DISUSUN OLEH :
Kode etik adalah sebuah istilah yang sering digunakan dalam sebuah keprofesian atau
pekerjaan. Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode dan etik. Kode berarti prinsip yang
disetujui dengan maksud tertentu. Sedangkan etik berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos"
yang artinya adab, watak, atau cara hidup. Sederhananya, kode etik adalah prinsip-prinsip moral
yang berlaku dalam suatu profesi dan disusun secara sistematis.
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, kode etik
adalah serangkaian norma-norma yang memuat hak dan kewajiban yang bersumber pada nilai-
nilai etik yang dijadikan sebagai pedoman berfikir, bersikap, dan bertindak dalam aktivitas
sehari-hari yang menuntut tanggung jawab suatu profesi. Tujuan kode etik yaitu mendorong
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, meningkatkan disiplin pegawai, menjamin kelancaran
dalam pelaksanaan tugas, meningkatkan etos kerja, kualitas kerja dan perilaku PNS yang
professional, serta meningkatkan citra dan kinerja PNS di lingkungan Kementerian/Lembaga
Pemda. Prinsip Dasar Kode Etik yaitu: ketaqwaan, kesetiaan, ketaatan, semangat nasionalisme,
mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi dan golongan, penghormatan,
tidak diskriminatif, profesionalisme, netralitas, bermoral dan semangat jiwa korps.
Kode etik PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 42 Tahun 2004. Menurut
Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah tersebut, kode etik Pegawai Negeri Sipil adalah pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya dan
pergaulan hidup sehari-hari. Kode etik PNS wajib dilaksanakan oleh seluruh PNS di Indonesia.
Dalam pasal 7 Peraturan Pemerintah (PP) No. 42 Tahun 2004 ditegaskan bahwa dalam
pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari, Pegawai Negeri Sipil wajib bersikap dan
berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan Pemerintahan, dalam
berorganisasi, terhadap diri sendiri dan terhadap sesama Pegawai Negeri Sipil.
Namun , sering sekali terjadi pelanggaran yang bertentangan dengan kode etik ASN.
Sikap dan tingkah laku ASN sebagai abdi negara sering tidak mencerminkan kode etik ASN
yang seharusnya. Berdasarkan hasil pengawasan Komisi Aoaratur Sipil Negara (KASN) pada
Januari 2020 – April 2021, terdapat sebanyak 2.085 kasus pelanggaran Nilai Dasar, Kode
Etik, dan Kode Perilaku ASN yang telah diproses oleh KASN.
Jenis pelanggaran yang terbanyak di antaranya: netralitas ASN, perbuatan tidak
menyenangkan, masalah rumah tangga, dan perbuatan sewenang-wenang. Salah satu
pelanggaran kode etik seperti yang terjadi di Kota Banjarmasin pada tahun 2018 lalu, yaitu
Aparatur Sipil Negara bermain ponsel dalam sidak hari pertama masuk kerja pasca-Idul Fitri
di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat. ASN tersebut asik bermain
ponsel pada saat jam kerja. Padahal, banyak warga tengah mengantri untuk mendapatkan
pelayanan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tersebut. Kasus pelanggaran etika
yang kedua adalah seorang ASN di Dinas Parawisata Kota Banjarmasin Mangkir Kerja selama
tiga bulan. Sehingga, Walikota Banjarmasin meminta agar atasan ASN yang bersangkutan
memberikan sanksi termasuk sanksi pembatalan pemberian tunjangan dan gaji ke-13.
PEMBAHASAN
Melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pemerintah telah
bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin profesional. Undang-undang
ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara. Manajemen ASN merupakan
pengelolaan ASN dengan tujuan menghasilkan ASN memiliki integritas, professional, memiliki
nilai dasar, etika profesi dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktik
KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
Tindakan pelanggaran etika yang dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tahun
2018 menunjukkan belum tercapainya tujuan Manajemen ASN yang memiliki nilai dasar dan
etika profesi.
1. Bermain ponsel pada saat jam kerja
a) Bertentangan dengan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 5
ayat 2 sebagai pelaksana kebijakan publik.
• Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
• Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
• Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b) Bertentangan dengan fungsi ASN sebagai pelayan publik, karena ASN tersebut tidak
mengutamakan tugasnya melayani masyarakat yang sedang mengantri membuat
dokumen kependudukan.
c) Bertentangan dengan fungsi ASN sebagai Perekat dan pemersatu bangsa karena ASN
tersebut tidak menjadi teladan dan contoh di lingkungannya bekerja.