Anda di halaman 1dari 31

ASAL-USUL NDOLALAK

BAGIAN 1

Pada zaman dahulu, di tangsi milik Belanda tepatnya di Purworejo, berkumpul para militer
bawahan Belanda yang merupakan orang-orang pribumi dan juga Belanda asli. Suatu pagi di
tangsi tersebut, para militer sedang melakukan latihan militer yaitu baris-berbaris seperti
biasanya, yang dipimpin oleh Jenderal Van yang merupakan orang Belanda asli. (tetteretteret,
suara sepatu para militer)

Jenderal : "Siap gerak!" Ucap sang jenderal dengan lantang dan tegas dan diikuti sikap

siap dari para militer yang sedang melakukan sikap istirahat.

Jenderal : "Baik semua, cukup sampai disini dahulu latihan kita. Kalian bisa

beristirahat sekarang." Ucap sang jenderal memberi arahan kepada para

militer.

Militer : "Siap!" Balas mereka serentak.

Setelah para militer memberi hormat, sang jenderal pun pergi dan para militer pun
membubarkan barisannya dan langsung duduk untuk beristirahat sejenak. (suara burung
berkicau)

Paijo : "Aku sangat bosan, apakah kalian tidak bosan?" Tanya Paijo yang merasa

sangat bosan hanya berdiam diri di tangsi.

Tejo : "Iya ki, aku ya bosen. Enake ngapa ya?" Balas Tejo.

Albert : "Gimana kalau kita pergi keluar tangsi untuk mencari udara segar?" Saran

Albert kepada teman-temannya.

Tejo : "Wah, apik idemu. Ayo pada melu ora?" Tawar Tejo pada teman-temannya.

Petter : "Ayo aku ikut!" Balas Petter.

Paijo : "Yasudah aku juga ikut." Sambung Paijo sambil bangun dari duduknya dan
diikuti oleh teman-temannya.

Setelah perbincangan tadi, mereka memutuskan untuk keluar dari tangsi dan pergi berkeliling
desa untuk mencari udara segar. (Suara ayam berkokok & suara burung berkicau)

Selang beberapa waktu saat mereka berkeliling desa, mereka melihat beberapa orang anak
lelaki yang sedang membawa sesuatu yang mereka tidak tahu apa itu.

Tejo : "Wah apa ya itu yang mereka bawa? Aku penasaran." Ucap Tejo sambil

menunjuk para anak laki-laki yang jaraknya tidak jauh dari mereka.

Paijo : "Aku tidak tahu, ayo kita kesana bertanya pada mereka." Ajak Paijo dan

diikuti oleh teman-temannya.

Paijo : "Hei kalian!" Teriak Paijo kepada para anak lelaki itu sambil

melambaikan tangannya. Lalu para anak lelaki itu mendekat kearah

Paijo dan teman-temannya.

Ronodimejo : "Iya mas ada apa?" Tanya Ronodimejo.

Paijo : "Apa yang kalian bawa itu?" Tanya Paijo penasaran sambil menunjuk

sesuatu yang di bawa oleh para anak lelaki itu.

Ronodimejo : "Ini rebana Mas." Jawab Ronodimejo.

Tejo : "Wah, aku belum pernah melihatnya, bisakah kalian memainkannya?"

Pinta Tejo.

Albert : "Iya apa bisa kalian memainkannya?" Sambung Albert.

Duliyat : "Bisa Mas." Balas Duliyat.

Rejotaruna : "Ya tentu bisa Mas. Kita bisa memainkan rebananya bersama."

Sambung Rejotaruna.

Ronodimejo : "Ya, ayo kita kesana. Nanti kami akan mengajari mas-mas cara

memainkan rebana ini." Ajak Ronodimejo.


Setelah mereka sampai di tempat yang menurut mereka nyaman, mereka segera duduk dan
mengatur posisi yang nyaman untuk memulai bermain rebana.

Tejo : "Ayo ajari kami cara memainkan rebananya!" Pinta Tejo kepada

Ronodimejo dan teman-temannya.

Paijo : "Sabar Tejo." Balas Paijo.

Ronodimejo : "Hahaha, tidak apa Mas. Mari, kita ajari cara memainkannya." Ajak

Ronodimejo.

Setelah itu, Ronodimejo dan teman-temannya mulai mengajari Paijo dan Tejo cara memainkan
rebana. Sedangkan Albert dan Petter sejak tadi hanya melihat Paijo dan Tejo belajar
memainkan rebana.

Albert : "Petter, apa kamu tidak bosan menunggu Paijo dan Tejo?" Tanya Albert

pada temannya itu.

Petter : "Bosan, tapi apa yang harus kita lakukan?" Tanyanya.

Albert : "Aku punya ide, ayo ikut aku!" Ajak Albert sambil menarik lengan Petter

agar bangun dari duduknya.

Petter : "Kau mau apa?" Tanya Petter bingung.

Albert : "Ayo ikuti aku." Ucap Albert sambil menari yang kemudian diikuti oleh

Petter.

Saat sedang memainkan rebana, Tejo melihat Albert dan Petter yang sedang menari. Ia yang
melihat itu langsung mengajak Paijo untuk mengikuti Albert dan Petter menari.

Tejo : "Jo, aku ingin ikut menari bersama Albert dan Petter. Kau mau ikut atau

tidak?" Tanyanya.

Paijo : "Ayo aku ikut." Balasnya sambil mengikuti Tejo berdiri dan menghampiri

Albert dan Petter.


Paijo : "Hei kalian, ikuti aku." Ucap Paijo saat sampai di sana sambil menunjukkan

tariannya yang diikuti oleh teman-temannya.

(backsound dj nemen viral tiktok (bagian pas pertengahan dj ny saja, hanya bberapa menit
saja).

Tutup tirai

BAGIAN 2

Pagi ini, para militer sudah berbaris di depan gerbang tangsi untuk melakukan penyambutan
putri sang jenderal dari Belanda yang akan datang ke tangsi hari ini. (Suara terompet & suara
sepatu hak tinggi yg sedang berjalan) Selang beberapa waktu, seorang wanita dengan tubuh
tinggi, kulit putih, dan paras yang sangat cantik masuk kedalam gerbang tangsi. Wanita itu
berjalan dengan anggun diantara para militer yang sedang berbaris dan membuat para militer
menundukkan badannya untuk memberi hormat kepada putri sang jenderal.

Caitlyne : "Apa kabar pa?" Tanya Caitlyne pada sang ayah.

Jenderal : "Papa sangat baik nak, selamat datang di Indonesia putriku." Ucap sang

ayah sambil memeluk putrinya.

Caitlyne : "Jadi pa, sesuai janji papa siapa yang akan melatihku beladiri?" Tanya

Caitlyne sambil melepaskan pelukan dari ayahnya.

Jenderal : "Dia yang akan melatihmu putriku." Ucap sang ayah sambil menunjuk Paijo

yang juga berada di barisan para militer.

Jenderal : "Kemarilah Jo!" Perintah Jenderal Van kepada Paijo.

Paijo : "Siap!" Ucapnya sambil memberi hormat kepada sang jenderal dan

langsung menghampiri sang jenderal dan putrinya.

Caitlyne : "Apakah papa yakin dia yang akan melatihku?" Remeh Caitlyne saat Paijo

sudah berada di hadapan dia dan ayahnya.

Jenderal : "Ya percayalah pada papa." Ucap sang ayah meyakinkan.


Caitlyne : "Ya baiklah, aku percaya pada papa." Ucapnya final.

Jenderal : "Ayo kita keruangan saya terlebih dahulu." Ajak sang jenderal sambil

berjalan menuju ruangannya dan diikuti oleh putri nya dan Paijo.

Tutup tirai

Setelah sampai di ruangan sang jenderal, Jenderal Van mempersilahkan putrinya dan juga Paijo
untuk duduk.

Jenderal : "Duduklah dulu putriku." Perintah sang ayah yang membuat Caitlyne segera

duduk.

Jenderal : "Kau juga Paijo, duduklah." Perintah sang jenderal yang membuat Paijo

segera duduk juga.

Jenderal : "Jadi Caitlyne, dia adalah Paijo. Dia yang akan melatihmu beladiri disini.

Karena dia lah yang paling mahir beladiri disini." Jelas Jenderal Van pada

putrinya.

Paijo : "Perkenalan, saya Paijo nona." Sapa Paijo.

Caitlyne : "Apakah kau yakin kau mahir beladiri?" Remehh Caitlyne.

Paijo : "Ya, lumayan." Balas Paijo santai.

Caitlyne : "Baiklah, aku percaya padamu."

Caitlyne : "Oh iya aku belum memperkenalkan diriku, aku Caitlyne." Ucapnya sambil

mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Paijo : "Paijo." Balas Paijo singkat sambil membalas jabatan tangan Caitlyne.

Caitlyne : "Baik kalau begitu, kita sudah bisa latihan besok bukan?" Tanyanya pada

Paijo.

Paijo : "Iya nona, setelah saya latihan militer." Jawab Paijo.

Jenderal : "Baiklah karena kalian sudah saling mengenal, kamu bisa pergi sekarang Jo.
Terimakasih untuk waktunya." Ucap sang jenderal yang diangguki oleh Paijo.

Paijo : "Baik jenderal sama-sama." Balas Paijo lalu bangun dari duduknya dan
membungkukkan badannya lalu melenggang pergi meninggalkan ruangan sang jenderal.

Tutup tirai

BAGIAN 3

Seperti biasanya, pagi hari ini para militer sudah siap untuk latihan. Sebelum jenderal datang,
mereka sudah mengatur barisan agar bisa segera memulai latihan saat sang jenderal tiba.
Selang beberapa waktu, setelah mereka selesai mengatur barisan, sang jenderal datang. (Suara
sepatu berjalan datang ke tangsi)

Jenderal : "Selamat pagi semuanya." Sapa sang jenderal kepada para militer.

Militer : "Pagi jenderal!" Jawab para militer bersamaan.

Jenderal : "Sebelumnya, saya ingin menyampaikan sesuatu terlebih dahulu kepada

kalian."

Jenderal : "Untuk beberapa bulan kedepan, saya tidak bisa mendampingi kalian untuk

latihan di tangsi ini. Jadi saya minta tolong kepada Paijo untuk bisa

menggantikan saya mendampingi kalian untuk latihan. Paijo, apakah kamu

siap?" Tanya sang jenderal kepada Paijo.

Paijo : "Siap jenderal!" Jawab Paijo tegas.

Jenderal : "Baik, khusus hari ini kalian bisa beristirahat lebih awal. Terimakasih." Ucap

sang jenderal.

Jenderal : "Bubar jalan!" Tegas sang jenderal yang langsung diberi hormat oleh para

militer dan dibalasnya juga dengan hormat. Setelah itu, dia pergi

meninggalkan barisan dan diikuti oleh para militer.

Paijo dan teman-temannya, yang sudah meninggalkan barisan langsung mencari tempat duduk yang
nyaman untuk mereka beristirahat. Saat mereka sedang duduk, tiba-tiba terdengar suara seorang
perempuan menyapa mereka. (suara nada terkejut (dengdengdengdeng)
Caitlyne : "Hei, apakah kalian lelah? Aku bawakan kalian minum." Ucap Caitlyne yang

membuat Paijo dan teman-temannya menoleh kearahnya. Kemudian, mereka

langsung berdiri dan membungkukkan badannya untuk memberikan hormat

kepada Caitlyne.

Caitlyne : "Hei, biasa saja. Aku ini bukan jenderal kalian." Ucap Caitlyne.

Petter : "Maaf nona, tapi nona adalah putri dari jenderal kita. Jadi sudah seharusnya kita

hormat juga kepada nona." Jelas Petter.

Caitlyne : "Hahahaha biasa saja. Sudah ayo minum dulu." Ucap Caitlyne sambil meletakkan

nampan yang ia bawa. Dan kemudian Paijo dan yang lainnya langsung duduk

kembali dan diikuti juga oleh Caitlyne.

Paijo : "Terimakasih." Ucap Paijo singkat sambil mengambil satu gelas air diatas nampan.

Tejo : "Walah walah matursuwun nggih Mbak Caitlyne, uwis ayu apikan maneh. Jos lah

pokok e!" Ucap Paijo sambil mengambil satu gelas air di atas nampan dan di balas

gelak tawa oleh para militer.

Caitlyne : "You're welcome." Jawab Caitlyne singkat yang membuat Tejo bingung.

Tejo : "Opo toh iku artine?" Tanya Tejo bingung yang di balas gelak tawa oleh teman-

temannya.

Albert : "Sama-sama Tejo artinya." Jelas Albert.

Paijo : "Kau bilang, kau mahir berbahasa inggris waktu pertama kita bertemu?" Ledek Paijo

pada Tejo yang langsung ditertawakan oleh teman-temannya yang lain.

Tejo : "Ya kan ora tenanan, guyon aku ben ketok keren wae nek iso inggris." Jawab Tejo.

Caitlyne : "Mau belajar Bahasa Inggris denganku?" Tawar Caitlyne.

Tejo : "Waduh, piye ya? Ora lah angel." Jawabnya yang membuat para militer tertawa.

Paijo : "Oh iya nona, kita latihan sore saja bagaimana? Karena biasanya saat siang teman

kami dari luar tangsi akan kemari." Jelas Paijo.


Caitlyne : "Oh iya boleh, nanti sore kita latihan di taman saja." Jawab Caitlyne.

Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba terdengar suara alat musik yang membuat perbincangan
mereka terhenti dan langsung menoleh kearah sumber suara tersebut. Caitlyne yang melihat itu
langsung penasaran dengan apa yang mereka bawa itu.

Caitlyne : "Wah, apa yang kalian bawa itu?" Tanyanya penasaran.

Ronodimejo : "Oh ini adalah alat musik, namanya rebana." Jelas Ronodimejo.

Caitlyne : "Bagaimana cara memainkannya?" Tanyanya sambil memutar-mutar rebana itu.

Ronodimejo : "Mau saya ajari cara bermainnya Mbak? Atau Mbak bisa minta ajari oleh Mas

Paijo." Tawar Ronodimejo pada Caitlyne.

Caitlyne : "Ya! Aku mau, aku akan minta ajarkan pada Paijo. Bagaimana caranya Jo??"

Tanya Caitlyne semangat.

Paijo : "Kemarilah!" Perintah Paijo dan langsung dihampiri oleh Caitlyne.

Setelah pertanyaan Caitlyne tadi, Paijo langsung memposisikan tubuhnya berada di belakang Caitlyne
dan menuntun tangan Caitlyne untuk memukul rebana itu. (Suara nada yang deg deg an terus berdetak)
Sedangkan itu, di lain sisi, teman-teman Paijo juga Ronodimejo dan teman-temannya asik bermain
sendiri meninggalkan Paijo dan Caitlyne berdua. Tejo, Albert, Petter Mulai menari dengan iringan rebana
dari Duliyat dan Rejotaruna. Sedangkan Ronodimejo hanya duduk menonton Tejo dan teman-temannya
menari.

(Adegan Tejo, Albert, Petter, dan Ronodimejo serta teman-temannya)

Tejo : "Yat, cepat mainkan rebananya!" Perintah Tejo kepada Duliyat.

Duliyat : "Iya Mas." Balas Duliyat sambil memulai memainkan rebananya dan diikuti oleh

Rejotaruna.

Albert : "Aku ingin ikut Tejo, kau ikut atau tidak?" Tanyanya pada Petter.

Kemudian Tejo, Albert, dan Petter menari bersama dengan diiringi rebana dari Duliyat dan Rejotaruna.
Sedangkan di sisi lain, Paijo sedang sibuk mengajari Caitlyne bermain rebana.

(Adegan Paijo dan Caitlyne)

Paijo : "Peganglah rebana ini menggunakan tangan kirimu, dan gunakan tangan

kananmu untuk menabuhnya. Seperti ini....." Jelas Paijo sambil menuntun tangan

Caitlyne untuk menabuh rebana itu.


Caitlyne : "Oh ya ya baiklah aku bisa." Ucapnya gugup karena salah tingkah.

Setelah itu, Caitlyne mencoba memainkan rebana itu dengan menabuh-nabuhnya. Sedangkan Paijo
hanya memperhatikannya. Di lain sisi, Tejo dan yang lainnya yang sudah lelah, berniat mengakhiri
tariannya untuk beristirahat.

Tejo : "Hei, kalian ayo kita istirahat dulu." Ajak Tejo pada teman-temannya.

Kemudian, Tejo dan yang lainnya duduk di dekat Paijo dan Caitlyne. Rebana yang dimainkan oleh
Rejotaruna dan Duliyat pun berhenti dan mereka juga ikut duduk bersama dengan yang lainnya.

Albert : "Apakah kau sudah bisa memainkannya nona?" Tanya Albert sembari duduk.

Paijo : "Ya, dia berkata sudah bisa tadi." Jelas Paijo.

Albert : "Aku bertanya dengan Nona Caitlyne bukan denganmu." Ucap Albert sinis.

Caitlyne : "Ah iya aku sedikit sudah bisa." Balas Caitlyne.

Paijo : "Baiklah Nona, ini sudah sore mari kita berlatih beladiri sesuai janji kita." Ajak

Paijo pada Caitlyne.

Caitlyne : "Iya Jo, tapi sebaiknya kita menunggu Ronodimejo dan temannya pulang dulu."

Ucap Caitlyne.

Ronodimejo : "Tidak apa Mbak Caitlyne, saya dan teman-teman juga akan pulang karena sudah

sore."

Duliyat : "Iya, kamu pamit pulang ya Mbak, Mas." Sambung Duliyat.

Caitlyne : "Baik hati-hatilah." Balas Caitlyne.

Tutup tirai

Setelah Ronodimejo dan teman-temannya pergi, Paijo langsung mengajak Caitlyne menuju taman
tangsi untuk berlatih beladiri dengannya.

Paijo : "Jadi, kita akan mulai dari gerakan dasar terlebih dahulu." Jelas Paijo.

Caitlyne : "Baik, bagaimana caranya?" Tanya Caitlyne bingung.

Lalu, Paijo memposisikan tubuhnya di belakang Caitlyne dan menuntun Caitlyne untuk melakukan
gerakan dasar beladiri. (backsound seperti orang jatuh cinta pertama kali) Saat berada di dekat Caitlyne,
Paijo merasa dadanya berdegup kencang. Membuat ia tidak fokus melatih Caitlyne. Sebaliknya, Caitlyne
pun merasakan hal yang sama. Sedangkan di sisi lain, Albert dan Petter melihat mereka dari kejauhan
sambil menyimpan rasa iri. Albert merasa iri karena kenapa bukan dia yang ditunjuk untuk melatih putri
sang jenderal? Kenapa malah orang pribumi itu yang ditunjuk. Setelah itu, Albert memutuskan untuk
menghampiri Paijo dan Caitlyne dan diikuti oleh Petter dibelakangnya.

Albert : "Hei Paijo!" Teriak Albert yang membuat latihan Paijo dan Caitlyne terhenti.

Paijo : "Ya Albert ada apa?" Tanya Paijo bingung. (Nada dengan suasana amarah)

Albert : "Wah hebat juga ya seorang militer pribumi bisa melatih putri jenderal." Ucap

Albert sinis.

Paijo : "Maksud kamu?" Tanya Paijo bingung.

Petter : "Kamu tidak usah sombong Jo, karena bisa melatih putri jenderal. Albert lebih

baik daripada kamu, jadi tidak usah sombong." Balas Petter.

Paijo : "Aku tidak sombong?" Ucap Paijo bingung.

Petter : "Halah beladirimu itu tidak seberapa, lebih baik Albert daripada kamu." Ejek

Petter.

Albert : "Ya benar! Aku bisa beladiri lebih baik darimu." Ucap Albert sombong.

Albert : "Nona Caitlyne, bagaimana jika aku sana yang melatih nona?" Tanya Albert dan

langsung diberi tolakan oleh Caitlyne.

Caitlyne : "Tidak terimakasih. Asal kamu tahu Paijo ini lebih mahir beladiri daripada kamu.

Jadi saya minta kamu pergi!" Bela Caitlyne yang membuat Paijo senang.

Albert : "Baiklah." Ucapnya pasrah sembari pergi dari taman dan diikuti oleh Petter.

Tutup tirai

BAGIAN 4

Pada sore hari di kediaman Bu Siti, ibu dari Paijo yang merupakan seorang guru mengaji sedang
menunggu para muridnya untuk datang mengaji di rumahnya.

Bu Siti : "Iki bocah-bocah kok pada hurung teka ya?" Gumamnya sambil menengok-
nengok menunggu anak muridnya datang. (suara jam tua)

Tak lama kemudian, para anak muridnya itu datang dan langsung mengucapkan salam saat
memasuki rumah Bu Siti.

3 anak ngaji : "Assalamualaikum." Ucap mereka bersamaan sembari masuk ke dalam

rumah Bu Siti.

Bu Siti : "Waalaikumsalam, ealah wes pada teka." Balas Bu Siti.

Kemudia para anak-anak tersebut langsung menuju ke tempat Bu Siti duduk dan berebut untuk
bersalaman lebih dulu dengan Bu Siti.

Feli : "Aku ndisik!" Teriak Feli sambil menyerobot antrian temannya.

Dewi : "Ih aku ndisik!" Balas Dewi sambil ikut menyerobot.

Kemudian mereka bertiga, bersalaman dengan Bu Siti. Setelah itu, mereka langsung duduk
untuk mulai mengaji.

Bu Siti : "Sakdurungipun di mulai, Al-fatihah ndisik nggih." Ucap Bu Siti.

Kemudia mereka membaca Al-fatihah bersama-sama dengan di tuntun oleh Bu Siti. Setelah
selesai Al-fatihah, mereka segera memulai mengaji.

Bu Siti : "Yo, sakniki mulai ngaji." Ucap Bu Siti setelah selesai membaca

Al-fatihah bersama-sama.

Feli : "Aku, aku ndisik!" Ucap Feli.

Itsna : "Aku!"

Dewi : "Hih ya ora, aku sek lah." Kesal Dewi.

Bu Siti : "Yowes, sakniki ngaji bareng-bareng mawon nggih. Yo di mulai." Ucap Bu

Siti memberi jalan tengah.

Setelah itu mereka belajar mengaji bersama-sama dengan di tuntun oleh Bu Siti. Setelah
mereka selesai mengaji, mereka berpamitan kepada Bu Siti untuk pulang.

Feli : "Bu, kula kalih rencang-rencang pamit nggih." Ucapnya saat sudah

selesai mengaji. sembari menyalami Bu Siti diikuti oleh kedua temannya.


Bu Siti : "Oh, nggih ngati-ati ya Mbak." Ucapnya kepada anak muridnya.

3 anak ngaji : "Assalamualaikum Bu." Ucap mereka bersama sembari bangun dari

duduknya dan pergi meninggalkan rumah Bu Siti.

Bu Siti : "Waalaikumsalam." Balas Bu Siti.

Kemudian setelah para anak muridnya pulang, Bu Siti berniat untuk kembali ke kamarnya untuk
beristirahat. Saat ia bangun dari duduknya, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan yang
membuat Bu Siti menoleh kearah suara itui.(suara orang berjalan menuju rumah bu siti)

Ratih : "Assalamualaikum!" Teriak Ratih dari depan pintu.

Bu Siti : "Waalaikumsalam." Balas Bu Siti masih dengan raut bingung.

Bu Siti : "Owalah Ratih toh niki? Rene nduk mlebet." Ucap Bu Ratih.

Kemudian Ratih masuk ke dalam rumah Bu Siti sambil menyalami Bu Siti.

Ratih : "Nggih Bu, niki Ratih." Ucapnya.

Bu Siti : "Owalah nduk nduk, uwis suwi kowe ora mrene, pangling ibu." Ucapnya

kepada Ratih.

Ratih : "Ibu pripun kabare?" Tanya Ratih.

Bu Siti : "Apik Tih. Ayo lungguh sek." Ajak Bu Siti kepada Ratih.

Ratih : "Paijo wonten pundi nggih Bu? Kok Ratih dereng sumerep awit wau."

Tanya Ratih penasaran karena tidak melihat Paijo daritadi.

Bu Siti : "Paijo ora nang omah Tih. Dheweke menuang tangsi gladhen militer

walanda awit sewulan kepungkur." Jelas Ibu Paijo.

Bu Siti : "Ibu jan-jane ya nduwe rencana arep niliki, apa kowe arep melu ngancani

ibu Tih?" Ajak Ibu Paijo.

Ratih : "Wah nggih saged Bu. Ratih ugi pengin kepanggih Paijo, sampun dangu

kula mboten kepanggih." Ucap Ratih.


Bu Siti : "Oh nggih, yen ngunu kowe mbesok sore rene ya mangkat bareng ibu."

Ucap Bu Siti kepada Ratih.

Ratih : "Nggih Bu, yowes kula pamit wangsul nggih Bu." Pamit Ratih sambil

bersalaman dengan Bu Siti.

Bu Siti : "Nggih, ngati-ati nduk." Ucap Bu Siti.

Ratih : "Assalamualaikum Bu." Pamit Ratih.

Bu Siti : "Waalaikumsalam." Balasnya.

Kemudian, setelah berpamitan Ratih langsung keluar untuk kembali ke rumahnya. Setelah Ratih
pulang, Bu Siti langsung bergegas menuju kamarnya untuk beristirahat.

Tutup tirai

BAGIAN 5

Keesokan sorenya setelah percakapan kemarin, sore ini Ratih dan Bu Siti sudah sampai di tangsi
untuk menemui putranya, Paijo. Di sana terlihat para militer yang sedang beristirahat serta
Paijo dan Caitlyne yang sedang berlatih beladiri. (suasana yg ceria & kaget karena kedatangan
ibundanya)

Paijo : "Ibu?" Ucap Paijo saat melihat ibunya datang dan langsung berlari

kearah ibunya.

Bu Siti : "Paijo? Ya Allah le, ibu kangen banget karo kowe." Ucap Bu Siti sambil

memeluk anaknya.

Paijo : "Paijo nggih kangen kalih ibu. Ngapunten Bu, Paijo dereng saged

wangsul." Ucapnya kepada ibunya.

Bu Siti : "Iya, ora apa apa le, ibu ya ngerti." Balas ibunya.

Paijo : "Ratih? Piye kabarmu? Wis suwi awake dhewe ora ketemu. Piye urusanmu

nang ndaleme sedulurmu wis rampung?" Tanya Paijo pada Ratih.

Ratih : "Apik Jo. Iya ki wis rampung dadi aku bisa mrene." Jelas Ratih.

Paijo : "Apiklah yen ngunu." Jawab Paijo singkat.


Paijo : "Oh nggih Bu, Ratih, tepangaken niki Caitlyne, putri saking Jenderaal Van.

Paijo di pun tugasi Jenderal Van ngelatih beladiri putrinipun." Jelas Paijo.

Bu Siti : "Wah ayu temen kowe nduk." Ucap Ibu Paijo kepada Caitlyne.

Caitlyne : "Terimakasih Bu." Jawab Caitlyne.

Caitlyne : "Oh iya Bu silahkan kalau ibu ingin berbincang berdua dengan Paijo. Saya

ijin kesana dulu." Ijin Caitlyne kepada Ibu Paijo.

Setelah ijin kepada Ibu Paijo, Caitlyne berjalan kearah Ratih dan mengajak Ratih untuk
berbincang di tempat lain agar bisa memberi waktu pada Paijo dan ibunya untuk berbincang
berdua. (suara burung berkicau)

Caitlyne : "Eh kamu ikut aku yuk ke sana!" Ajak Caitlyne kepada Ratih sambil

menggandeng tangan Ratih.

Ratih : "Oh.. iya ayo." Jawab Ratih sambil mengikuti Caitlyne.

Lalu, mereka duduk bersama di tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Paijo dan ibunya.

Caitlyne : "Oh iya kenalin aku Caitlyne. Kamu siapa?" Tanya Caitlyne sambil

mengulurkan tangannya.

Ratih : "Aku Ratih." Balas Ratih sambil tersenyum dan menjabat tangan Caitlyne.

Caitlyne : "Kamu dekat ya sama Paijo?" Tanya Caitlyne penasaran.

Ratih : "Iya lumayan dekat, aku teman kecilnya." Jawab Ratih sambil tersenyum.

Caitlyne : "Ngomong-ngomong aku belum punya teman perempuan di sini, kamu mau

jadi temanku?" Tanya Caitlyne penuh harap.

Ratih : "Boleh, kebetulan rumahku tidak jauh dari sini. Jadi aku bisa sering kesini

untuk bertemu denganmu." Jawab Ratih.

Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba Ibu Paijo datang dan mengajak Ratih untuk pulang.

Bu Siti : "Ratih, ayo wangsul nduk. Mengko kewengen kowe di goleki bapak." Ajak

Ibu Paijo pada Ratih.


Ratih : "Ohh nggih Bu sekedap." Jawab Ratih.

Ratih : "Caitlyne, aku pamit pulang dulu ya. Besok kalau ada waktu aku akan

kemari menemuimu." Pamit Ratih pada Caitlyne.

Caitlyne : "Iya hati-hati di jalan ya..." Ucap Caitlyne pada Ratih.

Setelah berpamitan pada Caitlyne, Ratih dan Ibu Paijo pulang meninggalkan tangsi militer
tersebut.

Tutup tirai

BAGIAN 6

Pagi ini, seperti biasa Caitlyne menuju ke tangsi untuk melihat para militer latihan. Dia juga
sudah menyiapkan minuman untuk para militer dan juga untuk Ronodimejo dan teman-
temannya. Karena sudah lama menunggu dan sedikit bosan, Caitlyne memutuskan untuk
menghampiri para militer.

Caitlyne : "Hei, istirahatlah. Ayahku memintaku mengawasi kalian berlatih, jadi

ayahku tidak akan tahu jika kalian istirahat lebih awal." Ucap Caitlyne yang

langsung membuat para militer membubarkan barisannya.

Caitlyne : "Minumlah, kalian pasti lelah." Perintah Caitlyne saat para militer bergerak

untuk duduk.

Paijo : "Terimakasih." Ucapnya sembari mengambil satu gelas minuman yang ada

di nampan dan diikuti oleh teman-temannya.

Tejo : "Walah thank you ya Mbak Caitlyne." Ucap Tejo.

Paijo : "Ngomong-ngomong kenapa masih tersisa 3 gelas nona?" Tanya Paijo.

Caitlyne : "Oh iya ini untuk Ronodimejo dan temannya nanti jika mereka kemari."

Jawab Caitlyne.

Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba terdengar suara alat musik yang membuat mereka
menoleh kearah suara tersebut.

Ronodimejo : "Hai semua apakah kalian sudah menunggu lama?" Tanya Ronodimejo.
Petter : "Belum terlalu lama." Balas Petter.

Caitlyne : "Kalian, duduklah dulu dan minumlah!" Perintah Caitlyne yang diangguki

oleh Ronodimejo dan temannya.

3 anak : "Terimakasih Mbak Caitlyne." Ucap mereka bersama sambil mengambil

minuman yang ada di nampan.

Caitlyne : "Sama-sama." Jawabnya sambil tersenyum.

Paijo : "Apakah kalian baru saja pulang latihan?" Tanya Paijo pada Ronodimejo

dan temannya.

Ronodimejo : "Iya Mas Paijo, kami baru saja pulang dan langsung kesini." Jelasnya.

Albert : "Hei ayo kita bermain rebana sekarang!" Ajak Albert tak sabaran.

Caitlyne : "Hei, sabarlah. Biarkan mereka menghabiskan minumannya dulu." Ucap

Caitlyne kesal.

Petter : "Hei Jo! Ayolah menari aku akan memainkan rebananya untkmu." Ucap

Petter yang diangguki oleh Paijo.

Paijo : "Baiklah." Balasnya sembari bangun dari duduknya dan menggandeng

tangan Caitlyne untuk mengikutinya menari.

(Lagu kesempurnaan cinta rizky febian). Tutup tirai

BAGIAN 7

Esoknya, Caitlyne pergi menjemput Ratih untuk ke tangsi dan tinggal bersamanya di tangsi. Saat
ini, mereka sedang berjalan menuju ke tangsi sambil berbincang. (suara burung berkicau)

Caitlyne : "Ratih apakah bagus bunga ini kupakai?" Tanya Caitlyne dengan senyum

mengembang.

Ratih : "Bagus, sangat cantik sepertimu." Jawab Ratih sambil tersenyum.

Caitlyne : "Oh iya Tih, menurutmu Paijo itu orang yang seperti apa? kau kan teman

kecilnya pasti kau tau banyak tentang dia." Tanya Caitlyne penasaran.
Ratih : "Ya begitulah, dia baik." Jawabnya seadanya.

Caitlyne : "Lalu, apakah selama ini Paijo pernah memiliki pasangan?" Tanya Caitlyne

yang berhasil membuat raut wajah Ratih sedikit berubah.

Ratih : "Pasangan? Pasangan seperti apa yang kau maksud?" Tanya Ratih sedikit

sarkas.

Caitlyne : "Ehmm.. kekasih mungkin?" Tanya Caitlyne ragu-ragu.

Ratih : "Dia hanya dekat denganku tidak ada yang lain. Mengapa? Kau suka

dengannya?" Tanya Ratih sarkas.

Caitlyne : "Tidak tahu aku bingung. Saat bersama Paijo, aku merasa senang dan

jantungku selalu berdebar. Aku juga kagum dengan Paijo karena dia

sangat hebat! Jadi aku bingung sebenarnya aku suka dengannya atau

tidak?" Tanya Caitlyne dengan wajah bingung.

Ratih : "Cinta itu bisa datang kapan saja nona, tapi ku sarankan sebaiknya kau

jangan mendekati Paijo karena kalian berbeda." Ucap Ratih yang

membuat Caitlyne sedikit bingung.

Caitlyne : "Maksudmu?" Tanya Caitlyne bingung.

Ratih : "Tidak apa, kau kan orang asing, Ibu Paijo tidak akan merestui kalian."

Ucap Ratih yang membuat Caitlyne sedih.

Caitlyne : "Entahlah aku bingung." Ucapnya pasrah.

Ratih : "Sudah mari kita lanjutkan perjalanan. Ayahmu pasti sudah menunggumu."

Ucap Ratih dan diangguki oleh Caitlyne.

Mereka kemudian berjalan kembali dan akhirnya sampai di tangsi.

Tutup tirai

BAGIAN 8
Pagi ini, Caitlyne sedang berjalan-jalan sendirian di dekat taman. Saat sampai di taman, ia
melihat Ratih yang sedang duduk sendirian sambil menulis sesuatu. Kemudian, Caitlyne
langsung duduk disebelah Ratih. (suara burung berkicau, suara suasana yg segar)

Ratih : "Ada apa nona kesini?" Tanya Ratih.

Caitlyne : "Aku sedang berjalan-jalan disekitar sini tadi, dan aku melihatmu jadi aku

kemari." Jawabnya.

Caitlyne : "Oh iya ayo ikut aku melihat para militer berlatih." Ajak Caitlyne.

Ratih : "Baiklah ayo, tapi sebelum itu aku akan mengambilkan minum dulu untuk

mereka, mau pergilah dulu nanti aku menyusul." Jelas Ratih.

Caitlyne : "Baik aku tunggu, hati-hati ya." Balas Caitlyne.

Kemudian Caitlyne langsung menuju ketempat para militer berlatih. Sedangkan Ratih, bergegas
menuju dapur mengambil minum untuk para militer.

Tutup tirai

Ratih : "Nona apakah mereka belum selesai berlatih?" Tanya Ratih pada Caitlyne.

Caitlyne : "Belum, duduklah dulu! Dan letakkan saja nampan itu." Balas Caitlyne.

Ratih : "Baik." Jawabnya sambil meletakkan nampan dan duduk di sebelah Caitlyne.

Setelah percakapan tadi, mereka terdiam dan fokus menonton para militer yang sedang
berlatih. Paijo memimpin pasukan, di sana ia terlihat sangat gagah dan membuat Ratih sangat
kagum.

Caitlyne : "Ratih?" Panggil Caitlyne saat melihat Ratih begitu asik memandang kearah

Paijo sampai dia tak sadar bahwa dia memanggilnya. (Caitlyne

melambaikan tangannya di depan wajah Ratih.) (suara nada yg membuat caitylne


marah)

Ratih : "Hah? Kenapa?" Tanya Ratih kaget.

Caitlyne : "Asik sekali sepertinya mau melihat mereka, kenapa?" Tanya Caitlyne.

Ratih : "Ehmm.. aku kagum dengan mereka semua, mereka terlihat begitu gagah."
Ucap Ratih.

Caitlyne : "Mereka? Kulihat kau daritadi hanya memperhatikan Paijo." Ucap Caitlyne

sinis sambil memakan buah apel di tangannya.

Ratih : "Paijo bersama mereka nona." Ucap Ratih sedikit kesal.

Caitlyne : "Sudah latihannya, lanjutkan saja nanti istirahatlah!" Teriak Caitlyne yang

membuat para militer membubarkan barisannya.

Tejo : "Tih, ndi ombene?" Tanya Tejo.

Ratih : "Nyah!" Balas Ratih sambil menggeser nampan berisi minum itu kearah Tejo.

Tejo : "Lahkok uduk kopi Tih?" Protes Tejo.

Ratih : "Protes wae si, gulane ki entek. Lagi larang gula ki." Balas Ratih kesal.

Tejo : "Lah Tih, ra modal temen. Tukuo rono!" Ucap Tejo yang membuat Ratih kesal.

Ratih : "Sik meh ngombe ya sapa kok aku sek kon tuku " Sewot Ratih.

Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba datanglah Ronodimejo dan teman-temannya yang
membuat mereka semua menghentikan perbincangannya.

Ronodimejo : "Hei Mba, Mas." Sapa Ronodimejo.

Caitlyne : "Eh kalian, kemari duduk dulu." Perintah Caitlyne yang membuat mereka

semua segera duduk.

Ronodimejo : "Ngomong-ngomong siapa Mbak itu?" Tanya Ronodimejo sambil

menunjuk Ratih.

Caitlyne : "Oh iya No, dia temanku Ratih." Jelas Caitlyne.

Caitlyne : "Oh iya Ratih, kamu tidak membutakan minum untuk mereka juga ya?"

Tanya Caitlyne.

Ratih : "Iya nona maafkan saya. Saya tidak tahu kalau ada mereka juga." Jawab

Ratih sambil menunduk.

Ratih : "Kalau begitu biar saya buatkan lagi." Sambung Ratih sambil beranjak
dari duduknya.

Ronodimejo : "Tidak usah Mbak. Kami belum haus nanti saja." Ucap Ronodimejo

kepada Ratih.

Ratih : "Ehm.. baiklah." Ucap Ratih sambil kembali duduk.

Paijo : "Adik-adik tolong mainkan rebananya bisa? Aku ingin mengajak Nona

Caitlyne menari lagi." Ucap Paijo kepada Ronodimejo dan temannya

kemudian langsung menghampiri Caitlyne dan menggandeng tangannya

untuk berdiri dan menari bersamanya.

Duliyat : "Baiklah Mas." Balas Duliyat sambil memulai memainkan rebananya.

Paijo : "Ayo Nona, menarilah bersamaku." Ajak Paijo yang membuat Caitlyne

sedikit salah tingkah.

Caitlyne : "Ah ... Iya." Balas Caitlyne sambil mengikuti Paijo.

Tejo : "Heh Jo! Tunggu.. aku ya melu!" Teriak Tejo sambil mengikuti Paijo.

Petter : "Kau mau ikut tidak? Aku mau ikut mereka." Tanya Petter pada Albert.

Albert : "Ayo." Balas Albert.

Setelah itu, mereka semua mengikuti Paijo dan Caitlyne menari bersama. Pemandangan itu
membuat Ratih kesal. Tiba-tiba, saat sedang menari kaki Caitlyne terkilir. (Sound suara kesal
dan marah)

Caitlyne : "Awh..." Rintih Caitlyne yang membuat semua yang ada di sana menoleh

kearahnya.

Paijo : "Nona Caitlyne, kau tidak apa-apa?" Tanya Paijo sambil membantu

Caitlyne berdiri dan memapahnya untuk duduk.

Kemudian, para militer pun langsung menghampiri Caitlyne termasuk Ronodimejo, Duliyat,
Rejotaruna, dan Ratih. Melihat interaksi Paijo dan Ratih, membuat Ratih semakin kesal.

Ratih : "Nona Caitlyne, kau baik-baik saja?" Tanya Ratih.


Caitlyne : "Tidak apa Tih. Hanya terkilir sedikit." Balas Caitlyne.

Paijo : "Nona sebelah mana yang sakit? Biar saya urut." Tawar Paijo.

Caitlyne : "Sebelah sini." Balas Caitlyne sambil menunjuk kakinya yang sakit.

Paijo : "Ah baiklah." Ucap Paijo sambil melepaskan sepatu Caitlyne dan mulai

mengurutnya.

Paijo : "Kalian pergilah! Jangan mengerumuni Nona Caitlyne." Perintah Paijo

yang membuat semuanya pergi kecuali Ratih. (sound dengdengdengdeng)

Ratih : "Jo, biar aku saja yang mengurut kaki Nona Caitlyne." Tawar Ratih.

(sound bawaan dengan situasi amarah)

Paijo : "Diamlah Tih! Biar aku saja." Ucap Paijo dengan nada sedikit tinggi.

Ratih : "Ah... iya maaf." Balas Ratih.

Paijo : "Seharusnya mau tidak menggunakan sepatu tinggi ini saat menari!"

Kesal Paijo.

Paijo : "Begini kan akhirnya, kakimu jadi terkilir." Sambungnya.

Caitlyne : "Oh apakah kau khawatir denganku?" Godanya yang membuat Paijo

gugup.

Paijo : "Ah tidak, aku hanya merasa bersalah sama." Jawabnya berusaha tidak

peduli.

Caitlyne : "Benarkah itu?" Tanyanya lagi.

Paijo : "Ya benar. Kakimu sudah membaik bukan? Tanyanya pada Caitlyne.

Ratih : "Iya nona apakah masih sakit?" Tanya Ratih.

Caitlyne : "Sudah tidak." Jawabnya.

Ratih : "Baiklah mari saya antar nona ke kamar untuk beristirahat." Sambung

Ratih.
Paijo : "Tidak Tih. Biar aku saja kau pergilah dulu." Perintah Paijo.

Ratih : "Tapi Jo...." Ucap Ratih yang terpotong oleh Paijo.

Paijo : "Pergi Ratih! Biar aku saja" Ucap Paijo dengan nada sedikit tinggi.

Ratih : "Ah baiklah maaf..." Jawabnya sembari pergi dari sana.

Paijo : "Ayo nona, saya antar nona ke kamar." Ucap Paijo sambi memapah

Caitlyne.

Caitlyne : "Kenapa kamu membentak Ratih?" Tanya Caitlyne kesal.

Paijo : "Maaf, aku tidak sengaja." Jawabnya.

Caitlyne : "Kau harus minta maaf dengannya ya." Perintah Caitlyne.

Paijo : "Baiklah, sudah sampai kau masuklah dan berisitirahat." Ucap Paijo yang

diangguki Caitlyne.

Caitlyne : "Terimakasih." Balas Caitlyne sembari masuk ke dalam asrama.

Tutup tirai

BAGIAN 9

Esoknya, para militer sedang beristirahat setelah latihan. Mereka duduk sambil
berbincang-bincang. Setelah beberapa saat, tiba-tiba Caitlyne dan Ratih datang dengan
membawa nampan yang berisi minuman.

Caitlyne : "Hei, ini minum kalian. Minumlah dulu." Ucap Caitlyne yang baru saja

datang dengan Ratih dan membawa nampan lalu duduk, kemudian diikuti

oleh Ratih sembari meletakkan nampan yang ia bawa.

Tejo : "Tumben kopi Tih, biasane air putih." Ucap Tejo sambil melirik Ratih.

Ratih : "Karepmu Tejo, serba salah aku." Balasnya.

Caitlyne : "Kalian ini setiap hari bertengkar terus, apa tidak bosan?" Tanya Caitlyne

sambil tertawa.
Paijo : "Awas nanti malah berjodoh kalian." Ledek Paijo.

Ratih & Tejo : "Tidak akan!" Teriak mereka bersamaan yang di balas tawaan oleh teman-

temannya.

Saat mereka sedang bersenda gurau bersama, tiba-tiba Ronodimejo dan teman-temannya
datang. Seperti biasa, mereka membawa rebana kesayangan mereka.

Ronodimejo : "Sedang apa kalian? Seru sekali sepertinya." Tanya Ronodimejo yang baru

saja datang yang membuat semua orang yang ada di sana menoleh

kearahnya.

Caitlyne : "Kami hanya sedang berbincang, Kemarilah!" Ajak Caitlyne.

Petter : "Akhirnya kalian datang, kami sudah menunggu kalian sejak tadi." Ucap

Petter.

Ronodimejo : "Maaf Mas, kami sedikit terlambat." Balasnya.

Tejo : "Hey apakah aku boleh meminjam ini?" Tanya Tejo kepada Ronodimejo

dan teman-temannya sambil menunjuk rebana.

Rejotaruna : "Tentu saja boleh Mas." Balasnya.

Tejo : "Aku akan memainkannya lebih baik daripada Paijo. Aku akan tunjukkan

kepada kalian." Ucapnya sombong.

Albert : "Hahahaha terserahmu saja." Ucap Albert sambil tertawa.

Kemudian, Tejo mulai memainkan rebana yang ia pegang. Melihat teman-temannya yang
sedang sibuk dengan rebana, Paijo mengambil kesempatan itu untuk bisa berduaan dengan
Caitlyne. Dia menghampiri Caitlyne dan kemudian mengajaknya menari bersama.

Paijo : "Nona ayo ikut denganku." Ajaknya pada Caitlyne dan menggandeng

tangan Caitlyne untuk berdiri dan menari bersamanya.

(Lagu surat cinta limey jarwoo, bbrpa mnit sja)

Ratih yang melihat itu merasa kesal. Dia langsung ikut berdiri dan mengikuti Paijo untuk ikut
menari.
Ratih : "Jo, tunggu! Aku juga ingin ikut kenapa kau tidak mengajakku?" Teriak

Ratih kesal.

Paijo : "Kau bisa ikut sendiri bukan? Kenapa harus menunggu ku ajak." Balas

Paijo yang membuat Ratih semakin kesal.

Caitlyne : "Ayo Tih kau bisa ikut bersamaku." Ajak Caitlyne dan langsung

menggandeng Ratih untuk menari bersamanya. Dan diikuti oleh Paijo

di belakangnya.

Albert : "Petter, ayo ikut mereka." Ajak Petter sambil menunjuk Paijo dan

Caitlyne.

Kemudian mereka semua menari bersama-sama dengan iringan rebana dari Tejo, Duliyat, dan
Ronodimejo. Saat mereka semua sedang menari, Paijo memerhatikan Caitlyne dan dia melihat
Caitlyne menggunakan sepatu itu lagi saat menari. Karena tidak ingin kejadian kemarin
terulang, Paijo bergegas mengajak Caitlyne untuk berhenti menari terlebih dahulu. Kemudia
Paijo langsung menghampiri Caitlyne dan menarik lengan Caitlyne yang membuat Caitlyne
berhenti menari.

Caitlyne : "Ada apa Jo?" Tanya Caitlyne bingung.

Paijo : "Sebentar." Jawabnya sambil membungkukkan badannya dan

melepaskan sepatu Caitlyne.

(sound seperti orang perhatian)

Paijo : "Kau tidak ingin jatuh lagi kan?" Tanya Paijo kemudian bangun setelah

selesai melepaskan sepatu Caitlyne.

Caitlyne : "Ah iya terimakasih." Jawab Caitlyne sedikit salah tingkah.

Paijo : "Lain kali jangan memakai sepatu ini lagi jika ingin menari. Sebaiknya

lepas saja." Jelas Paijo.

Caitlyne : "Baiklah ayo kita menari lagi Jo." Ajak Caitlyne sambil menarik lengan

Paijo untuk mengikutinya.


Kemudian mereka kembali menari bersama lagi, pemandangan tadi tidak lepas dari penglihatan
Ratih. Ratih yang melihatnya semakin kesal, kemudian muncullah ide jahat darinya untuk
menyakiti Caitlyne. Ia langsung menghampiri Caitlyne dan menarik lengannya untuk menari di
tempat yang sedikit jauh dari Paijo. Saat mereka sedang menari, Ratih sengaja membuat
Caitlyne tersandung hingga jatuh. Walaupun Ratih dan Caitlyne jauh dari Paijo, tetapi Paijo
tetap melihat perbuat Ratih itu. (sound situasi amarah dan menyebalkan)

Caitlyne : "Awh.. sakit." Rintihnya sambil memegangi lututnya.

Ratih : "Nona kau tidak apa apa?" Tanya Ratih berpura-pura panik.

Paijo : "Caitlyne!" Teriak Paijo panik sambil berlari menghampiri Caitlyne.

Teriakan dari Paijo membuat semua yang sedang fokus dengan aktifitasnya, langsung menoleh
kearah mereka. Dan saat melihat Caitlyne sedang memegangi lututnya, semua yang ada di sana
langsung berlari menghampiri Caitlyne. (sound situasi yang memperhatinkan)

Paijo : "Nona apakah ada yang terluka?" Tanyanya panik.

Caitlyne : "Tidak apa Jo, tidak luka. Hanya saja lutut ku sakit." Balas Caitlyne.

Paijo : "Ratih! Maksud kamu apa mencelakai Nona Caitlyne?!" Tanya Paijo

dengan nada tinggi dan membuat semua yang ada di sana bingung

termasuk Caitlyne.

Ratih : "Maksud kamu apa Jo?" Tanya Ratih berpura-pura bingung.

Paijo : "Tidak usah pura-pura tidak tahu! Kau sengaja bukan menyandung kaki

Nona Caitlyne?!" Tanyanya dengan nada tinggi.

Ratih : "Aku tidak sengaja Jo...." Jawab Ratih dengan muka sedih.

(sound situasi yang menegangkan)

Tejo : "Jo, tidak seharusnya kau membentaknya seperti itu." Ucap Tejo pada

Paijo.

Paijo : "Tapi dia salah! Kenapa kau membelanya?!" Kesal Paijo.

Tejo : "Dia perempuan Jo! Kau tidak seharusnya membentak perempuan!"

Balas Tejo dengan nada tinggi.


Ratih : "Sudah, kalian jangan bertengkar aku minta maaf jika aku salah Jo."

Ucapnya dengan nada sedih dan langsung berlari meninggalkan mereka

semua.

Tejo : "Ratih! Ratih!" Teriak Tejo sambil mengejar Ratih.

Caitlyne : "Kenapa kau membentak Ratih lagi Jo?" Kesal Caitlyne.

Paijo : "Aku marah padanya karena dia sudah melukaimu." Ucapnya kesal.

Ronodimejo : "Mas Paijo, Mbak Caitlyne aku dan teman-teman ijin pulang ya." Pamit

Ronodimejo.

Duliyat : "Mbak Caitlyne cepat sembuh ya, kami pamit pulang dulu." Sambung

Duliyat.

Petter : "Nona Caitlyne, kamu juga pamit untuk kembali ke asrama." Pamit Petter.

Albert : "Iya, cepat sembuh nona." Sambung Albert.

Caitlyne : "Iya terimakasih." Balas Caitlyne.

Paijo : "Ayo nona, saya antarkan ke asrama." Tawar Paijo.

Caitlyne : "Tidak usah." Jawab Caitlyne singkat.

Paijo : "Tapi Nona...." Ucap Paijo yang terpotong oleh Caitlyne.

Caitlyne : "Kau pergilah meminta maaf pada Ratih. Aku akan kembali ke asrama

sendiri." Balasnya singkat sambil melenggang pergi meninggalkan Paijo.

Setelah Caitlyne pergi, Paijo langsung terpikirkan dengan kejadian tadi dan merasa bersalah
dengan Ratih.

Paijo : "Apa aku tadi terlalu kasar dengan Ratih?" Gumam Paijo.

Paijo : "Baiklah aku akan meminta maaf padanya." Sambungnya.

Kemudian, setelah itu Paijo langsung melenggang pergi untuk mencari Ratih.

Tutup tirai
Saat dia sampai di taman, dia melihat Ratih sedang duduk, dia langsung menghampiri Ratih.
(situasi yg membingungkan)

Paijo : "Ratih!" Teriaknya memanggil Ratih yang sedang duduk di taman.

Ratih : "Kenapa?" Tanyanya singkat.

Paijo : "Kau sendiri disini?" Tanya Paijo sambil duduk di sebelah Ratih.

Ratih : "Cepat apa yang ingin kau katakan? Tidak usah buang-buang waktu."

Ucap Ratih dengan nada kesal.

Paijo : "Maafkan aku Tih. Aku benar-benar tidak sengaja membentakmu tadi."

Jelas Paijo.

Ratih : "Iya, tidak apa. Aku tidak marah denganmu." Ucapnya singkat.

Paijo : "Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke asrama kau mau ke asrama

bersamaku?" Tawarnya kepada Ratih.

Ratih : "Baiklah ayo." Ajaknya sambil menarik lengan Paijo menuju ke asrama.

Tutup tirai

BAGIAN 10

Keesokan harinya, Caitlyne, Ratih, Paijo, dan temannya yang lain serta 3 anak rebana sedang
berada di tangsi untuk bersiap melakukan pertunjukan di depan para warga untuk menghibur
mereka. Saat ini, Caitlyne dan Ratih sedang menyapu tempat yang akan di gunakan untuk
pertunjukan nanti. Pada saat menyapu tiba tiba datanglah jendral van tampa di sadari. (suara
sepatu berjalan & suasana yg terkejut)

Paijo : Jendral? Kapan anda datang?" Tanya paijo terkejut

Caitylne : aku sangat merindukanmu papa" ucap caitlyne menoleh kearah Jendral van seraya
berjalan mendekati jendral van dan memeluknya

Jendral van : Baru saja Jo?" Jawabnya

(Kedumbrang dumbrang suara rebanaa datang)


3 Anak : "Assalamualaikum Mbak Mbak." Ucap mereka bertiga secara bersamaan rebana
saat baru saja sampai di tangsi.

Ratih : "Waalaikumsalam, kalian datang tepat waktu." Jawab Ratih tersenyum. Tak

lama, keluar Paijo dan Tejo dari tangsi secara bersamaan.

Tejo : "Apakah sudah di mulai acaranya?" Tanya Tejo tiba-tiba yang dibalas

endikan bahu oleh Paijo.

Caitlyne : "Kita tinggal menunggu para warga datang dan juga Pak Lurah. Semoga

mereka cepat datang." Jelas Caitlyne.

Tak lama datanglah segerombolan para warga beserta pak lurah. Dan ada juga yang berjualan
makanan, untuk mengganjal perut saat paijo dan teman temannya menampilkan tarian dolalak.

(Telo telo telo gedhog e mas mba monggo ditumbas, dijamin manis nggih koyo bakule ehehehe,
piroan ki telone nek tuku telone entuk bakule pora hahaha (tejo))

Jenderal : "They've come. Welcome all;" ucap sang jenderal seraya tersenyum namun

malah mendapat tatapan bingung dari Bapak Ratih dan para warga yang

lain.

Caitlyne : "Sugeng Rawuh. Monggo pinarak" Jelas Caitlyne dengan logat jawa yang

lucu dan disambut tawa oleh semuanya.

Pak lurah : "Nggih mba maturnuwun" seraya duduk diikuti para warga yang lain

(Kacang kacang kacange mba mas )

Ratih : "Caitlyne, ayo kita singkirkan dulu sapunya. Tidak elok di pandang." Ajak

Ratih menarik Caitlyne.

Kemudian rebana sudah mulai di mainkan oleh Ronodimejo dan teman-temannya, Paijo dan
yang lainnya juga sudah mulai menari. Sedangkan para warga dan yang lainnya asik menonton
sambil membeli dan menikmati makanan yang di jual di tempat pertunjukkan itu. Tak lama,
Caitlyne dan Ratih datang dan langsung mengambil posisi duduk di samping anak rebana dan
mulai menyanyi.
Caitlyne : " do la la do la la " senandung Caitlyne.

Ratih : " do la la do la la " sambung Ratih.

Paijo dan temannya yang lain terus menari dengan iringan dari rebana dan lagu yang
dinyanyikan oleh Caitlyne dan Ratih.

Pak Lurah : " Wah saya baru tahu kalau Paijo pandai menari, bagus ya tariannya apa si itu
namanya." Gumamnya sambil fokus menonton pertunjukkannya.

Caityline : " Bagaimana jika tarian ini diberi nama DOLALA."

Pak Lurah : " Saya harap tari dolala ini bisa berkembang menjadi kebudayaan khas Purworejo."

Setelah pertunjukkan selesai, semuanya kembali ke tempat dan rumahnya masing masing.

Tutup tirai

TAMAT

Kesimpulan dari drama yang sudah kami tampilkan

Tari Ndolalak muncul sebagai tiruan dari gerakan dasar para serdadu Belanda. Pengembangan
tarian ini dilakukan oleh tiga orang pemuda dari Sejiwan, Kecamatan Loano, Purworejo. Mereka
bernama Ronodimejo, Duliyat, dan Rejotaruna. Tarian ndolalak ini, awalnya dilakukan oleh para
laki-laki. Namun, sering dengan berjalan dan berkembangnya zaman, tarian ndolalak saat ini
dominan dilakukan oleh seorang perempuan meskipun terkadang masih ada penari laki-laki.
Lagu sholawat pada iringan tari dolalak saat ini muncul karena adanya akulturasi masuknya
islam di Purworejo.

Selanjutnya kami tampilkan dolalak moderen dari kelas X PEMASARAN 2!

Anda mungkin juga menyukai