Anda di halaman 1dari 6

MODUL

PUNGSI ASITES

Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Malang
Overview Modul

Modul ini merupakan modul prosedur pungsi asites untuk menguji keterampilan
mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan cairan asites. Kasus yang diberikan pada modul
ini sesuai dengan standar kompetensi dokter Indonesia (level 3).

Penilaian

Penilaian didapatkan dari nilai OSCE.

Overview Materi yang Mendasari Skill

Pungsi asites adalah tindakan memasukkan jarum atau kateter ke rongga


peritoneum untuk mengeluarkan cairan dengan tujuan diagnostik dan/atau teraupetik.
Pungsi asites biasanya disebut juga dengan parasentesis. Asites biasanya terjadi pada
pasien sirosis hepatis, keganasan, atau penyebab lainnya.

Pungsi asites merupakan tindakan invasif yang sederhana, tidak memerlukan


banyak alat, dan dapat dilakukan dalam setting klinis yang terbatas.
Pungsi asites dilakukan dengan teknik steril. Komplikasi pasca tindakan ini
dilaporkan jarang. Namun, pada beberapa kasus dapat terjadi komplikasi berupa
perdarahan, kebocoran, atau infeksi.
Pungsi Asites Modul 1

Pungsi Asites
Latar Belakang Pungsi asites adalah tindakan invasif dengan
menginsersi jarum melalui dinding abdomen untuk
mengeluarkan cairan dari rongga abdomen. Ascites
adalah adanya cairan abnormal dalam rongga
abdomen yang dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit. Dengan mendapatkan spesimen cairan
ascites dapat diperiksa lebih lanjut, diantaranya apakah
tergolong transudat atau eksudat yang akan membantu
dalam penegakan diagnosis penyakit.

Tujuan Pembelajaran 1. Bekerjasama dengan perawat untuk melakukan


prosedur tindakan pungsi asites
2. Bekerjasama dengan apoteker dalam menyiapkan
alat, sarana dan prasarana untuk prosedur tindakan
pungsi asites
3. Menghormati dan menghargai pasien ataupun
keluarga dalam melakukan prosedur tindakan
pungsi asites
4. Menghormati teman sejawat sesuai dengan
kompetensinya dalam melakukan prosedur tindakan
pungsi asites
5. Sebagai salah satu prosedur terapi untuk
menghilangkan akumulasi cairan yang
menyebabkan kompresi organ dalam dan
meningkatkan risiko kegawatan pernafasan.
6. Sebagai tindakan pemeriksaan diagnostik :
pemeriksaan cairan asites terhadap berat jenis,
glukosa, protein, pH, pemeriksaan kultur atau
sensitivitas, serta pemeriksaan sitologi.
Metode 1. Melakukan prosedur pungsi asites pada manekin
2. Melakukan komunikasi kepada tutor (sebagai orang
tua pasien)

Peralatan 1. Surat izin tindakan (informed concent)


2. Masker dan baju pelindung
3. Spuit 5 ml, 20 ml, dan 50 ml
4. Jarum no. 18 G untuk anestesi, 20 atau 22 G
untuk pungsi asites diagnostik. 14 atau 16 G
angiokateter
5. Infus set
6. Povidone iodine
7. Alcohol 70%
8. Lidocaine hcl 2%
9. Kassa steril
10. Handscoon steril
11. Duk steril
12. Tensimeter
13. Botol penampung spesimen

Setting Ruangan Meja demonstrasi di tengah ruangan, tempat duduk


mahasiswa mengelilingi meja

Prosedur Pungsi Asites

1. Persiapan Mahasiswa mampu:


1. Menyiapkan alat-alat pungsi asites
2. Menyiapkan alat-alat perlindungan diri

2. Tindakan asepsis Mahasiswa mampu :


1. Memakai alat perlindungan diri (masker dan sarung
tangan)
2. Melakukan tindakan asepsis pada lokasi tindakan

3. Prosedur 1. Minta persetujuan terlebih dahulu kepada pasien


dan/atau keluarga pasien
2. Posisikan pasien, posisi supine atau lateral
decubitus. Posisi tempat pungksi biasanya RLQ
atau caudal umbilicus (jika penderita kurus)
3. Tinggikan posisi kepala sedikit
4. Perkusi abdomen untuk menentukan jumlah
cairan ascites yang terbanyak 5.
5. Bersihkan area kulit yang akan dilakukan pungsi
6. Anestesi lokal pada kulit dan jaringan subkutan
dengan lidocaine dan tunggu selama 3-5 menit
7. Insersikan angiocath atau jarum thoracentesis,
dan aspirasi cairan ascites
8. Tampung cairan ascites sebanyak 20-30 cc untuk
pemeriksaan laboratorium, dan kultur (masukkan
ke dalam botol kultur darah sebanyak 5-10 cc
pada masing masing botol)
9. Apabila dilakukan pungsi ascites terapeutik,
cabut syringe dan sambungkan kateter dengan
botol penampung cairan asites

4. Evaluasi Mahasiswa mampu:

1. Memastikan posisi jarum memasukkan jarum atau


kateter ke rongga peritoneum, dengan tanda:
• Cairan asites dapat diaspirasi
2. Memastikan tidak ada komplikasi:

● Infeksi.

● Perdarahan.

● Hematom dinding abdomen

5. Komunikasi Mahasiswa mampu mengkomunikasikan tindakan


meliputi:

1. Tujuan tindakan
2. Prosedur
3. Komplikasi
4. Evaluasi

Referensi 1. Chang SY. Paracentesis and ascites fluid analysis. June 16,
2002.
2. Huang LL., Xiang Xia HH., and Lin Zhu S. Ascitic fluid
analysis in the differential diagnosis of ascites: focus on
cirrhotic ascites. Journal of Clinical and Translational
Hepatology. 2014 vol. 2; 58-64.
3. I Nyoman Wandhe. Buku Panduan Interpretasi Analisis
Cairan Ascites. 2016

Anda mungkin juga menyukai