Deskripsi Singkat
Tulisan ilmiah yang berkualitas merupakan hal yang penting dalam dunia akademis. Untuk
menghasilkan tulisan ilmiah yang berkualitas diperlukan pengoptimalan keterampilan akademis yang
meliputi pencatatan, pemarafrasaan, peringkasan ,dan penyintesisan.
Tujuan Pembelajaran
1. Mampu melakukan pencatatan
2. Mampu melakukan parafrasa
3. Mampu melakukan peringkasan
4. Mampu melakukan penyintesisan.
Pencatatan
Ialah penulisan informasi penting pada saat membaca atau menyimak. Informasi tersebut dapat berupa
pendapat atau opini dan data atau fakta. Untuk menguatkan tulisan ilmiah, pendapat dan data tersebut
perlu diorganisasikan sebaik-baiknya , dan juga perlu dilakukan nya Langkah pengidentifikasian
informasi penting dan penulisan secara cepat.
Pemarafrasaan
Pemarafrasaan berfokus pada kegiatan ilmiah untuk mengolah informasi dari sumber.
Pada prinsipnya, pemarafrasaan dilakukan untuk memberikan kredit akademis atau nilai lebih agar
penyitasi tidak berposisi sebagai penelan mentah-mentah atau penyitasi yang tidak terampil
“mengunyah” informasi.
Peringkasan
Seperti halnya pemarafrasaan, berkaitan dengan penggunaan kata-kata penyitasi untuk
mengekspresikan ulang ide yang disitasi dari sumber tertentu. Kesamaan nya terdapat pada
penggunaan kata-kata penyitasi yang berbeda dengan kata-kata sumber, keberbedaan pemarafrasaan
dan peringkasan terletak pada kelengkapan informasi. Sharpe (2007:114) berpendapat bahwa Ketika
memarafrasa, pemarafrasa mencakup semua informasi ; tetapi Ketika meringkas, peringkas hanya
mencakup ide utama. Dampaknya , Panjang parafrasa relatif sama dengan Panjang teks asal,
sedangkan Panjang ringkasan lebih singkat dari pada teks asal.
Penyintesisan
Pada prinsipnya merupakan pengombinasian analitis dua atau lebih sumber untuk mengkreasi sesuatu
yang baru. Beberapa ahli berpendapat bahwa penyintesisan merupakan keterampilan akademis yang
paling sulit karena kompleks, analitis, melibatkan semua keterampilan akademis yang lain, dan lebih
dari sekadar gabungan antarbagian dari dalam praktik penyintesisan tidak mudah karena terdapat tiga
fenomena berikut
1. Hubungan antarsumber tidak jelas
2. Suatu sumber dominan hingga semua informasi tampak penting
3. Dalam penyintesisan diperlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam taksonomi
kognitif berada di atas “mengaplikasikan” dan di bawah keterampilan “mengevaluasi “ dan
“mengkreasi”