Anda di halaman 1dari 8

DIAGNOSIS STROKE

Gejala Klinis

◦ Defisit neurologis dalam waktu yang sangat singkat yaitu <5 menit (47-74% kasus).
◦ Penurunan kesadaran pada saat onset dalam (19-31% kasus).

◦ Defisit hemisfer yang luas (kalau infarknya luas).


◦ Didapat pasien penyebab berikut dan atau faktor risik : jantung (AF, kelainan katub), vascular (stenosis arteri kritis), darah (hiperkoagulabilitas).
◦ Terdapat skor dalam menentukan stroke, diantaranya :
◦ Algoritman stroke gajah mada
◦ Skor Hasanuddin
ALGORITMA
STROKE
GAJAH
MADA
Skor
Hasanuddin

Interpretasi:

< 15 = NHS

≥ 15 = HS
◦ Pemeriksaan Fisik
◦ Pemeriksaan vital sign: temperatur, tekanan darah, sinus ritme, kualitas karotis dan adanya bruit, dan kualitas suara jantung dan adanya murmur.
◦ Pemeriksaan neurologis menentukan defisit neurologis yang mengklasifikasikan sebagai salah satu sindrome klinis stroke yang dapat memprediksi pembuluh darah
yang terlibat dan mekanisme penyumbatan pembuluh darah.
◦ Pemeriksaan kelainan jantung seperti disritmia jantung (contoh : fibrilasi atrium), adanya bising jantung (contoh : stenosis mitral), gagal jantung kongestif (contoh :
setelah miokard infark akut).
◦ Pemeriksaan Penunjang
◦ Pemeriksaan radiologis: CT scan kepala (gambaran infark luas), MRI dan MRA.

◦ CT scan
◦ CT Scan adalah pemeriksaan imejing yang paling sering digunakan pada stroke akut. Pemeriksaan ini merupakan modalitas yang penting untuk mendeteksi stroke hemoragik
(ICH dan SAH). Tetapi pemeriksaan ini tidak efektif untuk stroke infark yang kecil terutama dibagian fossa posterior. Pada beberapa kasus stroke infark, 1-4 jam CT Scan
tampak normal. CT Scan setelah beberapa jamberikutnya baru menunjukan adanya infark. Jika pada CT Scan menggambarkan adanya lesi hipodens menunjukan stroke iskemik
dan bila CT Scan menggambarkan adanya lesi hiperdens menunjukan stroke hemoragik.1

◦ MRI
◦ Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gelombang magnetik untuk membuat gambaran otak. Gambar yang dihasilkan MRI jauh lebih detail jika dibandingkan
dengan CT scan, tetapi ini bukanlah pemeriksaan garis depan untuk stroke. Jika CT scan dapat selesai dalam beberapa menit, MRI perlu waktu lebih dari satu jam. MRI dapat
dilakukan kemudian selama perawatan pasien jika detail yang lebih baik diperlukan untuk pembuatan keputusan medis lebih lanjut. Orang dengan peralatan medis tertentu
(seperti, pacemaker) atau metal lain di dalam tubuhnya, tidak dapat dijadikan subyek pada daerah magneti kuat suatu MRI.
MRI PADA
TIPE STROKE
INFARK DAN
STROKE
HEMORAGIK
◦ Pemeriksaan EKG 12 lead : untuk mendeteksi pasien yang diduga adanya AF dan Acute Miocard Infark.
◦ Pemeriksaan score framingham dan score CHADS2 digunakan untuk memprediksi resiko stroke pada pasien dengan
AF.
◦ Pemeriksaan foto thoraks
◦ Pemeriksaan laboratorium20
◦ Laboratorium
◦ Pada pasien yang diduga mengalami stroke perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Parameter yang diperiksa
meliputi kadar glukosa darah, elektrolit, analisa gas darah, hematologi lengkap, kadar ureum, kreatinin, enzim jantung,
prothrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time (aPTT). Pemeriksaan kadar glukosa darah untuk
mendeteksi hipoglikemi maupun hiperglikemi, karena pada kedua keadaan ini dapat dijumpai gejala neurologis.
Pemeriksaan elektrolit ditujukan untuk mendeteksi adanya gangguan elektrolit baik untuk natrium, kalium, kalsium,
fosfat maupun magnesium.
◦ Pemeriksaan analisa gas darah juga perlu dilakukan untuk mendeteksi asidosis metabolik. Hipoksia dan hiperkapnia
juga menyebabkan gangguan neurologis. Prothrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time (aPTT)
digunakan untuk menilai aktivasi koagulasi serta monitoring terapi. Dari pemeriksaan hematologi lengkap dapat
diperoleh data tentang kadar hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah eritrosit, leukosit, dan trombosit serta morfologi sel
darah. Polisitemia vara, anemia sel sabit, dan trombositemia esensial adalah kelainan sel darah yang dapat
menyebabkan stroke.17
◦ Pemeriksaan Echocardiography.
Diagnosis Banding Stroke
Mimic stroke umumnya mengacaukan diagnosis klinis stroke. Suatu studi menunjukan bahwa 19% pasien yand didiagnosis stroke iskemik akut oleh dokter saraf
sebelum CT-scan, ternyata tidak memiliki kelainan cerebrovascular untuk mendukung gejala yang mirip stroke tersebut (stroke mimics). Mimic stroke yang
paling sering ditemui dalam klinis meliputi:21

a. Kejang (17%)
b. Infeksi sistemik (17%)
c. Tumor otak (15%)

d. Gangguan metabolik-toksik, seperti hyponatremia dan hipoglikemia (13%)


e. Vertigo posisional (6%)

f. Gangguan disosiatif-konversi
Pada fase pre-hostpiral dan setting IGD, mimic stroke yang paling sering yaitu hipoglikemia harus dipertimbangkan dengan tepat, karena sangat mudah dikenali
gejalanya dan dikoreksi atau terapi. Beberapa diagnosis banding stroke iskemik, meliputi kondisi gangguan atau penyakit berikut:

a. Bell’s Palsy
b. Neoplasma otak

c. Gangguan konversi
e. Hipoglikemia
f. Nyeri kepala migraine

g. Sinkop
h. Amnesia global transien

i. Kejang

Anda mungkin juga menyukai