Anda di halaman 1dari 7

BAHAN DISKUSI MATERI ETIKA PUBLIK

Dua ASN di Kabupaten Bandung Terbukti Langgar Kode Etik, Ada yang
Terang-terangan Galang Dukungan
PIKIRAN RAKYAT - Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) kembali memberi putusan
terkait pelanggaran kode etik ASN di Pemkab Bandung, karena terlibat dalam kegiatan
politik terkait Pilkada Serentak 2020. Dengan demikian, dari empat rekomendasi dari
Bawaslu Kabupaten Bandung, dua di antaranya telah terbukti.

Ketua Bawaslu Kabupaten Bandung Januar Solehuddin mengatakan, pelanggaran kode


etik terbaru yang diputus oleh KASN ialah terkait aktivitas politik ASN Pemkab
Bandung berinisial BB. Bermula dari temuan Bawaslu Kabupaten Bandung dalam
mengawasi media sosial, Bawaslu Kabupaten Bandung lalu melakukan klarifikasi dan
kajian.

"Saudara BB diduga melanggar kode etik ASN lantaran menghadiri kegiatan Hari Ulang
Tahun Partai Golkar di Dome Rancaekek pada masa pemenuhan persyaratan dukungan
pasangan calon perseorangan pemilihan bupati dan wakil bupati tahun 2020," kata
Januar, melalui pesan singkat, Senin 6 Juli 2020.
Setelah melakukan kajian, lanjut dia, Bawaslu Kabupaten Bandung kemudian
menyampaikan rekomendasi kepada KASN. KASN pun menyatakan bahwa yang
bersangkutan terbukti melanggar ketentuan Pasal 11 huruf c Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri
Sipil.
"Hal tersebut disampaikan oleh KASN untuk kemudian ditindaklanjuti Bupati Bandung.
Jadi, dari empat rekomendasi yang disampaikan oleh Bawaslu Kabupaten Bandung
kepada KASN, dua di antaranya telah mendapatkan putusan. Kedua putusan itu
menyebutkan bahwa ASN tersebut terbukti telah melanggar kode etik ASN," katanya.

Januar menjelaskan, sebelumnya KASN pun telah memutus bahwa ASN berinisial AR
terbukti melakukan pelanggaran kode etik. Pasalnya, AR yang merupakan ASN aktif
melakukan pendekatan ke Partai Gerindra, kemudian mendaftarkan diri sebagai bakal
calon di partai tersebut. Bahkan, AR mendeklarasikan pencalonannya di media daring.
"Atas dugaan pelanggaran tersebut, keduanya diputus terbukti melanggar KASN, dan
akan diberikan sanksi oleh Bupati Bandung selaku Pejabat Pembina Kepegawaian.
Keduanya akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan PP Nomor 42 Tahun 2004 dan
PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS," tukasnya.
SUMBER : https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-01587556/dua-asn-di-
kabupaten-bandung-terbukti-langgar-kode-etik-ada-yang-terang-terangan-galang-
dukungan

TUGAS :
 JELASKAN SECARA RINGKAS KASUS DI ATAS
 BAGAIMANA MENURUT ANDA SUPAYA KASUS TERSEBUT TIDAK
TERJADI (PENCEGAHAN)
 JAWABAN DAPAT DIANALISIS BERBASIS DATA/FAKTA, TEORI DAN
DASAR HUKUM (ATURAN).
JAWABAN
1. Jelaskan Secara singat kasus diatas.
Jawaban
Komisi Aparatur Sipil Negara kembali memberi putusan terkait pelanggaran
kode etik ASN di Pemkab Bandung, karena terlibat dalam kegiatan politik terkait
Pilkada Serentak 2020. Dengan demikian, dari empat rekomendasi dari Bawaslu
Kabupaten Bandung, dua di antaranya telah terbukti. Ketua Bawaslu Kabupaten
Bandung Januar Solehuddin mengatakan, pelanggaran kode etik terbaru yang
diputus oleh KASN ialah terkait aktivitas politik ASN Pemkab Bandung berinisial
BB dan AR. BB diduga melanggar kode etik ASN lantaran menghadiri kegiatan Hari
Ulang Tahun Partai Golkar di Dome Rancaekek pada masa pemenuhan persyaratan
dukungan pasangan calon perseorangan pemilihan bupati dan wakil bupati tahun
2020. AR terbukti melakukan pelanggaran kode etik. Pasalnya, AR yang merupakan
ASN aktif melakukan pendekatan ke Partai Gerindra, kemudian mendaftarkan diri
sebagai bakal calon di partai tersebut. Bahkan, AR mendeklarasikan pencalonannya
di media daring. Atas dugaan pelanggaran tersebut, keduanya diputus terbukti
melanggar KASN, dan akan diberikan sanksi oleh Bupati Bandung selaku Pejabat
Pembina Kepegawaian.

2. Bagaimana menurut anda supaya kasus tersebut tidak terjadi kembali


( pencegahan)
Jawaban:
Layaknya korupsi, isu netralitas merupakan salah satu hal yang sulit diberantas.
Alasan utamanya karena perilaku ketidaknetralan tersebut cenderung timbul dari
pribadi ASN masing-masing yang belum menjunjung integritas dan
profesionalisme. Jalan utamanya ialah pemberian sanksi yang berat atau bahkan
pemberhentian dengan tidak hormat guna menimbulkan rasa jera. Untuk
mewujudkannya, perlu adanya sinergitas antara badan pengawas, seperti KASN
dan Bawaslu dengan masyarakat, serta dari pihak ASN itu sendiri. Apabila
menemukan pelanggaran netralitas, masyarakat harus mau ikut berpartisipasi
dalam melaporkan pelanggaran tersebut melalui saluran pengaduan yang telah
disediakan oleh KASN. Begitu juga dengan para ASN apabila menemui sesama
rekan ASN yang terbukti melakukan pelanggaran. Dengan pengawasan yang kuat
serta sanksi yang berat, harapannya ASN tidak lagi menganggap pelanggaran
netralitas sebagai hal yang lumrah. Kemudian dengan mengadakan webinar atau
memberikan sosialisasi kepada ASN dan akan pentingnya Kode Etik ASN terkait
adanya Kegiatan Politik, agar ASN mengerti dan memahami peraturan yang sudah
dibuat serta sanksi yang diberikan. Jawaban dapat dianalisis berbasis data/ fakta,
teori dan dasar hokum ( aturan )
Jawaban:
 Teori dan Dasar Hukum
a. Dalam UU Nomor 05 Tahun 2004 tentang ASN, telah disebutkan bahwa
ASN dilarang menjadi anggota dan/ atau pengurus partai politik. Sehingga
yang telah dilakukan oleh kedua ASN melanggar kode etik ASN yang telah
disebutkan dalam UU tersebut. Berdasarkan UU ini juga disebutkan tugas
dari KASN (Pasal 31), bahwa KASN bertugas (1) menjaga netralitas Pegawai
ASN; (2) melakukan pengawasan atas pembinaan profesi ASN; dan (3)
melaporkan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Manajemen
ASN kepada Presiden. Sehingga untuk mencegah pelanggaran keterlibatan
dalam politik membutuhkan sinergitas juga antara KASN, Bawaslu, dan
masyarakat.

b. Pemerintah Indonesia sendiri sudah mengeluarkan sejumlah peraturan


menyangkut penegakkan netralitas ASN demi berjalannya roda
pemerintahan yang bersih dan profesional. Telah ditetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin ASN, Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004, dan Undang Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
1) Pada pasal 4 PP 53 Tahun 2010, PNS dilarang untuk memberikan
dukungan kepada calon Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah, dengan
cara:
a) Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah;
b) Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan
kampanye;
c) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau
d) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yang menjadi peserta Pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,
seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
Disebutkan juga pelanggaran yang dimaksud adalah PNS sebagai peserta
kampanye hadir untuk mendengar, menyimak visi, misi, dan program
yang ditawarkan peserta pemilu, tanpa menggunakan atribut Partai atau
PNS. Yang dimaksud dengan “menggunakan atribut partai” adalah
dengan menggunakan dan/atau memanfaatkan pakaian, kendaraan,
atau media lain yang bergambar partai politik dan/atau calon anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan/atau calon Presiden/Wakil Presiden
dalam masa kampanye. Yang dimaksud dengan “menggunakan atribut
PNS” adalah seperti menggunakan seragam Korpri, seragam dinas,
kendaraan dinas, dan lain-lain.

c. Pada Pasal 11 huruf C PP Nomor 42 Tahun 2004 juga menegaskan PNS


untuk menghindari kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan.
Dalam Pasal 12 Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014, ditegaskan bahwa
Aparatur Sipil Negara harus bebas dari intervensi politik, praktik kolusi,
korupsi, dan nepotisme, serta menjadi pelayan publik yang bersih serta
profesional. Profesionalitas yang tinggi tidak hanya dikembangkan untuk
kompetensi birokrasi dalam melayani masyarakat, tetapi juga untuk
kemampuan birokrasi dalam menghadapi tekanan dan intervensi politik
yang mungkin saja datang menghampiri. Asas netralitas sendiri secara
sederhana dapat diartikan sebagai tindakan yang menunjukan bahwa setiap
pegawai ASN tidak berpihak kepada siapapun dan dari segala bentuk
pengaruh apapun.
3. Penerapan kode etik dan kode perilaku pegawai ASN akan mendorong
terciptanya pegawai ASN yang berkualitas dan dapat dipercaya. KASN
mendapatkan mandat untuk melakukan pengawasan pelaksanaan nilai
dasar ASN, penerapan kode etik dan kode perilaku serta asas netralitas
pegawai ASN. Disadari bahwa tingkat kematangan atau maturitas
penerapan kode etik dan kode perilaku di lingkungan Instansi Pemerintah
menunjukkan angka yang belum menggembirakan. Dari total 715 Instansi
Pemerintah terdapat sebanyak 404 Instansi Pemerintah memiliki peraturan
kode etik dan kode perilaku ASN, yang terdiri dari 34 Kementerian, 47
Lembaga, 22 Provinsi, dan 301 Kabupaten/Kota. Berdasarkan data
tersebut sudah terdapat 56.50% instansi yang sudah memiliki peraturan
kode etik dan kode perilaku yang diberlakukan di lingkungan internal.
Kode etik dan kode perilaku sebenarnya bukan merupakan hal
baru bagi Instansi Pemerintah. Terlebih lagi setelah ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU
ASN) yang menyatakan bahwa sebagai profesi, ASN harus berlandaskan
kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku diberlakukan
dengan tujuan menjaga martabat dan kehormatan ASN. Lebih dalam lagi
pada PP no. 42 tahun 2004 yang juga menjelaskan tentang kode etik
yang harus ditaati oleh ASN.
Berdasarkan kasus tersebut, sejauh ini kasus pelanggaran kode
etik yang dilakukan ASN masih tergolong cukup tinggi, berdasarkan hasil
pengawasan KASN dari Januari 2020 - April 2021, terdapat 2.085 kasus
pelanggaran Nilai Dasar, Kode Etik dan Kode perilaku (NKK) ASN yang
telah diproses oleh KASN. Jenis pelanggaran yang terbanyak di
antaranya: netralitas ASN, perbuatan tidak menyenangkan, masalah
rumah tangga, dan perbuatan sewenang-wenang.
Pelanggaran tersebut dapat diminimalisir dengan menyusun
peraturan kode etik dan kode perilaku secara membumi, dan menciptakan
komitmen yang kuat dalam hal penerapan kode etik dan kode perilaku
mulai dari level pimpinan hingga level staf. Sehinnga sehubungan dengan
hal tersebut, maka KASN telah menetapkan Peraturan Ketua KASN
Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengawasan terhadap
Pelaksanaan Nilai Dasar, Kode Etik dan Kode Perilaku pegawai ASN di
instansi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai