Anda di halaman 1dari 4

2.

Stroke

Stroke merupakan penyebab utama kecacatan serta kematian di dunia. 1 Stroke merupakan
sindrom yang disebabkan oleh dsirupsi aliran darah ke sebagian otak akibat oklusi pembuluh
darah atau ruptur pembuluh darah.2 Perbedaan antara stroke iskemik dan hemoragik dalam
mendiagnosis sangatlah penting untuk manajemen stroke dan penentuan terapi. Secara garis
besar stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

2.1. Stroke Iskemik


Dari keseluruhan kasus stroke yang terjadi 82% di antaranya merupakan stroke iskemik.
Stroke iskemik dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu emboli (32%), lakunar (18%)
dan thrombus (32%) yang menyumbat arteri intrakranial, menyebabkan aliran darah semakin
lambat dan menjadi sumbatan pembuluh darah.3 Trombus terjadi akibat penumpukan plak
aterosklerosis yang menyebabkan terhalangnya aliran darah yang menyuplai otak secara
perlahan, sedangkan emboli dapat berasal dari plak aterosklerosis yang terlepas kemudian
menyumbat ke bagian distal pembuluh darah sehingga terjadi infark.
2.2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi sekitar 18% kasus, pada umumnya terjadi pada lanjut usia. Stroke
hemoragik dapat disebabkan karena hipertensi, arteriovenous malformasi (AVM),
serta,adanya penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang rapuh (aneurisma).
4. CT Scan

Pemeriksaan radiologis merupakan hal penting pada pasien suspek stroke.


Pemeriksaan radiologi tambahan selain CT, CTA, MRI, MRA untuk menentukan pasien
trombektomi tidak disarankan.3 Pemeriksaan MRI lebih baik dalam menentukan diagnosis
stroke iskemik, namun pada keadaan terdapat kecurigaan stroke secara klinis CT scan
menjadi modalitas pertama pemeriksaan radiologi. CT-scan digunakan untuk menilai struktur
dalam dari beberapa tubuh tertentu seperti melihat adanya trauma kepala dan perdarahan. CT
scan juga dapat digunakan untuk menyingkirkan kontraindikasi pada tindakan
trombolisis/trombektomi yaitu perdarahan intrakranial/stroke hemorhagik. Pemeriksaan
radiologis yang menjadi modalitas pertama pada kecurigaan stroke secara klinis adalah CT-
scan non kontras. CT-scan non kontras lebih mudah didapat, tersedia secara luas. serta dapat
3
digunakan untuk membedakan stroke iskemik dan stroke hemoragik. Selain CT Scan non
kontras, pilihan pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan untuk mengetahui lebih
detail kelainan yang terjadi dapat dilakukan CT angiografi. CT angiografi dapat memberikan
gambaran pembuluh darah lebih baik dibanding CT scan. CT Angiografi dapat digunakan
untuk melihat pembuluh darah baik intrakranial maupun ekstrakranial. CT Angiografi juga
bisa melihatkan arteri saja tanpa gangguan vena apabila waktu pengambilan gambar tepat. 3,4
Gambaran stroke iskemik pada CT scan dipengaruhi oleh onset seperti hiperakut (< 6 jam),
akut (6-36 jam), subakut awal (36 jam – 5 hari), subakut akhir (6 hari – 14 hari), dan kronik
(> 2 minggu). 5,6

Gambar 1a. Gambaran CT scan tanpa kontras menunjukkan hiperdensitas pada segmen M1 pada
MCA kiri (tanda panah), tanda khas hiperdens MCA pada pasien dengan stroke hemisfer kiri. 5
Gambar 1b. Gambaran CT angiografi dari pasien yang sama menunjukkan tidak adanya penyangatan
kontras pada MCA kiri segmen M1, sesuai dengan lokasi “hiperdens MCA”. 5

Pada CT scan non kontras, hiperatenuasi pada arteri intrakranial merupakan indikator
adanya thrombus pada pembuluh darah yang tampak hiperdens (hyperdense MCA sign).5,6
Gambaran hiperdens MCA tampak sebagai fokal hiperatenuasi pada segmen M1 dari MCA.
Umumnya pada onset 4-6 jam baru akan terlihat perubahan pada parenkim otak. Pada
parenkim otak tanda pertama adalah hipodensitas pada gray matter/substansia grisea tanpa
adanya efek massa. Substansia grisea akan menjadi isodens dengan substansia alba/white
matter. Insular ribbon sign merupakan tanda awal terjadinya iskemik pada area insula yang
ditandai dengan hilangnya batas antara substansia alba dan grisea.5
Gambar 2. A: CT scan onset 4 jam, tampak perubahan densitas dengan Insular ribbon sign, B: 36
jam, Hipodensitas pada substansia grisea dan alba distribusi MCA kanan, C: 4 Hari dengan efek
massa disertai herniasi transfalcine, hiperdensitas menunjukkan adanya perdarahan. 6

Pada keadaan akut (6 jam – 36 jam), edema sitotoksik akan berlanjut menjadi edema
vasogenik karena kerusakan sel endovaskular akibat iskemia yang berkelanjutan serta
menyebabkan fungsi blood-brain barrier terganggu. Akibatnya, terjadi peningkatan jumlah
cairan ke ekstraselular. Pada CT scan akan tampak gambaran hipodens. 5

Subakut awal (36 jam – 5 hari), aliran darah otak setelah infark akan kembali setelah
24- 72 jam. B

6. DSA
8. Brainwave PA
1. Imaging Recommendations for Acute Stroke and Transient Ischemic Attack Patients:
A Joint Statement by the American Society of Neuroradiology, the American College
of Radiology, and the Society of NeuroInterventional Surgery.
2. de Lucas EM, Sanchenz E, Gutierrez A, Mandly AG, Ruiz E, Florez AF, et al. CT
protocol for acute stroke : tips and tricks for general radiologists. Radiographics : a
revies publication of the Radiological Society of North America, Inc. 2008;28(6).
3. Role of Imaging in Current Acute Ischemic Stroke Workflow for Endovascular
Therapy.
4. Power WJ, et al. 2018 Guidelines for the Early Management of Patients With Acute
Ischemic Stroke. AHA/ASA Guideline. Februari; 2018
5. Chieng1 JSL. The hyperdense vessel sign in cerebral computed tomography: pearls
and pitfalls [Internet]. SMJ. [cited 2020Oct22]. Available from:
http://www.smj.org.sg/article/hyperdense-vessel-sign-cerebral-computed-
tomography-pearls-and-pitfalls
6. Nadgir R, Yousem D. Neuroradiology The Requisites. Elsevier. 4th Edition.
Philadelpia. 2010.

Anda mungkin juga menyukai