Disusun Oleh:
Kelompok SGD 11
Tutor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah Evidence Based Medicine
yang berjudul “ Diabetes Melitus Tipe 2” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka
dari itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Hardinata, S.Ked., sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 11 yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami dalam
berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk menyusun makalah
ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
banyak orang.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
1.1 Skenario............................................................................................................................1
BAB IV Kesimpulan..................................................................................................................5
Daftar Pustaka............................................................................................................................6
Lampiran Jurnal.........................................................................................................................7
iii
BAB I
Formulasi Pertanyaan Klinis Dan Pencarian Literatur
I.1 Skenario
“DIABETES TIPE 2”
Seorang pria usia 67 tahun bernama Tn A, diantar oleh anaknya datang ke poli
penyakit dalam dengan keluhan lemas, sering merasa haus, sering merasa lapar, dan
frekuensi buang air kecil yang meningkat. Keluhan ini telah dialami satu bulan yang
lalu namun memberat satu minggu terakhir. Dari anamnesis yang didapatkan diketahui
pasien memiliki kebiasaan minum kopi 3xsehari. Selain itu, ia juga merupakan perokok
aktif dan sering mengonsumsi makanan manis. Meskipun begitu, Tn A masih mampu
menjalani aktivitas fisik seperti berdagang di pasar.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan hasil tekanan darah 160/100 mmHg,
nadi 100x/menit, suhu 36,5 ⁰C, berat badan menurun dari 80 kg menjadi 75 kg, dan
tinggi badan 165cm. Ketika dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil GDP
250 mg/dL dan GDS 300 mg/dL, dan HbA1c 6,5%.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dokter mendiagnosa Tn A menderita
Diabetes Melitus Tipe 2 kemudian melakukan penatalaksanaan berupa pemberian obat
metformin dan mengedukasi pasien agar mengubah pola hidup seperti mengurangi
konsumsi kopi dan rokok serta berhenti mengonsumsi makanan yang manis. Setelah
satu bulan mengonsumsi metformin Tn A tidak merasakan perubahan yang signifikan
terkait keluhan yang dialami. Kemudian, Tn A kembali mengunjungi rumah sakit untuk
berkonsultasi dan menjalani pemeriksaan kadar gula darahnya. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa kadar GDP dan GDS hanya mengalami sedikit penurunan dan
masih berada di atas batas normal sehingga keluhan masih dirasakan pasien. Dokter
kemudian meresepkan terapi kombinasi obat yaitu dafagliflozin dan metformin untuk
memperbaiki kondisinya.
I.2 Formulasi Pertanyaan
I.2.1 Formulasi pertanyaan klinis
Apakah pemberian terapi kombinasi (dafagliflozin + metformin) lebih efektif daripada
pemberian obat monoterapi metformin?
I.3 Struktur PICO
P (Patient) : Pasien laki-laki 67 tahun dengan diabetes melitus tipe 2
1
I (Intervention) : Dorzagliatin + metformin
C (Comparison) : Placebo + Metformin
O (Outcame) : Menurunkan gula darah, menurunkan kadar HbA1c
2
Lei, Ling Li, Longyi Zeng, Xiaoying Li, Xinghua Hou, Yu Zhao, Tianxin Hu, Xiaoyun Ge,
Guiyu Zhao, Yongguo Li, Yi Zhang, Li Chen
Struktur PICO Analisis Pada Jurnal
P (Patient/ Population) Pada pasien cina dengan diabetes tipe 2
I (Intervention) Monoterapi dorzagliatin
C (Comparasion) Plasebo
O (Outcome) Menurunkan kadar HbA1c dan glukosa darah
4
ranging, controlled follow up penelitian alamiah
randomised, trial (RCT) secara (1:1) penyakit,
double-blind, lengkap perlakuan
placebo- dan
controlled, pengukuran
phase 2 study hasil
4. dorzagliatin in Terdapat Terdapat Double Terdapat Terdapat
drug-naïve randomisasi intention blinding persamaan persamaan
patients with dengan to treat kedua perlukuan
type 2 diabetes: metode analysis kelompok baik dalam
a randomized, randomized dan di awal perjalanan
double-blind, controlled follow up penelitian alamiah
placebo- trial (RCT) secara (1:1) penyakit,
controlled phase lengkap perlakuan
3 trial dan
pengukuran
hasil
5. a phase i open- Terdapat Terdapat Double Terdapat Terdapat
label clinical randomisasi intention blinding persamaan persamaan
trial to study dengan to treat kedua perlukuan
drug-drug metode analysis kelompok baik dalam
interactions of randomized dan di awal perjalanan
dorzagliatin and controlled follow up penelitian alamiah
sitagliptin in trial (RCT) secara (1:1) penyakit,
patients with lengkap perlakuan
type 2 diabetes dan
and obesity pengukuran
hasil
5
I.5 Pilihan Jurnal
Dari perbandingan beberapa jurnal terpilih yang sesuai dengan pertanyaan klinis
yang diangkat pada skenario kasus diatas, jurnal yang sesuai dilihat dari :
Tahun terbit jurnal, melihat dari tahun terbit yang terbaru agar mendapatkan
informasi yang lebih update mengenai perkembangan pengobatan dengan
Panax ginseng
Fase klinis, telah melewati tahap pertama (studi preklinis) dan berada pada
tahap kedua (studi klinis)
Dilihat dari beberapa point diatas kami memilih jurnal yang berjudul ‘dorzagliatin add-on
therapy to metformin in patients with type 2 diabetes: a randomized, double-blind, placebo-
controlled phase 3 trial’ sebagai jurnal yang akan kami gunakan dalam telaah kritis Evidence
Based Medicine (EBM).
6
BAB II
Telaah Kritis Jurnal
Penulis : Wenying Yang 1 , Dalong Zhu 2 ✉, Shenglian Gan3 , Xiaolin Dong4, Junping
Su5 , Wenhui Li6, Hongwei Jiang7 , Wenjuan Zhao8, Minxiu Yao9 , Weihong Song10,
Yibing Lu11, Xiuzhen Zhang12, Huifang Li13, Guixia Wang14, Wei Qiu15, Guoyue
Yuan16, Jianhua Ma17, Wei Li18, Ziling Li19, Xiaoyue Wang20, Jiao’e Zeng21, Zhou
Yang22, Jingdong Liu23, Yongqian Liang24, Song Lu25, Huili Zhang26, Hui Liu27, Ping
Liu28, Kuanlu Fan29, Xiaozhen Jiang30, Yufeng Li31, Qing Su32, Tao Ning33, Huiwen
Tan34, Zhenmei An34, Zhaoshun Jiang35, Lijun Liu36, Zunhai Zhou37, Qiu Zhang38,
Xuefeng Li39, Zhongyan Shan40, Yaoming Xue41, Hong Mao42, Lixin Shi43, Shandong
7
Ye44, Xiaomei Zhang45, Jiao Sun46, Ping Li2 , Tao Yang 47, Feng Li48, Jingna Lin49,
Zhinong Zhang50, Ying Zhao51, Ruonan Li52, Xiaohui Guo53, Qi Yao54, Weiping Lu55,
Shen Qu56, Hongmei Li57, Liling Tan58, Wenbo Wang59, Yongli Yao60, Daoxiong
Chen61, Yulan Li62, Jialin Gao63, Wen Hu64, Xiaoqiang Fei65, Tianfeng Wu66, Song
Dong67, Wenlong Jin68, Chenzhong Li69, Dong Zhao70, Bo Feng71, Yu Zhao 72, Yi
Zhang72, Xiaoying Li 73 ✉ and Li Chen 72
Judul : Dorzagliatin add-on Therapy to Metformin in Patients With Type 2 Diabetes:
a Randomized, Double-Blind, Placebo-Controlled Phase 3 Trial
Tahun Terbit : 2022
Penerbit : nature medicine
8
menunjukkan efeknya pada fungsi penginderaan glukosa dari glukokinase melalui
pengaturan sekresi hormon seperti insulin, glukagon, dan GLP-1 sebagai respons terhadap
perubahan glukosa. Hasil ini menunjukkan bahwa GKA memiliki potensi untuk
meningkatkan glukosa sensitivitas dan membantu menjaga homeostasis glikemik pada
pasien dengan diabetes dan mungkin mewakili pengobatan alternatif untuk T2D.
Pengembangan GKA untuk mengobati diabetes telah mengalami perjalanan
panjang dengan banyak tantangan. Meskipun beberapa GKA telah berkembang menjadi
studi klinis, hanya sedikit yang telah dipelajari di luar fase 2 karena hipoglikemia,
hipertrigliseridemia, takifilaksis atau efek samping yang berhubungan dengan hati. Di
antara yang awalnya yang menjanjikan dari beberapa GKA, MK-0941, sebuah GKA
dengan kerja ganda, meningkatkan kontrol glikemik pada studi awal tetapi kehilangan
kemanjurannya dalam tergantung pada waktu dari 14 hingga 22 minggu pengobatan, yang
mengakibatkan tingginya insiden hipoglikemia ketika ditambahkan ke insulin glargine
dosis stabil insulin glargine dosis stabil pada pasien dengan T2D. Penjelasan utama untuk
efek ini tampaknya bahwa MK-0941 secara alosteris mengaktifkan glukokinase tetapi juga
mengurangi kerja sama enzim untuk glukosa, seperti yang ditunjukkan oleh penurunan
koefisien Hill. Ini pengurangan kerja sama dengan glukosa memungkinkan beberapa
aktivasi glukokinase bahkan pada konsentrasi glukosa rendah, yang mengarah ke sebuah
penurunan substansial dalam ambang batas GSIS. Kurangnya berkelanjutan kontrol
glikemik pada pasien dengan T2D kemungkinan disebabkan oleh aktivasi glukokinase
yang terus berlanjut dalam menghadapi normoglikemia. Oleh karena itu, sangat penting
bagi GKA untuk mempertahankan peran glukokinase sebagai sensor glukosa dengan
mempertahankan kerja sama glukosa dan menghindari aktivasi enzim yang tidak tepat
dalam kondisi kadar glukosa plasma yang rendah.
Dorzagliatin adalah GKA yang tersedia secara oral, bekerja ganda, dan lengkap
yang mengaktifkan glukokinase pankreas dan hati dengan cara yang bergantung pada
glukosa. Dorzagliatin mengatur sekresi hormon yang dirangsang oleh glukosa, seperti
insulin di pankreas dan GLP-1 di usus, sambil mengoptimalkan sinyal glukosa dan insulin
di hati untuk mengontrol metabolisme glukosa hati pada pasien T2D. Sebuah studi klinis
fase 2 (monoterapi 12 minggu) menunjukkan bahwa dorzagliatin meningkatkan indeks
disposisi glukosa dan mengurangi indeks resistensi insulin penilaian model homeostasis
homeostasis (HOMA-IR), dan efek ini dipertahankan 1 minggu setelah penghentian obat.
9
Dorzagliatin meningkatkan kontrol glikemik ketika diberikan secara oral selama 24
minggu dengan dosis 75mg dua kali sehari (BID) untuk pasien yang naif terhadap obat
dengan T2D sebagai monoterapi pada uji coba SEED fase 3 dengan peningkatan dalam
penilaian model homeostasis indeks fungsi sel 2-β (HOMA2-β) sensitivitas dan fungsi sel
β, kombinasinya dengan metformin memiliki berpotensi menawarkan manfaat sinergis
dalam pengobatan T2D. Tidak ada interaksi obat-obat antara dorzagliatin dan metformin
diamati dalam studi klinis fase 1 pada pasien dengan T2D. Di sini kami melaporkan
kemanjuran dan keamanan dorzagliatin yang dikombinasikan dengan metformin dalam uji
coba DAWN, uji klinis fase 3 pada pasien dengan T2D yang tidak dapat mencapai kontrol
glikemik yang memadai kontrol glikemik yang memadai dengan metformin saja.
II.1.3 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada jurnal ini adalah Randomized Controlled Trial
(RCT).
II.1.4 Klasifikasi Uji Klinis
1. Jenis Penelitian : Drug Trial
2. Tujuan Penelitian : Pragmatic trial, yaitu dengan analisis “Intention to treat
analysis” yang artinya, semua peserta uji klinis (terdiri dari, yang menyelesaikan
penelitian, mangkir, lost to follow up, dan meninggal) harus diikutsertakan dalam
analisis sesuai dengan alokasi awalnya. Bertujuan untuk menerapkan hasil
penelitian dalam tatalaksana pasien sehari-hari.
a (n=33) sembuh (n=330)
10
II.2 Validitas Jurnal
II.2.1 Pemilihan Sampel
a. Random Selection
Partisipan dalam penelitian tersebut direkrut dan diinvestigasi sebelum terdaftar jadi
sampel peneilitian di china dari 11 october 2017 – 30 agustus 2019, untuk sampel
eksperimen dan control. Relawan kemudian mengikuti screening berdasarkan kriteria
eksklusi dan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Berikut merupakan kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi yang telah ditetapkan :
11
Tabel Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi Kriteria eksklusi
Terdiagnosis T2D
Pengobatan diabetes selain
metformin dalam 12-52 minggu
Pasien berusia 18-75 tahun pengobatan insulin sebelumnya
selama lebih dari 30 hari dalam
1 tahun sebelum skrining
Tidak mengkonsumsi makanan Mengalami infeksi akut atau fase
12
Dari 1721 orang yang mengikuti screening, ukuran sampel kemudian dilakukan
randomisasi dengan metode stratified randomisasi dan didapatkan sampel sebanyak 767
orang. Peneliti Kemudian, melakuan pembagain secara acak menjadi 2 grup yaitu grup
A (n= 382), dan grup B (n=385).
b. Random Allocation
13
indeks massa tubuh rata-rata (BMI) rata-rata 25,9±3,1 kgm-2 dan nilai HbA1c rata-rata 8,3
± 0,6% pada awal.
Karakteristik demografis dan awal serupa antara kedua kelompok.Selama periode
pengobatan double-blind selama 24 minggu, setidaknya satu efek samping (AE)
dilaporkan pada 299 dari 382 pasien (78%) pada kelompok dorzagliatin dan metformin
dan 278 dari 384 pasien (72%) pada kelompok plasebo dan metformin . Sebagian besar
AE ringan dan teratasi selama pengobatan. Tidak ada pengelompokan efek samping yang
serius serius (SAE) yang diamati pada sistem organ manapun.
Hipoglikemia yang bermakna secara klinis (yaitu, kadar glukosa darah <54mgdl-1)
dilaporkan pada tiga (0,8%) dari 382 pasien pada kelompok dorzagliatin dan metformin
selama periode double-blind selama 24 minggu dan satu (0,1%) dari 692 pasien selama
periode pengobatan label terbuka, sedangkan nol dilaporkan pada kelompok plasebo dan
metformin selama periode 24 minggu tersamar ganda atau periode pengobatan label
terbuka
II.2.3 Blinding
Pada penelitian ini menggunakan double blinding karena semua peserta
penelitian, peneliti, apoteker, dan staff penelitian tidak mengetahui pembagian perlakuan
intervensi atau kontrol. Dalam penelitian ini, kapsul placebo dibuat identik seperti
metformin dalam ukuran, berat, warna dan juga rasa yang sama. Plasebo dan KRG
dikirim dalam kapsul dan kotak yang identik.
II.2.4 Persamaan Kelompok pada awal penelitian
Pada karakteristik partisipan yang dijelaskan pada jurnal, kelompok ekperimen
dan kelompok kontrol tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Sesuai dengan kriteria
inklusi sebelumnya, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama terdiri dari
laki-laki dan perempuan dengan usia 18-75 tahun, terdiagnosis T2D, dan tidak memiliki
penyakit pada jantung, hati, ginjal, dan sistem peredaran darah,dll pada pasien.
II.2.5 Persamaan perlakuan pada kelompok
15
II.3 Importance Jurnal
II.3.1 Besar efek terapi
Tabel 1. Tabel 2x2 dorzagliatin + metformin, dan control placebo + metformin
CER =
CER = 69/385
CER = 0,18 = 18%
RRR =
RRR = 0,18 – 0,14 / 0,18
RRR = 0,22 = 22%
16
ARR = 0,04
Perbedaan kegagalan faktual antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah
0,04. Artinya selisih proporsi kesembuhan atau kegagalan antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol adalah 0,04.
5)Number Needed To Treat (NNT)
NNT = 1/0,04
NNT = 25
ARR = 0,04
p1 = 0,14
p2 = 0,18
q1 = 0,86
q2 = 0,82
n1 = 382
n2 = 385
95% CI ARR
= ARR ± 1,96 V(p1q1/n1+ p2q2/n2)
= 0,04 ± 1,96 V(0,14x0,86)/382 + (0,18x0,82)/385
= 0,04 ± 1,96 V0,00031518 + 0,00038338
= 0,04 ± 1,96 V
= 0,04 ± 1,96 x
= 0,04 ±
=
95%CI NNT = 1/0,0536 ; 1/0,0264
= 19 : 38
NNT yang nilainya 25 pada sampel, maka pada populasi 95% akan berkisar antara 19– 38
sampel. Artinya, setiap 19-38 pasien pada populasi 95% diobati dengan terapi dorzagliatin
+ metformin, maka akan diperoleh 1 pasien yang sembuh atau menghindari tambahan 1
pasien yang tidak sembuh.
17
II.4 Applicability Jurnal
Jurnal Skenario
Usia 18-60 tahun 67 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan Laki-laki
Gejala Glukosa darah meningkat, Polidipsi, poliuri,
HbA1c meningkat polifagi, kadar
glukosa darah
meningkat,
HbA1c meningkat
Onset 6 tahun 1 bulan
18
Berdasarkan perbandingan kondisi pasien dalam jurnal dan skenario (Tabel), maka
diketahui kondisi pasien dalam skenario lebih mudah sembuh dibandingkan dengan kondisi
pasien dalam jurnal karena pada skenario pasien memiliki gejala 3P, FPG meningkat, HbA1c
yang meningkat yang baru dialami selama 1 bulan setelah menerima pengobatan lini pertama
menggunakan metformin sajan dan memiliki hasil pemeriksaan fisik yang normal. Sementara
itu, pasien dalam jurnal diambil untuk menjadi sampel penelitian yang memiliki gejala
DMT2 yang dirasakan terus menerus selama 6 tahun. Sehingga didapatkan nilai f pasien pada
skenario > 1. Diketahui dorzagliatin + metformin memiliki nilai NNT yang sama yaitu 25,
sehingga :
NNT =
= 1 / 0,78x0,22
= 1/ 0,1716
= 5,8
=6
Jadi, nilai NNT untuk pasien pada skenario adalah 6 Artinya, setiap mengobati 6
pasien pada skenario dengan dorzagliatin + metformin maka kita akan memperoleh
tambahan 1 pasien yang sembuh/menghindari tambahan 1 pasien yang tidak sembuh.
19
BAB III
Penerapan Hasil EBM Kepada Paien
III.1 Potensi Penerapan Hasil Jurnal Pada Pasien di Skenario
Berdasarkan hasil diskusi kelompok, didapatkan bahwa jurnal yang menjadi acuan
kelompok 11 berjudul "Dorzagliatin add-on therapy to metformin in patients with type 2
diabetes: a randomized, double-blind, placebo-controlled phase 3 trial" dapat diaplikasikan
pada pasien di skenario.
Setelah diskusi kelompok, didapatkan hasil telaah jurnal yang terdiri dari beberapa
aspek diantaranya validitas, importance dan applicability. Telaah validitas pada jurnal telah
terbukti valid yang ditandai dengan adanya random allocation dengan teknik stratified
random sampling, intentiont to treat analysis dan kelengkapan follow up, double blinding,
distribusi sampel yang merata dan persamaan perlakuan pada kedua kelompok sampel.
Selanjutnya, jurnal ini juga menunjukan hasil yang penting berdasarkan telaah importance,
ditandai dengan nilai importance yang menunjukkan nilai NNT yang rendah. Nilai NNT yang
ideal adalah 1, yang memiliki makna semakin kecil nilai NNT mendekati 1 maka semakin
efektif menghasilkan kesembuhan atau dampak positif yang diharapkan sebaliknya semakin
besar nilai NNT maka semakin rendah efektifitasnya (Anita Purnamayanti, 2022).
Dengan demikian, berdasarkan pertimbangan di atas kelompok kami menyimpulkan
bahwa jurnal yang berjudul "Dorzagliatin add-on therapy to metformin in patients with type 2
diabetes: a randomized, double-blind, placebo-controlled phase 3 trial" sudah applicable.
Selain itu, dalam aspek applicability perlu juga menentukan potensi keuntungan dan kerugian
pada pasien skenario.
III.2 Potensi Keuntungan dan Kerugian pada Pasien di Skenario
III.2.1 Potensi Keuntungan
Potensi keuntungan obat metformin ditambah obat dorzagliatin dapat terlihat dari
penurunan gula darah dan HbA1c yang terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
kondisi yang sesuai pada jurnal. Dengan melihat jumlah pasien yang tidak sembuh pada grup
A(metformin + dorzagliatin) berjumlah 52 pasien, dibandingkan dengan jumlah pasien yang
tidak sembuh pada grup B (metformin + plasebo) berjumlah 69 pasien. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pemberian metformin + dorzagliatin lebih efektif dibandingkan dengan
pemberianmonoterapi metformin pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kondisi yang
sesuai pada jurnal. Dengan demikian, pemberian obat metformin + dorzagliatin disarankan
20
untuk diterapkan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kondisi yang sesuai pada
skenario.
III.2.2 Potensi Kerugian
Di sisi lain, pemberian metformin + dorzagliatin memiliki beberapa potensi kerugian
yang dapat dilihat dari potensi efek samping yang muncul. Efek samping selama pengobatan
yaitu hiperlipidemia yang dilaporkan sebesar 14% pasien pada kelompok dorzagliatin +
metformin dan 9% pada kelompok plasebo + metformin.
21
BAB IV
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa jurnal yang berjudul “Dorzagliatin
add-on therapy to metformin in patients with type 2 diabetes: a randomized, double-blind,
placebo-controlled phase 3 trial” telah memenuhi kriteria sebagai jurnal yang memiliki
evidence based medicine (EBM) karena didasarkan pada telaah kritis baik aspek validitas,
importance dan applicability. Oleh karena itu, jurnal tersebut telah menjawab pertanyaan
klinis pada pasien di skenario yang telah dibuat oleh kelompok 11. Berdasarkan hasil uji
klinis penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemberian metformin ditambah dengan obat
dorzagliatin lebih efektif dibandingkan dengan pemberian monoterapi metformin saja. Maka
dari itu, kelompok 11 setuju bahwa pemberian obat kombinasi metformin + dorzagliatin
dapat digunakan sebagai acuan terapi terhadap pasien diabetes meli
22
Daftar Pustaka
Chen, Jiayi Zhang 1 , Yu Sun 1 , Yu Zhao 1 , Xiang Liu 1 , Zhiyin Fang 1 , Lingge Feng 1 , Bin He1
Quanfei Zou1 & Gregory J. Tracey Dalong Zhu, Wenying Yang and Li Chen, 2022,
Dorzagliatin add-on therapy to metformin in patients with type 2 diabetes: a randomized,
double-blind, placebo-controlled phase 3 trial, Jurnal Nature Medicine, vol 28.
Duarsa, A. B. S., Basudewa, I. D. G., Jauhar, J. P., Ma’ruf, F., Muhajir, A., Mathar, M. A. K.,
Rinayu, N. P., & Anulus, A. (2022). Buku Ajar Kedokteran Keluarga.
Rhatna Dewi Riptasari, Abdul Rahem, Anita Purnamayanti, 2022, Perbandingan Keberhasilan Terapi
Antivirus Favipiravir Dan Remdesivir Pada Pasien Covid-19 Di Rsud Dr. Doris Sylvanus,
Jurnal Surya Medika (JSM), Vol 8 No 1.
Wenying Yang and Li Chen, 2022, Dorzagliatin in drug-naïve patients with type 2 diabetes: a
randomized, double-blind, placebo-controlled phase 3 trial, Jurnal Nature Medicine, vol 28.
23
Lampiran Jurna
24
25