Anda di halaman 1dari 3

IMEJING KOMPERATIF

Nama : Maulidha Indra Chusnuraafi’


NIM : 152010383032
Neuroradiology
1. Pemeriksaan CT-Scan pada kasus neurologi
Pada kasus yang saya ambil adalah pasien stroke. Alasan dilakukannya
pemeriksaan dengan menggunakan CT-Scan yang mana pada kasus ini adalah
untuk melihat iskemia cytotoxic edema yang berkembang akibat kegagalan dari
ion-pumps. Kegagalan ion-pumps ini terjadi karena pasokan ATP yang tidak
memadai seperti gambar berikut:

Pada gambar diatas tampak jaringan otak hipoattenuasi pada bagian dextra,
hal ini diduga adanya infak karena berada dislokasi pembuluh darah MCA dan
tampak seperti warna khas infak yaitu bisa diliha dari grey dan white matter nya.
Pada kasus kedua dengan indikasi pasien sama yaitu stroke dan dilakukan
pemeriksaan CT-Scan. Di hasilkan hasil citra CT-Scan pada gambar di bawah ini:
Terlihat pada gambar diatas terdapat temuan abnormalitas yang samar-samar.
Ada beberapa hipotensitas di koteks insular bagian kanan. Hal ini di duga adanya
infak. Sehingga dianjurkan dilakukan CTA untuk pemeriksaan selanjutnya.
Keuntungan menggunakan CT-Scan pada pemeriksaan dengan indikasi
stroke terutama untuk melihat adanya infark adalah sensitivitas pada modalitas
CT-Scan dalam mendiagnosis stroke adalah 64% dan memiliki spesifisitas sebesar
85%. Pada CT-Scan, 60% infark terlihat dalam jangka waktu 3-6 jam dan hampir
keseluruhan terlihat dalam waktu 24 jam.
2. Pemeriksaan MRI pada kasus neurologi
Pada kasus yang saya ambil adalah pasien stroke. Alasan dilakukannya
pemeriksaan dengan menggunakan MRI karena pad PD/T2WI dan FLAIR infark
terlihat sebagai SI tinggi. Tanda kematian sel otak pada MRI adalah brain terlihat
dari tampak hiperintens. Pada MRI, sequence yang paling bagus untuk melihat
infark brain ada DWI, seperti gambar berikut:

DWI merupakan sequence yang paling sesitif untuk pencitraan stroke. DWI
sensitif terhadap brownian motion air ekstraseluler karena ketidakseimbangan
yang disebabkan oleh edema sitotoksik. Biasanya proton air memiliki
kemampuan untuk menyebar secara ekstraseluler, dengan intensitas tinggi pada
DWI menunjukkan pembatasan kemampuan proton air untuk berdifusi secara
ekstraseluler.
Ketika membandingkan temuan pada T2WI dan DWI, kita dapat melihat
beberapa hal sebagai berikut:
a. Pada fase akut T2WI akan normal, tetapi pada waktunya daerah infarcted
akan menjadi hiperintens.
b. Hiperintensitas pada T2WI mencapai maksimumnya antara 7 dan 30 hari.
Setelah ini mulai memudar.
c. DWI sudah positif pada fase akut dan kemudian menjadi lebih terang dengan
maksimum pada 7 hari.
d. DWI pada infark otak akan positif selama kurang lebih 3 minggu setelah
onset (pada infark sumsum tulang belakang DWI hanya positif selama satu
minggu).
e. ADC akan memiliki intensitas sinyal rendah dengan maksimum pada 24 jam
dan kemudian akan meningkat dalam intensitas sinyal dan akhirnya menjadi
cerah pada tahap kronis.

Anda mungkin juga menyukai