Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

Pola Penggunaan Antibiotik dan Pengobatan Infeksi Saluran


Kemih (ISK) Pada Pasien Rawat Jalan

Disusun Oleh :
Kayla Niken Pusparini (072211066)
Mouren Stefania Aerts Rettob (072211052)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas proposal penelitian kami yang
berjudul “Pola Penggunaan Antibiotik dan Pengobatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Pada Pasien Rawat Jalan”.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa persiapan penyajian dan tata bahasa
proposal penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sebagai pengajar
mata kuliah ini, kami menganggap Saran dan Kritik Ibu Apriani Riyanti, S.Pd., M.Pd.
diterima dengan rendah hati. Untuk membantu menyempurnakan proposal penelitian
ini. Semoga proposal penelitian yang telah kami buat bermanfaat dan menginspirasi
para pembaca.

Jakarta, 20 Januari 2023

Tim Penyusun
BAB 1
Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih. Infeksi saluran kemih
dapat dibagi menjadi infeksi saluran kemih sederhana dan kompleks. Infeksi saluran kemih
simpleks adalah infeksi saluran kemih yang normal tanpa kelainan struktural atau fungsional
saluran kemih, dan infeksi saluran kemih kompleks adalah kelainan anatomis atau fungsional
saluran kemih yang menyebabkan aliran balik atau refluks.
Infeksi adalah penyakit yang umum di seluruh dunia dan salah satu yang paling umum
adalah infeksi saluran kemih (ISK). Infeksi saluran kemih adalah suatu proses inflamasi yang
disebabkan oleh perkembangbiakan mikroorganisme dari saluran kemih, yang dapat merusak
dinding saluran kemih itu sendiri, yang biasanya dalam keadaan normal tidak mengandung
bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya (Sudoyo, 2009). Mikroorganisme patogen yang
dapat menyebabkan ISK antara lain Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Staphylococcus
saprophyticus, Enterococcus faecalis dan Proteus mirabilis (Flores et al., 2016).
Frekuensi infeksi saluran kemih yang terjadi pada bayi dan anak usia sekolah berkisar
antara 1 - 2%, pada wanita muda tidak hamil dari 1 - 3%, dan pada wanita hamil dari 4 - 7%.
Wanita lebih sering menderita infeksi saluran kemih daripada pria, sekitar 50% dari semua
wanita pernah menderita infeksi saluran kemih selama hidupnya. Wanita juga sering menderita
infeksi saluran kemih berulang, yang dapat berdampak serius pada kehidupan sosial mereka.
(Arslan et al., 2002; Sotelo & Westney 2003; Sjahurrachman et al., 2004). Pasien wanita lebih
rentan terhadap infeksi saluran kemih dibandingkan pasien pria. Hal ini dikarenakan uretra
wanita lebih pendek sehingga memudahkan mikroorganisme dari luar untuk mencapai kandung
kemih di dekat daerah perianal (Sukandar, 2009).
Gambaran klinis dari infeksi saluran kemih yaitu mempunyai spektrum yang sangat luas
dari infeksi saluran kemih tanpa gejala hingga ringan sampai dengan komplikasi. Baik infeski
saluran kemih tanpa gejala maupun ringan, jika tidak ditangani dengan segera dan tepat, dapat
menyebabkan komplikasi serius seperti gagal ginjal, sepsis, dan bahkan kematian. Jika tidak
ditangani secara dini dan tepat pada anak-anak, ISK dapat menyebabkan konsekuensi seperti
pembentukan jaringan parut pada ginjal, tekanan darah tinggi, gagal ginjal, dan komplikasi
selama kehamilan. Hal ini sangat umum terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia, di
mana infeksi saluran kemih ini seringkali tidak terdiagnosis (Bircan 2002).
Penggunaan antibiotik merupakan pilihan yang paling penting dalam pengobatan infeksi
saluran kemih. Penggunaan antibiotik yang efektif dan optimal memerlukan pengertian dan
pemahaman tentang pemilihan dan penggunaan antibiotik yang tepat. Pemilihan sesuai dengan
indikasi yang tepat, penentuan dosis, cara pemberian, lama pemberian dan evaluasi efek
antibiotik. Penggunaan pada klinik yang menyimpang dari prinsip dan penggunaan antibiotik
yang rasional menimbulkan efek negatif berupa peningkatan resistensi dan efek samping.
Idealnya, antibiotik yang dipilih untuk mengobati infeksi saluran kemih harus memiliki
sifat yang dapat diabsorpsi dan ditoleransi dengan baik oleh pasien, dapat mencapai konsentrasi
urin yang tinggi, dan memiliki spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai.
Saat memilih antibiotik untuk mengobati infeksi saluran kemih, penting juga untuk
mempertimbangkan peningkatan resistensi E. coli dan patogen lain terhadap berbagai
antibiotik. Resistensi E. coli terhadap antibiotik amoksisilin dan sefalosporin diperkirakan
sebesar 30%. Secara keseluruhan, patogen penyebab infeksi saluran kemih masih sensitif
terhadap kombinasi trimetoprim-sulfametoksazol, meskipun kejadian resistensi di berbagai
tempat telah meningkat menjadi 22%. Dalam penggunaan antibiotik juga harus memperhatikan
riwayat antibiotik pasien (Coyle, 2005).
Pengobatan utama atau terapi yang digunakan untuk infeksi saluran kemih adalah
penggunaan antibiotik (Ghinorawa, 2015). Antibiotik yang digunakan berdasarkan Guideline
on Urological Infections 2015 yaitu pada sistitis mengggunakan fosfomycin trometamo,
Nitrofurantion macrocrystal, pivmecillinam, ciprofloxacin, levofloxacin, ofloxacin, cefadroxil,
cefpodoxime proxetil, ceftibuten dan TMP-SMX (Trimethoprime dan Sulfamethoxazole).
Terapi antibiotik pada pielonefritis meliputi ciprofloxacin, levofloxacin dan TMP-SMX.
Penggunaan antibiotik harus dilakukan secara rasional dan tepat, karena penggunaan yang
tidak tepat dapat menimbulkan resistensi, peningkatan morbiditas, peningkatan biaya
pengobatan serta dapat menyebabkan terjadinya kematian (Depkes RI, 2011).
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat betapa pentingnya peran antibiotik pada pasien
infeksi saluran kemih. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas
penggunaan antibiotik meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekuensi dan durasi
pemberian pada pasien infeksi saluran kemih pada pasien rawat jalan di berbagai rumah sakit.

2. Rumusan Masalah
Pengobatan infeksi saluran kemih pada pasien tersebut masih dapat dilakukan rawat jalan
namun bisa juga dilakukan dengan rawat inap jika memang ada komplikasi yang lain atau
infeksi saluran kemih yang dialami lebih berat. Salah satu pengobatan untuk infeksi saluran
kemih adalah menggunakan antibiotik. Pemilihan jenis antibiotik dan berapa lama
pemberiannya tergantung pada dua hal: jenis bakteri yang menyebabkan infeksi dan seberapa
berat infeksinya antibiotik dibutuhkan untuk membunuh bakteri penyebab infeksi yang terjadi.
Oleh karena itu dengan dasar tersebut dan Berdasarkan latar belakang permasalahan, rumusan
masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana efek samping yang ditimbulkan jika meminum antibiotik untuk infeksi
saluran kemih secara berkala?
2. Bagaimana caranya menentukan dosis antibiotik yang tepat untuk pasien infeksi saluran
kemih?
3. Bagaimana cara meminimalisir penyakit infeksi saluran kemih pada Wanita yang tiap
tahunnya bertambah banyak?

3. Tujuan Penelitian
Memahami rasional penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran Kemih secara Jalan
Rawat. Memahami petunjuk penggunaan antibiotik topikal yang benar pada pasien Infeksi
Saluran Kemih secara Rawat Jalan. Memahami ketepatan jenis antibiotik yang diberikan pada
pasien Infeksi Saluran Kemih secara Rawat Jalan. Memahami ketepatan dosis dan frekuensi
penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran Kemih secara Rawat Jalan.
Memahami ketepatan alur pemberian antibiotik pada pasien Infeksi Saluran Kemih secara
Rawat Jalan. Memahami ketepatan lama penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran
Kemih secara Rawat Jalan. Kombinasi antibiotik digunakan sesuai Obat-obatan tersebut adalah
cefotaxime (kelompok sefalosporin) - amikasin (kelompok aminoglikosida) dan cefotaxime
(kelompok sefalosporin) - kombinasi cefixime (sefalosporin). Pemberian antibiotik untuk
eliminasi infeksi saluran kemih, masing-masing Pasien harus mengikuti dosis yang tepat untuk
mencapai hasil terapi yang diinginkan. fakta (Humaida, 2014). Secara khusus, antibiotik
diberikan kepada semua pasien Usia anak disesuaikan berdasarkan berat badan dan usia pasien
(BPOM, 2014).
Antibiotik harus diberikan dengan tujuan untuk mencegah resistensi antibiotik. harus
disesuaikan dengan kondisi tiap individu (berat badan, usia). Dalam terapi antibiotik, perhatian
harus selalu diberikan pada durasi atau lamanya asupan Pemberian antibiotik jika durasi
penggunaan antibiotik tidak sesuai dapat mempengaruhi hasil pengobatan pasien.

4. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada semua tenaga kesehatan, pemberi kebijakan, dan seluruh
masyarakat kesehatan, para peneliti mengenai rasional pemberian antibiotik pada pasien
Infeksi Saluran Kemih pada Rawat Jalan dan Rawat Inap.
Memberi bahan pertimbangan kepada pembuat kebijakan dalam hal menetapkan
pengadaan dan pendistribusi obat serta dalam melakukan pengawasan dan penyebaran obat,
terutama pada obat golongan antibiotik. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
informasi tentang penyakit Infeksi Saluran Kemih, teorirtis sebagai refrensi membuat standar
pengobatan Infeksi Saluran Kemih.
Mengetahui penyakit Infeksi Saluran Kemih dapat terjadi pada semua kalangan usia.
Penting bagi apoteker untuk terlibat aktif dalam pengobatan Farmakologi dalam kaitannya
dengan kepatuhan pasien terhadap penggunaan antibiotik untuk infeksi saluran kemih.
Meningkatkan mutu di instalasi farmasi mengenai penggunaan antibiotik pada Infeksi Saluran
Kemih.
Peneliti juga demikian evaluasi kesesuaian resep antibiotik untuk pengobatan infeksi
saluran kemih dengan pengobatan standar acuan konsensus tentang infeksi saluran kemih pada
anak (IDAI, 2011) untuk mendukung evaluasi penggunaan antibiotik yang rasional. Likha
(2011), aktivitas farmakodinamik antibiotik Berdasarkan konsep antibiotik tergantung waktu
versus tergantung konsentrasi, ini berarti bahwa tindakan antibiotik maksimal hanya jika
interval dosis antibiotik cocok. Ketepatan interval dosis pada penderita infeksi saluran kemih.
DAFTAR PUSTAKA

Sukandar E. 2006. Infeksi saluran kemih pasien dewasa. Di dalam: Sudoyo AW, Setyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Schaeffer AJ. Infeksi Saluran Kemih: Sistitis dan Pielonefritis. Dalam: Samik AW, Trans.
Schulman ST, Phair JP, Sommers HM. Eds. Dasar Biologi dan Klinis Penyakit Infeksi; edisi
ke 4. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.: 244-59. 1995.
Amin, L.Z. 2014. Pemilihan Antibiotik yang Rasional.Medicinus, 27(3), 40-15 Barry M. J.
et al. 2011. UA Guideline on Management of Benign Prostate Hyperplasia.The Journal
of Urology, Vo1.185
Endriani R., Andriani F., & Alfina D., 2009, Pola Resistensi Bakteri Penyebab Infeksi
Saluran Kemih (ISK) Terhadap Antibakteri di Pekanbaru, Jurnal Natur Indonesia, Universitas
Riau, Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai