Pertama, majunya putra sulung jokowi yakni Gibran rakabumimg raka, atau sering di sebut gibran kedalam pemilihan kepala daerah atau pilkada, yaitu pada pilkada solo pada tahun 2020. Hal tersebut membuat public cukup terkejut karena Gibran rakbuming yang tidak memiliki background dalam dunia politik padahal Sebelum ini, Gibran rakabuming raka telah menyatakan ntuk berkonsentrasi pada bisnis daripada mengikuti jejak ayahnya. Pernyataan ini di katakana Gibran pada tahun 2018. Yang ketika itu di tanya ketertarikanya mengenai mengikuti langkah ayahnya sebagai politisi. Gibran menjawab bahwasanya ia hanya tertarik pada kesuksesan ayahnya di bidang bisnis bukan sebagai politisi. Pada desember 2018, ketika itu Gibran Kembali d tanya tentang ketertarikanya kedalam dunia politik, Gibran pun menjawab kali ini dia tertarik namun dalam waktu 20 tahun kedepan. Namun, Selang dua tahun dari peryataan tersebut Gibran rakabuming raka mkendaftarkan dirinya untuk maju dalam pilkada solo 2020. Gibran rakabuming raka mendaftarkan diri kedalam kontestasi pilkada solo melalui partai PDIP untuk periode 2020-2025. Yang di pasangkan dengan Teguh Prakosa, Teguh Prakosa memiliki beberapa pengalaman yaitu menjadi sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Solo, kemudian anggota DPRD kota Solo periode 2009-2014, selanjutnya ia menjadi ketua DPRD Kota Solo Peripde 2014-2019. Sedangkan Gibran sendiri tidak memiliki pengalaman dalam dunia perpolitikan, yang dimana hal tersebut adalah syarat dari PDIP ketika ingin menadafrkan diri dan ikut kontestasi Pilkada 2020 Kota Solo, yaitu minimal menjadi kader PDIP selama 3 tahun dan di buktikan dengan kart tanda anggota atau KTA. Akan tetapi PDI-P kali ini tidak dalam pendiriamya dengan peraturan yang telah mereka buat, Gibran tetap bisa maju dalam kontestasi pilkada Kota Solo 2020, walaupun tidak memiliki pengalaman menjadi kader PDI-P selama 3 tahun. Apakah ini yang di namakan the power of anak presiden? Gibran Rakabuming yang berpasangan dengan Teguh Prakosa berhasil mendapatkan suara rakyat lebih banyak dari lawanya, berdasarkan penghitungan cepat yang dilakukan oleh Charta Politika Gibran-Teguh mengamankan suara 87,15 persen, sementara rivalnya yang merupakan paslon independent yang tidak mendapatkan dukungan dari partai politik manapun yaitu Bagyo Wahyono-FX Suparjo (BaJo), mendapat 12,85 persen suara. Dengan demikian sudah di pastikan Gibran dan Teguh menang dalam kontestasi pilkada kota solo 2020. Dan resmi menjabat sebagai wali Kota Solo dan wakil wali Kota Solo periode 2020-2025. Etika cawapres 2024 adalah topik yang hangat diperbincangkan di media dan masyarakat. Hal ini terkait dengan keputusan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, yang maju sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto, ketua umum Partai Gerindra. Keputusan ini bertentangan dengan garis partai PDIP, yang telah mengusung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai capres-cawapres. Beberapa pihak menilai bahwa Gibran telah melanggar etika politik sebagai kader PDIP, karena tidak menghormati keputusan partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah, bahkan menyatakan bahwa secara etika politik, Gibran sudah keluar dari PDIP. Basarah menagih Gibran untuk mengembalikan kartu tanda anggota (KTA) PDIP sebagai bentuk penghormatan kepada partai. Namun, ada juga pihak yang menganggap bahwa Gibran memiliki hak demokrasi untuk memilih jalur politiknya sendiri. Prabowo Subianto, yang mengusung Gibran sebagai cawapresnya, mengatakan bahwa ia menghargai keputusan Gibran dan menilai bahwa ia memiliki kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin bangsa. Prabowo juga menegaskan bahwa ia tidak bermaksud untuk mencuri kader PDIP, melainkan hanya ingin menjalin kerjasama dengan semua pihak. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) baru-baru ini terkait kelayakan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, untuk maju sebagai calon wakil presiden pada Pemilu 2024 menimbulkan pertanyaan soal etika. Dari segi etika, penting bagi MK untuk mengambil keputusan yang adil dan tidak memihak, serta tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik atau pribadi. Keputusan tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip hukum dan Konstitusi, bukan pada hubungan pribadi atau afiliasi politik. MK juga harus memastikan bahwa keputusan- keputusannya transparan dan akuntabel, serta diambil demi kepentingan terbaik negara dan warga negaranya. Penting bagi MK untuk menjaga independensi dan integritasnya, serta dipandang sebagai lembaga peradilan yang netral. Proses pengambilan keputusan harus terbuka dan inklusif, dan harus melibatkan konsultasi dengan pemangku kepentingan terkait, termasuk pakar hukum, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat. Pada akhirnya, MK harus berupaya menegakkan supremasi hukum dan melindungi hak dan kebebasan seluruh warga negara, tanpa memandang status sosial atau afiliasi politiknya. Oleh karena itu, MK harus memastikan bahwa keputusannya mengenai kelayakan Gibran Rakabuming Raka didasarkan pada asas hukum dan Konstitusi, serta tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik atau pribadi. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) baru-baru ini terkait kelayakan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, untuk maju sebagai calon wakil presiden pada Pemilu 2024 menimbulkan pertanyaan soal etika. Dari segi etika, penting bagi MK untuk mengambil keputusan yang adil dan tidak memihak, serta tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik atau pribadi. Keputusan tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip hukum dan Konstitusi, bukan pada hubungan pribadi atau afiliasi politik. MK juga harus memastikan bahwa keputusan- keputusannya transparan dan akuntabel, serta diambil demi kepentingan terbaik negara dan warga negaranya. Penting bagi MK untuk menjaga independensi dan integritasnya, serta dipandang sebagai lembaga peradilan yang netral. Proses pengambilan keputusan harus terbuka dan inklusif, dan harus melibatkan konsultasi dengan pemangku kepentingan terkait, termasuk pakar hukum, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat. Pada akhirnya, MK harus berupaya menegakkan supremasi hukum dan melindungi hak dan kebebasan seluruh warga negara, tanpa memandang status sosial atau afiliasi politiknya. Oleh karena itu, MK harus memastikan bahwa keputusannya mengenai kelayakan Gibran Rakabuming Raka didasarkan pada asas hukum dan Konstitusi, serta tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik atau pribadi. Dari hasil penggeledahan, Gibran Rakabuming Raka didakwa melanggar Undang-Undang Rangkap Jabatan atau rangkap jabatan di bidang politik dan bisnis. Secara spesifik, ia didakwa menduduki jabatan komisaris dan pemegang saham PT Wadah Masa Depan dan PT Siap Selalu Mas saat menjabat sebagai Wali Kota. Gibran mengaku belum aktif menduduki jabatan tersebut dan proses pemindahan jabatannya masih berjalan. Namun undang-undang mengenai “rangkap jabatan” diatur dalam UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah yang menyatakan bahwa seorang kepala daerah yang menjabat sebagai pengurus suatu perusahaan, baik swasta, milik negara, atau sebagai pengurus suatu yayasan. dalam bidang apa pun, dikenakan pemberhentian sementara selama tiga bulan oleh Presiden atau Menteri. Kasus ini masih dalam penyelidikan Kementerian Dalam Negeri. Belum ditemukan informasi spesifik terkait posisi Gibran sebagai Ketua DPD PDI-P Solo dan kaitannya dengan isu "rangkap jabatan".
Kaesang Sebagai Ketum PSI
Dalam dirinya Kaesang Pangarep terlihat sudah menekankan pentingnya perilaku etis di kalangan anggota PSI sejak menjadi Ketua Umum partai. etikanya saat bergabung dengan partai yaitu seperti Kaesang memperingatkan anggota PSI agar tidak mengkritik partai politik lain dan menekankan pentingnya kedisiplinan di kalangan anggota PSI, serta Ia telah meminta maaf kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Ketua Umum Partai Puan Maharani atas komentar salah satu anggota PSI yang kritis terhadap PDI-P.(Cnn Indonesia, 6/10/2023) Kaesang telah memperingatkan anggota PSI terhadap korupsi dan menekankan pentingnya politik etis(kompas.com, 30/9/2023. namun belum jelas apakah ada pedoman etik atau kode etik khusus yang diterapkan Kaesang bagi anggota PSI. Namun, penekanannya pada disiplin, rasa hormat terhadap partai politik lain, dan politik etis menunjukkan bahwa ia menghargai perilaku etis dalam politik. Secara keseluruhan, Kaesang tampaknya berkomitmen untuk mendorong perilaku etis di kalangan anggota PSI dan telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan partai beroperasi dengan integritas.