Anda di halaman 1dari 89

LAPORAN KAJIAN ASPEK UMUM

MEMPELAJARI PENERAPAN PERANCANGAN, PERENCANAAN


DAN PENGENDALIANDI PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA TBK, CITEREUP BOGOR

HANDOKO
FATHUR GUNAWAN
DZIMAR RAMADHAN. S P
DEVARIANDI ADITYA SUKMAYADI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN AKHIR DAN SUMBER
INFORMASI
1. Kami menyatakan Laporan Kajian Aspek Umum Mempelajari Penerapan
Perancangan Perencanaan Pengendalian di PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. adalah benar karya kami dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
2. Informasi yang digunakan berasal dari Praktik Kerja Lapangan dan karya yang
telah disebutkan dalam teks serta dicantumkan dalam Daftar Pusaka di akhir
bagian laporan.

Bogor, Juli 2020

Handoko
Fathur Gunawan
Dzimar Ramadhan S.P.
Devariandi Aditya Sukmayadi
RINGKASAN
HANDOKO, FATHUR GUNAWAN, DZIMAR RAMADHAN S.P, dan
DEVARIANDI ADITYA SUKMAYADI Mempelajari Penerapan Perancangan,
Perencanaan, dan Pengendalian di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Dibimbing oleh PURANA INDRAWAN.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (ITP) atau yang lebih dikenal yaitu
semen “Tiga Roda” merupakan produsen semen terbesar di Indonesia. Awalnya
bernama PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) yang mengoperasikan
pabrik pertamanya secara resmi pada tanggal 4 Agustus 1975. Tujuan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini adalah mempelajari penerapan aspek perancangan,
perencanaan, dan pengendalian di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Aspek Perancangan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk meliputi
Teknik Tata cara Kerja, Tata Letak, dan Penanganan Bahan. Teknik Tata cara Kerja
terdiri dari Peta Proses Operasi (PPO), Peta Aliran Proses (PAP), dan Diagram Alir
(DA) yang membahas mengenai proses produksi, serta ergonomi yang membahas
kondisi lingkungan kerja dan display. Tipe tata letak yang diterapkan pada PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah product layout dan pola aliran yaitu
bentuk S atau zig-zag. Alat penanganan bahan yang digunakan pada PT ITP
adalahbelt conveyor, screw conveyor, approan conveyor, air slide conveyor, chain
drag conveyor, bride scrapper, side reclaimer,bucket elevator, dump truck, bulk
truck, loader. Kondisi lingkungan kerja mendukung efektivitas dari segi
pencahayaan, temperature, sirkulasi udara yang disesuaikan dengan kondisi
karyawan yang bekerja serta pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
display keadaan darurat memberikan rasa aman pada karyawan saat bekerja.
Aspek Perencanaan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk membahas
mengenai Perencanaan Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Perencanaan Produksi yang diterapkan
pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah Make To Stock (MTS). Hal ini
dikarenakan PT Indocement Tunggal Prakarsa melakukan kegiatan produksi secara
terus menerus dan mempunyai safety stock produk jadi untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Manajemen Sumber Daya Manusia dilakukan dengan memberikan
kesejahteraan kepada karyawan dengan memberikan tunjangan-tunjangan, waktu
cuti, dan pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan kemampuan pekerja sesuai
dengan undang-undang yang berlaku. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
diterapkan pada PT ITP berupa penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)diri seperti
safety helmet, safety glasses, masker, safety shoes, dan sarung tangan untuk
menghindari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
Aspek Pengendalian pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk membahas
mengenai Pengendalian Produksi, Total Productive Maintenance (TPM),
Manajemen Mutu, Supply Chain Management (SCM), dan Pengendalian Limbah.
Pengendalian Produksi membahas prosedur pengadaan bahan baku, prosedur
penyimpanan bahan baku, dan prosedur pengambilan bahan baku yang diterapkan
pada PT ITP. Total Productive Maintenance yang dibahas adalah pilar-pilar TPM
yang sudah diterapkan pada PT ITP, budaya kerja 5S, jenis perawatan mesin, dan
prosedur perawatan yang dilakukan oleh PT ITP. PT ITP menerapkan sistem
manajemen ISO 9001:2008 berkaitan dengan manajemen mutu, ISO 17025
berkaitan dengan sistem manajemen pengelolaan laboratorium, American
Petroleum Institute (API) spec 10A Class GHSR berkaitan dengan sistem
manajemen Oil Well Cement (OWC). Teknik perawatan mesin yang dilakukan ialah
Corrective Maintenance, Preventive Maintenance, predictive maintenance, serta
penerapan budaya 5S yang telah berjalan dengan baik. Pengendalian limbah di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menerapkan sistem green manufacture yaitu
untuk meminimalisir limbah dan polusi yang dihasilkan dari proses produksi.
Pengiriman finish goods PT Indocement. Supply Chain Management pada PT ITP
membahas mengenai skema rantai pasok terdiri dari aliran uang, aliran informasi,
dan aliran barang. Pengolahan limbah pada PT ITP dikelola oleh PT ITP sendiri
dan pihak ketiga melalui beberapa proses.
Kata kunci : Perancangan, Perencanaan, Pengendalian
MEMPELAJARI PENERAPAN PERANCANGAN ,
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN DI PT INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA TBK, CITEUREUP BOGOR

HANDOKO
FATHUR GUNAWAN
DZIMAR RAMADHAN. S P
DEVARIANDI ADITYA SUKMAYADI

Laporan Akhir Kajian Umum


sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Studi Manajemen Industri

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
Judul Laporan Akhir : Mempelajari Penerapan Perancangan Perencanaan dan
Pengendalian di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Nama : Handoko (J3K217219)
Fathur Gunawan (J3K117079)
Dzimar Ramadhan S.P. (J3K217221)
Devariandi Aditya Sukmayadi (J3K217222)

Disetujui oleh

Ir. Purana Indrawan. MP


Pembimbing

Diketahui oleh

Ir. Purana Indrawan. MP


Ketua Program Studi

Tanggal lulus :
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan akhir Praktik Kerja Lapangan ini dapat disusun
hingga selesai. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Tujuan pembuatan laporan akhir ini adalah agar dapat mempermudah dalam
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan penyusunan laporan akhir, yang
merupakan salah satu syarat kelulusan bagi setiap mahasiswa di Program Keahlian
Manajemen Industri Sekolah Vokasi IPB. Penulis banyak mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan
akhir, diantaranya :
1. Bapak Ir. Purana Indrawan, MP sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam pembuatan
laporan akhir.
2. Bapak Ir. Purana Indrawan, MP selaku Koordinator Program Keahlian dan tim
dosen atas waktu dan ilmu yang telah diberikan.
3. Bapak Ir. Pramono D.Fewidarto selaku dosen penguji dan moderator atas waktu
dan ilmu yg diberikan terkait laporan akhir.
4. Semua staff PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah memberikan data,
infromasi dan bimbingan kepada penulis dalam pembuatan laporan akhir.
5. Orang tua dan keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan
baik secara materi maupun non materi.
6. Seluruh teman-teman Program Keahlian Manajemen Industri (MNI) 54 yang
saling mendukung dalam penyelesaian proposal ini.
7. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari pengetahuan, tata cara penulisan, pengalaman, maupun isinya. Terlepas dari
semua itu, penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun.Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang
membacanya.

Bogor, Juli 2020

Handoko (J3K217219)
Fathur Gunawan (J3K117079)
Dzimar Ramadhan S.P. (J3K217221)
Devariandi Aditya Sukmayadi (J3K217222)
i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
1 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 1
1.1 Kondisi Perusahaan 1
1.1.1 Sejarah Perusahaan 1
1.1.2 Logo, Visi, Misi,Motto dan Slogan Perusahaan 3
1.1.3 Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas Jabatan PT ITP 4
1.2 Jenis Hasil Produksi 7
1.3 Proses Produksi 10
1.1.4 Penambangan (Quarrying) 11
1.1.5 Pengeringan dan Penggilingan (Drying and Grinding) 14
1.1.6 Pembakaran dan Pendinginan (Burning and Cooling) 15
1.1.7 Penggilingan Akhir (Finish Mill) 17
1.1.8 Pengantongan Semen (Packing) 18
2 ASPEK PERANCANGAN 19
2.1 Deskripsi Lingkup Aspek Perancangan 19
2.1.1 Teknik TataCara Kerja 19
2.1.2 Tata Letak 22
2.1.3 Penanganan Bahan(Material Handling) 23
2.2 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Perancangan 24
2.3 Identifikasi Masalah Why-why Analisis Aspek Perancangan 24
3 ASPEK PERENCANAAN 25
3.1 Deskripsi Lingkup Aspek Perencanaan 25
3.1.1 Perencanaan Produksi 25
3.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia 26
3.1.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 28
3.2 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Perencanaan 32
3.3 Identifikasi Masalah Why-why Analisis Aspek Perencanaan 32
4. ASPEK PENGENDALIAN 33
4.1 Deskripsi Lingkup Aspek Pengendalian 33
4.1.1 Pengendalian Persediaan 33
4.1.2 Total Productive Maintenance 34
4.1.3 Pengendalian Mutu 38
4.1.4 Supply Chain Management 41
4.1.5 Pengendalian Limbah 45
4.2 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Pengendalian 47
4.3 Identifikasi Masalah Why-Why Analisis Aspek Pengendalian 47
5 SIMPULAN DAN SARAN 48
5.1 SIMPULAN 48
5.2 Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 51
RIWAYAT HIDUP 74
ii

DAFTAR GAMBAR

1 Logo PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 4


2 Ordinary Portland Cement 7
3 Portland Composite Cement 8
4 Oil Well Cement 8
5 White Cement 8
6 White Mortal TR 30 9
7 Portland Pozzolan Cement 9
8 Ready-Mix Concrete 10
9 Agregat 10
10 Blasting Limestone 12
11 Loading dan Haouling 12
12 Crushing 13
13 Proses Raw Mill 15
14 Proses Burning Section 17
15 Proses Finish Mill 18
16 Flow Chart Prosedur Perbaikan Mesin 38
17 Skema Rantai Pasok 42

DAFTAR TABEL

1 Pemegang Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 1989-2000 2


2 Pemegang Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 2001-2008 3
3 Pemegang Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pada 30 September 2018 3
4 Temperatur Ruangan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 20
5 Tingkat Pencahayaan Ruangan di PT ITP 21
6 Tingkat kebisingan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 21
7 Kadar Debu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 22
8 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Perancangan 24
9 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Perencanaan 32
10 Pengaruh LSF di Unit Raw Mill 39
11 Pengaruh SM di Unit Raw Mill 40
12 Pengaruh IM di Unit Raw Mill 40
13 Pengendalian Mutu Proses 40
14 Strategi Rantai Pasok 44
15 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Pengendalian 47

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data dan Informasi Aspek Umum 52


2 Srrukutur Organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 54
3 Proses Produksi Semen di PT ITP 55
4 Peta Proses Operasi 56
iii

5 Peta Aliran Proses 57


6 Diagram Alir 58
7 Display di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 59
8 Data Tingkat Pencahayaan PT IP 61
9 Tingkat Kebisingan di PT ITP 62
10 Data Kadar Debu di PT ITP 63
11 Data Kadar Debu di PT ITP (lanjutan) 64
12 Alat Penanganan Bahan PT ITP 65
13 Identifikasi Masalah Why-Why Analisis Aspek Perancangan 69
14 Alat Pelindung Diri (APD) PT ITP 70
15 Identifikasi Masalah Why-Why Analisis Aspek Perencanaan 72
16 Identifikasi Masalah Why-Why Analisis Aspek Pengendalian 73
1

1 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

1.1 Kondisi Perusahaan


1.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan salah satu produsen semen
terbesar di Indonesia yang telah memproduksi berbagai jenis semen yang memiliki
mutu baik dan memiliki daya jual yang tinggi sehingga dapat bersaing dengan
perusahaan lain yang sejenis. Produk yang dipasarkan pada perusahaan ini yaitu
dengan merk “Tiga Roda”. Perusahaan ini dikenal dengan produsen yang berbeda
dari perusahaan lain, yaitu hanya satu-satunya produsen yang menjual semen putih
di Indonesia. Indocement pun memiliki beberapa anak perusahaan yang
memproduksi beton siap pakai (Ready-Mix Concrete / RMC) serta mengelola
tambang agregat dan trass.
Perusahaan ini berdiri pada tahun 1985 yaitu berasal dari hasil penggabungan
enam perusahaan yang kemudian menghasilkan sebuah perusahaan semen dengan
delapan pabrik sejak 1975. Pada tahun tersebut memiliki kapasitas produksi
500.000 ton semen per tahun. Sejalan dengan meningkatknya kebutuhan semen di
Indonesia membuat PT District Indonesia Cement Enterprise berkembang pesat.
Hal ini mendorong Indocement Group agar mendirikan perusahaan-perusahaan
baru. Pada tanggal 5 Desember 1975, untuk pertama kalinya Indocement mencatat
sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode transaksi INTP.
Pada tahun 1978 Indocement Group mendirikan PT Perkasa Indonesia
Cement Enterprise (PICE) dengan kontraktor Kawasaki Heavy Industries Inc.
Kapasitas produksi perusahaan ini yaitu 1.000.000 ton semen per tahun. Pada tahun
1981 Indocement group pun mengembangkan produksi semen putih dengan
mendirikan PT Perkasa Indah Indonesia Cement Enterprise (PICE) dengan
kapasitas produksi 200.000 ton semen putih per tahun. Lalu pada tahun 1983
didirikan PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE) yang
didirikan dengan kapasitas produksi terpasang 1.500.000 ton semen per tahun.
Kemudian tahun 1985 Indocement mendirikan 2 pabrik baru yaitu PT
Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIACE) dan PT Perkasa Abadi
Mulia Indonesia Cement Enterprise (PAMICE) dengan kapasitas produksi
1.500.000 ton per tahun. Pada tahun ini juga didirikan PT Indocement Tunggal
Prakarsa dan disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan nomor surat C2-
3641.ht.01.01TH.85. Selanjutnya PT Indocement Tunggal Prakarsa mengambil alih
seluruh saham dari keenam perusahaan tersebut.
Pada tanggal 8 Juli 1985 pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh
Departemen Keuangan membeli sebagian saham dari PT Indocement Tunggal
Prakarsa. Besarnya penyertaan modal pemerintah adalah 30,8% dan sisanya
dimiliki pihak swasta. Kemudian pada tanggal 1 Januari 1986 dilakukan
penggabungan keenam perusahaan tersebut dan telah disetujui oleh para pemegang
saham PT Indocement Tunggal Prakarsa. Sehingga sejak saat itu PT Indocement
Tunggal Prakarsa telah mengambil alih seluruh hak dan kewajiban perusahaan
tersebut dan keenam perusahaan tersebut dinyatakan bubar.
2

Setelah proses pengambilalihan tersebut, PT Indocement Tunggal Prakarsa


dibagi menjadi 8 plant yang mana bangunan plant tersebut merupakan bagunan
dari keenam perusahaan sebelumnya, yaitu:
a. PT District Indonesia Cement Enterprise menjadi PT Indocement Tunggal
Prakarsa plant 1 dan plant 2.
b. PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise menjadi PT Indocement Tunggal
Prakarsa plant 3 dan plant 4.
c. PT Perkasa Indah Indonesia Cement Enterprise menjadi PT Indocement
Tunggal Prakarsa plant 5.
d. PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise menjadi PT
Indocement Tunggal Prakarsa plant 6.
e. PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise menjadi PT Indocement
Tunggal Prakarsa plant 7.
f. PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise menjadi PT Indocement
Tunggal Prakarsa plant 8.
Pada tanggal 16 Oktober 1989, berdasarkan surat izin Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 51-062/SHM/MK.01/1989 PT Indocement Tunggal
Prakarsa melakukan go public dengan menjual 59.888.100 saham kepada
masyarakat dengan harga penawaran Rp 10.000,-/saham. Struktur pemilikan saham
PT Indocement setelah go public dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pemegang Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 1989-2000


No. Pemegang Saham Presentasi Kepemilikan (%)
1. PT. Mekar Sari 43,40
2. Pemerintah RI 30,38
3. H. Sudwikatmono 6,51
4. H. Ibrahim Risyad 6,5
5. Yayasan Supersemar 1,07
6. Yayasan Dharmais 1,07
7. Yayasan Dakap 1,07
8. Masyarakat 10
Sumber : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Namun sejak 2001, mayoritas saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk


dimiliki oleh Heidelberg Cement Group yang berbasis di Jerman. Heidelberg
cement merupakan pemimpin pasar global dalam bidang agregat dan merupakan
pemain terkemuka di industri semen dan beton. Hal ini menjadikannya sebagai
salah satu produsen terbesar di dunia pada bidang bangunan. Sejak saat itu
perusahaan difokuskan untuk mengembalikan ketahanan finansial yang hilang
sejak krisis Asia. Saham Indocement didaftarkan di bursa efek Jakarta dan bursa
efek Surabaya. Indocement memiliki lebih dari 6.000 karyawan. Pada Juli 2008
mayoritas kepemilikan saham pun sebagian dijual ke masyarakat. Saham itu pun
sebagian besar dibeli oleh Heidelberg dari Jerman, sehingga komposisi pemegang
3

saham berubah. Pemegang saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 2001-


2008 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pemegang Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 2001-2008


No. Pemegang Saham Presentasi Kepemilikan (%)
1. Heidelberg Company 61,9
2. Pemerintah RI 16,7
3. PT Mekar Sari dan PT Kaolin 13,5
Indah Utama
4. Masyarakat 7,9
Sumber : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Pada tahun 2008 komposisi pemegang saham PT Indocement Tunggal


Prakarsa berubah lagi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Pemegang Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pada 30


September 2018
No. Pemegang Saham Presentasi Kepemilikan (%)
1. Heidelberg Company 65,14
2. PT Mekar Sari dan PT Kaolin 13,03
Indah Utama
3. Masyarakat 21,83
Sumber : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Saat ini PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki 13 plant yaitu 10 plant


berlokasi di daerah Citereup, Bogor (plant 1 sampai plant 8, plant 11, dan plant 14),
2 plant berlokasi di daerah Palimanan, Cirebon (plant 9 dan plant 10), dan plant 12
bertempat di daerah Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

1.1.2 Logo, Visi, Misi,Motto dan Slogan Perusahaan


PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement”) adalah salah satu
produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen
bermutu, termasuk produk semen khusus yang dipasarkan dengan merek “Tiga
Roda”. Namun belum lama ini perusahaan mempunyai merk semen baru yaitu
“Rajawali”.
Pemikiran logo sudah dimulai sejak tahun 1985 setelah terjadinyapenyatuan
keenam perusahaan yang resmi membentuk badan hokum dengan nama PT Indocement
Tunggala Prakarsa pada Mei 1985. Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 2001
PT Indocement yang sahamnya sebagian besar dibeli oleh Heidelberg dari Jerman
memberi komposisi pemegang saham yang berubah. Sehingga pemegang saham
terbesar pun memberikan perubahan logo dengan menaruhnya didalam logo
tersebut. Logo PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dilihat pada gambar 1.
4

Gambar 1 Logo PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.


(Sumber : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.)

Elemen logo yaitu berbentuk bulat memberikan kesan yang dinamis,


bergerak, memiliki kecepatan, sesuatu yang berulang, tidak terputus, abadi,
memiliki kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna serta kehidupan.
Warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil oleh PT
Indocement dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan
dinamis. Warna-warna dan logo tersebut serta maknanya adalah sebagai berikut :
 Biru : Mencerminkan andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
 Merah : Mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberaniandalam
menghadapi berbagai macamkeadaan.
Visi, misi, dan motto PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah sebagai
berikut:
Visi : Menjadi produsen semen terkemuka di Indonesia, pemain di pasar beton siap-
pakai (RMC) di Pulau Jawa dan Sumatera Selatan, serta pemain nomor satu
di pasar agregat di Jabodetabek ”.
Misi : Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan
berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan
berkelanjutan ”.
Motto : Turut membangun kehidupan bermutu.
Slogan “Indocement Kokoh Terpercaya”. Dengan slogan ini diharapkan
produk jadi yang dijual oleh perusahaan mampu menghasilkan bangunan dengan
kokoh. Pada saat bangunan dalam kondisi tersebut, konsumen akan mempercayai
produk semen yang dijual oleh perusahaan. Hal ini akan meningkatkan pendapatan
perusahaan apabila konsumen telah mempercayai produk jadi di PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk.

1.1.3 Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas Jabatan PT Indocement


Tunggal Prakarsa Tbk.
Dalam suatu organisasi pasti memiliki struktur organisasi yang jelas. Pada
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menerapkan hubungan kerja antar bagian
yang satu dengan yang lain untuk mengatur hak dan kewajiban masing- masing
bagian. Struktur organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Deskripsi tugas jabatan pada tiap divisi PT ITP, yaitu :
1. Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan sebuah dewan yang bertugas dengan melakukan
pengawasan kemudian memberikan nasihat kepada direktur PT (Perseroan
5

Terbatas). Dalam melaksanakan tugas, dewan komisaris bertanggung jawab


kepada RUPS. Kinerja dewan komisaris dievaluasi berdasarkan unsur-unsur
penilaian kinerja yang disusun secara mandiri oleh dewan komisaris.
Pelaksanaan penialain dilakukan pada tiap akhir periode tutup buku.
2. Komite Audit
Komite audit merupakan sebuah badan komite yang dibentuk serta bertanggung
jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi
dari dewan komisaris. Komite audit dibentuk kemudian memberikan laporan
kepada dewan komisaris. Komite ini memiliki sifat fakultatif, yaitu dapat
dibentuk. Biasanya terdiri atas minimal 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari
komisaris independent dan pihak dari luar perusahaan. Komite audit diketuai
oleh komisaris independent.
3. Komite Kompensasi
Komite kompensasi merupakan komite yang bertanggung jawab untuk
menetapkan kompensasi kepada direktur utama serta memberi saran kepada
direktur utama mengenai kompensasi eksekutif senior lainnya. Komite
kompensasi memiliki tugas, yaitu:
a. Menetapkan dan memantau sasaran kinerja direktur utama.
b. Menyewa konsultan untuk membantu dalam proses kompensasi, sesuai
kebutuhan.
c. Menetapkan kompensasi dewan komisaris.
d. Memantau kinerja direktur utama relatif terhadap target.
e. Memeberi advis kepada direktur utama dan mengawasi kompensasi karyawan
non-eksekutif.
f. Menentukan struktur kompensasi yang layak untuk direktur utama dan
ekspektasi kinerja yang diharapkan.
g. Menetapkan kompensasi direktur utama.
h. Menetapkan atau memberi arahan kepada direktur utama mengenai
kompensasi eksekutif lainnya.
4. Komite keselamatan kerja (HSE)
Komite keselamatan kerja di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. biasa
disebut dengan HSE Division. Divisi ini diharapkan dapat meningkatkan budaya
keselamatan kerja di perusahaan dengan melakukan berbagai upaya yaitu
dengan melakukan berbagai program yang dilakukan oleh divisi ini. Program-
program tersebut adalah pengadopsian DuPont Bradley Curve, Life Saving Rule,
Managing High Risk, penerapan ISOP, rapat dengan seluruh unit di perusahaan,
dan menerapkan CSSS (Clean Site Safe Site).
5. Corporate Secretary
Corporate secretary merupakan seorang sekretaris perusahaan yang bertugas
menjembatani dewan direksi dengan para pemegang saham di PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Memiliki peran yaitu memberikan masukan dalam
pengambilan keputusan yang strategis, memberikan masukan mengenai regulasi
bisnis, memberikan masukan mengenai etika dalam berbisnis, dan memberikan
masukan dalam hal management.
6. Direktur Utama
Direktur utama merupakan seseorang yang berwenang dalam merumuskan dan
menetapkan suatu kebijaksanaan dan program umum perusahaan sesuai dengan
batasan wewenang yang diberikan oleh dewan komisaris. Tugas dari direktur
6

utama adalah menjadi koordinator, komunikator, pengambil keputusan,


pengelola, pemimpin, dan eksekutor dalam perusahaan.
7. Direktur Teknik
Direktur teknik merupakan direktur yang membawahi mengenai produksi.
Dimulai dari proses mining hingga pengepakan semen (packer). Direktur ini
menerima laporan dari unit-unit setiap produksi yang dikaji lagi agar dapat
meningkatkan kapasitas produksi. Direktur ini pun tidak hanya mengkaji
mengenai sumber daya manusia saja tetapi juga dengan alat dan mesin yang
digunakan.
8. Direktur Finance
Direktur finance atau direktur keuangan merupakan direktur yang bertanggung
jawab untuk melakukan perencanaan keuangan dan pencatatan serta pelaporan
keuangan untuk manajemen perusahaan yang lebih baik. Direktur ini
bertanggung jawab untuk menganalisis data keuangan yang ada di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Data yang dicatat berupa uang, aset, dan
produk yang belum terjual. Aset akan mencakup mesin dan peralatan (yang
bergantung pada umur mesin), alat transportasi (mobil, truck, container), dan
tanah serta bangunan.
9. Direktur HR (Human Resource)
Direktur HR memegang tanggung jawab yang besar dalam memajukan suatu
perusahaan. Direktur ini mengelola sumber daya manusia di perusahaan dimulai
dari perekrutan pegawai baru hingga penandatangan kontrak kerja.
Pengembangan sumber daya manusia di perusahaan bergantung pada pemilihan
karyawan oleh direktur ini. Direktur pun mengetahui total karyawan tetap di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, di Citereup, Bogor.
10.Direktur Commercial
Direktur komersial yang terdapat di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
bertanggung jawab mengenai sales dan supply chain. Direktur ini mengawasi
mengenai penjualan serta pendistribusian produk jadi (semen). Tidak hanya itu,
direktur ini harus mengidentifikasi peluang pasar baru serta dapat menentukan
harga yang optimal untuk menyeimbangkan antara harga produk dengan
kepuasan pelanggan. Untuk jalur pendistribusian pun terbagi menjadi 3, yaitu
terminal, gudang milik perusahaan dan gudang WAD.
11.Direktur Business Development
Direktur business development merupakan direktur yang bertanggung jawab
mengenai perkembangan bisnis untuk tahun berikutnya. Biasanya pandangan
bisnis harus ada perkembangan setiap 3 tahun sekali dan setiap 5 tahun sekali.
Perkembangan bisnis dapat berupa jenis tipe semen baru atau pengemasan baru
guna memenuhi kebutuhan pasar.
12.General Manager (GM)
GM berfungsi menjalankan strategi dan kebijakan perusahaan, pengelolaan dan
pemantauan kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., pengelolaan industri
semen dengan pengorganisasian dan perencanaan SDM, anggaran, aset serta
pengendalian lingkungan, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan dari setiap
bidang. GM bertanggung jawab kepada direktur tiap divisi yang ada di
perusahaan.
7

13.Manager
Manager adalah seorang individu yang bertanggung jawab terhadap GM.
Manager memiliki tugas yaitu bagaimana mengintegrasikan berbagai macam
variabel di perusahaan sesuai dengan bidangnya untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan cara melakukan mekanisme penyesuaian.

1.2 Jenis Hasil Produksi

Produk utama yang dihasilkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu


semen dengan berbagai jenis semen, Ready-Mix Concrete,agregat dan trass.
Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu:
1. Ordinary Portland Cement (OPC)
OPC Tiga Roda juga dikenal dengan semen abu-abu, terdiri dari lima tipe semen
standard. PT ITP memproduksi OPC Tipe I, moderate heat cement tipe II, high
early strenght cement tipe III, low heat cement tipe IV dan V. OPC tipe 1
merupakan semen untuk pembangunan rumah, gedung, jembatan, jalan, paving
block, ubin, dan asbes. OPC tipe II untuk konstruksi beton seperti bendungan
dan bangunan di rawa-rawa. OPC tipe III ini memiliki kuat tekanan awal tinggi,
banyak digunakan untuk pembuatan gedung-gedung besar dan produksi beton
tekan dalam pabrik. OPC tipe IV ini banyak digunakan untuk konstruksi
bangunan. OPC tipe V ini digunakan untuk proyek-proyek khusus dengan
ketahanan terhadap sulfat tinggi, misalnya untuk tiang pancang dan bangunan
tepi laut. Semen jenis OPC sudah memiliki standar yaitu SNI 15-2049-2004,
ASTM 150-04a (standar Amerika), dan EN 197-1:2000 (standar Eropa).
Gambar 2 merupakan packaging semen jenis OPC.

Gambar 2 Ordinary Portland Cement

2. Portland Composite Cement (PCC)


PCC tiga roda dibuat untuk konstruksi umum seperti rumah, bangunan tinggi,
jembatan, jalan beton, beton precast, dan beton prestress. PCC mempunyai
kekuatan yang sama dengan Portland Cement Tipe 1, sehingga dapat
menghasilkan permukaan beton atau plester yang lebih rapat dan lebih halus.
Standar-standar yang terdapat pada semen PCC adalah SNI 15-7064-2-4 dan
EN 197-1:2000 (42.5N & 42.5R). Gambar 3 merupakan packaging semen jenis
PCC.
8

Gambar 3 Portland Composite Cement


3. Oil Well Cement (OWC)
OWC Tiga Roda adalah tipe semen khusus untuk pengeboran minyak dan gas,
baik didarat maupun lepas pantai. OWC dicampur menjadi suatu adukan semen,
kemudian disuntikkan diantara pipa bor dan cetakan sumur bor dimana semen
tersebut dapat mengeras dan kemudian mengikat pipa pada cetakkannya. OWC
diproduksi dengan standar mutu sesuai API (American Petroleum Institute) spec
10A class G-HSR. Gambar 4 merupakan packaging semen jenis OWC.

Gambar 4 Oil Well Cement


4. White Cement
Semen Putih Tiga Roda digunakan untuk dekorasi eksterior dan interior gedung.
Sebagai satu-satunya produsen semen putih di Indonesia, saat ini PT ITP dapat
mencukupi kebutuhan semen putih untuk pasar domestik. Standar yang terdapat
pada semen putih adalah SNI 15 0129-2004 dan ASTM C 150-04a (standar
Amerika). Gambar 5 merupakan packaging semen jenis white cement.

Gambar 5 White Cement

5. White Mortar TR30


Acian Putih TR30 sangat sesuai untuk pekerjaan acian dan nat. Komposisi acian
putih TR30 antara lain semen putih “Tiga Roda”, kapur (Kalsium Karbonat),
dan bahan zat additive khusus lainnya. Keuntungan menggunkan acian putih
TR30 adalah menghasilkan permukaan acian yang lebih halus, mengurangi
retak dan terkelupasnya permukaan karena mempunyai sifat plastis dengan daya
rekat tinggi, cepat dan mudah dalam pengerjaan, hemat dalam pemakaian bahan
9

serta dapat dipergunakan pada permukaan beton dengan menambahkan bonding


agent. Gambar 6 merupakan semen jenis white mortar TR30.

Gambar 6 White Mortal TR 30


6. Portland Pozzolan Cement (PPC)
PPC semen rajawali ini adalah semen yang baru dikeluarkan oleh PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Semen Rajawali ini digunakan untuk
pasangan bata dan plesteran, acian, juga pengerjaan beton. Di produksi dengan
teknologi ramah lingkungan, peralatan canggih, dan material terpercaya dari PT
ITP. Penggunaan semen rajawali akan menghasilkan pengerjaan dengan
kualitas konsisten dan tidak mudah retak. Produk ini juga didesain khusus agar
mudah digunakan dan dengan komposisi yang pas sehingga cocok untuk
membangun segala tipe bangunan. Gambar 7 merupakan semen jenis PPC
rajawali.

Gambar 7 Portland Pozzolan Cement


7. Ready-Mix Concrete
Beton siap pakai diproduksi dengan mencampur OPC dengan bahan campuran
yang tepat (pasir dan batu) serta air dan kemudian dikirimkan ke tempat
pelanggan menggunakan truk semen untuk dicurahkan. Sebagai nilai tambah
produk, RMC mendatangkan keuntungan yang lebih tinggi dari produk semen
lainnnya. RMC PT ITP sebagian besar dijual di Jakarta dimana industri
pembangunannya sangat baik. Gambar 8 merupakan Ready-Mix Concrete.
10

Gambar 8 Ready-Mix Concrete


8. Agregat
Agregat digunakan dalam proses produksi RMC. Pengembangannya baru
tambang agregat (batu andesit atau batu pecah–belah) di Rumpin dan
Purwakarta, Jawa Barat, dengan total cadangan 80 juta ton andesit. Melalui anak
perusahaan PT ITP akan memperkuat posisi PT ITP sebagai pemasok bahan
bangunan. Gambar 9 merupakan agregat.

Gambar 9 Agregat

1.3 Proses Produksi

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki proses produksi yang


melibatkan sumber daya manusia, alat, dan mesin. Secara keseluruhan sistem
bekerja pada pembuatan semen di PT ITP saling berkaitan satu sama lain, sehingga
jika terdapat suatu masalah pada salah satu bagiannya maka proses produksi semen
akan menghambat sistem proses produksinya secara keseluruhan. Bahan baku
utama yang digunakan untuk pembuatan semen jenis PCC yaitu batu kapur
(limestone). Dalam pembuatan semen PCC memiliki komposisi klinker 65% yang
terdiri dari 80% limestone, 1% iron sand, 17% sandy clay. Klinker dicampur
dengan bahan zat additive seperti 2,5% gypsum, 15% add limestone, dan 15% slag.
Tahapan proses produksi semen secara umum dapat dibagi menjadi lima tahapan:
1. Penambangan (Quarrying)
2. Pengeringan dan penggilingan (Drying and Grinding)
3. Pembakaran dan pendinginan (Burning and Cooling)
4. Penggilingan akhir (Finish Grinding)
5. Pengantongan (Packing)
11

Proses produksi semen di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dilihat


pada Lampiran 2.

1.1.4 Penambangan (Quarrying)


Pada proses penambangan atau bisa disebut proses mining unit yang
bertangggung jawab adalah Mining Division. Dalam hal ini Mining Division
bertanggung jawab pada penambangan bahan baku semen, yang meiliki tugas
untuk menyediakan cadangan bahan baku semen untuk beroperasi jangka panjang.
Bahan baku tersebut berupa batu kapur (limestone) dan tanah liat (sandy clay)
dalam kualitas dan kuantitas tertentu. Sistem penambangan yang diterapkan
disebut open cut dimana dalam pelaksanaannya dibuat jenjang-jenjang (bench)
yang sistematis untuk memberikan suatu kondisi kerja yang optimal. Batu kapur
mempunyai kekerasan yang tinggi sehingga untuk mampu membongkar batuan
sesuai dengan tingkat kebutuhan produksi, maka diperlukan peledakan dengan
bahan peledak.
Tahapan pada proses penambangan yaitu:
1. Batu Kapur (Limestone)
Batu kapur (limestone) merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk
pembuatan semen. Batu kapur mengandung CaCO3 (Kalsium karbonat) yang
berfungsi untuk proses terbentuknya kekerasan pada semen. Batu kapur di dapat
dengan cara ditambang sendiri oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang
bernama quarry D yang berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, yang
berjarak 5 km dari lokasi pabrik. Limestone yang digunakan dalam proses
produksi yaitu sebesar 85,5% dari keseluruhan bahan baku yang digunakan, hal
ini agar mendapatkan hasil semen dengan kualitas terbaik. Beberapa tahapan
penambangan batu kapur (limestone) yaitu:
a. Pembersihan (Cleanning)
Pembersihan dilakukan untuk menghilangkan lapisan tanah sekitar 30 cm.
Alat yang digunakan untuk membersihkan tanah area penambangan yaitu
bulldozer.
b. Pengeboran (Drilling)
Pada proses ini dilakukan pengeboran pada bench untuk menanam bahan
peledak. Kedalaman dalam pengeboran tergantung pada tinggi bench yang
akan dibor. Pada Quarry D yaitu penambangan limestone tinggi bench
berkisar antara 12 meter sampai 20 meter dengan diameter 9-13cm. Dalam
satu bench terdiri atas beberapa lubang pengeboran, hal ini mengacu pada
aturan jarak spacing dan burden.
c. Peledakan (Blasting)
Bahan peledak yang digunakan pada proses peledakan yaitu power-gel dan
Ammonium Nitrate Fuel Oil (ANFO). Bahan peledak tersebut dimasukkan
kedalam sepanjang lubang pengeboran. Kemudian menggunakan pemantik
berupa detonator sehingga terjadi ledakan yang menyebabkan runtuhnya
bench menjadi bongkahan-bongkahan bahan baku yang berserakan. Pada
detonator tersebut telah di atur sehingga menimbulkan tempo ledakan yang
tepat dalam meruntuhkan bench secara efektif. Gambar 10 merupakan
contoh gambar peledakan.
12

Gambar 10 Blasting Limestone


d. Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan (Houling)
Bongkahan-bongkahan bahan baku hasil dari peledakan, kemudian dimuat
dengan menggunakan alat wheel loader. Alat angkut memiliki kapasitas 5-
10 m3. Pada proses pengangkutan menggunakan dump truck. Kapasitas dari
alat angkut yaitu 30 ton. Bahan baku yang telah di angkut, di bawa ke mesin
penghancuran (crusher). Gambar 11 merupakan proses loading dan
haouling.

Gambar 11 Loading dan Haouling


e. Penghancuran (Crushing)
Proses ini untuk memperkecil ukuran batuan hasil peledakan yang
ukurannya masih cukup besar yaitu bisa mencapai 1 meter. Pada proses ini
bongkahan-bongkahan batuan akan di hancurkan ukurannya menjadi
<60mm. Hal ini bertujuan agar ukuran batu kapur dapat diterima oleh raw
mill di plant.
Berikut adalah alat yang digunakan untuk proses penghancuran:
1) Impact crusher memiliki kapasitas 1200 ton per jam.
2) Double shaft hammer crusher memiliki kapasitas 7500 ton per jam.
3) Jaw crusher memiliki kapasitas 35 ton per jam.
Gambar 12 merupakan mesin proses crushing.
13

Gambar 12 Crushing
f.Pengiriman (Conveying)
Setelah batuan dihancurkan melalui proses crushing dan ukurannya telah
sesuai dengan standar, maka batuan akan diangkut menggunakan belt
conveyor ke plant untuk disimpan dan kemudian akan diproses lebih lanjut
di plant. Kapasitas pengiriman mencapai 5000 ton/jam dari Quarry D. Batu
kapur yang telah dihancurkan sesuai dengan standarnya sebagian disimpan
di intermediate storage quarry D, hal ini bertujuan untuk membantu dalam
mengontrol kualitas dan kuantitas batu kapur yang telah di kirim ke plant.
2. Tanah Liat (Sandy Clay)
Penambangan tanah liat (sandy clay) ini dengan cara ditambang sendiri oleh PT
ITP. Penambang berlokasi di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, dengan jarak 6-7
km dari lokasi pabrik. Berikut ini adalah tahapan dalam penambangan tanah liat
(sandy clay) yaitu:
a. Pembongkaran (Loosening)
Pembongkaran ini merupakan proses pengerukan tanah liat dengan alat yang
digunakan yaitu bulldozer dan Caterpillar. Proses selanjutnya yaitu di bor
dalam skala kecil sekitar 10 meter dan kemudian diledakan dengan alat
peledak.
b. Pemuatan (Loading)
Proses pemuatan pada tanah liat menggunakan alat yaitu Bulldozer
Caterpillar 9661 D dan Excavator Caterpillar 245.
c. Pengangkutan (Houling)
Pada proses pengangkutan tanah liat dari lokasi penambangan ke mesin
crusher menggunakan dump truck dengan kapasitas angkut 200 ton per jam.
d. Pengecilan ukuran (Size Reduction)
Proses pengecilan ukuran material tanah liat bertujuan untuk memperoleh
produk sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan. Peralatan
yang digunakan yaitu double roll crusher dengan kapasitas 1000 ton per jam.
e. Pengiriman (Conveying)
Proses pengiriman material dari lokasi penambangan di Hambalang ke plant
yaitu dengan menggunakan belt conveyor, panjangnya kurang lebih 8 km
dengan kapasitas 1000 ton per jam.
3. Bahan Baku Tambahan
Bahan baku tambahan yang digunakan untuk pembuatan semen yaitu pasir besi,
gypsum, dan trass. Pasir besi merupakan bahan tambahan yang digunakan
sebagai bahan pengoreksi yang diperoleh dari PT Aneka Tambang di daerah
14

Cilacap, Jawa Tengah dan langsung disimpan di storage yang beratap atau
tertutup. Gypsum diperoleh dari PT Petrokimia Gresik dan mengimpor dari
Taiwan, Jepang dan Australia. Pengambilan gypsum dari storage menggunakan
reclaimer yang akan bergerak naik turun untuk menggaruk material yang
bertumpukan. Trass diperoleh dari daerah Serang, Jawa Barat. Gypsum dan
Trass digunakan sebagai bahan zat additive.

1.1.5 Pengeringan dan Penggilingan (Drying and Grinding)


Pada proses pengeringan dan penggilingan (raw mill unit) bahan baku utama
seperti limestone dan sandy clay melalui proses pengeringan serta penggilingan
agar menjadi raw meal. Berikut ini adalah proses pengeringan dan penggilingan
untuk limestone dan sandy clay:
1. Batu Kapur (Limestone)
Batu kapur diambil dari gudang penyimpanan limestone. Batu kapur yang
diperoleh dari hasil penambangan dibawa menggunakan belt conveyor
selanjutnya dijatuhkan menggunakan tripper. Batu kapur diambil menggunakan
alat penggarukan yaitu reclaimer untuk dibawa menggunakan belt conveyor.
Batu kapur hasil tambang bisa juga langsung dibawa ke plant menggunakan
truck. Batu kapur dibawa untuk melalui proses pengeringan dan pengecilan
ukuran menggunakan impact hummer crusher. Material yang sudah kering
diletakan di hopper menuju belt conveyor.
2. Tanah Liat (Sandy Clay)
Tanah liat dimasukan ke dalam hopper dan ditimbang menggunakan weighing
feeder yang terdapat pada hopper. Tanah liat selanjutnya melewati proses
pengecilan ukuran menggunakan double roll crusher. Proses selanjutnya
material dikeringkan menggunakan rotary dryer. Pada proses pengeringan di
rotary dryer menggunakan udara panas secara co-current (searah) suhunya
yaitu 250 0C.
Batu kapur dan tanah liat masuk ke dalam air separator untuk dilakukan
pemisahan partikel yang sudah halus dan yang masih kasar. Partikel yang telah
halus setelah melewati proses pengeringan selanjutnya akan melalui proses
penggilingan. Pada proses penggilingan menggunakan alat raw grinding mill.
Alat tersebut berbentuk tabung baja yang berputar dan diletakan secara
horizontal. Bahan baku yang masuk ke alat tersebut saling bertumbukan
sehingga mengalami proses penggilingan. Raw grinding mill memiliki 2 jenis
proses penggilingan, ada proses penggilingan material yang masih kasar dan ada
penggilingan halus untuk proses penghalusan. Terdapat steel ball pada
penggilingan kasar dan halus. Ukuran steel ball penggilingan kasar yaitu
sebesar 80-60 mm dan ukuran steel ball pada penggilingan halus yaitu sebesar
50-30 mm.
Material bahan baku selanjutnya masuk ke dalam proses pemisahan
(separation). Separation merupakan alat yang memisahkan aliran material hasil
penggilingan yaitu ada untuk material halus dan kasar. Proses pemisahan pada
air separation menggunakan aliran udara. Proses udara masuk dari bawah untuk
mengalirkan ke atas melewati fan. Material yang berukuran kecil akan terbawa
ke atas separator dan material akan jatuh karena adanya gaya gravitasi.
15

Material selanjutnya akan masuk ke dalam proses homogenisasi (blending


silo). Homogenisasi dilakukan untuk mencampurkan material selama 2-3 jam.
Homogenisasi dilakukan dengan cara mengalirkan udara ke dalam silo yang
dilakukan secara counter current (berlawanan arah). Udara dialirkan dengan
menggunakan kompresor dari bawah alat yang dibawahnya memiliki beberapa
keramik agar memutarkan material (terfluidisasi). Keramik berfungsi agar
aliran material tidak menyumbat kompresor sehingga udara dapat mengalir
dengan lancar. Aliran udara panas yang keluar akan ditangkap oleh electrostatic
prescipitator (EP).
Pada proses penggilingan dilakukan pengambilan sampel material secara
berkala untuk memeriksa komposisi material agar tetap berada dalam standar
yang telah ditetapkan. Hasil penggilingan yang telah berbentuk tepung
kemudian disimpan dalam tempat penyimpanan sementara (storage silo). Aliran
pada proses raw mill dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Proses Raw Mill

1.1.6 Pembakaran dan Pendinginan (Burning and Cooling)


Raw meal akan mengalami proses pembakaran yang merupakan bagian
penting karena terbentuknya mineral-mineral kandungan semen. Tahap
pembentukan klinker menggunakan dua alat yaitu suspension preheater dan rotary
kiln. Berikut ini adalah tahapan proses pembentukan burning unit:
1. Suspension Preheater
Raw meal yang tersimpan dalam storage silo masuk ke dalam suspension
preheater menggunakan bucket elevator. Suspension preheater memiliki
beberapa tingkatan yang menggunakan dua perpindahan panas berlawanan arah
(counter current) dan searah (co-current). Pada sistem co-current menggunakan
16

siklon. Material masuk ke dalam aliran gas panas dalam ducting cyclone,
selanjutnya akan dipisahkan kembali antar gas panas dan material oleh siklon.
Raw meal yang akan masuk ke dalam SP melalui connection dust antara stage 3
dan stage 4. Gas panas berasal dari keluar ujung siklon stage 4 karena adanya
tarikan SP fan sedangkan raw meal turun melalui saluran penghubung antara
stage 3 dan stage 2. Raw meal kontak kembali pada gas panas pada stage 2 dan
terbawa aliran ke stage 3. Raw meal dari stage 3 akan turun ke stage 2 dan
stage 1. Gas panas yang keluar dari RSP (Reinforce Suspension Preaheater)
temperatur yang terdapat berkisar 400 0C. Gas panas dimanfaatkan untuk proses
pengeringan pada raw mill, impact dryer, dan coal mill.
2. Pembentukan Klinker
Material yang sudah mengalami proses suspension preheater selanjutnya akan
masuk ke dalam rotary dryer. Kiln yang digunakan 78 m dengan diameter 4,2
m. Proses pembakaran yang terdapat pada kiln menggunakan bahan bakar berupa
batu bara. Rotary kiln merupakan proses lanjutan dan proses pembakaran
mineral klinker. Temperatur proses pembakaran kira-kira mencapai 1400 0C.
Kiln memiliki panas yang tinggi sehingga dilapisi bata tahan api. Perpindahan
panas terjadi secara berlawanan arah (counter current). Klinker yang sudah
keluar dari rotary dryer didinginkan sampai suhu mencapai 1100-1200 0C,
setelah itu pendingin di luar kiln sampai mencapai 100-200 0C.
3. Pendinginan (Cooler)
Alat yang digunakan adalah grate cooler. Grate cooler adalah sebuah alat
pendingin yang terpisah dari kiln dan memiliki motor penggerak sendiri. Ada
beberapa parameter yang harus diperhatikan pada proses pendinginan agar
klinker yang dihasilkan memiliki sifat yang memenuhi standar, diantaranya
meningkatkan grindability, mudah transport (pemindahan), dan panas yang
dimiliki dimanfaatkan ulang sebagai pemanas udara untuk pembakaran. Klinker
mengalami proses pendinginan yang terjadi di AQC (Air Quenching Cooler)
dengan cepat. Pendinginan dilakukan pada proses penghembusan udara dari 6
buah cooling fan. Ukuran klinker yang keluar tidak boleh melebihi 5 cm. Klinker
yang ukurannya besar dihancurkan dulu oleh clinker braker. Klinker kemudian
dibawa menggunakan apron conveyor ke silo. Tujuan dari pendinginan adalah
untuk menghindari terurainya C3S menjadi C2S yang mengakibatkan clinker
menjadi keras seperti bebatuan krikil berwarna hitam. Aliran pada proses
burning section dapat dilihat pada Gambar 14.
17

Gambar 14 Proses Burning Section

1.1.7 Penggilingan Akhir (Finish Mill)


Penggilingan akhir (finish mill) atau bisa disebut juga proses cement mill unit.
Klinker adalah bahan setengah jadi semen, berbentuk seperti batuan hitam
selanjutnya di proses untuk menjadi finish meal. Pada proses semen tipe PCC bahan
baku tambahannya yaitu berupa gypsum serta untuk zat additive membutuhkan slag
dan limestone. Gypsum berfungsi untuk menghambat proses pengerasan pada
produk semen. Zat additive panambahannya untuk mengurangi jumlah pemakaian
klinker sehingga dapat meminimumkan biaya produksi. Limestone ditambahkan
dengan tujuan untuk mereduksi CO2 karena tidak melalui proses pembakaran (kiln).
Bahan baku diangkut menggunakan belt conveyor selanjutnya dimasukkan ke
dalam hopper dan ditimbang menggunakan weighing feeder.
Material selanjutnya dimasukkan ke dalam grinding mill untuk dihancurkan
dan dihaluskan. Grinding mill terdiri dari 2 chamber. Chamber 1 terjadi proses
penghalusan dengan steel ball 90-60 mm. Chamber 2 terjadi proses penghalusan
dengan steel ball berukuran 60-17 mm. Material yang sudah di proses dalam
grinding mill akan dibawa menggunakan bucked elevator untuk menuju cement
mill. Produk keluaran cement mill terbagi menjadi 2 aliran, ada yang dialirkan
melalui air separator (pemisah antara produk semen yang telah halus dan kasar)
dan produk semen yang terbawa aliran udara yang dialirkan ke Electrostatic
precipitator. Produk yang telah melewati grinding mill ditangkap oleh dust
collector. Pada alat ini terjadi pemisahan partikel dimana yang kasar akan
dikembalikan ke dalam grinding mill dan yang halus dibawa dengan bucket elevator
untuk disimpan ke cement silo. Produk akhir semen dengan spesifikasi ukuran
18

partikel berkisar antara 3-30 mikron. Aliran proses penggilingan akhir dapat dilihat
pada Gambar 15.

Clinker silo Clinker Gypsum Add. storage

Hopper Hopper Hopper

Weighing Weighing Weighing

Mill
ElectrostaticPresipitator
Air separator presiptator
EP
Produk
Cement

Gambar 15 Proses Finish Mill


1.1.8 Pengantongan Semen (Packing)
Semen hasil akhir proses produksi kemudian siap untuk dimasukkan ke dalam
kantong-kantong untuk selanjutnya dikirim kepada pengguna akhir (end user)
produk. Pada prinsipnya sistem pengantongan di semua pabrik semen sama, yaitu
semen disimpan dalam silo yang bagian dasarnya dilengkapi dengan aeration unit,
damper, control gate, dan pneumatic valve. Banyaknya semen yang disalurkan
dikendalikan dengan control gate yang bekerja secara otomatis. Semen yang keluar
disalurkan dari silo melalui air slide ke bucket elevator lalu ke vibrating screen.
Disini material kasar dibuang keluar dan material halus disimpan pada hopper yang
di dalamnya dilengkapi dengan alat kontrol level semen, bila hopper penuh maka
trap door akan menutup. Semen dimasukkan ke dalam packer. Packer ada 2 jenis
yaitu in line packer dan rotary packer. Terdapat 6 buah corong pengisian yang
mengumpankan semen ke kantong pengisian. Semen yang tercecer dibawah packer
disalurkan kembali ke bucket elevator melalui screw conveyor dan dilengkapi
dengan dust collector untuk menghisap dan mengumpulkan debu.
Semen yang telah dikemas dalam kantong akan langsung diangkut melalui
belt conveyor menuju truk pengangkutan (loading unit) yang khusus didesain untuk
mengangkut semen yang sudah dikemas. Selain dikemas dalam kantong paper bag
ukuran 40 dan 50 kg, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga memproduksi
semen dalam ukuran besar (big bag) dengan kapasitas 1,5 ton dan curah yang
langsung dimuat ke dalam truck yang berkapasitas 15 sampai 20 ton.
19

2 ASPEK PERANCANGAN

2.1 Deskripsi Lingkup Aspek Perancangan

Perancangan produksi adalah proses merancang yang dihasilkan oleh suatu


perusahaan baik layout yang berdasarkan aliran bahan baku menjadi produk jadi
untuk mendukung jalanya produksi yang efektif dan efisien. Perancangan yang
akan di analisa di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu meliputi alur proses
produksi, lingkungan kerja, dan alat-alat penanganan bahan yang digunakan.

2.1.1 Teknik TataCara Kerja


Teknik tatacara kerja adalah suatu ilmu yang mempelajari teknik-teknik dan
prinsip-prinsip untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja terbaik. Teknik-
teknik dan prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen
sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuan-
kemampuannya, bahan, perlengkapan dan peralatan kerja, serta lingkungan kerja
sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi
yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat-akibat
psikologis dan sosiologis yang ditimbulkannya (Sutalaksana dkk 2006).
1. Perancangan Peta Kerja
a. Peta Proses Operasi
Suatu diagram yang menggambarkan proses produksi semen mulai dari
bahan baku seperti limestone, sandy clay, dan iron sand sampai dengan
menjadi sebuah produk jadi berupa semen. Kegiatan ini mulai dari proses
operasi raw mill, kiln, finish mill, dan packing. Pemeriksaan juga terdapat
dalam proses ini dan tidak ada penyimpanan setelah proses packing. Hal ini
dikarenakan setelah produk melewati proses pengemasan langsung
dikirimkan kepada distributor, terminal, gudang, atau retail. Peta proses
operasi pembuatan semen tipe PCC dapat dilihat pada Lampiran 4.
b. Peta Aliran Proses
Suatu diagram yang dapat menggambarkan urutan proses produksi mulai dari
operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu (delay), dan penyimpanan,
serta terdapat informasi berupa waktu pengerjaan yang dibutuhkan dan jarak
pemindahan pada proses produksi semen tipe PCC. Peta aliran proses pada
pembuatan semen terbagi menjadi 2 (dua) bagian, hal ini dikarenakan pada
gudang bahan baku terbagi menjadi 2 (dua) yaitu gudang limestone dan
gudang sandy clay. Prosesnya dilakukan secara bersamaan. Pada proses
produksi semen setelah melewati proses pengemasan produk, tidak ada lagi
proses penyimpanan. Pada peta aliran proses pembuatan semen tipe PCC ada
peta aliran proses limestone dan peta aliran proses sandy clay, dapat dilihat
pada Lampiran 5.
c. Diagram Alir
Pada dasarnya diagram alir sama dengan peta aliran proses hanya saja
diagram alir penggambaranya dilakukan diatas tata letak dari fasilitas kerja.
Tujuan pokok pembuatan diagram alir adalah untuk mengevaluasi langkah-
langkah proses dalam situasi kerja yang lebih jelas dan bisa dimanfaatkan
untuk melakukan pebaikan-perbaikan dalam desain tata letak fasilitas
20

produksi yang ada (Wignjosoebroto 1995).Proses produksi yang diamati


dalam diagram alir yaitu proses pembuatan semen tipe PCC ada peta aliran
proses limestone dan peta aliran proses sandy clay, dapat dilihat pada
Lampiran 6.
2. Ergonomi
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk mendapatkan
informasi-informasi mengenai sifat dan keterbatasan manusia dalam merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat bekerja dengan sistem yang baik,
efektif, aman, dan nyaman, serta dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam
pekerjaan.
Berikut ini penjelasan yang berkaitan dengan ergonomi:
a. Identifikasi Display
Display adalah suatu gambaran yang dapat membantu pekerjaan dalam
memberikan informasi. Display dibagi menjadi 2 (dua) yaitu display statis
dan display dinamis. Display statis merupakan display yang tidak terpengaruh
oleh waktu. Display dinamis merupakan display yang perubahannya menurut
waktu. Display-display yang terdapat pada PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk Citeureup dapat dilihat pada lampiran 7.
b. Identifikasi Kondisi Lingkungan Kerja
1) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang nyaman dapat meningkatkan produktivitas kerja
para karyawan. Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup saat
ini memiliki 10 plant. Lingkungan kerja PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk selalu dilakukan pemantauan oleh bagian Hazard Monitoring Section
(HMS). HMS adalah bagian yang bertugas untuk melakukan pengecekkan
yang terkait dengan lingkungan kerja dari setiap plant dan juga division
office di perusahaan. Pengecekkan yang dilakukan mulai dari
pencahayaan, temperatur, dan kebisingan. HMS juga yang bertanggung
jawab dalam pembuatan laporan terkait dengan pengecekkan yang
dilakukan. HMS juga bertugas untuk mencarikan solusi terkait dengan
permasalahan atau kendala yang terjadi pada setiap plant atau divisi office.
Kondisi lingkungan kerja yang terdapat pada Supply Chain Division
Office dan mechanic department:
2) Temperatur
Suhu pada suatu ruangan tempat kerja berpengaruh terhadap kinerja
karyawan, maka sudah seharusnya perusahaan memperhatikan suhu pada
ruangan kerja baik di kantor maupun di ruang produksi. Suhu di ruang
kantor supply chain division dan mechanic department sudah cukup baik
yaitu 25 0C. Suhu di ruangan selalu dingin karena adanya AC (air
conditioner) yang dapat diatur suhunya. Temperatur ruangan di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Temperatur Ruangan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.


Ruangan/ Lokasi Suhu Standar (֯C) Kesimpulan
Packing House 28 - 33 18-30 Tidak Normal
DND 25 18-30 Normal
Mechanic Dept. 25 18-30 Normal
21

3) Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu penunjang untuk karyawan dalam
bekerja, dengan pencahayaan yang baik maka karyawan dapat bekerja
dengan optimal dan produktivitas meningkat. Pemantauan pencahayaan
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran di tempat dimana
karyawan melakukan aktivitasnya. Alat yang digunakan adalah Digital
Light Meter. Terdapat tingkat pencahayaan pada PT ITP yang belum
memenuhi standar optimal di atas 300 Lux. Pencahayaan yang
teridentifikasi tidak normal terdapat pada Packing House karena ruangan
cukup tertutup. Pencahayaan pada ruang kantor Distribution Network
Division dan Mechanic Departement sudah cukup baik yaitu dengan
tingkat pencahayaan minimalnya adalah 200 Lux dan dipasangnya lampu
berdaya 36 watt yang dipasang dibeberapa titik area kantor packing room.
Tingkat pencahayaan ruangan di PT ITP dapat dilihat pada Tabel 5. Data
hasil pengukuran tingkat pencahayaan seluruh plant di PT ITP dapat
dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 5 Tingkat Pencahayaan Ruangan di PT ITP


Ruangan/ Lokasi Cahaya Standar (Lux) Kesimpulan
Packing House 107-130 >300 Tidak Normal
DND 200-430 >300 Normal
Mechanic Dept. 200-322 >300 Normal

4) Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi-bunyian yang dalam jangka pendek dapat
mengurangi ketenangan kerja, mengganggu konsentrasi, dan menyulitkan
komunikasi sedangkan dalam jangka panjang dapat merusak
pendengaran. PT ITP mengatasi tingkat kebisingan dengan memfasilitasi
penggunaan APD berupa ear plug pada pekerja atau visitor yang
memasuki area produksi karena memiliki tingkat kebisingan cukup tinggi.
Kebisingan yang teridentifikasi tidak normal terdapat pada Packing
House karena menimbulkan kebisingan mencapai 86 dBA sementara
menurut standar yang ditetapkan, sebaiknya kebisingan tidak melebihi 85
dBA. Tingkat kebisingan yang berada di PT ITP dapat dilihat pada Tabel
6. Data hasil pengukuran tingkat kebisingan dapat dilihat pada Lampiran
9.

Tabel 6 Tingkat kebisingan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk


Ruangan/ Lokasi Kebisingan Standar (dBA) Kesimpulan
Packing House 58 - 86 <85 Tidak Normal
DND 54 - 57 <85 Normal
Mechanic Dept. 64 - 77 <85 Normal
22

5) Getaran
Getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat, yang sebagian getaran ini
sampai ke tubuh kita sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi bekerja.
Getaran yang terdapat di Packing Room paling besar sebesar 0,2795 m/s2
masih dibawah standar yang diterapkan pemerintah melalui (kepmenaker No
: KEP51/MEN/2011) dengan paparan getaran dibatasi sebesar 0,5 m/s2.
6) Kadar debu
partikel debu akan berada diudara dalam waktu yang relatif lama, kemudian
masuk ke tubuh terutama melalui pernapasan dan mata. Pengkuran kadar
debu yang dilakukan oleh PT ITP yaitu dengan menggunakan jasa
laboratorium eksternal (PT. GEES – ITB dan PT. Mutuagung Lestari).
Pengukuran dilakukan secara grab sampling yaitu pengukuran sesaat dengan
menggunakan dust portable measurement equipment. Data Kadar Debu PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dilihat pada Tabel 7. Data kadar
debu pada seluruh plant di PT ITP dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 7 Kadar Debu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk


Standar
Ruangan/ Lokasi Kadar Debu Kesimpulan
(mg/m3)
Packing House 4.37 <10 Normal
DND 1.06 <10 Normal
Mechanic Dept. 1,01 <10 Normal

2.1.2 Tata Letak


Tata letak (layout) adalah letak setiap mesin dan peralatan yang mempunyai
kaitan pekerjaan didalam kegiatan pengolahan yang dilaksanakan didalam suatu
sarana operasi dan produksi atau didalam suatu bangunan atau ruang (Pontas M
Pardede 2005). Tata letak merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan.
Dengan tata letak yang baik, maka akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan
itu sendiri. Nilai tambah yang ada pada perusahaan dapat menurunkan biaya
transportasi pengiriman bahan baku maupun produk jadi, proses produksi lebih
efektif dan efisien, dan memberikan kenyamanan serta keamanan bagi setiap orang
yang ada pada perusahaan.
1. Tipe Tata Letak
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki tipe tata letak pabrik yaitu
Product Layout. Karakteristik perusahaan yang mendukung terkait penentuan
tipe tata letak berdasarkan produk adalah:
a. Mesin-mesin yang digunakan disusun berdasarkan urutan dari setiap
kegiatan.
b. Tipe proses produksi dilakukan secara kontinyu. Hal ini terlihat dari proses
produksi yang berlangsung selama 24 jam kerja.
c. Perusahaan memiliki persediaan stok pada setiap proses dan produk jadi
(Finish Mill)
d. Alat penanganan bahan yang digunakan oleh perusahaan kebanyakan adalah
yang memiliki lintasan tetap. Salah satu alat penanganan bahannya adalah
belt conveyor yang terdapat pada setiap proses produksi.
23

2. Tipe Pola Aliran


Pola aliran bahan baku yang ada di PT ITP adalah serpentine (Pola aliran zig
zag). Hal ini dikarenakan jalur produksi yang lebih panjang dari pada luas area
yang ada di pabrik sehinga garis aliran yang ada akan bertambah panjang.

2.1.3 Penanganan Bahan(Material Handling)


Penanganan bahan merupakan suatu kegiatan yang dapat membantu suatu
pekerjaan yang berkaitan dengan pengangkutan, pemindahan, dan pengangkatan
suatu material sehingga memudahkan suatu pekerjaan yang terdapat dalam pabrik
atau suatu perusahaan. Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki
beberapa alat penanganan bahan yang dapat membantu dan mendukung
keberlangsungan proses produksi semen. Alat-alat penanganan bahan yang
terdapat pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dilihat pada lampiran
12.
24

2.2 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Perancangan

Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama Praktik Kerja Lapangan


(PKL), penulis menemukan beberapa masalah dan solusi yang bisa diterapkan pada
perusahaan.Berikut identifikasi masalah serta solusi yang telah dianalisa dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Perancangan

No Permasalahan Lokasi Alternatif Solusi


1 Tidak tersedianya jalur Area Pabrik 1. Sebaiknya membuat jalur
khusus alat penanganan khusus untuk alat
bahan forklift. penanganan bahan forklift
di luar ruangan produksi,
Agar terjaganya keamanan
dan keselamatan bagi
pekerja, mencegah
terjadinya kecelakaan. .
2. Jalur khusus forklift bisa
dibuat dengan
memberikan warna garis
pada jalurnya
2 Display-display yang Area Pabrik 1. Perusahaan melakukan
terpasang di area pabrik penggantian display yang
sudah usang dan di sudah usang.
tutupi oleh debu yang 2. Membersihkan display
dihasilkan dari proses yang ditutupi oleh debu-
produksi semen. debu secara rutin.

3 Kurangnya pemakaian Area 1. Menyediakan layanan


APD ear plug pada Produksi call center untuk
mesin yang memiliki pengaduan pelanggaran
tingkat kebisingan tinggi pemakaian APD.
2. Mengadakan pelatihan
mengenai potensi bahaya
kepada pekerja.

2.3 Identifikasi Masalah Why-why Analisis Aspek Perancangan

Permasalahan yang terdapat di indentifikasi masalah dan alternatif solusinya


dapat dicari penyebab utamanya menggunakan why-why analisis. Why-why analisis
digunakan agar solusi yang dicari dapat tepat sasaran sesuai dengan akar
permasalahan. Oleh karena itu, penulis menggunakan why-why analisis dalam
mencari penyebab utama dari permasalahan dalam aspek perancangan. Gambar
why-why analisis dapat dilihat pada Lampiran 13.
25

3 ASPEK PERENCANAAN

3.1 Deskripsi Lingkup Aspek Perencanaan

Perencanaan produksi berfungsi untuk menghasilkan produk sesuai dengan


sumberdaya yang tersedia dan memanfaatkan seefektif mungkin agar memberikan
kepuasan bagi konsumen dan keuntungan bagi perusahaan. Aspek yang akan dikaji
meliputi perencanaan produksi, manajemen sumber daya manusia, dan kesehatan
dan keselamatan kerja (K3).

3.1.1 Perencanaan Produksi


Perencanaan produksi yang diterapkan di PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk adalah make to stock. Hal ini dikarenakan perusahaan mempunyai persediaan
yang terkait dengan produk jadi yang disimpan dalam silo semen, sehingga
memudahkan apabila ada pemesanan dari konsumen. Proses produksi semen pada
perusahaan ini berlangsung secara terus menerus dan perusahaan memiliki
persediaan untuk produk jadi (finish product) yang terdapat pada tempat
penyimpanan (silo) untuk persediaan apabila ada permintaan dari konsumen.
Perencanaan produksi di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dilakukan
oleh bagian top management. Perusahaan membuat perencanaan tahunan untuk
menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk tahun berikutnya. Rencana
tahunan dibuat dengan melibatkan semua divisi yang ada di perusahaan. Rencana
tahunan dibuat untuk menentukan biaya operasional dan biaya personal. Biaya
operasional merupakan persiapan yang dilakukan terkait dengan penentuan
material, perawatan, dan penggantian sparepart. Biaya personal dilakukan untuk
merencanakan kegiatan pendukung proses produksi.
Biaya tahunan yang sudah direncakan selanjutnya digunakan untuk membuat
rencana bulanan (montly planning). Rencana bulanan merupakan alokasi dari
rencana tahunan yang sudah direncanakan untuk setiap bulannya selama 1 (satu)
tahun ke depan. Bagian manajemen yang membuat rencana bulanan. Dalam
rencana bulanan kemudian dibuat rencana harian (running days) pada setiap
kegiatan selama 1 (satu) bulan dan waktu perawatan mesinnya untuk bagian raw
mill dan cement mill pada setiap plant yang waktu pelaksanaannya berbeda. Setiap
plant membuat rencana produksi untuk satu bulan ke depan dengan memperhatikan
biaya yang telah ditetapkan untuk setiap bulannya kepada masing-masing plant.
Tahapan dalam membuat jadwal produksi bulanan yaitu:
1. Membuat jadwal perawatan dan waktu yang dibutuhkan setiap setiap jenis
pekerjaan. Jenis-jenis pekerjaan berkaitan dengan departemen elektrik,
departemen mekanik, dan departemen produksi.
2. Membuat rencana bulanan sesuai dengan anggaran biaya tahunan.
3. Membuat rencana harian dan jam pada setiap plant. Membuat perhitungan hari
kerja, kapasitas mesin per jam, dan jam kerja mesin.
4. Persentase kebutuhan material untuk memproduksi semen.
5. Koordinasi terkait dengan rencanan bulanan kepada departemen yang terlibat
seperti, penambangan (mining), pengadaan (supply), dan maintenance (mekanik
dan elektrik).
26

Koordinasi kebutuhan dibuat oleh bagian departement dengan membuat


laporan rencana produksi untuk kebutuhan satu tahun ke depan. Laporan rencana
produksi diserahkan kepada supply division terkait dengan kebutuhan bahan baku,
bahan zat additive, bahan korektif, sparepart, dan kebutuhan kantor. Bahan baku
limestone dan sandy clay setiap plant memberikan laporan rencana produksi yang
telah direncanakan untuk satu tahun ke depan oleh mining division.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk melalukan pengecekkan atau
pemantauan rencana bulanan dengan melakukan weekly reports. Weekly reports
dibuat sebagai perbaikan yang akan dilakukan untuk minggu yang akan datang.
Hal-hal yang berkaitan dengan weekly reports adalah kapasitas, power consumpt,
kualitas dari produk yang dihasilkan. Apabila ada kendala-kendala yang terjadi,
nantinya akan dicari sumber masalahnya dan dijadikan perbaikan untuk
kedepannya.

3.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia


1. Jenis Tenaga Kerja
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki karyawan yang terbagi atas
karyawan tetap dan karyawan kontrak. Berdasarkan laporan tahunan 2019,
jumlah keseluruhan karyawan tetap di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
adalah 5684 orang.
2. Jadwal Waktu Kerja
Pada umumnya prinsip jam kerja dan jam istirahat disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan dengan tidak mengurangi ketentuan yang berlaku. Sistem
kerja yang berlaku pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebagai berikut:
a. Jam kerja Normal
Jam kerja normal pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu 5 (lima)
hari kerja dengan waktu kerja 8 (delapan) jam kerja per hari atau 40 (empat
puluh) jam kerja seminggu. Adapun pengaturan jam kerja normal dan hari
kerja normal yaitu:
• Senin – Jumat : 08.00 – 17.00
• Waktu Istirahat
Senin – Kamis : 12.15 – 13.00
Jumat : 11.00 – 13.00
Adapun waktu jam kerja khusus pada divisi penambangan yaitu:
• Jam Kerja : 07.00 – 16.00
• Waktu Istirahat : 12.15 – 13.00
b. Jam Kerja 2 (Dua) Shift
Sistem dua shift karyawan bekerja selama dua hari yaitu sabtu dan minggu.
Waktu kerja pada shift A adalah dari jam 07.00 sampai dengan jam 16.00,
sedangkan shift B dari jam 12.00 sampai dengan jam 21.00.
• Shift A :
Jam Kerja : 07.00 – 16.00
Waktu Istirahat : 12.15 – 13.00
• Shift B :
Jam Kerja : 12.00 – 21.00
Waktu Istirahat : 15.15 – 16.00
27

c. Jam Kerja 3 (Tiga) Shift


Jam kerja 3 (Tiga) shift di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu 5
(Lima) hari kerja dan setiap shiftnya 8 (delapan) jam per hari atau 40 (empat
puluh) jam kerja seminggu. Adapun pengaturan pada jam kerja shift yaitu:
• Shift A : 07.00 – 15.00 • Shift B : 15.00 – 23.00
• Shift C : 23.00 – 07.00
Perubahan atas jam kerja normal maupun shift harus diketahui dan di setujui
oleh Direksi atau pejabat yang di tunjuk.
3. Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memberikan fasilitas dan kesejahteraaan
kepada karyawannya, karena dengan cara tersebut karyawan akan merasa
nyaman dan senang dalam bekerja. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk akan
percaya dengan cara seperti itu tingkat produktivitas perusahaan akan
meningkat, karena karyawan merasa tercukupi kebutuhannya dan nyaman untuk
bekerja. Adapun fasilitas dan kesejahteraan karyawan di PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk adalah:
1. Gaji Dasar
2. Tunjangan Tingkatan (Kepada karyawan eselon V)
3. Tunjangan Prestasi
4. Tunjangan pengabdian
5. Tunjangan perumahan
6. Tunjangan transport
7. Tunjangan Shift (Khusus Pekerja Shift II dan Shift III )
8. Upah kerja lembur
9. Tunjangan perjalanan dinas, pemindahan sementara, dan tugas belajar
10. Tunjangan hari raya
11. Bonus
12. Tunjangan risiko medan kerja
13. Jaminan Sosial (poliklinik perusahaan atau poliklinik yang ditunjuk )
14. Tunjangan kecelakaan dan kematian
15. Bantuan musibah kebakaran dan bencana alam
16. Tunjangan pensiun dan jaminan kesehatan purnakarya
17. Perumahan bagi karyawan
18. Transportasi
19. Pendidikan dan pengembangan karyawan
20. Beasiswa untuk anak karyawan
21. Fasilitas ibadah, gelanggang olahraga, dan kesenian
22. Koperasi
23. Rekreasi
24. Penghargaan
4. Perekrutan Karyawan
Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk hampir setiap tahunnya membuka
lowongan pekerjaan. Dalam hal perekrutan karyawan di PT ITP prosesnya
sangat ketat, karena PT ITP sangat membutuhkan karyawan yang terampil dan
mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk menunjang perusahaan menjadi
lebih baik lagi. Banyak tahapan-tahapan yang harus dilalui apabila mendaftar
28

pekerjaan di PT ITP, seperti tes tulis, psikotes, wawancara, tes kesehatan, uji
mental (basecamp), on the job training, dan yang terakhir adalah penentuan
layak atau tidaknya menjadi karyawan. PT ITP dalam perekrutan karyawan
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Aprentice
Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam perekrutan karyawan ada
yang dinamakan aprentice. Perekrutan karyawan aprentice ini untuk lulusan
setara SMA, SMK, dan juga STM. Dalam perekrutan harus melalui beberapa
tahapan seperti penjelasan diatas. Pada perekrutan karyawan jenis aprentice
ini yang menentukan layak atau tidaknya menjadi karyawan ditentukan oleh
karyawan yang telah ditugaskan untuk menilai kinerja selama masa on the
job training selama 12 bulan atau 1 tahun.
b. Trainee
Pada perekrutan karyawan di PT Indocement Tunggal Praksarsa Tbk ada
juga yang dinamakan jalur Trainee. Perekrutan jenis trainee ini untuk
lulusan D3 (Diploma Tiga). Dalam perekrutannya pun sama harus melalui
beberapa tahapan seperti penjelasan diatas. Dalam penentuan layak atau
tidaknya menjadi karyawan sama saja dengan jenis aprentice, yang
menentukan adalah karyawan yang telah ditugaskan untuk menilai selama
masa on the job training 12 bulan atau 1 tahun.
c. Management Traninee
Selain perekrutan karyawan jenis aprentice dan trainee ada juga jalur
management trainee. Perekrutan karyawan jenis management trainee ini
untuk lulusan sarjana atau S1. Dalam hal perekrutan sama saja seperti jenis
perekrutan yang lainnya harus melalui tahapan-tahapan pada penjelasan
diatas. Pada perekrutan management trainee ada perbedaaan dalam
penentuan layak atau tidaknya untuk menjadi karyawan PT ITP. Penentuan
untuk menjadi karyawan PT ITP lewat jalur managemant trainee adalah
harus membuat paper dan presentasi. Bahasan dalam paper dan untuk
presentasi datanya di dapat selama menjalani on the job training dan nanti
ada tugas khususnya. Setelah presentasi maka akan ditentukan keputusannya
layak atau tidaknya menjadi karyawan PT ITP.

3.1.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian penting untuk pekerja
maupun perusahaan. Hal ini dilakukan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
untuk memperkecil terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan
seperti akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk merupakan salah satu perusahaan yang sangat peduli akan
keselamatan dan kesehatan pekerjanya. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
mengacu pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 yaitu memberikan upaya
perlindungan terhadap tenaga kerja, orang lain ditempat kerja, dan sumber produksi
agar dapat dipakai secara aman dan efisien. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
memiliki kebijakan perusahaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja,
keamanan, lingkungan dan komunitas. Kebijakan di PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk yaitu:
29

1. Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang,


peraturan yang berlaku di Indonesia dan standar yang relevan.
2. Senantiasa mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan menjalankan
perusahaan dengan mengelola potensi bahaya dan risiko untuk menciptakan
lingkungan kerja yang aman, selamat, sehat dan ramah lingkungan.
3. Senantiasa berupaya untuk menghemat sumber daya alam, konservasi
keanekaragaman hayati dan energi, mengutamakan keselamatan, kesehatan
kerja dan kemanan serta pencegahan pencemaran melalui kegiatan perbaikan
secara berkelanjutan.
4. Senantiasa berusaha meningkatkan program masyarakat untuk menciptakan
nilai bersama dan solusi lebih baik.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga memiliki peraturan tertinggi
untuk safety yaitu istilah “Life Saving Rules” atau bisa disebut juga peraturan
keselamatan jiwa ini adalah ketentuan dan sanksi pelanggaran. Dalam istilah Life
Saving Rules memiliki 6 (enam) elemen penting. Elemen-elemen yang terdapat
dalam istilah Life Saving Rules yaitu:
1.Standar Alat Pelindung Diri (APD)
Setiap karyawan atau kontraktor atau tamu yang memasuki area pabrik atau area
tambang, wajib membawa dan menggunakan alat pelindung diri (APD) yang
telah ditetapkan.
a. APD Standar
- Safety Helmet dengan Chinstrap
- Safety Glasses (pelindung mata)
- Dust Respirator (khusus area berdebu)
- Reflective Vest (2 stripes)
- Safety Shoes
b. APD khusus
Ditentukan berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya dan penilaian risiko
atau prosedur yang berlaku.
2. Work At Height
Bekerja pada ketinggian 1,8 meter atau lebih, berikut standarnya:
a. Memiliki surat izin bekerja di ketingian
b. Menggunakan perlengkapan seperti:
- Anchor point
- Full body harness 2 point
- Synthetic fiber lanyard
3. Confined Space Entry
Pekerjaan yang memasuki ruang terbatas, berikut standar APD yang wajib
dibawa dan digunakan:
a. Memiliki surat izin bekerja diruang terbatas
b. APD Standar
c. Alat komunikasi
d. Gas detector
e. Alat penerangan
f. Alat bantu pernafasan
30

4. Work At Hot Area and Hot Work


Pekerjaan di area panas dan pekerjaan panas, APD yang wajib dibawa dan
digunakan yaitu:
a. Memiliki surat izin area panas
b. Safety helmet
c. Heat resistant dace shield and safety google or aluminized hood
d. Heat resistant hood
e. Dust respirator
f. Heat resistant clothing or aluminized cloth and pants
g. Heat resistant glove pr aluminized glove
h. Aluminized safety shoes or fire boot
i. Tersedia alat pemadam api ringan
5. Energy Isolation LOTOTO
Sebelum melakukan pemeliharaan atau perbaikan alat, wajib menerapakan Lock
Out (penguncian), Tag Out (penandaan), Try Out (uji coba). 9 langkah aman
LOTOTO yaitu:
a. Mengenali sumber energi
b. Memberitahukan pihak-pihak terkait
c. Mematikan mesin atau alat
d. Mengisolasi sumber energi
e. Memasang log and tag
f. Memeriksa sumber energi
g. Melakukan uji coba
h. Melakukan pekerjaan sesuai SOP
i. Memeriksa dan mengembalikan seperti semula
6. Driving Safety
Berkendara di area pabrik atau tambang, wajib mengikuti peraturan berikut:
a. Memiliki SIM
b. Menggunakan sabuk pengaman
c. Mematuhi larangan penggunaan telepon gengam atau alat komunikasi lainnya
d. Tidak merokok selama berkendara di area pabrik
e. Menggunakan helm sepeda motor berstandar SNI
f. Mematuhi rambu-rambu dan marka lalu lintas
Apabila terjadi pelanggaran maka bentuk tindakan atau sanksi pelanggaran
Life Saving Rules sebagai berikut:
1. Karyawan PT ITP yang terbukti melakukan 1 (satu) kali tindakan pelanggaran
Life Saving Rrules dikenakan sanksi langsung berupa surat peringatan kedua.
2. Karyawan PT ITP yang telah mendapat surat peringatan kedua, namun dalam
tenggang waktu masa berlakunya peringatan tersebut terbukti melakukan
kembali tindakan pelanggaran Life Saving Rules, maka kepada yang
bersangkutan dikenakan sanksi langsung berupa surat peringatan ketiga atau
terakhir.
3. Karyawan PT ITP yang telah mendapat surat peringatan ketiga atau terakhir,
namun dalam tenggang waktu masa berlakunya peringatan tersebut ternyata
melakukan kembali tindakan pelanggaran Life Saving Rules, maka kepada
31

yang bersangkutan dikenakan sanksi langsung berupa pemutusan hubungan


kerja (PHK).
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki sertifikasi OHSAS 18001
tentang K3 Internasional, contoh penerapan K3 di PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk yaitu:
1. Jalur evakuasi bila terjadi hal seperti bencana alam
2. Adanya inspeksi rutin oleh division safety
3. Karyawan diwajibkan menggunakan APD
4. Training yang diberikan oleh bagian training secara rutin kepada seluruh
karyawan
5. Rambu-rambu APD diberikan pada setiap area produksi, maintenance, dan
office
6. Safety Talk merupakan program yang dilakukan untuk mengingatkan
karyawan tentang pemakaian APD dan informasi area-area berbahaya
sehingga pekerja lebih berhati-hati. Program dilakukan secara formal dan
informal, secara formal dilakukan rutin setiap pagi mulai pukul 08.15 – 08.30
WIB. Secara informal dilakukan pada setiap pekerja yang bertemu dengan
pekerja lainnya untuk saling mengingatkan.
PT ITP menyediakan alat pelindung diri (APD) untuk menunjang keamanan
dan kenyamanan karayawan. Beberapa contoh gambar alat pelindung diri yang ada
di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dilihat pada Lampiran 14.
32

3.2 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Perencanaan

Aspek perencanaan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang meliputi


Perencanaan Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), dan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) memiliki beberapa permasalahan yang
dapat menghambat jalannya proses produksi. Penulis mengidentifikasi
permasalahan tersebut dan alternatif solusi yang dapat dilakukan. Permasalahan dan
alternatif solusi aspek perencanaan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Perencanaan

No Permasalahan Lokasi Alternatif Solusi


1. Masih Area Produksi 1.Perusahaan melakukan
terdapatnya sosialisasi terkait pemakaian
karyawan dan APD lebih rutin lagi kepada
kontraktor yang seluruh karyawan dan
tidak memakai kontraktor.
alat pelindung diri 2.Memberikan peringatan dan
yang lengkap hukuman kepada karyawan
pada saat dan kontraktor yang tidak
dilapangan dan mematuhi ketentuan dalam
disekitar pabrik. pemakaian APD.

3.3 Identifikasi Masalah Why-why Analisis Aspek Perencanaan

Permasalahan yang terdapat di indentifikasi masalah dan alternatif solusinya


dapat dicari penyebab utamanya menggunakan why-why analisis. Why-why analisis
digunakan agar solusi yang dicari dapat tepat sasaran sesuai dengan akar
permasalahan. Oleh karena itu, penulis menggunakan why-why analisis dalam
mencari penyebab utama dari permasalahan dalam aspek perencanaan. Gambar
why-why analisis dapat dilihat pada Lampiran 15.
33

4. ASPEK PENGENDALIAN

4.1 Deskripsi Lingkup Aspek Pengendalian

Aspek pengendalian pada produksi berfungsi untuk mengevaluasi,


memperbaiki, dan menjaga kualitas, jumlah, dan aspek lainnya agar proses produksi
dapat berjalan dengan baik seperti biasanya. Aspek yang akan dikaji meliputi
Pengendalian Produksi, Total Productive Maintenance (TPM), Pengendalian Mutu,
Supply Chain Management, dan Pengendalian Limbah.
4.1.1 Pengendalian Persediaan
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki 2 sumber bahan baku, yaitu
bahan baku yang berasal dari proses penambangan (mining) dan ada bahan baku
pembelian atau dari supplier. Bahan baku untuk pembuatan semen di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diperoleh dari:
1. Penambangan
Bahan baku yang berasal dari proses penambangan terbagi menjadi dua, yaitu
bahan baku utama batu kapur (limestone) yang di dapat dari quarry D dan juga
bahan baku zat additive tanah liat (sandy clay) yang di dapat dari Hambalang.
Bahan baku batu kapur dan juga tanah liat di cek terlebih dahulu kadarnya
sebelum dikirim ke gudang dengan atap tertutup pada masing-masing plant.
Bahan baku bisa saja dikirim langsung ke plant dan pengecekkannya di plant,
tetapi akan mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi. Pengiriman dapat
dilakukan menggunakan truk langsung dikirim ke setiap plant atau bisa juga
melalui belt conveyor. Penggunaan bahan baku dengan sistem First In First Out
(FIFO). Bahan baku Pendataan kebutuhan bahan baku dilakukan oleh mining
division dan berkordinasi dengan bagian manajemen pabrik terkait kebutuhan
bahan baku yang harus disediakan. Kebutuhan batu kapur mencapai 45.000 ton
per hari.
2. Pembelian (Supplier)
Bahan baku yang di beli merupakan bahan zat additive. Bahan zat additive ini
digunakan untuk memperbaiki sifat semen. Bahan zat additive yang di beli yaitu
gypsum, iron sand, dan trass. Iron sand dibeli dari PT Aneka Tambang di daerah
Cilacap Jawa Tengah. Gypsum dibeli dari PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
atau dari Taiwan, Jepang dan Australia. Trass diperoleh dari Cianjur Jawa Barat.
Kebutuhan dan ketersediaan bahan zat additive di monitoring oleh supply
division. Supply division melakukan pengecekkan pada setiap plant.
pengecekkan tersebut dilakukan 1 bulan dan 3 bulan. Pengecekkan yang
dilakukan 1 bulan bertujuan untuk melakukan pendataan pemakaian bahan baku
dan jumlah bahan baku yang tersisa. Pengecekkan 3 bulan bertujuan untuk
perhitungan kebutuhan bahan baku untuk periode mendatang.
Pengujian bahan baku yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan analisis
komposisi bahan kimianya dengan menggunakan alat X-Ray Spectrometer yang
dikendalian dengan komputer. Cara menganalisis kualitas dengan pengambilan
sampel oleh bagian Quality Control dan Plant Controlling Monitoring (PCM).
Quality Assurance and Research Division (QARD) yang bertugas menetukan
target dan parameter standar kualitas. Target yang dibuat QARD dikelola bagian
34

PCM apabila bahan baku atau produk jadi yang dikontrol tidak sesuai dengan
standar kualitas maka bagian Quality Control akan memberikan surat
peringatan (NCR) kepada PCM, karena PCM bagian yang mengendalikan alur
automasi mesin produksi sehingga mempengaruhi kualitasnya.
Bahan baku tersebut masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan baku. Proses
keluarnya bahan baku menggunakan sistem first in first out (FIFO). FIFO
merupakan metode keluar bahan baku, barang setengah jadi, dan produk jadi
dengan menganut sistem barang yag pertama masuk akan menjadi barang yang
pertama keluar. Sistem FIFO belum berjalan dengan baik, karena bahan baku
yang berbentuk butiran yang saling bertumpukan sehingga material bahan baku
bercampur. Selain material bahan baku semen ada juga alat pelindung diri
(APD), sparepart, dan alat-alat kebutuhan kantor disediakan oleh perusahaan
sebagai pendukung jalannya proses produksi.

4.1.2 Total Productive Maintenance


Total Productive Maintenance merupakan tools atau alat sistem manajemen
yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi infisiensi/pemborosan
dalam perusahaan. Tujuan dilakukannya penerapan TPM di PT Indocement
Tunggal Prakarasa Tbk (PT ITP) yaitu untuk meningkatkan kinerja perusahaan
melalui peningkatan SDM dan peningkatan sistem perawatan peralatan untuk
memaksimalkan keefektifan peralatan secara menyeluruh. PT ITP melakukan
melalui perawatan perlengkapan dan peralatan kerja seperti mesin, equipment dan
alat-alat kerja
1. Delapan Pilar TPM
Pilar utama Total Prouductive Maintenance (TPM) terdiri dari delapan pilar
yaitu autonomous maintenance, planned maintenance, equipment and process
improvement, early equipment and product manajement, quality maintenance,
TPM in the office, education and training, serta safety and environment
management. Kedelapan pilar utama TPM tersebut berfungsi sebagai implementasi
dan landasan dalam mencapai tujuan. Berikut penerapan delapan pilar TPM di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk:
a. Autonomus Maintenance
Autonomus maintenance merupakan kegiatan yang dirancang untuk melibatkan
operator mesin dalam melakukan perawatan mesinnya sendiri. PT ITP belum
menerapkan pilar ini dengan baik, karena operator tidak berikan pelatihan
tentang perbaikan mesin dan wewenang untuk memperbaiki mesin nya sendiri.
Operator akan melaporkan kerusakan melalui program IIMS-Maximo yaitu
program terintegrasi antar bagian yang dapat digunakan menyampaikan suatu
failure.
b. Planned Maintenance
Planned maintenance telah dilakukan PT Indocement Tunggal Prakarsa tbk
untuk yang dikelola oleh Departement Mechanical yang bertanggung jawab
merencanakan kegiatan perawatan dan pemeliharaan mesin. Kegiatan perawatan
mesin di PT ITP dilakukan dalam beberapa periode seperti perawatan harian,
mingguan, bulanan dan overhaull. Menyusun jadwal perawatan dan
pemeliharaan secara rutin dan periodic dilakukkan untuk mengantisipasi
kerusakan-kerusakan yang akan terjadi.
35

c. Quality Maintenance
Quality maintenance merupakan pilar dalam TPM berupa pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi peralatan yang
optimal untuk menghindari defect product. PT ITP dalam menerapkan quality
maintenance yaitu dengan melakukan pembuatan dan menggunakan sparepart
yang sesuai dengan standar, melakukan uji fungsi pemakaian sebelum proses
produksi dan melakukan monitoring selama proses produksi berlangsung yang
dilakukan oleh quality control. Departemen di PT ITP yang bertanggung jawab
dalam melaksanakan pilar ini yaitu Quality Control dan QualityAssurance and
Research Development (QARD). Departemen ini menjaga kualitas semen yang
dihasilkan sesuai dengan standar yang dimiliki oleh PT ITP.
d. Focus improvement
Focus improvement merupakan sebuah kegiatan perbaikan yang dilakukan oleh
tim proyek lintas fungsi yang terdiri dari teknisi di bagian produksi, personil
perawatan dan operator. Kegiatan ini dirancang untuk meminimalkan kerugian
yang telah ditargetkan, diukur, dan dievaluasi dengan cermat. PT ITP telah
menerapkan pilar ini dan memiliki Departemen Perencanaan dan Inovasi untuk
bertanggung jawab dalam hal inovasi pendukung departemen produksi.
e. Early Equipment Management
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk telah melakukan pilar ini dengan cara
bagian operator dan maintenance mempelajari penggunaan mesin sesuai dengan
prosedur dan petunjuk dari buku petunjuk operasi mesin. Hal tersebut dilakukan
untuk mengoptimalkan kinerja mesin dan meminimalkan kerusakan .
f. Safety & Environment Management
Safety & Environment Management merupakan pilar dalam TPM yang berupa
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan tempat kerja
bertujuan untuk mencapai zero accident dan meminimalisasi pencemaran
lingkungan melalui pemenuhan baku mutu emisi dan lingkungan. PT ITP
memiliki departemen tersendiri dalam menjaga terlaksananya pilar ini yaitu
DepartementHealth Safety Environmen (HSE). Departemen HSE bertanggung
jawab untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja, hal ini dapat dilihat
dari display dan Standar Operation Procedure (SOP) di daerah pabrik maupun
luar pabrik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan perusahaan.departement
ini juga memberikan arahan pengguanan APD yang baik pada teknisi maupun
operator dan memfungsikan alat pengamanan atau safety devices.
g. Education and Training
Education and training merupakan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang
diberikan kepada semua karyawan untuk peningkatan kemampuan dan
keterampilan sesuai dengan bidangnya. PT ITP memiliki I-SHELTER yaitu
tempat untuk menetapkan semua pendidikan dan pelatihan yang digunakan.
Pelatihan yang diberikan berupa pelatihan umum dan khusus. Pelatihan umum
berupa pelatihan K3 dan pelatihan khusus bertujuan untiuk meningkatkan ilmu
pengetahuan para pekerja agar dalam pelaksanaan perawatan mesin dapat
optimal contohnya seperti training untuk perawatan mesin
h. TPM in The Office
Penerapan pilar TPM ini pada bagian non produksi merupakan kegiatan yang
dilakukan pada wilayah seperti office.Kegiatan yang dilakukan adalah dengan
melakukan pembersihan seperti membersihkan ruangan kantor administrasi
36

maintenance setiap hari, penataan yang rapih di tempat kerja karyawan


maintenance serta membiasakan karyawan membuang sampah pada tempatnya.
Selain itu kegiatan yang dilakukan yaitu fokus terhadap penerapan 5S pada area
kerja dan area disekitarnya.
2. Budaya Kerja 5S
Budaya 5S adalah dari bahasa jepang yaitu seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan
shitsuke. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sudah menerapkan budaya 5R
atau 5S, penerapan pada PT ITP:
1. Seiri (Ringkas atau pemilahan)
Seiri merupakan kegiatan membedakan atau pemilahan barang-barang yang
dapat digunakan dengan barang-barang yang sudah tidak dipergunakan lagi
dan bagian dari sampah. Kegiatan seiri yang terdapat pada PT ITP adalah
pemisahan sparepart alat produksi yang masih bisa digunakan dengan
sparepart yang sudah rusak.
2. Seiton (Rapi atau Penataan)
Seiton merupakan kegiatan merapihkan barang dan meletakkannya pada
tempat yang telah disediakan, sehingga memudahkan proses pencarian.
Kegiatan seiton pada PT ITP seperti Dokumen-dokumen yang penting
disusun ke dalam map besar atau ordner lalu diletakkan ke lemari
penyimpanan, map-map besar yang berisi dokumen-dokumen penting
diberikan label untuk memudahkan proses pencarian, serta meja dan bangku
yang terdapat pada ruang kantor di susun dengan baik sehingga terlihat rapih.
3. Seiso (Resik atau Pembersihan)
Seiso adalah kegiatan merapihkan lingkungan kerja tanpa ada kotoran yang
tersisa. Kegiatan seiso pada PT ITP yaitu pembersihan area pabrik
menggunakan mobil khusus setelah kegiatan produksi setiap shift pulang
kerja dan pada ruang kantor di setiap bawah meja tersedia tempat sampah,
sehingga karyawan tidak membuang sampah sembarangan.
4. Seiketsu (Rawat atau Pemantapan)
Seiketsu merupakan kegiatan yang terkait dengan membiasakan atau
dilakukan secara berulang untuk kegiatan seiri, seiton, dan seiso. Kegiatan
seiketsu pada PT ITP adalah seluruh karyawan diwajibkan untuk
menggunakan APD khusus sesuai dengan bidang atau tugas yang akan
dikerjakan.
5. Shitsuke (Rajin atau Pembiasaan)
Shitsuke merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melatih karyawan agar
terbiasa dan disiplin secara ketat untuk menerapkan budaya 5S. Kegiatan
shitsuke pada PT ITP:
a. Pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai ketentuan
yang telah diberikan oleh perusahaan.
b. Membudayakan 3S yaitu senyum, sapa, dan salam. Budaya tersebut
dilakukan oleh semua karyawan atau pekerja ketika bertemu dengan
karyawan lainnya.
3. Jenis Perawatan Alat dan Mesin
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan perusahaan yang melakukan
perawatan mesin. Perawatan mesin di PT ITP dibagi menjadi 3, yaitu:
37

1. Preventive Maintenance
Perawatan mesin yang telah direncanakan atau yang sudah terjadwal oleh
bagian maintenance dan produksi. Perawatan mesin sudah dijadwalkan secara
mingguan dan 6 bulanan (overhaul) tergantung pada jenis perawatan yang
dilakukan oleh pihak maintenance.. Preventive Maintanance yang dilakukan
PT ITP yaitu seminggu sekali untuk mesin raw mill dan mesin finish mill serta
untuk mesin kiln dilakukan pada saat overhaul yaitu pada bulan januari dan
juni. Jadwal Kegiatan PM di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat
dilihat pada Lampiran 3.
2. Predictive Maintenance
Predictive Maintenance adalah aktivitas pemeliharaan peralatan yang
dilaksanakan berdasarkan atas kondisi tertentu dari peralatan (basic condition)
untuk menghindari terjadinya kerusakan atau kondisi yang tidak diinginkan
yang dapat berakibat pada penurunan kinerja. Predective maintenance di PT
ITP dilakukan dengan cara inspeksi serta pengukuran beberapa parameter yang
dapat dijadikan informasi kondisi mesin atau peralatan produksi pada saat ini
sehingga kerusakan yang lebih besar bisa dicegah. Inspeksi dan pengukuran
mesin tersebut antara lain dengan pengecekan fisik mesin, noise yang
ditimbulkan, suhu mesin, kondisi pelumasan, serta parameter lain yang bisa
menggambarkan kondisi mesin.
3. Corrective Maintenance
Perawatan mesin yang dilakukan apabila terjadi permasalahan atau
ketidakstabilan pada kinerja mesin, Kegiatan Corrective di PT ITP yang
dilakukan Junior Inspector bertujuan untuk mencegah kerusakan yang akan
bertambah fatal dengan mengembalikan fungsi mesin dengan cara
memperbaikinya.
4. Prosedur Perawatan
Prosedur perawatan berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
dalam ketika melakukan perawatan terhadap mesin. Prosedur perawatan wajib
dilakukan oleh teknisi ataupun operator untuk memperpanjang umur mesin
dengan melakukan perbaikan ke kondisi awal mesin (basic condition). PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki prosedur perawatan mesin jika
terjadinya kerusakan pada mesin secara tiba-tiba. Baik itu menyebabkan mesin
mati ataupun hanya menimbulkan kerusakan kecil yang dapat menggangu proses
produksi.
Prosedur perawatan dimulai dari operator lapangan melaporkan kerusakan ke
operator CCR. Operator CCR kemudian akan mencatat kerusakan di laporan
harian. Selanjutnya operator CCR akan melaporkan dan meminta bantuan tim
maintenance. Jika tidak ada spare part yang rusak, maintenance akan langsung
memperbaikinya. Jika kerusakan tersebut membutuhkan penggantian spare part.
Tim maintenance akan memintanya ke bagian pengadaan, dan pengadaan akan
membelinya dan diserahkan ke tim maintenance untuk dapat langsung
diperbaiki. Setelah perbaikan, Department TSD membuat laporan kerusakan.
Flow chart prosedur perawatan dapat dilihat pada Gambar 16.
38

Pelaporan Operator
Kerusakan Lapangan

Pencatatan
Laporan
Kerusakan

Periksa Jenis
Kerusakan
Operator
CCR

Perbaiki

Pelaporan
Kerusakan ke
dept.TSD

Tidak
Permintaan
Perbaikan
Sparepart

Bisa
Pembelian
Pengadaan
Sparepart

Dept. TSD
Perbaikan

Pencatatan
Kegiatan
Maintenance

Selesai

Gambar 16 Flow Chart Prosedur Perbaikan Mesin

4.1.3 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu merupakan kegiatan yang harus dilakukan perusahaan
untuk mencapai standar mutu yang diinginkan perusahaan. Kondisi ini merupakan
hal yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menjaga kepuasan konsumen. Hal ini
akan mengakibatkan perusahaan dapat bersaing dan meningkatkaan pangsa pasar
sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
Kebijakan manajemen mutu adalah ketetapan perusahaan dalam
memperhatikan aspek mutu atau kualitas dalam produk yang dihasilkan. Kebijakan
mutu yang ditetapkan perushaan adalah dokumen yang harus dimiliki oleh
perusahaan yang telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. ISO
atau Internasional Organization for Standardization adalah badan yang bertangung
jawab dalam menetapkan berbagai standar internasioal yang ditetapkan berbagai
negara. ISO 9001:2008 adalah standar yang ditetapkan oleh badan ISO untuk
manajemen mutu. Perusahaan harus bisa memenuhi persyaratan internasional
dalam hal manajemen mutu produk yang dihasilkan untuk memperoleh ISO 9001.
Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk bagian atau divisi yang mengatasi
masalah mutu produk adalah bagian Quality Control dan QualityAssurance and
39

Research Development. PT ITP melakukan pengendalian mutumulai dari bahan


baku, proses, bahan setengah jadi, dan produk jadi. PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk dalam hal ini mengutamakan kualitas dalam menyediakan produk
yang akan dipasarkan pada pasar global dan pasar internasional. Standar yang telah
diterapkan di perusahaan merupakan standar nasional dan juga standar internasional
yang terkait dengan produk-produk tertentu. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
yang mengurus sistem manajemen adalah lembaga Quality SystemManagement
Respresentative (QSMP). QSMP memiliki tugas untuk menetapkan,memelihara,
dan memastikan manajemen sistem di perusahaan berjalan sesuai dengan lingkup
yang telah di sertifikasi. Pengelompokkan manajemen sistem terbagi atas berikut
ini:
1. Quality Manajemen System
QMS berkaitan dengan bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
Bagian-bagian dari QMS yaitu:
a. ISO9001:2008 berkaitan dengan manajemen mutu.
b. ISO 17025 berkaitan dengan sistem manajemen pengelolaan laboratorium,
bagian yang melakukan pengecekkan adalah QARD.
c. American Petroleum Institute (API) spec 10A Class G-HSR berkaitandengan
sistem manajemen Oil Well Cement (OWC).
2. Safety Security Human Envirovement
SSHE bagian yang berkaitan dengan sistemn pengamanan pada kegiatan proses
produksi dan hasil limbah dari proses produksi. SSHE memiliki beberapa bagian
yaitu:
a. Sistem Manajemen K3 PP No.50/2012.
b. OHSAS 18001 berkaitan dengan pengelolaan K3 International.
c. ISO 14001 berkaitan dengan manajemen lingkungan.
Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk bagian yang mengecek
pengendalian mutu bahan baku adalah divisi Quality Assurance and Research
Development (QARD). Pengecekan bahan baku dilakukan saat bahan baku
datang untuk mengetahui kandungan yang ada pada bahan baku. Pengecekan
juga dilakukan untuk menentukan komposisi suatu bahan baku agar
mendapatkan semen yang sesuai dengan standar. Standar kualitas bahan baku
ditentukan menggunakan modulus semen, yaitu:
1. LSF (Lime Saturation Factor)
LSF merupakan nilai yang menunjukan perbandingan kadar CaO efektif
terhadap CaO maksimum teoritis yang dapat mengikat senyawa-senyawa
SiO₂, Al2O3, dan Fe2O3 yang terkandung dalam meal. Sampel diambil dari
air slide raw mill product setiap 2 jam sekali. Pengaruh nilai LSF terhadap
proses pembakaran dan kualitas semen dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Pengaruh LSF di Unit Raw Mill

Pengaruh LSF terlalu tinggi Pengaruh LSF terlalu rendah

Bahan baku sulit untuk dibakar pada Tepung baku mudah dibakar,
kiln unit.Kandungan CaO bebas akan kebutuhan energi rendah dan kadar
semakin meningkat (freelime) dan CaO bebas rendah.
memperlambat waktu pengikatan.
40

2. SM (Silica Modulus)
SM merupakan kadar silica yang terkandung dalam meal harus berada diantara
rentang 2,3-2,55%. Untuk mendapatkan nilai SM, sampel diambil di air slide
raw mill product setiap dua jam sekali. Pengaruh nilai SM terhadap proses
pembakaran dan kualitas semen dapat dilihat padapada tabel 11.
Tabel 11 Pengaruh SM di Unit Raw Mill

Pengaruh SM terlalu tinggi Pengaruh SM terlalu rendah


a. Bahan baku sulit untuk dibakar a. Bahan baku mudah dibakar
b. Fasa cair rendah b. Fasa cair tinggi
c. Kadar CaO bebas cenderung tinggi c. Membentuk ring coating
d. Merusak bata tahan api

3. IM (Iron Modulus)
IM merupakan kadar iron yang terkandung dalam meal. IM dalam meal harus
berada diantara rentang 1,7-1,8%. Untuk mendapatkan nilai IM, sampel diambil
di air slide raw mill product setiap dua jam sekali. Pengaruh nilai IM terhadap
proses pembakaran dan kualitas semen dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12 Pengaruh IM di Unit Raw Mill

Pengaruh IM terlalu tinggi Pengaruh IM terlalu rendah


a. Bahan baku sulit untuk dibakar a. Viskositas fasa cair rendah
b. Fase cair turun,sehingga hasil kiln rendah

PT ITP juga mnerapkan pengendalian mutu proses yang dilakukan oleh divisi
Quality Assurance and Research depelovment (QARD). Pengecekan ini dilakukan
secara rutin, dalam proses produksi semen dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu
proses raw mil, kiln, dan finish mill. Pengendalian mutu proses dapat dilihat pada
tabel 13.
Tabel 13 Pengendalian Mutu Proses

Pengendalian Mutu

1. Pengecekkan modulus LSF, SM, IM yang dilakukan minimal setiap


1 jam Pengecekkan clinker, hal ini untuk menghindari terjadinya
clinker yang reject, dilakukan setiap 2 jam sekali

2. Pengendalian dengan menggunakan Fly Ash Mixing untuk


menghasilkan pencampuran material clinker, fly ash dan trass yang
disebut Fly mix

Setelah pengendalian mutu proses PT ITP juga melakukan pengendalian


mutu barang jadi dilakukan oleh divisi Quality Assurance and Research
Development (QARD) dan Process Control Monitoring Departement (PCMD).
Pengecekan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, residu, kehalusan pada semen,
41

dan kekuatan pada semen yang dihasilkan agar sesuai dengan kualitas dan kuantitas
yang telah ditentukan. Pengecekan ini dilakukan setiap 1 jam atau 2 jam sekali.
Tugas dari dan Process Control Monitoring Departement (PCMD) adalah
menganalisa bahan baku, tepung baku dan semen secara kontinyu dalam selang
waktu masing-masing adalah 1 jam atau 2 jam sekali. Quality Assurance and
Research Development (QARD) mempunyai dua laboratorium yaitu laboratorium
kimia yang bertugas menganalisa secara kimiawi bahan baku, klinker dan semen
meliputi penentuan komposisi semen dan menganalisa kandungan air yang ada di
dalam bahan baku. Laboratorium fisika memperhatikan pengendalian mutu semen
mengenai kehalusan, Compressive strenght (Kekuatan beton), Panas hidrasi (reaksi
semen dengan air).
Kualitas semen yang tidak sesuai standar dilihat dari strength nya. Diukur
berdasarkan waktu pengkondisian. Waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran ada
yang satu hari, tujuh hari, empat belas hari dan sebagainya. Pengukuran juga dapat
dilihat dari blaine dan residunya. Standar proses tersebut telah ditentukan. Standar
proses untuk blaine 3800-4000 cm2/gram dan residu untuk 45µm sebesar 12 gram
(lebih kecil dari standar lebih baik). SO3 memiliki massa jenis sebesar 1,55-1,85
gram/cm3. Target Compressive Strength untuk satu hari sebesar 80 kg/cm2, tiga hari
sebesar 180 kg/cm2, tujuh hari sebesar 250 kg/cm 2 dan 28 hari sebesar 350 kg/cm3.
Dalam industri semen, semen tidak ada product reject. Apabila ada produk yang
memiliki kandungan mineralnya kurang dari standar, maka dilakukan penambahan.
Bulan Maret 1995 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berhasil
memperoleh ISO 9001. Perusahaan menyadari dengan penerapan ISO 9001 dapat
meningkatkan kepuasan terhadap konsumen dan pelanggan. ISO yang dapat dicapai
perusahaan sebagai berikut:
1. ISO 9001 Manajemen Mutu.
2. ISO 14001 Manajemen Lingkungan.
3. OHSAS 18001 (Gabungan Organisasi K3 Dunia).
4. Sistem Manajemen K3 Permenaker No.05/MEN/1996.
5. ISO 17025 Sistem Manajemen untuk Pengelolaan Laboratorium.
6. API (American Petrilion Institut) Sistem Manajemen untuk Sertifikat Produk
OWC.

4.1.4 Supply Chain Management


Supply chain management adalah serangkaian kegiatan perencanaan atau
pegendalian pengadaan bahan baku perusahaan sehingga menjadi produk jadi yang
kemudian dikirim ke konsumen (Pujawan 2017).
1. Skema Rantai Pasok
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memesan bahan baku pendukung
dan bahan baku pengemasan ke supplier. Pemesanan bahan baku pendukung
menjadi tanggung jawab supply division. Bahan baku utama diperoleh melalui
penambangan , sedangkan bahan baku pendukung dan bahan baku pengemasan
diperoleh dari supplier. Penambangan bahan baku utama menjadi tanggung
jawab mining division. Pemesanan bahan baku pengemasan menjadi tanggung
jawab paper bag division. Pemesanan bahan baku pendukung dan bahan baku
pengemasan melalui telephone dan juga via email. Pemesanan dan kedatangan
bahan baku tidak menentu tergantung kebutuhan perusahaan.
Semen yang di pesan pihak retail atau agen harus melalui distributor yang
telah bekerjasama dengan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pihak
42

distributor menghubungi sales and marketing division PT Indocement Tunggal


Prakarsa Tbk untuk pemesanan jumlah semen dan lokasi pengiriman yang
dituju. Setelah sales and marketing division menerima data jumlah pesanan dan
lokasi untuk pengiriman, kemudian menghubungi pihak logistics division untuk
mengatur mekanisme pengiriman semen. Apabila lokasi lebih dekat dengan
pabrik maka pengiriman langsung dari plant. Apabila lokasi yang dituju lebih
dekat dengan gudang atau terminal maka logistics division harus menghubungi
supply chain division untuk melakukan pengiriman semen. Supply chain
division merupakan bagian yang mengatur stock semen dan pengiriman semen
dari gudang maupun terminal. Gambar 17 merupakan gambar skema struktur
jaringan rantai pasok dan distribusi.

Keterangan :

: Aliran Barang
: Aliran Uang
: Aliran Informasi

Gambar 17 Skema Rantai Pasok

Keterangan
1.Aliran Barang
Aliran barang yang terjadi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (ITP)
yaitu berupa aliran bahan baku dan barang jadi. Aliran bahan baku yang terdapat
pada PT ITP ada 3 (tiga) tipe yaitu bahan baku utama, bahan baku pendukung,
dan bahan baku pengemasan, yaitu:
a. Bahan baku utama
Bahan baku utama pada PT ITP yaitu berupa batu kapur (limestone) dan
tanah liat (sandy clay). Bahan baku tersebut milik pribadi PT ITP. Bahan
43

baku didapat dengan cara ditambang, untuk limestone berada pada quarry D
dan untuk sandy clay berada di daerah Hambalang. PT ITP untuk memuat
dan mengangkut bahan baku utama bekerjasama dengan pihak transporter
atau dikirim melalui belt conveyor.
b.Bahan baku pendukung
Bahan baku pendukung pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di dapat
dari beberapa supplier dalam negeri dan luar negeri. Bahan baku pendukung
atau tambahan yaitu seperti iron sand, gypsum,trass, dan Slack. Iron sand
dibeli dari PT Aneka Tambang di daerah Cilacap Jawa Tengah. Gypsum
dibeli dari PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur atau dari Taiwan, Jepang dan
Australia. Trass diperoleh dari Cianjur Jawa Barat. Slack diperoleh dari
Cilegon Jawa Barat. Waktu pengiriman bahan baku tidak menentu,
tergantung jenis bahan baku yang dibutuhkan oleh PT ITP. Pengiriman bahan
baku pendukung menjadi tanggung jawab para supplier.
c.Bahan baku pengemasan
Bahan baku pengemasan didapatkan dari dalam negeri dan luar negeri, untuk
dalam negeri PT ITP hanya mendapatkan bahan bakunya dari supplier dan
dibuat sendiri pengemasannya oleh PT ITP. Bahan baku dari luar negeri PT
ITP mendapatkannya sudah berbentuk barang jadi kantong pengemasan
untuk semen.
Aliran barang jadi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (ITP) terdapat 3
(tiga) tipe pengiriman, yaitu:
a. Pengiriman langsung ke Retail
Pengiriman langsung ke retail dilakukan untuk daerah Jabodetabek melalui
perantara distributor, yang dimaksud perantara distributor disini adalah pihak
distributor memesan kepada PT ITP untuk meminta mengirimkan barang jadi
langsung kepada retail yang dipesannya dan dalam lingkup terdekat dari lokasi
pabrik, gudang, atau terminal. PT ITP bekerjasama dengan pihak transporter.
Jadi untuk pendistribusian semen menjadi tanggung jawab pihak transporter
tetapi apabila ada kerusakan semen saat sampai di retail, pihak PT ITP juga
bertanggung jawab. Setelah itu akan di amati terlebih dahulu apa penyebab
kerusakan pada semen tersebut.
b. Pengiriman melalui Distributor lalu ke Retail
Pengiriman ini dilakukan untuk daerah jawa dan luar jawa. Pada pengiriman ini
PT ITP bekerjasama dengan pihak transporter untuk melakukan pengiriman
barang jadi ke distributor. Setelah sampai distributor lalu akan di kirimkan ke
retail-retail yang telah menjadi tanggung jawab distributor. Apabila ada semen
yang rusak saat sampai ke retail, akan diamati terlebih dahulu apa penyebab
kerusakan semen tersebut.
c. Pengiriman ke Warehouse atau Terminal lalu ke Distributor atau langsung ke
Retail
Pengiriman ini dilakukan untuk daerah jawa, luar jawa, dan luar negeri.
Terminal dan Warehouse itu milik PT ITP. Bentuk pertanggungjawaban
apabila ada semen yang rusak tetap sama yaitu diamati terlebih dahulu, apa
penyebab semen tersebut mengalami kerusakan.
2. Aliran Uang
44

Aliran uang yang terdapat pada PT ITP merupakan transaksi pembayaran antara
perusahaan dengan supplier dan juga perusahaan dengan distributor. Pada
transaksi pembayaran tergantung pada kesepakatan antara pihak supplier
dengan PT ITP ataupun PT ITP dengan distributor, biasanya penagihan
dilakukan dengan cara mengirim email berupa info penagihan (
CommercialInvoice) lalu mengirim surat dan dokumen berkas-berkas untuk
penagihan. Pembayaran dilakukan dengan cara di transfer melalui rekening
bank yang telah di sepakati.
3. Aliran Informasi
Aliran informasi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu berupa email
dan surat untuk perihal administrasi seperti delivery order, surat pengiriman
barang, dan commercial invoice. Informasi melalui media elektronik dan cetak
ini memudahkan proses transaksi antara pihak perusahaan, supplier, distributor,
dan retail. Sehingga informasi yang diterima dapat berjalan dengan baik antar
pihak yang bersangkutan. Informasi yang diberikan supplier kepada PT ITP
berupa commercial invoice (surat penagihan), faktur pajak, berita acara,
spesifikasi dan ketentuan lain yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Informasi dari perusahaan kepada customer berupa surat pengiriman barang
(SPB) yang dikirimkan melalui pihak transporter saat barang dikirim kepada
konsumen. Sebaliknya informasi yang diterima perusahaan dari konsumen
berupa delivery order yang berisi jumlah pemesanan.
2. Strategi Rantai Pasok
Strategi rantai pasok merupakan hal yang penting dalam menentukan keputusan
taktis di dalam perusahaan. Perusahaan dapat meminimasi biaya dan kinerja
secara lebih efektif di dalam perusahaan dengan ccara mengatur dan
menerapkan strategi rantai pasok yang efektif dan terintegrasi dengan lebih
baik. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menerapkan strategi rantai pasok
di dalam perusahaanya dengan mempertimbangkan beberapa aspek sesuai
dengan target dan kebutuhan perusahaan, berikut ini strategi rantai pasok di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk disajikan dalam Tabel 14.

Tabel 14 Strategi Rantai Pasok.


Keputusan Check Check
Efisien Responsif
Taktis list list

Mencari lokasi yang


Menempatkan memiliki pasar yang
Lokasi pabrik di Negara √ liquid, memiliki akses
Fasilitas yang memilikitingkat terhadap tenaga kerja yang
ongkos tenaga kerja terampil dan teknologi
yang rendah yang memadai

Sistem Meningkatkan Sistem produksi harus


utilitas sistem √ fleksibel dan memiliki
produksi
produksi kapasitas ekstra
45

Tabel 14 Strategi Rantai Pasok (lanjutan)

Keputusan Check Check


Efisien Responsif
Taktis list list

Diterapkannya sistem
safety stock untuk
Melakukan tindakan produknya di pabrik,
Persediaan untuk mengurangi warehouse, terminal, √
tingkat persediaan. hingga gudang
distributor.

Memilih Memerlukan
Transportasi Transportasi yang √ transportasi yang
lebih murah cepat

Memilih pemasok
Memilih pemasok
dengan harga bahan
berdasarkan
baku yang murah
Pemasok √ kecepatan,
serta kualitas tinggi
fleksibilitas, dan
sebagai kriteria
kualitas
utama
Menggunakan
modular design
Fokus pada dan menunda
Pengembangan
minimasi deferensiasi √
Produk
biaya produk sebisa
mungkin
(postponement)

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa PT


Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki strategi rantai pasok yang lebih efisien.

4.1.5 Pengendalian Limbah


Pengendalian limbah dalam dunia industri merupakan hal yang penting,
apabila tidak dilakukan penanggulangan limbah maka akan menyebabkan
pencemaran lingkungan pada daerah sekitar perusahaan. Limbah yang dihasilkan
oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berasal dari proses produksi semen,
workshop, office, dan kantin. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menerapkan
sistem green manufacture. Green manufacture adalah suatu metode yang
digunakan oleh perusahaan dalam meminimalisir limbah dan polusi yang
dihasilkan dari proses produksi. Perusahaan menghasilkan limbah baik secara
langsung pada proses produksi maupun secara tidak langsung. Limbah-limbah
yang terdapat pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu:
46

1. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan berasal dari oli mesin, oli ini didapat dari
pelumasan pada mesin-mesin produksi dan penggantian oli secara periodik.
Limbah oli digunakan kembali oleh perusahaan untuk alternatif fuel (bahan
bakar alternatif) untuk proses pemanasan mesin kiln. Selain oli, perusahaan juga
memiliki limbah cair berupa air pendingin mesin, karena banyak proses
produksi yang menggunakan udara panas dengan suhu yang tinggi. Limbah
dialiri ke tempat penampungan yang telah disediakan melalui mekanisme
sirkulasi tertutup.
2. Limbah Padat
Pada proses produksi semen menghasilkan debu yang berasal dari
partikelpartikel halus yang terbawa oleh udara panas pada saat proses produksi.
Mungkin bagi masyarakat debu adalah limbah, ternyata debu yang dihasilkan
oleh PT ITP bukan merupakan limbah yang dihasilkan oleh perusahaan.
Ternyata itu adalah material yang terbawa oleh gas panas. PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk memiliki alat penangkap debu yaitu electrostatic
precipitation (EP) dan dust collector yang terdapat pada masing-masing plant.
3. Limbah Gas
Limbah gas atau udara yang terdapat pada perusahaan merupakan emisi hasil
dari proses produksi semen. Gas tersebut memiliki unsur kimia yang berbahaya,
seperti O2, N2, NO2, CO2 dan H2. Emisi tersebut berupa partikel yang berbentuk
debu dan asap. Debu dan asap dapat mengganggu kesehatan para pekerja. Pihak
perusahaan dalam memantau gas-gas tersebut menggunakan alat CPM
(Continous Particulate Monitoring). Perusahaan melakukan penanganan
limbah gas menggunakan alat penghisap debu Electrostatic Presipitator dengan
tinggi 70 m dan membuat cerobong asap untuk mengurangi pencemaran
terhadap lingkungan. Pada gas NO2 baku mutunya adalah 1000 ml2 , tetapi
perusahaan hanya menghasilkan 400 ml2.
47

4.2 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Pengendalian

Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama Praktik Kerja Lapangan


(PKL), penulis menemukan beberapa masalah dan solusi yang bisa diterapkan pada
perusahaan. Berikut identifikasi masalah serta solusi aspek pengendalian yang telah
dianalisa oleh penulis. Identifikasi permasalahan dan alternatif solusi dapat dilihat
pad Tabel 15.
Tabel 15 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Pengendalian

No Permasalahan Lokasi Alternatif Solusi


1 Terjadi downtime Area Melakukan Pelatihan secara
yang lama pada Produksi dan berkala terhadap teknisi
mesin raw mill Workshop baik dalam pemahaman
karena kerusakan P11 kinerja mesin maupun
rotary feeder pelatihan terhadap
sehingga perbaikan mesin dan juga
mengakibatkan melakukan kegiatan
kegiatan produksi evaluasi hasil pelatihan
berhenti tersebut sehingga pihak
perusahaan bisa mengukur
sampai mana
kemampuan/kinerja teknisi
dalam melakukan perbaikan
mesin tersebut..
2 Nilai OEE pada Area Membuat jadwal preventive
mesin kiln rendah Produksi maintenance yang
atau tidak mencapai disesuaikan dengan
nilai ideal nya keadaan mesin tersebut
sehingga hasil sehingga dapat
produksi yang meningkatkan efektivitas
dihasilkan rendah mesin

4.3 Identifikasi Masalah Why-Why Analisis Aspek Pengendalian

Permasalahan yang terdapat di indentifikasi masalah dan alternatif solusinya


dapat dicari penyebab utamanya menggunakan why-why analisis. Why-why analisis
digunakan agar solusi yang dicari dapat tepat sasaran sesuai dengan akar
permasalahan. Oleh karena itu, penulis menggunakan why-why analisis dalam
mencari penyebab utama dari permasalahan dalam aspek perencanaan. Gambar
why-why analisis dapat dilihat pada Lampiran 16.
48

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Simpulan yang diperoleh pada masing-masing aspek perancangan, aspek


perencanaan, aspek pengendalian dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan selama 45
hari kerja di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu:
1. Aspek Perancangan
a. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang industri semen.
b. Tata letak perusahaan yaitu tipe product layout karena mesin-mesin yang
digunakan disusun berdasarkan urutan dari setiap kegiatan proses produksi.
c. Jenis semen yang diproduksi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
yaitu ordinary portland cement (OPC), portland composite cement (PCC),
oil well cement (OWC), white cement, white mortar TR30, portland
pozzolan cement (PPC), ready-mix concrete, dan agregat.
d. Proses produksi semen meliputi penambangan (quarrying), pengeringan dan
penggilingan (drying and grinding), pembakaran dan pendinginan (burning
and cooling), penggilingan akhir (finish grinding), pengantongan (packing).
e. Peta kerja keseluruhan yang dipetakan yaitu pembuatan semen Portland
Composite Cement (PCC) meliputi pembuatan peta aliran proses, peta
proses operasi, dan diagram alir.
f. Display yang digunakan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu
display dinamis dan display statis. Display tersebut meliputi petunjuk,
peringatan, himbauan, dan larangan.
g. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki tipe tata letak pabrik yaitu
Product Layout. Tipe proses produksi dilakukan secara kontinyu. Pola
aliran bahan baku yang ada di PT ITP adalah serpentine (Pola aliran zig
zag).
h. Alat penanganan bahan yang terdapat pada PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk yaitu wheel loader, dump truck, belt conveyor, overhead
crane, bucked elevator, screw conveyor, air slide, apron conveyor, scrapper
dan reclaimer, forkilft, dan pallet.
2. Aspek Perencanaan
a. Perencanaan produksi Perencanaan produksi yang diterapkan di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah make to stock, karena proses
produksi secara terus menerus dan memiliki safety stock.
b. Sistem kerja yang berlaku pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dibagi
menjadi tiga, yaitu jam kerja normal, jam kerja dua shift dan jam kerja tiga
shift. Perekrutan karyan di PT ITP dibagi menjadi tiga jenis, yaitu aprentice,
trainee, dan management trainee.
c. K3 di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengacu pada undang-undang
nomor 1 tahun 1970 yaitu memberikan upaya perlindungan terhadap tenaga
kerja, orang lain ditempat kerja, dan sumber produksi agar dapat dipakai
secara aman dan efisien. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk telah
memiliki sertifikasi OHSAS 18001 tentang K3 Internasional.
d. Alat pelindung diri yang ada pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk seperti
safety helmet, safety glasses, masker, safety shoes, dan sarung tangan.
49

3. Aspek Pengendalian
a. Pengendalian persediaan bahan baku di PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk menggunakan metode First In First Out (FIFO).
b. Pengendalian mutu pada PT ITP sudah di kontrol mulai dari bahan baku
datang, proses produksi, bahan setengah jadi, dan produk jadi. Serta telah
mendapatkan ISO 9001:2008 berkaitan dengan manajemen mutu, ISO 17025
berkaitan dengan sistem manajemen pengelolaan laboratorium, American
Petroleum Institute (API) spec 10A Class G-HSR berkaitan dengan sistem
manajemen Oil Well Cement (OWC).
c. Teknik perawatan mesin yang dilakukan ialah Corrective Maintenance,
Preventive Maintenance, predictive maintenance, serta penerapan budaya 5S
yang telah berjalan dengan baik.
d. Aktivitas rantai pasok dari hulu hingga hilir sudah cukup baik, karena semua
pihak saling terintegrasi dengan baik. Strategi yang digunakan oleh PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam supply chain managemant adalah
efisien.
e. Pengendalian limbah di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menerapkan
sistem green manufacture yaitu untuk meminimalisir limbah dan polusi yang
dihasilkan dari proses produksi.

5.2 Saran

Terdapat beberapa permasalahan yang ditemui pada aspek perancangan, aspek


perencanaan, dan aspek pengendalian pada saat praktik kerja lapangan.
Permasalahan tersebut harus diberikan alternatif solusi berupa saran. Saran yang
dapat diberikan dari permasalahan yang ditemui yaitu:
1. Perusahan harus membuat jalur untuk alat penanganan bahan diluar ruangan
produksi, agar terjaga keamanan, keselamatan bagi pekerja, dan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
2. Banyak display yang telah usang dan tertutup oleh debu. Oleh karena itu
perusahaan harus mengganti display tersebut atau membersihkannya, karena
display sangat penting untuk memberikan informasi bagi pekerja.
3. Melakukan pengecekkan lebih rutin lagi terhadap mesin-mesin produksi, agar
tidak mengganggu kelancaran proses produksi.
4. Perusahaan lebih rutin lagi melakukan sosialisasi kepada karyawan dan
kontraktor terkait pemakaian alat pelindung diri karena masih adanya karyawan
yang tidak menggunakan APD di area produksi.
5. Melakukan Pelatihan secara berkala terhadap teknisi baik dalam pemahaman
kinerja mesin maupun pelatihan terhadap perbaikan mesin.
6. Melakukan kegiatan evaluasi hasil pelatihan sehingga pihak perusahaan bisa
mengukur sampai mana kemampuan/kinerja teknisi dalam melakukan perbaikan
mesin.
7. Membuat jadwal PM untuk mesin kiln yang disesuaikan dengan keadaan mesin
sehingga dapat meningkatkan efektivitas mesin.
50

DAFTAR PUSTAKA

Assauri S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta (ID): Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.
Ballou RH. 2004. Bussines Logistic/Supply Chain Management: Planning,
Organizing, and Controlling The Supply Chain. Ed ke-5. New Jersey (US):
Prentice-Hall.
Ginting P. 2000. Sistem Pengolahan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung
(ID): Yrama Widya.
Haming M, M Nurjanamuddin. 2000. Manajemen Produksi Modern. Jakarta (ID):
PT. Bumi Aksara.
Handoko T. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta
(ID): BPFE.
Hartanto, S. 2010. Efesiensi Milkrun di PT. Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik
http://dewey.petra.ac.id [25 Mei 2014].
Hasibuan HMSP. 2008. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta (ID): Bumi
Aksara.
Heizer J, B Render. 2011. Manajemen Operasi. Edisi ke-9. Sungkono, Chirswan,
Penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari: Operation
Management
Hendayani, Ratih.2011. Mari Berkenalan dengan Manajemen Logistik. Bandung
(ID): Alfabeta.
Horngren T, Datar M, Fooster. 2006. Akuntansi Biaya. Jakarta (ID): Erlangga.
Kusuma H. 2004. Manajemen Produksi: Perencanaan & Pengendalian Produksi.
Yogyakarta (ID): Andi.
Kuswana WS. 2014.Ergonomi dan K3. Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya.
Pujawan NI, Mahendrawathi ER. 2010. Supply Chain Management. Ed ke-2.
Surabaya (ID): Guna Widya.
Siahaya W. 2013. Sukses Supply Chain Management Akses Deman Chain
Management. Jakarta (ID): In Media.
Sutalaksana IZ, Anggawisastra R, Tjakraatmadja JH. 2006. Teknik Tata Cara
Kerja. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Tersine RJ. 1998. Principle Inventory and Material Management. (US): Prentice
Hall.
51

LAMPIRAN
52

Lampiran 1 Data dan Informasi Aspek Umum

Aspek yang Data dan informasi yang Hasil yang


No Aspek
dipelajari dibutuhkan diharapkan
1 Perancangan Metoda dan a. Peta proses operasi Penghematan
Pengukuran b. Peta aliran proses waktu
Kerja c. Studi gerakan pekerjaan dan
(prinsip-prinsip perbaikan
ekonomi gerakan) proses
d. Ergonomi (display dan produksi
kondisi lingkungan)

Tata Letak a. Layout perusahaan Penghematan


b. Layout tempat pemakaian
produksi ruang
c. Tipe tata letak dan pola
aliran bahan

Penanganan a. Data gambar/bentuk Mengetahui


Bahan fisik peralatan alat dan
penanganan bahan mesin
yang ada penanganan
b. Data fungsi dan bahan pada
kapasitas serta ruang
mekanisme kerja produksi
peralatan penanganan
bahan

2 Perencanaan Perencanaan a. Jumlah tenaga kerja Mengetahui


Produksi b. Kebutuhan bahan baku jadwal induk
c. Kapasitas produksi produksi
d. Jumlah jam kerja
e. Gaji tenaga kerja
f. Jumlah persediaan
awal
g. Hari kerja tenaga kerja

Sumber Daya a. Jumlah tenaga kerja Mengetahui


Manusia b. Jadwal kerja tenaga jumlah dan
kerja jam kerja
c. Kesejahteraan tenaga kerja
53

Aspek yang Data dan informasi yang Hasil yang


No Aspek dipelajari dibutuhkan diharapkan

3. Pengendalian Supply Chain a. Jaringan rantai pasok Mengetahui


Management dari supplier sampai ke aliran rantai
konsumen pasok
Pengendalian a. Kebijakan manajemen Mengetahui
Kualitas mutu dan standar mutu sistem
yang diterapkan oleh manajemen
perusahaan mutu yang
diterapkan
oleh
perusahaan
Total a. Jenis perawatan Mengetahui
Productive mesin/alat perawatan
Maintenance b. Sikap kerja 5S mesin yang
c. 8 pilar utama TPM dilaksanakan
perusahaan
Pengendalian a. Jenis-jenis limbah Mengetahui
Limbah b. Cara penanganan limbah dan
cara
penanganann
ya pada
perusahaan
54

Lampiran 2 Srrukutur Organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk


55

Lampiran 3 Proses Produksi Semen di PT ITP


56

Lampiran 4 Peta Proses Operasi


PETA PROSES OPERASI
Nama Objek : Pembuatan Semen Curah
Nomor Peta : 01
Ditetapkan Oleh: Handoko
Devariandi Aditya S
Fathur Gunawan
Dzimar Ramadhan SP
Tanggal :1 Maret 2020

Sandy Clay

Pengangkutan Pengerukan
3' O-2 15' O-1
(crane) (Reclaimer)

Pengeringan
Pengeringan
30' O-4 30' O-3 (Impacr
(Rotary Dryer)
Crusher)
Penimbangan
Penimbangan
1' O-6 1' O-5 (Weighing
(Weight Feeder)
Feeder)

Pencampuran
1' O-7
(Mill)

Penghancuran dan
20' O-8 Penghalusan (Tube
Mill)

Pemanasan 280
5' O-9
C

Pemisahan m aterial
O-10
1' kasar dan halus (Air
I-1
Separator)
Penghomogenis
120' O-11 asi (Blending
Silo)
Pemanasan
0,2' O-12 (Suspension
Preaheater)
Pemanasan
1,1' O-13 Klinker (Rotary
Kiln)

Pendinginan
15' O14
(Great Cooller)

Gypsum + Limestone +
3' O-15 Pengalusan
Trass

1' O-16 Pencampuran

Penghancuran dan
Ringkasan 1,5' O-17 Penghalusan (Grinding
Kegiatan Julmah Waktu (menit) Mill)
Operasi 19 - Pemisahan
O-18
1' material (Air
Pemeriksaan 3 - I-2
Separator)
Total 22 252,8
Pengemasan
O-19
3' dan
I-3
Pemeriksaan
57

Lampiran 5 Peta Aliran Proses

PETA ALIRAN PROSES


Sekarang Nama Pekerjaan : Pembuatan Semen PCC
Kegiatan
Jumlah waktu Nomor Peta : 02
Operasi Orang Bahan
Pemeriksaan Sekarang Usulan
Transportasi Dipetakan Oleh : -Devariandi Aditya S
Menunggu -Handoko
Penyimpanan - Fathur Gunawan
- Dzimar Ramadhan SP
Jumlah Total
Tanggal Dipetakan : 19 Maret 2020

Jarak (m)
Jumlah
Aliran Proses

Waktu
Uraian Kegiatan

Pengerukan limestone menggunakan reclaimer 5 15


Pengeringan dan penghalusan limestone 30
Transportasi limestone dan ke penimbangan 20 1
Penimbangan limestone dengan weighted feeder 1
Transportasi limestone ke proses pencampuran menggunakan belt conveyor 25 2
Pencampuran (limestone, sandyelay, iron material) 1
Penghancuran dan penghalusan dengan tube mill 20
Pemanasan dengan suhu 280 °c 5
Transportasi ke air separator 10 1
Pemisahan material dengan air separator 1
Transportasi menggunakan belt conveyor 20 2
Penyeragaman ukuran (Blending silo) 120
Storage silo 10
Transportasi ke proses pemanasan 10 1
Pemanasan dengan cruspensi preheater 0,2
Pembakaran clinker dengan suhu 1400 °c 1,1
Pendinginan dengan great cooler 15
penggilingan dengan clinker braken 3
Transportasi menuju stroage silo 60 2
Storage silo 10
Transportasi menuju proses pencampuran 70 2
Pencampuran clinker, gypsum, limestone, dan trass 1
Penggilingan dan penghalusan dengan grinding mill 1,5
Transportasi menuju separator 10 1
Pemisahan material dengan air separator 1
Transportasi menuju storage silo 20 2
Storage silo 10
Transportasimenuju pengemasan 10 1
Pengemasan semen 3
pengangkutan semen ke truk pengangkut 2 0,5
58

Lampiran 6 Diagram Alir

DIAGRAM ALIRAN

PEKERJAAN : Pembuatan Portland Composite Cement


NO PETA : 04
SEKARANG : Usulan
DI PETAKAN OLEH : Handoko, Fathur Gunawan,
Dzimar Ramadhan SP, Devariandi Aditya S
TANGGAL DI PETAKAN : 15 Marat 2020
59

Lampiran 7 Display di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

No Display Gambar Keterangan

1 Display Display tersebut


bahaya merupakan bagian dari
teganga display statis. Display
n tinggi tersebut terdapat pada
pintu masuk ruangan
pembangkit listrik untuk
mrmperingatkan bahwa
hanya petugas yang
diperbolehkan masuk ke
area tersebut
2 Display Display tersebut
Alat merupakan display
Pemadam peringatan yang terdapat
Api pada setiap ruang di PT
Ringan Indocement Tunggal
(APAR) Prakarsa Tbk. Hal ini
dilakukan terkait sebagai
alat penanganan pertama
apabila terjadi kebakaran.
Pada kotak APAR terdapat
nomor yang harus
dihubungi ketika terjadi
kebakaran

3 Display Display tersebut terdapat


hemat diatas saklar atau tombol
listrik lampu on/off.Pemasangan
display tersebut untuk
mengingatkan agar
matikan lampu apabila
tidak perlu dan juga agar
dapat menghemat
pemakaian listrik. Gambar
display hemat listrik
4 Display Display tersebut untuk
Dilarang mengingatkan kepada
Merokok seluruh karyawanbahwa
bahaya merokok diarea
tersebut. Area tersebut
terdapat banyak mesin-
mesin yang mudah
terbakar dan mudah
meledak
60

Lampiran 7 Display di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (lanjutan)

No Display Gambar Keterangan


5 Display Display ini untuk
Utamakan menginformasikan kepada
Keselamatan seluruh pekerja agarselalu
dan Kesehatan mengutamakan
Kerja keselamatan dan
kesehatan dalam bekerja.
Patuhi segala perintah
dalam pemakaian APD
yang telah ditentukan oleh
perusahaan, agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan pada saat
bekerja.
61

Lampiran 8 Data Tingkat Pencahayaan PT IP


62

Lampiran 9 Tingkat Kebisingan di PT ITP


63

Lampiran 10 Data Kadar Debu di PT ITP


64

Lampiran 11 Data Kadar Debu di PT ITP (lanjutan)


65

Lampiran 12 Alat Penanganan Bahan PT ITP

No Nama Alat Gambar Keterangan


Wheel Loader merupakan alat
penanganan bahan yang
digunakan untuk mengeruk dan
memuat material hasil ledakan.
Material selanjutnya dimasukkan
1 Wheel ke dalam dump truck untuk
Loader selanjutnya dibawa ke crusher.
Material yang diangkut
merupakan hasil penambangan
yaitu berupa Limestone dan Sandy
clay
Dump Truck digunakan oleh
perusahaan sebagai alat
penanganan bahan untuk
2 Dump mengangkut material hasil
Truck penambangan. Material yang
diangkut berupa limestone dan
sandy clay lalu dibawa ke crusher
untuk dihancurkan menjadi lebih
kecil lagi sesuai dengan ukuran
yang telah ditetapkan. Dump truck
dilengkapi dengan bak terbuka
yang dioperasikan dengan
bantuan hidrolik.
Belt Conveyor merupakan alat
penanganan bahan yang
digunakan oleh perusahaan
3 Belt sebagai alat untuk memindahkan
Conveyor material (limestone, slag, sandy
clay, trass, iron sand) yang
berbentuk bongkahan kecil atau
serbuk. Lintasan belt conveyor
ada yang mendatar dan ada yang
memiliki sudut kemiringan
maksimal 30̊. Prinsip kerja pada
belt conveyor adalah material
diletakkan diatas belt (ban
berjalan)
66

Lampiran 8 Alat Penanganan Bahan PT ITP (lanjutan)


No Nama Alat Gambar Keterangan
4 Overhead Overhead Crane merupakan alat
Crane pengangkutan untuk bahan sandy
clay, trass, dan iron sand.
Material akan diangkut ke atas
untuk dimasukkan ke dalam
hopper dan selanjutnya ditimbang
(weighing feeder). Kapasitas alat
adalah 52,5 ton
5 Bucked Bucked Elevator merupakan alat
Elevator penanganan bahan yang berbentuk
seperti tangga berjalan dan
fungsinya untuk mengangkut
material berbentuk bongkahan
kecil dan butiran yang memiliki
kemiringan vertikal 90̊ dari bawah
ke atas. Material dimasukkan ke
dalam bucked-bucked, kemudian
material di angkut ke atas
menggunakan elevator. Kapasitas
dari alat tersebut adalah 130
ton/jam
6 Screw Screw Conveyor merupakan alat
Conveyor penanganan bahan yang
digunakan untuk mengangkut
material yang berbentuk tepung
atau butiran-butiran dan kondisi
ruangan tertutup dalam horizontal.
Alat ini memiliki ulir berbentuk
“U”. Kapasitas dari alat ini yaitu
10 ton/jam. Cara kerja proses
screw conveyor yaitu proses
berulir, bantalan, gantungan,
motor penggerak, dan saluran
pengeluaran. Alat ini terdiri dari
pisau-pisau yang bebentuk spiral
yang dipasang pada proses
berputar dalam saluran tertutup.
Aliran material akan mengikuti
arah aliran ulir karena adanya
dorongan dari ulir
67

Lampiran 8 Alat Penanganan Bahan PT ITP (lanjutan)


No Nama Alat Gambar Keterangan
7 Air slide Air slide merupakan alat penanganan
bahan untuk mengangkut material
yang berbentuk tepung secara
fluidasasi. Alat ini digunakan mulai
dari raw mill unit, burning unit,
finish mill unit, dan packing unit.
Pada airslide terdapat blower pada
bagian bawah dan dust collector
pada bagian atas. Blower berfungsi
untuk menghembuskan udara dan
dust collector berfungsi untuk
menarik, menangkap, dan
memisahkan debu yang terbawa oleh
aliran udara yang dihisap. Kapasitas
450 ton/jam
8 Apron Apron conveyor merupakan alat
conveyor untuk membawa dan mengatur
material yang berwujud kasar atau
berat (bongkahan), tajam, keras, dan
panas turun secara teratur. Prinsip
kerjanya material dimasukkan ke
dalam apron conveyor, lalu akan
dibawa oleh pan-pan dengan
keadaan posisi miring ke atas dan
material yang dibawa untuk jarak
yang lebih tinggi dan jaraknya dekat.
Kapasitas dari alat ini yaitu 30
ton/jam
9 Forkilft ForkilftMerupakan alat penanganan
bahan yang digunakan untuk
mengangkut material yang terdapat
di gudang dan workshop. Gudang
tersebut terdiri dari gudang semen
jadi, sparepart mesin, dan bahan
pendukung proses produksi. Forklift
tidak digunakan secara langsung
pada saat proses produksi
berlangsung.
68

Lampiran 8 Alat Penanganan Bahan PT ITP (lanjutan)


No Nama Alat Gambar Keterangan
10 Scrapper Scrapper dan Reclaimerdigunakan
dan untuk mengambil material bahan
Reclaimer baku yang terdapat pada gudang
batu kapur yang akan dimasukkan
ke dalam belt conveyor untuk
menuju hopper (penampungan
sementara). Alat ini berfungsi
untuk menggaruk material yang
menggunung di dalam gudang agar
terbawa kebawah. Scrapper
diarahkan ke material yang akan
diangkut yang letaknya di tengah-
tengah reclaimer. Material yang
sudah dikeruk akan jatuh ke belt
conveyor untuk menuju hopper.
Kapasitas alat ini yaitu 400 ton/jam
11 Pallet Palletdigunakan untuk
penyimpanan sparepart mesin,
bahan baku, dan pengangkutan
semen. Pallet yang digunakan
perusahaan adalah pallet kayu.
Pallet untuk penyimpanan material
atau bahan baku semen memiliki
mekanisme kerja dengan cara pallet
disusun diatas truk pengangkut
semen atau gudang penyimpanan
alat-alat kantor untuk diangkut
menggunakan forklift.
Pengangkutan semen yang
menggunakan pallet biasanya untuk
tujuan daerah luar jawa atau
tergantung pihak yang memesan
semen. Kapasitas 1 (satu) pallet
adalah 1 ton
69

Lampiran 13 Identifikasi Masalah Why-Why Analisis Aspek Perancangan

1. Tidak tersedianya jalur khusus alat penanganan bahan forklift

Tidak tersedianya jalur khusus


alat penanganan bahan forklift

Jalur transportasi dan jalur alat


penanganan bahan forklift
menjadi satu jalur

Tidak ada pemisah khusus untuk


jalur alat penanganan bahan

2. Display-display yang terpasang di area pabrik sudah usang dan ditutupi oleh
debu yang dihasilkan dari proses produksi semen.

Display-display yang terpasang


di area pabrik sudah usang dan
ditutupi oleh debu

Kurangnya mantenance terhadap


Display-display yang terpasang

Tidak adanya penjadwalan rutin


untuk melakukan penggantian
dan pemberdsihan pada display.

3. Kurangnya pemakaian APD ear plug pada area yang memiliki tingkat
kebisingan tinggi.

Kurangnya pemakaian APD ear


plug pada area yang memiliki
tingkat kebisingan tinggi.

Kurangnya kesadaran tenanga


kerja untuk memakai APD.

Sanksi yang diberikan kepada


pelanggar, tidak tegas.
70

Lampiran 14 Alat Pelindung Diri (APD) PT ITP

No Nama Alat Gambar Keterangan

1 Safety helmet Safety helmet berfungsi untuk


melindungi kepala para pekerja
agar dapat terhindar dari
jatuhan barang-barang dan
mengantisipasi resiko cedera
yang mungkin dapat menimpa
para pekerja

2 Safety Safety Glasses merupakan


Glasses kacamata pelindung untuk
melindungi area di sekitar mata.
Berguna sebagai pelindung
mata pada saat bekerja yaitu
dapat melindungi mata dari
partikel-partikel kecil, debu,
radiasi, atau sinar yang dapat
menyilaukan mata.
3 Masker Masker berfungsi sebagai alat
pelindung indera penciuman
yang sangat penting digunakan
pada saat berada di area pabrik
PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk, karena terdapat
zat-zat berbahaya dan partikel-
partikel bahaya lainnya yang
dapat mengganggu indera
penciuman. Hal tersebut dapat
menimbulkan penyakit
pernapasan (ISPA) jika tidak
menggunakan masker
4 Safety Shoes Safety Shoes merupakan alat
pelindung kaki yang wajib
digunakan oleh seluruh
karyawan PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Sepatu
ini sudah di lapisi baja sehingga
dapat menahan benda jatuh
pada kaki dan dapat
meminimalisir terjadinya cedera
pada kaki
71

Lampiran 14 Alat Pelindung Diri (APD) PT ITP (lanjutan)

No Nama Alat Gambar Keterangan


5 Sarung Sarung tangan berguna untuk
tangan melindungi tangan dari benda-
benda tajam dan mencegah
terjadinya cedera saat bekerja.
Ada banyak macam sarung
tangan untuk bekerja dan
berbeda-beda tingkat
kepentingannya
72

Lampiran 15 Identifikasi Masalah Why-Why Analisis Aspek Perencanaan

1. Masih terdapatnya karyawan dan kontraktor yang tidak memakai alat pelindung
diri yang lengkap pada saat dilapangan dan disekitar pabrik.

Masih terdapatnya keryawan dan kontraktor


yang tidak menggunakan saat di lapangan dan
di sekitar pabrik

Kurangnya kesadaran tenaga kerja untuk


memakai APD

Sanksi yang diberikan kepada pelanggar tidak


tegas
73

Lampiran 16 Identifikasi Masalah Why-Why Analisis Aspek Pengendalian

Permasalahan:
Terjadi downtime yang lama pada mesin raw mill karena kerusakan
rotary feeder sehingga mengakibatkan kegiatan produksi berhenti

Why?

Teknisi menghabiskan waktu yang lama untuk melakukan kegiatan


corrective maintenance pada mesin raw mill

Why?

Kurangnya kemampuan teknisi untuk melakukan kegiatan


corrective maintenance di mesin raw mill

Why?

Tidak diterapkannya pelatihan secara berkala pada teknisi dan


tidak diterapkan juga evaluasi hasil pelatihan terhadap pemahaman
kinerja mesin dan pemahaman tentang perbaikan mesin tersebut

Why?
Root Cause:
Perusahaan menganggap teknisi sudah terampil karena sudah
berpengalaman dalam melakukan perbaikan dan perawatan mesin
sehingga tidak dilakukannya kegiatan evaluasi pelatihan tersebut
terhadap teknisi

Solusi: Melakukan Pelatihan secara berkala terhadap teknisi baik dalam


pemahaman kinerja mesin maupun pelatihan terhadap perbaikan mesin
dan juga melakukan kegiatan evaluasi hasil pelatihan tersebut sehingga
pihak perusahaan bisa mengukur sampai mana kemampuan/kinerja
teknisi dalam melakukan perbaikan mesin tersebut.
74

Lampiran 16 Identifikasi Masalah Why-Why Analisis Aspek Pengendalian


(lanjutan)

Permasalahan:
Nilai OEE pada mesin kiln rendah atau tidak mencapai nilai ideal nya
sehingga hasil produksi yang dihasilkan rendah

Why?

Nilai performance pada mesin kiln tidak mencapai nilai ideal nya

Why?

Terjadinya speed losses sehingga tidak tercapainya target produksi


yang diharapkan

Why?
Root Cause:
Kurangnya kegiatan preventive yang dilakukan teknisi pada mesin
kiln

Solusi: Membuat jadwal preventive maintenance yang disesuaikan


dengan keadaan mesin tersebut sehingga dapat meningkatkan
efektivitas mesin.
75

RIWAYAT HIDUP

Handoko, mahasiswa semester 5 Program Studi


Manajemen Industri Sekolah Vokasi IPB, Nomor Induk
Mahasiswa (NIM) J3K217219 lahir di Bogor, 9 November
1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mudjiman dan Ibu
Siti Farida.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di
Sekolah Dasar Negeri Bangka 3 Bogor Kota Bogor pada
tahun 2005 hingga 2011, selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Kosgoro Bogor pada tahun
2011 hingga 2014 dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri
8 Bogor pada tahun 2014 hingga 2017. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Vokasi Institut Pertanian Bogor Program Studi Manajemen Industri pada tahun
2017 hingga saat ini. Selama menjalani perkuliahan penulis mengikuti organisasi
dan kepanitiaan diantaranya Panitia Divisi acara IPB goes to school di Sekolah
Menengah Atas Negeri 8 Bogor tahun 2018, Panitia Divisi acara reuni akbar 1
dekade alumni Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Bogor tahun 2019, Penanggung
Jawab supporter MNI acara Olimpiade Mahasiswa Diploma IPB tahun 2019.
76

RIWAYAT HIDUP

Fathur Gunawan, mahasiswa semester 5 Program Studi


Manajemen Industri Sekolah Vokasi IPB, Nomor Induk
Mahasiswa (NIM) J3K117079 lahir di Cirebon, 9 September
1998 sebagai anak dari pasangan Bapak Warga Pranolo dan Ibu
Siti Nuraeni
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di
SD Negeri 4 Sumber Kabupaten Cirebon pada tahun 2005
hingga 2011, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Sumber Kabupaten Cirebon
pada tahun 2011 hingga 2014 dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA Negeri 1 Sumber pada tahun 2014 hingga 2017. Penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor Program Studi Manajemen
Industri pada tahun 2017 hingga saat ini. Selama menjalani perkuliahan penulis
mengikuti organisasi dan kepanitiaan diantaranya aktif sebagai badan pengurus
harian Koordinator Divisi bidang media Gerakan Milenial Indonesia Bogor,
Anggota Divisi Logistik acara Bina Desa Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
2017, Anggota divisi Sponsor acara edu fair di SMA Negeri 1 Sumber 2017,
Anggota Divisi Acara Petemuan Gerakan Milenial Indonesia se-Jawa Barat di
Bogor 2019. Pelatihan yang pernah diikuti oleh penulis adalah peserta Legislative
School Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor 2017, Peserta sekolah politik
angatan 2 Amanat Institute 2019.
77

RIWAYAT HIDUP

Devariandi Aditya Sukmayadi, mahasiswa semester 5


Program Studi Manajemen Industri Sekolah Vokasi IPB,
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) J3K217222 lahir di Bekasi,
20 November 1998 sebagai anak dari pasangan Bapak Yudi
Sukmayadi dan Ibu Siti Suhartina
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di
SD Negeri Cimanggu Kota Bogor pada tahun 2005 hingga
2011, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 11 Bogor pada
tahun 2011 hingga 2014 dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 7 Bogor pada tahun 2014 hingga 2017. Penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor Program Studi Manajemen Industri pada
tahun 2017 hingga saat ini. Penulis aktif dalam kegiatan organisasi di kampus
maupun diluar kampus
Penulis memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan bekerja dalam
tim, mampu mengoperasikan Microsoft Office (Word, Excel, Power Point, Visio).
78

RIWAYAT HIDUP

Dzimar Ramadhan Setyawan Putra, mahasiswa semester


5 Program Studi Manajemen Industri Sekolah Vokasi IPB,
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) J3K217221 lahir di Bogor, 10
Desember 1999 sebagai anak dari pasangan Bapak Iwan
Setiawan S.sos dan Ibu Hani Yuningsih.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di
SD Negeri Serogol 1 Kabupaten Bogor pada tahun 2005
hingga 2011, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negri 1 Caringin
pada tahun 2011 hingga 2014 dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA Negeri 1 Cigombong pada tahun 2014 hingga 2017. Penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor Program Studi Manajemen
Industri pada tahun 2017 hingga saat ini. Selama menjalani perkuliahan penulis
mengikuti organisasi dan kepanitiaan diantaranya anggota Music Of Vocation
(MOV) Sekolah Vokasi IPB, Anggota Divisi Penanggung Jawab Suporter
Olimpiade Diploma IPB, Anggota Divisi Logistik Hakrab MNI, Anggota Divisi
Logistik Buka Bersama SMAN 1Cigombong dan Ketua Acara Festival Film
SMAN 1 Cigombong. Pelatihan yang pernah diikuti oleh penulis adalah pelatihan
Bela Negara di Pusat Pendidikan Zeni TNI AD (PUZDIKZI) Bogor.

Anda mungkin juga menyukai