Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
PROFIL SINGKAT PERUSAHAAN

PT. DIGITAL MEDIATAMA MAXIMA Tbk.


Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) didirikan pada tanggal 15 September 2015 dengan
nama PT Digital Marketing Solution dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2015. Kantor
pusat Digital Mediatama Maxima Tbk berlokasi di Gedung Mangkuluhur City Tower One Lt. 18, Jl. Jend.
Gatot Subroto Kav 1-3, Desa/Kel. Karet Semanggi, Kec. Setiabudi, Kota Adm. Jakarta Selatan, Provinsi
DKI Jakarta 12930 – Indonesia. PT Digital Mediatama Maxima adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang penyedia platform digital trade marketing dan periklanan berbasis cloud. Perusahaan memiliki
empat jenis kegiatan usaha, yaitu Managed Service, Infrastructure as a Service, Advertising Exchange
Hub dan Trade Marketing. Perusahaan menyediakan berbagai jasa end-to-end, seperti pengelolaan
konten, periklanan ter-program, dan program akuisisi penjualan.
Dalam jasa Managed Service, perusahaan menyediakan layanan end-to-end yang mulai dari
penjualan hardware untuk periklanan, sistem pengoperasian, pemeliharaan infrastruktur hardware secara
berkala, dan pengelolaan konten iklan. Perusahaan menawarkan pengelolaan konten iklan pada fasilitas
periklanan pelanggan, yaitu seperti iklan pada backwall, poster digital dan signage, dengan biaya yang
terjangkau pada kisaran Rp. 250.000 per layar per bulan.
Jasa Infrastructure as a Service (IAAS) merupakan usaha sistem sewa-pakai infrastruktur
periklanan, seperti kios atau signage digital dan juga penyediaan layanan end-to-end yang meliputi sistem
operasi periklanan, pemeliharaan infrastruktur iklan dan pengelolaan konten iklan. Perusahaan
memberikan layanan pemeliharaan berkala untuk digital signage kepada pelanggan.
Jasa Advertising Exchange Hub adalah penyediaan sarana periklanan dengan memanfaatkan aset
infrastruktur pelanggan secara maksimal. Infrastruktur di toko atau cabang pelanggan dapat digunakan
untuk mengiklankan produk sendiri, sebagai contohnya adalah mengiklankan asuransi dan reksa dana
milik BCA pada kantor cabangnya. Selain itu, infrastruktur di toko pelanggan juga bisa digunakan untuk
mengiklankan produk dan merek lain baik untuk produk dari merek berskala besar maupun UKM, dimana
pemasang iklan dimungkinkan memilih titik promosi secara masal maupun parsial berdasarkan lokasi dan
segmen konsumen mereka, sebagai contoh produk Pepsi diiklankan di pelanggan perusahaan, yaitu
Indomaret, contoh berikutnya salon pada area Serpong bisa diiklankan hanya pada jaringan signage di
minimarket area Serpong.
Jasa Trade Marketing adalah penyediaan program pemasaran perdagangan B2B termasuk
periklanan dan promosi pemasaran dan aktivasi penjualan. Promosi pemasaran termasuk penawaran
voucher seperti voucher makanan atau voucher diskon. Selain itu, program pemasaran perdagangan B2B
yang disediakan perusahaan termasuk bonus-bonus untuk retailer UKM berupa voucher digital, sebagai
contoh bila retailer UKM berbelanja sampo dengan jumlah tertentu akan mendapatkan bonus voucher
restoran untuk retailer, juga promo bisa ditujukan bagi konsumen langsung retailer tersebut yang
berbelanja di gerai UKM mereka. Trade Marketing juga mencangkup usaha penyelenggaraan
telekomunikasi lainnya yang belum dicakup di tempat lain, meliputi kegiatan penjualan pulsa, baik
voucher pulsa maupun elektronik dan penjualan kartu perdana telepon seluler.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Digital Mediatama Maxima Tbk (31-Jul-
2023), yaitu: NFC Indonesia Tbk (NFCX) (27,65%), PT Jaya Distribusi Ritel (19,46%), PT Soteria
Wicaksana Investama (10,26%), PT Sicepat Ekspres Indonesia (6,91%) dan Saham Treasuri (Treasury
shares) (5,63%). Entitas langsung dari Digital Mediatama Maxima Tbk adalah NFC Indonesia Tbk
(NFCX), sedangkan Entitas Induk terakhir adalah PT Kresna Prima Invest, yang didirikan dan berdomisili
di Indonesia. Pihak pengendali dan pemilik manfaat sebenarnya (ultimate beneficial owner) Digital
Mediatama Maxima Tbk adalah Michael Steven.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DMMX adalah bergerak dalam
bidang perdagangan, telekomunikasi, jasa konsultasi komputer dan manajemen fasilitas komputer,
periklanan, jasa informasi dan aktivitas perusahaan holding. Saat ini, kegiatan usaha utama DMMX
adalah bergerak dalam bidang trade marketing, perdagangan perangkat keras, jasa pengelolaan, sewa
pakai infrastruktur dan platform bursa iklan. Pada tanggal 11 Oktober 2019, DMMX memperoleh
pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham DMMX (IPO) kepada masyarakat sebanyak 2.692.307.700 saham baru dengan nilai nominal
Rp10,- per saham dengan harga penawaran Rp230,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 21 Oktober 2019.
Alasan memilih perusahaan DIGITAL MEDIATAMA MAXIMA Tbk. (DMMX), sebagai
Emiten untuk dijadikan kasus dalam tugas ini didasari pada prospek dari sektor bisnis yang dijalankan
oleh perusahaan tersebut sangat bagus untuk jangka panjang walaupun flowchart dari saham tersebut
cenderung tidak stabil. Latar belakang perusahaan juga menjadi acuan pemilihan emiten ini sebagai salah
satu contoh kasus dalam tugas ini.
Jumlah komposisi investasi yang digunakan sebagai contoh acuan pada kasus ini adalah 650.000
lembar saham pertanggal 18 September 2023, dengan perlembar sahamnya adalah Rp. 268.00 dan nilai
investasi keseluruhan adalah Rp. 174.200,00

BAB II
ANALISIS FUNDAMENTAL PERUSAHAAN
Analisis fundamental perusahaan adalah pendekatan evaluasi nilai intrinsik suatu perusahaan
dengan memeriksa faktor-faktor ekonomi, keuangan, industri, dan manajemen. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kesehatan dan prospek jangka panjang
perusahaan, yang dapat membantu investor membuat keputusan investasi yang lebih informasional.

Perhitungan analisis fundamental masing masing perusahaan akan menggunakan 4 rasio, yaitu Current
Ratio, DER (debt - to - equity ratio), ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity) dengan
penjelasan sebagai berikut:

1. Current Ratio, Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar (aset
yang dapat dicairkan dalam satu tahun). Rumus: Aset Lancar/Utang Lancar
2. DER (Debt - to - Equity Ratio), Rasio untuk mengukur seberapa besar utang yang digunakan oleh
perusahaan dibandingkan dengan ekuitasnya. Semakin rendah DER, semakin sedikit utang relatif
terhadap ekuitas perusahaan. Rumus: Utang Bersih/Ekuitas
3. ROA (Return on Asset), Rasio untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba
dari aset yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA, semakin efisien perusahaan dalam
menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Rumus: (Laba Bersih/Total Aset)*100
4. ROE (Return on Equity), Rasio untuk mengukur seberapa besar laba yang dihasilkan oleh
perusahaan dibandingkan dengan ekuitas pemegang sahamnya. Semakin tinggi ROE, semakin
baik perusahaan dalam menghasilkan laba untuk pemegang sahamnya. Rumus: (Laba
Bersih/Total Equitas)*100
Analisis Fundamental Perusahan PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG)
Untuk melakukan Analisis Fundamental pada perusahaan PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG).
Menggunakan beberapa jenis analisa. Yaitu : Current Ratio, DER (debt - to - equity ratio), ROA (Return
on Asset) dan ROE (Return on Equity). berikut penjelasan mengenai perkembangan saham PT. Saratoga
Investama Sedaya Tbk. (SRTG, dengan berbagai jenis masing-masing analisis dalam 3 tahun terakhir.
1. Current Ratio
 2020 = 4.557
Secara umum, rasio lancar di atas 1 dianggap baik, karena menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki aset yang cukup untuk membayar kewajiban jangka pendeknya.
Dalam hal ini, current ratio sebesar 45.57 jelas sangat tinggi dan tidak biasa. Biasanya,
current ratio dalam satuan lebih dari 1 atau sedikit di atas 2 sudah dianggap baik. Oleh
karena itu, sebaiknya Anda memastikan bahwa perhitungan tersebut benar dan data yang
digunakan akurat. Jika data tersebut benar, maka perusahaan memiliki jumlah aset lancar
yang sangat besar dibandingkan dengan kewajiban lancarnya. Meskipun terlihat positif,
tetapi ini juga dapat menunjukkan bahwa perusahaan mungkin tidak mengelola
likuiditasnya dengan efisien. Rasio yang terlalu tinggi dapat menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki terlalu banyak aset yang tidak diinvestasikan secara produktif, dan
hal ini dapat mengurangi tingkat pengembalian investasi.

 2021 = 182,78
Dengan angka yang tidak biasanya seperti pada tahun 2020, angka 182,78 merupakan
angka Current Ratio yang tinggi tidak selalu bagus, current ratio yang sangat tinggi dapat
menunjukkan adanya masalah seperti ketidakseimbangan antara aset dan kewajiban atau
kesulitan mengelola aset dengan efisien.

 2022 = 62,72
Sama halnya dengan kasus yang terjadi pada tahun 2020 & 2021, , angka 62,72
merupakan angka Current Ratio yang tinggi tidak selalu bagus, current ratio yang sangat
tinggi dapat menunjukkan adanya masalah seperti ketidakseimbangan antara aset dan
kewajiban atau kesulitan mengelola aset dengan efisien.

2. DER (Debt - to - Equity Ratio)


 2020 = 0.12
PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). Mempunyai DER (Debt - to - Equity
Ratio) atau Hutang sebesar 0.12. angka tersebut dapat dianggap baik karena Angka di
bawah 1 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tingkat utang yang relatif rendah
dibandingkan dengan ekuitasnya.

 2021 = 0.09
Pada tahun 2021, PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). ). Mempunyai DER
(Debt - to - Equity Ratio) atau Hutang Sebesar 0.09. angka tersebut dapat dianggap baik
karena menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tingkat utang yang relatif rendah
dibandingkan dengan ekuitasnya.

 2022 = 0.07
Pada tahun 2020, PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). Mempunyai DER (Debt
- to - Equity Ratio) atau Hutang sebesar 0.07 yang dimana nilai ini sama dengan nilai di
tahun 2020, angka tersebut dapat dianggap baik karena menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki tingkat utang yang relatif rendah dibandingkan dengan ekuitasnya

3. ROA (Return on Asset)


 2020 = 25.18%
Pada tahun 2020 PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). Mempunyai ROA
(Return on Asset) sebesar 25.18%, ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu
menghasilkan laba sebesar 25.18% dari total aset yang dimilikinya. return on assets
(ROA) yang baik adalah 5% atau lebih, dan di atas 20% sudah sangat baik. Secara umum,
ROA sebesar 25.18% dapat dianggap baik, karena menunjukkan tingkat efisiensi yang
tinggi dalam pemanfaatan aset perusahaan.

 2021 = 0.41%
Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2021 PT. Saratoga Investama Sedaya
Tbk. (SRTG). Mempunyai ROA (Return on Asset) sebesar 0.41%, ini menunjukan
penurun ROA (Return on Asset) dikarenakan semakin tinggi ROA, semakin baik.
Perusahaan yang efisien dalam menggunakan asetnya biasanya akan memiliki ROA yang
lebih tinggi.

 2022 = 72.39%
Pada tahun 2020 PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). Mempunyai ROA
(Return on Asset) sebesar 72.39%, ini dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian yang
sangat tinggi dan positif. ROA sebesar 72.39% menunjukkan bahwa perusahaan efisien
dalam menghasilkan laba dari setiap unit aset yang dimilikinya.

4. ROE (Return on Equity)


 2020 = 28.13%
Pada tahun 2020, ROE (Return on Equity) dari PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk.
(SRTG). Mempunyai nilai 28.13% ini menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan
laba bersih sebesar 28.13% dari total ekuitasnya. Sebagai aturan umum, semakin tinggi
ROE, semakin baik, karena ini menunjukkan bahwa perusahaan efisien dalam
menggunakan modal ekuitasnya untuk menghasilkan laba.
 2021 = 0.44%
Pada tahun 2021, ROE (Return on Equity) dari PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk.
(SRTG). Memunculkan angka sebesar 0.44%, ROE (Return on Equity) dibawah 1.0
mencerminkan bahwa laba bersih yang diperoleh rendah, Penurunan nilai tersebut dapat
mengartikan bahwa perusahaan sedang kesulitan untuk mendapatkan laba. Ini dapat
menyebabkan harga saham menjadi turun sehingga menjadi kurang tertarik untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut.

 2022 = 7.72%
Pada tahun 2022, PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). Mempunyai ROE
(Return on Equity) sebesar 7.72% yang dimana ini mengalami peningkatan dari tahun
2021, ini menunjukan bahwa perusahaan mampu berbenah dan efisien dalam
menghasilkan laba dari setiap unit aset yang dimilikinya.

BAB III
GRAFIK PERGERAKAN SAHAM

GRAFIK PERGERAKAN SAHAM


IDR 2,500

IDR 2,000

IDR 1,500

IDR 1,000

IDR 500

IDR 0
22-Sep- 29-Sep- 6-Oct- 13-Oct- 20-Oct- 27-Oct- 3-Nov- 10-Nov- 17-Nov- 24-Nov- 1-Dec-
23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23
Awal Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 - 10

Grafik saham adalah representasi visual dari pergerakan harga saham suatu perusahaan atau indeks saham
selama periode waktu tertentu. Pada gambar dibawah ini menunjukan grafik pergerakan saham PT.
SARATOGA INVESTAMA SEDAYA Tbk. (SRTG) dengan jenis Grafik Garis (Line Chart).
TABEL INVESTASI
Hari/ Close
Periode Tanggal Price Nilai
Awal 22-Sep-23 IDR 1,915 IDR 176,180,000
Minggu - 1 29-Sep-23 IDR 1,760 IDR 161,920,000
Minggu - 2 6-Oct-23 IDR 1,630 IDR 149,960,000

LEMBAR SAHAM
Minggu - 3 13-Oct-23 IDR 1,615 IDR 148,580,000
Minggu - 4 20-Oct-23 IDR 1,590 IDR 146,280,000
92000

Minggu - 5 27-Oct-23 IDR 1,430 IDR 131,560,000


Minggu - 6 3-Nov-23 IDR 1,455 IDR 133,860,000
Minggu - 7 10-Nov-23 IDR 1,475 IDR 135,700,000
Minggu - 8 17-Nov-23 IDR 1,495 IDR 137,540,000
Minggu - 9 24-Nov-23 IDR 1,585 IDR 145,820,000
Minggu - 10 1-Dec-23 IDR 1,610 IDR 148,120,000

Pada awal studi kasus, peneliti membeli saham dengan jumlah 92.000 lembar saham atau berdasarkan
aturan Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 920 lot yang senilai dengan Rp. 176,180,000,- dan akan
melakukan penelitian ini dalam kurun waktu 10 minggu waktu penelitian. Hasil dari grafik dapat dilihat
melalui Tabel Investasi diatas.

Periode Minggu 1, pada 29-Sep-2023 Close Price/Harga yang muncul saat bursa tutup dihargai dengan
Rp. 1,760,- dengan Nilai Rp. 161,920,000,- yang mengartikan bahwa investasi pada minggu 1 mengalami
kerugian senilai Rp,

Anda mungkin juga menyukai