam, maupun manusia. Didorong rasa ingin tahunya
manusia berupaya untuk menemukan jawabannya. Ilmu pengetahuan terus berkembang
melalui kajian-kajian yang dilakukan para ilmuan. Ilmu pengetahuan digunakan sebagai
pijakan manusia untuk mencari teori-teori baru dengan metode dan prosedur tertentu agar
memperoleh tujuan yang telah ditentukan. Disisi lain, ilmu pengetahuan harus bersifat
sistematis dan teratur berdasarkan metodologi tujuannya agar mencapai generalisasi
keilmuan yang diinginkan.
2. Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Filsafat dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan satu sama lain, bila melihat
realitas hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan bahwa semuanya merupakan dari kegiatan
manusia. Kegiatan manusia diartikan dalam sebuah prosesnya dan juga dalam hasilnya.
Bila dilihat dari hasilnya, keduanya merupakan hasil daripada berpikir manusia secara
sadar. Bila dilihat dari segi prosesnya, menunjukkan suatu kegiatan yang berusaha untuk

8
memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran
dan pengetahuan), dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu
secara sistematis dan kritis. Filsafat dan ilmu pengetahuan adalah satu kesatuan dan
memiliki hubungan yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya. Perbedaan yang
terdapat dari keduanya bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling melengkapi,
dan saling mengisi.
Hubungan Ilmu dengan Filsafat pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul ialah
filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Sedangkan filsafat merupakan
induk dari segala ilmu karena menjelaskan tentang abstraksi/sebuah yang ideal. Filsafat
tidak terbatas, sedangkan ilmu terbatas sehingga ilmu menarik bagian filsafat agar bisa
dimengerti oleh manusia. Filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain, keduanya tumbuh
dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada kebenaran. Filsafat dengan
metodenya mampu mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak
mampu mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya sendiri. Ilmu
merupakan masalah yang hidup bagi filsafat dan membekali filsafat dengan bahan-bahan
deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat. Filsafat dapat
memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan. Filsafat adalah meta ilmu,
refleksinya mendorong peninjauan kembali ide ide dan interpretasi baik dari ilmu maupun
bidang-bidang lain. Ilmu merupakan konkretisasi dari filsafat. Filsafat dapat dilihat dan
dikaji sebagai suatu ilmu, yaitu ilmu filsafat. Sebagai ilmu, filsafat memiliki objek dan
metode yang khas dan bahkan dapat dirumuskan secara sistematis. Filsafat dan ilmu
pengetahuan mengkaji seluruh fenomena yang dihadapi manusia secara kritis refleksi,
integral, radikal, logis, sistematis, dan universal (kesemestaan) guna mencapai tujuan yang
diinginkannya.
3. Menelaah Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0)
Telaah filsafat, ilmu pengetahuan dan Revolusi Industri dapat dilihat secara
mendalam melalui pendekatan historis. Perkembangan hubungan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan mengalami kemajuan yang begitu intens. Permulaan sejarah filsafat di Yunani
hampir meliputi seluruh pemikiran teoritis. Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan
jika dilihat secara mencolok ada kecenderungan yang lain, sebab filsafat Yunani kuno yang
tadinya satu kesatuan menjadi terpecah belah. Dengan munculnya ilmu pengetahuan di
abad 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Sebelum
abad 17 filsafat dan ilmu pengetahuan tidak lepas atau identik dengan filsafat. Sejalan

9
dengan pendapat Van Peursen menjelaskan bahwa dahulu kala ilmu merupakan bagian dari
kefilsafatan, sehingga pendefinisian mengenai ilmu pengetahuan bergantung pada sistem
filsafat yang telah dianutnya Secara ambivalen pertumbuhan dan perkembangan IPTEK
lebih mendasar, menyulur dan cepat telah dirasakan oleh umat manusia, sehingga
berdampak kepada manusia baik positif dan terkadang negatif. Istilah perkembangan
IPTEK saat ini sering dikenal dengan Revolusi Industri 4.0. Perkembangan tersebut
ditandai dengan perkembangan IPTEK sebagai alat bantu yang digunakan oleh manusia
dalam melakukan pekerjaan (Waston, 2019). Paham Revolusi Industri termaktub dalam
teori evolusi, di mana beranggapan bahwa masyarakat mengalami sebuah perubahan secara
bertahap. Adapun tahap perkembangan Revolusi Industri diawali dari Revolusi Industri
1.0, 2.0, 3.0, dan saat ini masih berjalan 4.0, rangkaian perkembangannya dapat dilihat
pada gambar berikut. Revolusi Industri merupakan hasil dari perkembangan IPTEK yang
dapat membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan yang berbantuan teknologi.
Sebelum adanya Revolusi Industri pekerjaan manusia dalam industri masih menggunakan
tenaga murni tanpa bantuan teknologi. Secara bertahap dan berkembang pada 1700-an di
Inggris Raya, telah terjadi perubahan manufaktur tenaga uap atau dikenal dengan Revolusi
Industri 1.0. Memasuki abad ke-19 para ilmuan telah menemukan listrik atau dikenal
dengan Revolusi Industri 2.0. Masuk di abad 20 muncul teknologi informasi dan elektronik
yang masuk ke dalam dunia industri yaitu semua pekerjaan menggunakan sistem
otomatisasi berbasis komputer dan robot dikenal dengan Revolusi Industri 3.0.
Revolusi yang terakhir dikenal dengan Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan
penggunaan internet dalam dunia industri, di mana Internet menyambungkan seluruh
komputer berada dalam satu jaringan raksasa dan dapat dikendalikan dalam sebuah
smartphone. Revolusi Industri 4.0 pertama kali dicetuskan oleh para pakar Jerman di tahun
2011. Industri sekarang ini memasuki inovasi baru, semua proses produksi dan industri
sudah berkembang pesat (Savitri, 2019). Beriringan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan telah muncul juga istilah Society 5.0. Istilah ini pertama kali dicestukan oleh
Jepang tahun 2019 dengan mengusung konsep terbentuknya masyarakat super smart yang
memiliki pola perilaku mengoptimalkan pemanfaatan internet of things, big data, dan
artificial intelligence sebagai solusi atas tantangan kehidupan masyarakat yang lebih maju.

10
4. Relevansinya Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Di Era Revolusi Industri 4.0
(Society 5.0)
Menurut peneliti relevansinya hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan di era
Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 saat ini atau dikenal dengan era disrupsi masyarakat
harus tetap waspada terhadap perkembangan zaman, karena akan banyak permasalahan
yang muncul dimasyarakat pascamodern oleh masifnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi itu sendiri. Ilmu pengetahuan baik eksakta maupun sosial telah mengalami
transformasi dan perkembangan sangat pesat akibat adanya kritik kritik terhadap ilmu
tersebut. Ditinjau dari sisi lain masyarakat saat ini telah dihadapkan oleh zaman canggih di
mana teknologi berekspansi ke semua lini kehidupan manusia. Konsep filsafat bisa
dijadikan metode berpikir kritis dan mandiri. Hal ini sesuai dengan tantangan dan
perubahan zaman saat ini yang hanya dapat dihadapi dengan kreatif oleh pribadi mandiri,
kritis dan terbuka untuk peluang-peluang baru. Konsep filsafat ini akan dapat memberikan
kontribusi yang sangat berarti bagi kehidupan. Sejalan dengan pemikiran Jurgen Habermas
bahwa antara ilmu dan kepentingan manusia secara technical (teknik), pratical (praktis)
dan emancipatory (emansipatoris) memiliki keterkaitan yang sangat erat untuk mengubah
tatanan masyarakat yang lebih baik dan maju. Jika diterapkan dalam kehidupan masyarakat
industri maka tujuan humanisasi dan emansipatoris akan dapat terwujud. Tetapi, perlu
dipahami bahwa menciptakan masyarakat kritis terhadap situasi kekinian perlu
pendalaman konsep filsafat untuk mewujudkan perubahan pola kehidupan masyarakat
yang lebih maju. Filsafat sendiri dijadikan renungan oleh manusia mengenai tentang
kebenaran yang dapat membentuk karakter manusia menjadi harmonis. Tentu hal ini,
sangat relevan sekali bila diterapkan di era Society 4.0 menuju Society 5.0 yang penuh
keharmonisan. Era Revolusi Industri ini 4.0, ciri-ciri perilaku kehidupan masyarakat
ditandai dengan berkembangnya dunia teknologi seperti internet, teknologi baru dalam
ilmu data, teknologi nano, dan kecerdasan buatan, manusia dalam masyarakat harus
memulai dengan santun penuh keseimbangan.
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Jurnal
1. Dari Aspek Ruang Lingkup Isi Artikel
a. Kelebihan
Dari seluruh uraian yang terdapat dalam artikel, telah penulis lakukan
pengamatan secara teliti, bahwa memang pada bagian tertentu artikel tersebut
mendapatkan posisi yang layak untuk dipuji. Mislakan saja, dari segi tata bahasa, seluruh

11
tata bahasa yang digunakan merupakan gaya bahasa yang mudah untuk dimengerti dan
tidak bertele-tele. Yang daripada itu artikel ini amat cocok untuk dikaji oleh orang awam
sekalipun. Pembahasan yang disajikan pun begitu sistematis, kontekstualis, dan rasionalis.
Dengan demikian ini menjadi kelebihan yang luar biasa bahwa akan kecil kemungkinan
akan terjadi sebuah kerancuan penalaran bagi para pembaca untuk memahami artikel
tersebut.
b. Kekurangan
Kekurangan dapat dilihat pada halaman 134 pada artikel. Tercatat; “Istilah
“filsafat” secara etimologis merupakan persamaan kata falsafah (bahasa Arab) dan
philosophy (bahasa Inggris), berasal dan bahasa Yunani (philosophia).”. Saya
menyebutnya sebagai sebuah kekurangan, sebab seharusnya dalam memberikan sebuah
definisi yang baik dan benar atas suatu istilah adalah dengan menyajikan terlebih dahulu
asal mula kata tersebut, dalam artian disebutkan terlebih dahulu asal bahasa, pembedahan
istilah dan pengertian-Nya yang kemudian baru menyebutkan bahasa serapan yang ada.
Sehingga menjadi (Istilah filsafat secara etimologis adalah berasal dari bahasa Yunani
yakni “philosophia”, kata itu terdiri dari dua suku kata yakni “philos” dan “sophia”…..),
namun pengarang justru malah memberikan susunan penjelasan definitif yang tidak
sistematis dan justru menimbulkan kebingungan.1
Berikutnya terdapat pada halaman 135 pada artikel. Penulis menyebutkan
bahwa ada tokoh yang cukup berpengaruh pada masa filsafat alam yakni Thales dan
Anaximander. Hendaknya menambahkan satu tokoh yang memang terbilang membuktikan
pemikiran mereka yang menjadikan mereka cukup terkenal dan digelari para filsuf
pertama, yakni Anaximenes.2 Telebih sebagaimana yang tercatat bahwa Anaximenes
merupakan murid dari Anaximandros.3
2. Dari Segi Aspek Tata Bahasa
a. Kelebihan
Pengarang menggunakan bahasa yang tidak sukar untuk dimengerti, hal ini
menjadikan para pembaca yang masih awam sekalipun mampu untuk memahaminya dan
menghindari resiko kerancuan penalaran. Padahal pembicaraan yang di bahas merupakan
pembicaraan yang cukup mendalam, ini menjadi kelebihan yang patut untuk mendapatkan
apresiasi.

1
Sirajuddin Zar, Filosof dan Filsafatnya (Depok: Rajawali Pers, 2019), hlm. 2-3.
2
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 2012), hlm. 9.
3
Yudi Santoso, Kamus Filsafat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 36.

12
b. Kekurangan
Terdapat kesalahan dalam ejaan. Tertulis kata “sekedar”, dimana kata tersebut
memang tidak terdaftar di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Penulisan yang
sebenarnya ialah “sekadar”, dimana kata sekadar memiliki kata dasar “kadar”. Kekurangan
itu dapa dilihat pada halaman 132, dan 146.
Demikian kesalahan ejaan terdapat pada halaman144. Tertulis “Menalaah”,
yang seharusnya ialah “Menelaah”, kata dasar dari kata “Menelaah” ialah “telaah” yang
dengan demikian menjadi “Menelaah”. Dan bukan “Menalaah”.
Kemudain kesalahan dapat dilihat pada halaman 138. Tertulis “…lingkungan.
baik yang menyangkut", seharusnya pada kata “baik” diawali dengan huruf “B” kapital,
sebab terdapat tanda baca (.) “titik” dan bukan (,) “koma”.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Memang tidak ada yang sempurna, segalanya pasti memiliki kekurangan maupun
kesalahan, termasuk pada artikel yang dibahas. Kekurangan dan kesalahan yang terdapat
dalam artikel tersebut memang ada, namun perlu untuk digaris bawahi bahwa kekurangan
dan kesalahan yang ada tidak menjadikan pemaknaan-Nya menyimpang. Kekurangan dan
kesalahan yang ada tertuang pada ejaan, tata tulisan, tata letak, dan juga pada isi
pembahasan.
B. Rekomendasi
Dengan adanya kritikan atas artikel yang dituju, maka penulis merekomendasikan
kepada pengarang untuk melakukan tindakan lebih lanjut agar menjadikan-Nya sebuah
artikel yang lebih mendekati pada tingkatan kesempurnaan. Sebab bila terdapat sebuah
kekurangan maupun kesalahan, dan itu ternyata dibaca oleh orang awam maka bisa
berakibat fatal. Kendatipun kekurangan maupun kesalahan terdapat pada ejaan, tata letak,
tata bahasa dan semacamnya, tetaplah harus dilakukan perbaikan meskipun tidak
mempengaruhi pemaknaan didalamnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Zar, Sirajuddin, 2019. Filosof dan Filsafatnya. Depok: Rajawali Pers.

Bertens, K., 2012. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Santoso, Yudi, 2013. Kamus Filsafat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

15

Anda mungkin juga menyukai