Anda di halaman 1dari 7

DIALOG IMAJINER

Keira Raisha XI MIPA 2 (18)


“Berjuang untuk sembuh”

Judul : Harapan tidak mengenal rasa takut

Tokoh : Kepor, ayah, Mahira, Cedin

Seorang gadis cilik bernama Kepor mempunyai mimpi untuk menjadi penulis panggung
teater. Ia sekarang hanya tinggal bersama ayahnya, ibu dari Kepor sudah wafat saat Kepor
baru beranjak usia 6 tahun karena terdiagnosis kanker paru. Sejak itu Kepor hidup dalam
mimpi bahwa suatu hari karya yang ditulisnya dapat dipentaskan di panggung teater.

*Ketukan pintu*

Ayah : Kepor tolong buka pintu nya ya nak, ayah sedang masak.
Kepor : Oke yah itu si Mahira kok. *buka pintu*
Mahira : Assalamualaikum Kepor.
Kepor : Waalaikumsalam Mahira! Sini masuk, masuk.
Mahira : Sore om.
Ayah : Eh Mahira mau numpang makan pasti ya hahahah *ketawa*
Mahira : Hahaha iya dong om sekalian bantuin si Kepor nih.
Kepor : Aduh udah yuk mah keatas aja ayah gue emang rada – rada.
Ayah : Hey berdosa sekali anaku

*Kepor, Mahira dan Ayah pun tertawa*

(Dikamar Kepor)

Kepor : Eh sumpah gue buntu banget ini naskah.


Mahira : Terakhir sampe mana ke?
Kepor : Pas si tokoh Rama mau ketemu si Talya.
Mahira : Ih lu emang ya, giliran masalah yang sedih situ lancar masa masalah
romantis gini skakmat si. Kayaknya lo harus ngalamin dulu deh biar true story
gitu loh.
Kepor : Aduh ga banget. Lu tau sendiri gua gapernah jatuh cinta.
Mahira : Ya ga harus jatuh cinta sih, kenalan aja dulu.
Kepor : Jodoh dateng kok mah tenang aja.
Mahira : Batu ah males.

Kepor tiba – tiba merasa sesak di dada dan badan langsung lemas, Kepor pun berusaha
menutupi kesakitan nya dari Mahira seakan – akan semua baik – baik saja.

*keesekoan hari*

Kepor : Yah boleh cerita ga gimana ayah sama bunda pertama kali ketemu gimana?
Ayah : Ayah kenal sama bunda itu karena sahabat ayah ngenalin ke, awalnya aku
menolak karena pada saat itu ayah lagi sibuk kuliah. Lucunya di sore hari
pada hari yang sama itu bunda sama ayah ketabrak sampai buku – buku di tangan
bunda jatuh semua. Ayah tentu langsung minta maaf dan membantu bunda.
Dari situ kita mulai kenalan.
Kepor : Wah romantic juga ya, jadi kangen bunda.
Ayah : Hahah tiada hari tanpa kangen bunda.

Kepor saat mau naik ke kamarnya merasakan hal yang dirasakan kemarin Bersama Mahira,
ia pun tidak mau membuat ayah khawatir dan langsung masuk ke kamar dengan badan yang
lemah.

Kepor : Aduh gue kenapa ya? Besok gue ke dokter deh

*keesekoan hari*

Kepor : Ayah, Kepor berngkat dulu ya.


Ayah : Loh emang kamu ada kuliah hari ini?
Kepor : Iya ada yah aku telat nih (dengan terbata – bata) pamit ya yah.
Assalamualaikum.
Ayah : Yowis hati – hati nak, walaikumsalam.

*Tiba di rumah sakit*

Kepor : Gimana dok, Cuma asma saya yang kambuh kan ya dok?
Dokter : Semoga engga ya, barusan kita sudah melakukan beberapa tes. Untuk
memastikan hasilnya kamu minggu depan kesini lagi ya. Untuk sekarang kamu minum resep
obat ini dulu, sehari sekali setiap makan ya tapi jika sakit nya tiba – tiba kamu langsung
minum saja.
Kepor : Baik terima kasih dok.

Beberapa hari berlalu, Kepor mulai batuk – batuk, muka pucet, rambut perlahan merontok
dan dada kadang sesak. Ia masih berhasil mengumpatkan semua kesakitan ini depan
ayahnya.

*seminggu kemudian*
(di rumah sakit)

Dokter : Kepor, silahkan duduk.


Kepor : Gimana dok hasilnya?
Dokter : Dari hasil pemeriksaan, ada kabar buruk yang saya harus sampaikan.
ditunjang dengan pemeriksaan lab dan CT yang kita lakukan kemarin, Kepor
menderita kanker paru stadium akhir.S ayangnya, sampai saat ini terapi
kanker seperti kemoterapu atau radiasi tidak dapat menyembuhkan kanker
secara sempurna. Namun demikian ada beberapa hal yang dapat kita
lakukan untuk membuat kamu merasa lebih baik.

Kepor pun diam dan tidak bisa berkata – kata. Ia bingung harus bicara dengan siapa dan
memikirkan masa depannya bagaimana. Setelah pertemuan dengan dokter Kepor pulang
dengan tangisan yang tidak berhenti. Ia diperkirakan mempunyai waktu 8 bulan untuk
penyembuhannya.
*buka pintu rumah*

Ayah : Kamu kenapa nangis? (dengan panik) cerita sama ayah.


Kepor : Yah maafin kepor yah, maafin kepor (sambal nangis)
Ayah : Ada apa nak kamu kenapa?
Kepor : Kepor barusan ke dokter
Ayah : Ya Allah kamu memang selama ini sedang tidak enak badan? Kamu kok
gabilang ayah kalau kamuke dokter?
Kepor : Aku kena kanker paru yah (terjerit nangis)

Ayah kepor langsung menangis dan meluk Kepor sambil menghelus – helus rambutnya.
Beberapa hari berlalu Kepor siap membawa berita buruk untuk sahabat tercintanya.

(DI Kamar Kepor)

Mahira : Ke gimana naskahnya?


Kepor : Gatau mau dilanjutin apa engga nih
Mahira : Loh kenapa? Padahal itu sedikit lagi!
Kepor : Mah, gue mau ngasih kabar buruk.
Mahira : Ada apa ke?
Kepor : Gue terdiagnosa kanker paru mah, sama kyk ibu ku.
Mahira : (sambal nangis) hah Lo sejak kapan sakit, selama ini lo emang sakit?
Kepor : Beberapa minggu ini gue ngumpetin rasa sakitnya dari lo mah, soalnya gue
kira Cuma asma gue doang yang kambuh.
Mahira : Ya Allah Ke buat apa coba kamu nutup – nutupin, aku selalu ada di s
sampingmu ke.

Beberapa hari telah tiba Kepor masih ingin mewujudkan naskah nya agar di tampilkan di
seni teater. Ayah dan Mahira pun mendukung. Naskah pun dilanjutkan dan setelah 1 bulan
naskah pun jadi. Namun, kepor masih ragu dengan adegan Rama dan Talya. Pada suatu hari
Kepor sedang menonnton pertunjukan teater ia pun tertarik dengan salah satu tokohnya
yaitu Cedin. Setelah pertunjukan selesai, Mahira melihat bahwa Kepor salting depan Cedin
ia pun langsung menyuruh Kepor untuk kenalan dengannya.

Mahira : Ehem, liatin siapa tuh


Kepor : Engga ga liatin siapa – siapa
Mahira : Seorang Kepor for the first time tertarik duluan sama cowo? OMG!
Kepor : Ih apasii Mah, menurut gue dia keren aktingnya itu aja sih bukan suka.
Mahira : Oke buktiin coba.
Kepor : Buktiin gimana tuh (dengan malu)
Mahira : Itu dia lagi sendiri coba samperin minta tanda tangannya.
Kepor : Ngapain ah kurang kerjaan banget.
Mahira : Yaudah gua panggil aja orangnya
Kepor : EH JANGAN (teriak Kepor)
(Cedin pun tertengok karena suara keras namun lembut itu)

Mahira :Eh nengok dia ke, buruan samperin.

Akhirnya Kepor samperin

Kepor : Hai, uh.. boleh kenalan?


Cedin : Iya sini duduk aja.
Kepor : kenalin aku Kepor, panggil aku Keke
Cedin : aku Cedin panggil aku Cece
Kepor : (ketawa)

Setelah 10 menitan ngobrol Kepor pun disuruh pulang oleh ayah.

Kepor : Eh yaudah, udah malem nih. Aku duluan ya. Assalamualaikum.


Cedin : waalaikum—Eh tunggu.. boleh minta nomor telfonnya?
Kepor : Oh okeoke ini ya 08******
Cedin : sampai jumpa Kepor.
Disinilah Kepor pertama kalinya merasakan Love at first sight. Ia bingung kenapa hati
berdenyut sangat cepat dan badan panas – panas saat dengan Cedin. Inikah yang namaya
cinta dipikirnya. Cedin dan Kepor mulai chat an dan sering ketemu walaupun hanya
sebentar. Semakin hari Kepor semakin suka dengan si Cedin. Begitu juga sebaliknya. Kepor
mulai menyusun ulang naskah adegan Rama dan Talya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Pada suatu hari ada sebuah kompeni yang menyetujui naskah Kepor dan butuh waktu
sekitar 7 bulan untuk mempersiapkan seni teaternya. Kepor dengan sakit – sakitan mulai
mencasting, menyusun dan menyiapkan seni teater dengan bantuan Cedin, Mahira dan
ayahnya. Perlahan – lahan Kepor mulai mempunyai harapan untuk membangun mimpinya.

Kepor : Oke untuk hari ini cukup sampai sini ya latihannya, kita ketemu besok lusa,
makasi semuanya!
Cedin sedang melihat Kepor menutupi latihan tiba tiba kepor memegang dada dan pingsan.
Cedin pun panik dan segera membawa Kepor ke ambulans.

Cedin : Kamu gapapa ke?


Kepor : (Terbangun di tempat tidur rumah sakit) Iya gapapa ced (dengan lemas)
Cedin : Kamu istirahat dulu ke untuk beberapa minggu saran dokter.
Kepor : Tapi.. teater..
Cedin : Tenang ke kan ada aku, Mahira sama ayahmu yang bisa bantu
menggantikan latihannya.

Masuk ke bulan ke 6 badan kepor semakin hari semakin lemas, rambut mulai rontok dengan
banyak, mata udah susah untuk focus namun Kepor masih mempunyai harapan untuk
membangun mimpinya.

Dokter : Kepor, kamu sedang dalam proses pengobatan, kami gab oleh kelelahan
seperti ini lagi. Atau sel – sel kanker bisa kembali aktif karena keadaan tubuh yang tidak
prima. Selain mental, kemampuan fisik juga pasti akan berubah Ke.

Setiap hari Kepor mengucapkan dalam hati


“ Aku ingin sembuh, aku ingin hidup, aku ingin pertunjukanku tetap berjalan!”
Hari operasi Kepor telah tiba tumor aktif di paru sebelah kiri akan diangkat. Tibanya dirumah
sakit Bersama ayah, mahira, dan cedin. Perawat dam ayah mendorong tempat tidur Kepor
menyusuri Lorong rumah sakit menuju kamar operasi. Ayah di samping Kepor sambal terus
mendekap tangan Kepor. Tiga jam berlalu, tim dokter masih berusaha keras melakukan yang
terbaik. Satu jam kemudian seorang perempuan berpakaian operasi keluar dari ruang
tempat Kepor dibedah. Ayah Kepor lari menghampirinya.

Ayah : Gimana anak saya?


Dokter : operasinya sukses. Tumor di paru kirinya sudah berhasil kami angkat. Dan
dia bertahan. Selamat, pak.
Cedin, Mahira dan ayah pun senang seperti disiram oleh seember es batu yang sangat segar

Setelah beberapa hari di rumah sakit akhirnyab Kepor boleh beraktivitas dengan normal
kembali dengan beberapa syarat dari dokter. Disini kepor mulai melanjutkan mimpinya lagi.

“akhirnya malam ini tiba, malam yang aku impikan selama berathun – tahun”

Malam yang ia perjuangkan, bahkan dengan nyawanya. Genung seni Jakarta tampak ramai
penonton.

Kepor : oke semuanya, tampil serius dan terbaik karena ini malam kita. Rileks
jangan gugup ya.

Tirai panggung berwarna merah marun mengawali jalannya pertunjukan. Dua jam berlalu
tanoa terasa. Semua penonton standing applaue. Tepuk tangan sangat keras di seantro
ruang pementasan. Mimpi Kepor akhirnya terwujud di malam ini karena ia mempunyai
harapan yang tinggi dan berjuang sepenuh hati.

Anda mungkin juga menyukai