HANDOKO
FATHUR GUNAWAN
DZIMAR RAMADHAN. S P
DEVARIANDI ADITYA SUKMAYADI
Handoko
Fathur Gunawan
Dzimar Ramadhan S.P.
Devariandi Aditya Sukmayadi
RINGKASAN
HANDOKO, FATHUR GUNAWAN, DZIMAR RAMADHAN S.P, dan
DEVARIANDI ADITYA SUKMAYADI Mempelajari Penerapan Perancangan,
Perencanaan, dan Pengendalian di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Dibimbing oleh PURANA INDRAWAN.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (ITP) atau yang lebih dikenal yaitu
semen “Tiga Roda” merupakan produsen semen terbesar di Indonesia. Awalnya
bernama PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) yang mengoperasikan
pabrik pertamanya secara resmi pada tanggal 4 Agustus 1975. Tujuan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini adalah mempelajari penerapan aspek perancangan,
perencanaan, dan pengendalian di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Aspek Perancangan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk meliputi
Teknik Tata cara Kerja, Tata Letak, dan Penanganan Bahan. Teknik Tata cara Kerja
terdiri dari Peta Proses Operasi (PPO), Peta Aliran Proses (PAP), dan Diagram Alir
(DA) yang membahas mengenai proses produksi, serta ergonomi yang membahas
kondisi lingkungan kerja dan display. Tipe tata letak yang diterapkan pada PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah product layout dan pola aliran yaitu
bentuk S atau zig-zag. Alat penanganan bahan yang digunakan pada PT ITP
adalahbelt conveyor, screw conveyor, approan conveyor, air slide conveyor, chain
drag conveyor, bride scrapper, side reclaimer,bucket elevator, dump truck, bulk
truck, loader. Kondisi lingkungan kerja mendukung efektivitas dari segi
pencahayaan, temperature, sirkulasi udara yang disesuaikan dengan kondisi
karyawan yang bekerja serta pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan
display keadaan darurat memberikan rasa aman pada karyawan saat bekerja.
Aspek Perencanaan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk membahas
mengenai Perencanaan Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Perencanaan Produksi yang diterapkan
pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah Make To Stock (MTS). Hal ini
dikarenakan PT Indocement Tunggal Prakarsa melakukan kegiatan produksi secara
terus menerus dan mempunyai safety stock produk jadi untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Manajemen Sumber Daya Manusia dilakukan dengan memberikan
kesejahteraan kepada karyawan dengan memberikan tunjangan-tunjangan, waktu
cuti, dan pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan kemampuan pekerja sesuai
dengan undang-undang yang berlaku. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
diterapkan pada PT ITP berupa penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)diri seperti
safety helmet, safety glasses, masker, safety shoes, dan sarung tangan untuk
menghindari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
Aspek Pengendalian pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk membahas
mengenai Pengendalian Produksi, Total Productive Maintenance (TPM),
Manajemen Mutu, Supply Chain Management (SCM), dan Pengendalian Limbah.
Pengendalian Produksi membahas prosedur pengadaan bahan baku, prosedur
penyimpanan bahan baku, dan prosedur pengambilan bahan baku yang diterapkan
pada PT ITP. Total Productive Maintenance yang dibahas adalah pilar-pilar TPM
yang sudah diterapkan pada PT ITP, budaya kerja 5S, jenis perawatan mesin, dan
prosedur perawatan yang dilakukan oleh PT ITP. PT ITP menerapkan sistem
manajemen ISO 9001:2008 berkaitan dengan manajemen mutu, ISO 17025
berkaitan dengan sistem manajemen pengelolaan laboratorium, American
Petroleum Institute (API) spec 10A Class GHSR berkaitan dengan sistem
manajemen Oil Well Cement (OWC). Teknik perawatan mesin yang dilakukan ialah
Corrective Maintenance, Preventive Maintenance, predictive maintenance, serta
penerapan budaya 5S yang telah berjalan dengan baik. Pengendalian limbah di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menerapkan sistem green manufacture yaitu
untuk meminimalisir limbah dan polusi yang dihasilkan dari proses produksi.
Pengiriman finish goods PT Indocement. Supply Chain Management pada PT ITP
membahas mengenai skema rantai pasok terdiri dari aliran uang, aliran informasi,
dan aliran barang. Pengolahan limbah pada PT ITP dikelola oleh PT ITP sendiri
dan pihak ketiga melalui beberapa proses.
Kata kunci : Perancangan, Perencanaan, Pengendalian
MEMPELAJARI PENERAPAN PERANCANGAN ,
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN DI PT INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA TBK, CITEUREUP BOGOR
HANDOKO
FATHUR GUNAWAN
DZIMAR RAMADHAN. S P
DEVARIANDI ADITYA SUKMAYADI
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan akhir Praktik Kerja Lapangan ini dapat disusun
hingga selesai. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Tujuan pembuatan laporan akhir ini adalah agar dapat mempermudah dalam
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan penyusunan laporan akhir, yang
merupakan salah satu syarat kelulusan bagi setiap mahasiswa di Program Keahlian
Manajemen Industri Sekolah Vokasi IPB. Penulis banyak mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan
akhir, diantaranya :
1. Bapak Ir. Purana Indrawan, MP sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam pembuatan
laporan akhir.
2. Bapak Ir. Purana Indrawan, MP selaku Koordinator Program Keahlian dan tim
dosen atas waktu dan ilmu yang telah diberikan.
3. Bapak Ir. Pramono D.Fewidarto selaku dosen penguji dan moderator atas waktu
dan ilmu yg diberikan terkait laporan akhir.
4. Semua staff PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah memberikan data,
infromasi dan bimbingan kepada penulis dalam pembuatan laporan akhir.
5. Orang tua dan keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan
baik secara materi maupun non materi.
6. Seluruh teman-teman Program Keahlian Manajemen Industri (MNI) 54 yang
saling mendukung dalam penyelesaian proposal ini.
7. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari pengetahuan, tata cara penulisan, pengalaman, maupun isinya. Terlepas dari
semua itu, penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun.Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang
membacanya.
Handoko (J3K217219)
Fathur Gunawan (J3K117079)
Dzimar Ramadhan S.P. (J3K217221)
Devariandi Aditya Sukmayadi (J3K217222)
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
1 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 1
1.1 Kondisi Perusahaan 1
1.1.1 Sejarah Perusahaan 1
1.1.2 Logo, Visi, Misi,Motto dan Slogan Perusahaan 3
1.1.3 Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas Jabatan PT ITP 4
1.2 Jenis Hasil Produksi 7
1.3 Proses Produksi 10
1.1.4 Penambangan (Quarrying) 11
1.1.5 Pengeringan dan Penggilingan (Drying and Grinding) 14
1.1.6 Pembakaran dan Pendinginan (Burning and Cooling) 15
1.1.7 Penggilingan Akhir (Finish Mill) 17
1.1.8 Pengantongan Semen (Packing) 18
2 ASPEK PERANCANGAN 19
2.1 Deskripsi Lingkup Aspek Perancangan 19
2.1.1 Teknik TataCara Kerja 19
2.1.2 Tata Letak 22
2.1.3 Penanganan Bahan(Material Handling) 23
2.2 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Perancangan 24
2.3 Identifikasi Masalah Why-why Analisis Aspek Perancangan 24
3 ASPEK PERENCANAAN 25
3.1 Deskripsi Lingkup Aspek Perencanaan 25
3.1.1 Perencanaan Produksi 25
3.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia 26
3.1.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 28
3.2 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Perencanaan 32
3.3 Identifikasi Masalah Why-why Analisis Aspek Perencanaan 32
4. ASPEK PENGENDALIAN 33
4.1 Deskripsi Lingkup Aspek Pengendalian 33
4.1.1 Pengendalian Persediaan 33
4.1.2 Total Productive Maintenance 34
4.1.3 Pengendalian Mutu 38
4.1.4 Supply Chain Management 41
4.1.5 Pengendalian Limbah 45
4.2 Identifikasi Permasalahan dan Alternatif Solusi Aspek Pengendalian 47
4.3 Identifikasi Masalah Why-Why Analisis Aspek Pengendalian 47
5 SIMPULAN DAN SARAN 48
5.1 SIMPULAN 48
5.2 Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 51
RIWAYAT HIDUP 74
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
13.Manager
Manager adalah seorang individu yang bertanggung jawab terhadap GM.
Manager memiliki tugas yaitu bagaimana mengintegrasikan berbagai macam
variabel di perusahaan sesuai dengan bidangnya untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan cara melakukan mekanisme penyesuaian.
Gambar 9 Agregat
Gambar 12 Crushing
f.Pengiriman (Conveying)
Setelah batuan dihancurkan melalui proses crushing dan ukurannya telah
sesuai dengan standar, maka batuan akan diangkut menggunakan belt
conveyor ke plant untuk disimpan dan kemudian akan diproses lebih lanjut
di plant. Kapasitas pengiriman mencapai 5000 ton/jam dari Quarry D. Batu
kapur yang telah dihancurkan sesuai dengan standarnya sebagian disimpan
di intermediate storage quarry D, hal ini bertujuan untuk membantu dalam
mengontrol kualitas dan kuantitas batu kapur yang telah di kirim ke plant.
2. Tanah Liat (Sandy Clay)
Penambangan tanah liat (sandy clay) ini dengan cara ditambang sendiri oleh PT
ITP. Penambang berlokasi di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, dengan jarak 6-7
km dari lokasi pabrik. Berikut ini adalah tahapan dalam penambangan tanah liat
(sandy clay) yaitu:
a. Pembongkaran (Loosening)
Pembongkaran ini merupakan proses pengerukan tanah liat dengan alat yang
digunakan yaitu bulldozer dan Caterpillar. Proses selanjutnya yaitu di bor
dalam skala kecil sekitar 10 meter dan kemudian diledakan dengan alat
peledak.
b. Pemuatan (Loading)
Proses pemuatan pada tanah liat menggunakan alat yaitu Bulldozer
Caterpillar 9661 D dan Excavator Caterpillar 245.
c. Pengangkutan (Houling)
Pada proses pengangkutan tanah liat dari lokasi penambangan ke mesin
crusher menggunakan dump truck dengan kapasitas angkut 200 ton per jam.
d. Pengecilan ukuran (Size Reduction)
Proses pengecilan ukuran material tanah liat bertujuan untuk memperoleh
produk sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan. Peralatan
yang digunakan yaitu double roll crusher dengan kapasitas 1000 ton per jam.
e. Pengiriman (Conveying)
Proses pengiriman material dari lokasi penambangan di Hambalang ke plant
yaitu dengan menggunakan belt conveyor, panjangnya kurang lebih 8 km
dengan kapasitas 1000 ton per jam.
3. Bahan Baku Tambahan
Bahan baku tambahan yang digunakan untuk pembuatan semen yaitu pasir besi,
gypsum, dan trass. Pasir besi merupakan bahan tambahan yang digunakan
sebagai bahan pengoreksi yang diperoleh dari PT Aneka Tambang di daerah
14
Cilacap, Jawa Tengah dan langsung disimpan di storage yang beratap atau
tertutup. Gypsum diperoleh dari PT Petrokimia Gresik dan mengimpor dari
Taiwan, Jepang dan Australia. Pengambilan gypsum dari storage menggunakan
reclaimer yang akan bergerak naik turun untuk menggaruk material yang
bertumpukan. Trass diperoleh dari daerah Serang, Jawa Barat. Gypsum dan
Trass digunakan sebagai bahan zat additive.
siklon. Material masuk ke dalam aliran gas panas dalam ducting cyclone,
selanjutnya akan dipisahkan kembali antar gas panas dan material oleh siklon.
Raw meal yang akan masuk ke dalam SP melalui connection dust antara stage 3
dan stage 4. Gas panas berasal dari keluar ujung siklon stage 4 karena adanya
tarikan SP fan sedangkan raw meal turun melalui saluran penghubung antara
stage 3 dan stage 2. Raw meal kontak kembali pada gas panas pada stage 2 dan
terbawa aliran ke stage 3. Raw meal dari stage 3 akan turun ke stage 2 dan
stage 1. Gas panas yang keluar dari RSP (Reinforce Suspension Preaheater)
temperatur yang terdapat berkisar 400 0C. Gas panas dimanfaatkan untuk proses
pengeringan pada raw mill, impact dryer, dan coal mill.
2. Pembentukan Klinker
Material yang sudah mengalami proses suspension preheater selanjutnya akan
masuk ke dalam rotary dryer. Kiln yang digunakan 78 m dengan diameter 4,2
m. Proses pembakaran yang terdapat pada kiln menggunakan bahan bakar berupa
batu bara. Rotary kiln merupakan proses lanjutan dan proses pembakaran
mineral klinker. Temperatur proses pembakaran kira-kira mencapai 1400 0C.
Kiln memiliki panas yang tinggi sehingga dilapisi bata tahan api. Perpindahan
panas terjadi secara berlawanan arah (counter current). Klinker yang sudah
keluar dari rotary dryer didinginkan sampai suhu mencapai 1100-1200 0C,
setelah itu pendingin di luar kiln sampai mencapai 100-200 0C.
3. Pendinginan (Cooler)
Alat yang digunakan adalah grate cooler. Grate cooler adalah sebuah alat
pendingin yang terpisah dari kiln dan memiliki motor penggerak sendiri. Ada
beberapa parameter yang harus diperhatikan pada proses pendinginan agar
klinker yang dihasilkan memiliki sifat yang memenuhi standar, diantaranya
meningkatkan grindability, mudah transport (pemindahan), dan panas yang
dimiliki dimanfaatkan ulang sebagai pemanas udara untuk pembakaran. Klinker
mengalami proses pendinginan yang terjadi di AQC (Air Quenching Cooler)
dengan cepat. Pendinginan dilakukan pada proses penghembusan udara dari 6
buah cooling fan. Ukuran klinker yang keluar tidak boleh melebihi 5 cm. Klinker
yang ukurannya besar dihancurkan dulu oleh clinker braker. Klinker kemudian
dibawa menggunakan apron conveyor ke silo. Tujuan dari pendinginan adalah
untuk menghindari terurainya C3S menjadi C2S yang mengakibatkan clinker
menjadi keras seperti bebatuan krikil berwarna hitam. Aliran pada proses
burning section dapat dilihat pada Gambar 14.
17
partikel berkisar antara 3-30 mikron. Aliran proses penggilingan akhir dapat dilihat
pada Gambar 15.
Mill
ElectrostaticPresipitator
Air separator presiptator
EP
Produk
Cement
2 ASPEK PERANCANGAN
3) Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu penunjang untuk karyawan dalam
bekerja, dengan pencahayaan yang baik maka karyawan dapat bekerja
dengan optimal dan produktivitas meningkat. Pemantauan pencahayaan
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran di tempat dimana
karyawan melakukan aktivitasnya. Alat yang digunakan adalah Digital
Light Meter. Terdapat tingkat pencahayaan pada PT ITP yang belum
memenuhi standar optimal di atas 300 Lux. Pencahayaan yang
teridentifikasi tidak normal terdapat pada Packing House karena ruangan
cukup tertutup. Pencahayaan pada ruang kantor Distribution Network
Division dan Mechanic Departement sudah cukup baik yaitu dengan
tingkat pencahayaan minimalnya adalah 200 Lux dan dipasangnya lampu
berdaya 36 watt yang dipasang dibeberapa titik area kantor packing room.
Tingkat pencahayaan ruangan di PT ITP dapat dilihat pada Tabel 5. Data
hasil pengukuran tingkat pencahayaan seluruh plant di PT ITP dapat
dilihat pada Lampiran 8.
4) Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi-bunyian yang dalam jangka pendek dapat
mengurangi ketenangan kerja, mengganggu konsentrasi, dan menyulitkan
komunikasi sedangkan dalam jangka panjang dapat merusak
pendengaran. PT ITP mengatasi tingkat kebisingan dengan memfasilitasi
penggunaan APD berupa ear plug pada pekerja atau visitor yang
memasuki area produksi karena memiliki tingkat kebisingan cukup tinggi.
Kebisingan yang teridentifikasi tidak normal terdapat pada Packing
House karena menimbulkan kebisingan mencapai 86 dBA sementara
menurut standar yang ditetapkan, sebaiknya kebisingan tidak melebihi 85
dBA. Tingkat kebisingan yang berada di PT ITP dapat dilihat pada Tabel
6. Data hasil pengukuran tingkat kebisingan dapat dilihat pada Lampiran
9.
5) Getaran
Getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat, yang sebagian getaran ini
sampai ke tubuh kita sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi bekerja.
Getaran yang terdapat di Packing Room paling besar sebesar 0,2795 m/s2
masih dibawah standar yang diterapkan pemerintah melalui (kepmenaker No
: KEP51/MEN/2011) dengan paparan getaran dibatasi sebesar 0,5 m/s2.
6) Kadar debu
partikel debu akan berada diudara dalam waktu yang relatif lama, kemudian
masuk ke tubuh terutama melalui pernapasan dan mata. Pengkuran kadar
debu yang dilakukan oleh PT ITP yaitu dengan menggunakan jasa
laboratorium eksternal (PT. GEES – ITB dan PT. Mutuagung Lestari).
Pengukuran dilakukan secara grab sampling yaitu pengukuran sesaat dengan
menggunakan dust portable measurement equipment. Data Kadar Debu PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dilihat pada Tabel 7. Data kadar
debu pada seluruh plant di PT ITP dapat dilihat pada Lampiran 10.
3 ASPEK PERENCANAAN
pekerjaan di PT ITP, seperti tes tulis, psikotes, wawancara, tes kesehatan, uji
mental (basecamp), on the job training, dan yang terakhir adalah penentuan
layak atau tidaknya menjadi karyawan. PT ITP dalam perekrutan karyawan
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Aprentice
Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam perekrutan karyawan ada
yang dinamakan aprentice. Perekrutan karyawan aprentice ini untuk lulusan
setara SMA, SMK, dan juga STM. Dalam perekrutan harus melalui beberapa
tahapan seperti penjelasan diatas. Pada perekrutan karyawan jenis aprentice
ini yang menentukan layak atau tidaknya menjadi karyawan ditentukan oleh
karyawan yang telah ditugaskan untuk menilai kinerja selama masa on the
job training selama 12 bulan atau 1 tahun.
b. Trainee
Pada perekrutan karyawan di PT Indocement Tunggal Praksarsa Tbk ada
juga yang dinamakan jalur Trainee. Perekrutan jenis trainee ini untuk
lulusan D3 (Diploma Tiga). Dalam perekrutannya pun sama harus melalui
beberapa tahapan seperti penjelasan diatas. Dalam penentuan layak atau
tidaknya menjadi karyawan sama saja dengan jenis aprentice, yang
menentukan adalah karyawan yang telah ditugaskan untuk menilai selama
masa on the job training 12 bulan atau 1 tahun.
c. Management Traninee
Selain perekrutan karyawan jenis aprentice dan trainee ada juga jalur
management trainee. Perekrutan karyawan jenis management trainee ini
untuk lulusan sarjana atau S1. Dalam hal perekrutan sama saja seperti jenis
perekrutan yang lainnya harus melalui tahapan-tahapan pada penjelasan
diatas. Pada perekrutan management trainee ada perbedaaan dalam
penentuan layak atau tidaknya untuk menjadi karyawan PT ITP. Penentuan
untuk menjadi karyawan PT ITP lewat jalur managemant trainee adalah
harus membuat paper dan presentasi. Bahasan dalam paper dan untuk
presentasi datanya di dapat selama menjalani on the job training dan nanti
ada tugas khususnya. Setelah presentasi maka akan ditentukan keputusannya
layak atau tidaknya menjadi karyawan PT ITP.
4. ASPEK PENGENDALIAN
PCM apabila bahan baku atau produk jadi yang dikontrol tidak sesuai dengan
standar kualitas maka bagian Quality Control akan memberikan surat
peringatan (NCR) kepada PCM, karena PCM bagian yang mengendalikan alur
automasi mesin produksi sehingga mempengaruhi kualitasnya.
Bahan baku tersebut masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan baku. Proses
keluarnya bahan baku menggunakan sistem first in first out (FIFO). FIFO
merupakan metode keluar bahan baku, barang setengah jadi, dan produk jadi
dengan menganut sistem barang yag pertama masuk akan menjadi barang yang
pertama keluar. Sistem FIFO belum berjalan dengan baik, karena bahan baku
yang berbentuk butiran yang saling bertumpukan sehingga material bahan baku
bercampur. Selain material bahan baku semen ada juga alat pelindung diri
(APD), sparepart, dan alat-alat kebutuhan kantor disediakan oleh perusahaan
sebagai pendukung jalannya proses produksi.
c. Quality Maintenance
Quality maintenance merupakan pilar dalam TPM berupa pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi peralatan yang
optimal untuk menghindari defect product. PT ITP dalam menerapkan quality
maintenance yaitu dengan melakukan pembuatan dan menggunakan sparepart
yang sesuai dengan standar, melakukan uji fungsi pemakaian sebelum proses
produksi dan melakukan monitoring selama proses produksi berlangsung yang
dilakukan oleh quality control. Departemen di PT ITP yang bertanggung jawab
dalam melaksanakan pilar ini yaitu Quality Control dan QualityAssurance and
Research Development (QARD). Departemen ini menjaga kualitas semen yang
dihasilkan sesuai dengan standar yang dimiliki oleh PT ITP.
d. Focus improvement
Focus improvement merupakan sebuah kegiatan perbaikan yang dilakukan oleh
tim proyek lintas fungsi yang terdiri dari teknisi di bagian produksi, personil
perawatan dan operator. Kegiatan ini dirancang untuk meminimalkan kerugian
yang telah ditargetkan, diukur, dan dievaluasi dengan cermat. PT ITP telah
menerapkan pilar ini dan memiliki Departemen Perencanaan dan Inovasi untuk
bertanggung jawab dalam hal inovasi pendukung departemen produksi.
e. Early Equipment Management
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk telah melakukan pilar ini dengan cara
bagian operator dan maintenance mempelajari penggunaan mesin sesuai dengan
prosedur dan petunjuk dari buku petunjuk operasi mesin. Hal tersebut dilakukan
untuk mengoptimalkan kinerja mesin dan meminimalkan kerusakan .
f. Safety & Environment Management
Safety & Environment Management merupakan pilar dalam TPM yang berupa
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan tempat kerja
bertujuan untuk mencapai zero accident dan meminimalisasi pencemaran
lingkungan melalui pemenuhan baku mutu emisi dan lingkungan. PT ITP
memiliki departemen tersendiri dalam menjaga terlaksananya pilar ini yaitu
DepartementHealth Safety Environmen (HSE). Departemen HSE bertanggung
jawab untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja, hal ini dapat dilihat
dari display dan Standar Operation Procedure (SOP) di daerah pabrik maupun
luar pabrik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan perusahaan.departement
ini juga memberikan arahan pengguanan APD yang baik pada teknisi maupun
operator dan memfungsikan alat pengamanan atau safety devices.
g. Education and Training
Education and training merupakan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang
diberikan kepada semua karyawan untuk peningkatan kemampuan dan
keterampilan sesuai dengan bidangnya. PT ITP memiliki I-SHELTER yaitu
tempat untuk menetapkan semua pendidikan dan pelatihan yang digunakan.
Pelatihan yang diberikan berupa pelatihan umum dan khusus. Pelatihan umum
berupa pelatihan K3 dan pelatihan khusus bertujuan untiuk meningkatkan ilmu
pengetahuan para pekerja agar dalam pelaksanaan perawatan mesin dapat
optimal contohnya seperti training untuk perawatan mesin
h. TPM in The Office
Penerapan pilar TPM ini pada bagian non produksi merupakan kegiatan yang
dilakukan pada wilayah seperti office.Kegiatan yang dilakukan adalah dengan
melakukan pembersihan seperti membersihkan ruangan kantor administrasi
36
1. Preventive Maintenance
Perawatan mesin yang telah direncanakan atau yang sudah terjadwal oleh
bagian maintenance dan produksi. Perawatan mesin sudah dijadwalkan secara
mingguan dan 6 bulanan (overhaul) tergantung pada jenis perawatan yang
dilakukan oleh pihak maintenance.. Preventive Maintanance yang dilakukan
PT ITP yaitu seminggu sekali untuk mesin raw mill dan mesin finish mill serta
untuk mesin kiln dilakukan pada saat overhaul yaitu pada bulan januari dan
juni. Jadwal Kegiatan PM di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat
dilihat pada Lampiran 3.
2. Predictive Maintenance
Predictive Maintenance adalah aktivitas pemeliharaan peralatan yang
dilaksanakan berdasarkan atas kondisi tertentu dari peralatan (basic condition)
untuk menghindari terjadinya kerusakan atau kondisi yang tidak diinginkan
yang dapat berakibat pada penurunan kinerja. Predective maintenance di PT
ITP dilakukan dengan cara inspeksi serta pengukuran beberapa parameter yang
dapat dijadikan informasi kondisi mesin atau peralatan produksi pada saat ini
sehingga kerusakan yang lebih besar bisa dicegah. Inspeksi dan pengukuran
mesin tersebut antara lain dengan pengecekan fisik mesin, noise yang
ditimbulkan, suhu mesin, kondisi pelumasan, serta parameter lain yang bisa
menggambarkan kondisi mesin.
3. Corrective Maintenance
Perawatan mesin yang dilakukan apabila terjadi permasalahan atau
ketidakstabilan pada kinerja mesin, Kegiatan Corrective di PT ITP yang
dilakukan Junior Inspector bertujuan untuk mencegah kerusakan yang akan
bertambah fatal dengan mengembalikan fungsi mesin dengan cara
memperbaikinya.
4. Prosedur Perawatan
Prosedur perawatan berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
dalam ketika melakukan perawatan terhadap mesin. Prosedur perawatan wajib
dilakukan oleh teknisi ataupun operator untuk memperpanjang umur mesin
dengan melakukan perbaikan ke kondisi awal mesin (basic condition). PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki prosedur perawatan mesin jika
terjadinya kerusakan pada mesin secara tiba-tiba. Baik itu menyebabkan mesin
mati ataupun hanya menimbulkan kerusakan kecil yang dapat menggangu proses
produksi.
Prosedur perawatan dimulai dari operator lapangan melaporkan kerusakan ke
operator CCR. Operator CCR kemudian akan mencatat kerusakan di laporan
harian. Selanjutnya operator CCR akan melaporkan dan meminta bantuan tim
maintenance. Jika tidak ada spare part yang rusak, maintenance akan langsung
memperbaikinya. Jika kerusakan tersebut membutuhkan penggantian spare part.
Tim maintenance akan memintanya ke bagian pengadaan, dan pengadaan akan
membelinya dan diserahkan ke tim maintenance untuk dapat langsung
diperbaiki. Setelah perbaikan, Department TSD membuat laporan kerusakan.
Flow chart prosedur perawatan dapat dilihat pada Gambar 16.
38
Pelaporan Operator
Kerusakan Lapangan
Pencatatan
Laporan
Kerusakan
Periksa Jenis
Kerusakan
Operator
CCR
Perbaiki
Pelaporan
Kerusakan ke
dept.TSD
Tidak
Permintaan
Perbaikan
Sparepart
Bisa
Pembelian
Pengadaan
Sparepart
Dept. TSD
Perbaikan
Pencatatan
Kegiatan
Maintenance
Selesai
Bahan baku sulit untuk dibakar pada Tepung baku mudah dibakar,
kiln unit.Kandungan CaO bebas akan kebutuhan energi rendah dan kadar
semakin meningkat (freelime) dan CaO bebas rendah.
memperlambat waktu pengikatan.
40
2. SM (Silica Modulus)
SM merupakan kadar silica yang terkandung dalam meal harus berada diantara
rentang 2,3-2,55%. Untuk mendapatkan nilai SM, sampel diambil di air slide
raw mill product setiap dua jam sekali. Pengaruh nilai SM terhadap proses
pembakaran dan kualitas semen dapat dilihat padapada tabel 11.
Tabel 11 Pengaruh SM di Unit Raw Mill
3. IM (Iron Modulus)
IM merupakan kadar iron yang terkandung dalam meal. IM dalam meal harus
berada diantara rentang 1,7-1,8%. Untuk mendapatkan nilai IM, sampel diambil
di air slide raw mill product setiap dua jam sekali. Pengaruh nilai IM terhadap
proses pembakaran dan kualitas semen dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12 Pengaruh IM di Unit Raw Mill
PT ITP juga mnerapkan pengendalian mutu proses yang dilakukan oleh divisi
Quality Assurance and Research depelovment (QARD). Pengecekan ini dilakukan
secara rutin, dalam proses produksi semen dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu
proses raw mil, kiln, dan finish mill. Pengendalian mutu proses dapat dilihat pada
tabel 13.
Tabel 13 Pengendalian Mutu Proses
Pengendalian Mutu
dan kekuatan pada semen yang dihasilkan agar sesuai dengan kualitas dan kuantitas
yang telah ditentukan. Pengecekan ini dilakukan setiap 1 jam atau 2 jam sekali.
Tugas dari dan Process Control Monitoring Departement (PCMD) adalah
menganalisa bahan baku, tepung baku dan semen secara kontinyu dalam selang
waktu masing-masing adalah 1 jam atau 2 jam sekali. Quality Assurance and
Research Development (QARD) mempunyai dua laboratorium yaitu laboratorium
kimia yang bertugas menganalisa secara kimiawi bahan baku, klinker dan semen
meliputi penentuan komposisi semen dan menganalisa kandungan air yang ada di
dalam bahan baku. Laboratorium fisika memperhatikan pengendalian mutu semen
mengenai kehalusan, Compressive strenght (Kekuatan beton), Panas hidrasi (reaksi
semen dengan air).
Kualitas semen yang tidak sesuai standar dilihat dari strength nya. Diukur
berdasarkan waktu pengkondisian. Waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran ada
yang satu hari, tujuh hari, empat belas hari dan sebagainya. Pengukuran juga dapat
dilihat dari blaine dan residunya. Standar proses tersebut telah ditentukan. Standar
proses untuk blaine 3800-4000 cm2/gram dan residu untuk 45µm sebesar 12 gram
(lebih kecil dari standar lebih baik). SO3 memiliki massa jenis sebesar 1,55-1,85
gram/cm3. Target Compressive Strength untuk satu hari sebesar 80 kg/cm2, tiga hari
sebesar 180 kg/cm2, tujuh hari sebesar 250 kg/cm 2 dan 28 hari sebesar 350 kg/cm3.
Dalam industri semen, semen tidak ada product reject. Apabila ada produk yang
memiliki kandungan mineralnya kurang dari standar, maka dilakukan penambahan.
Bulan Maret 1995 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berhasil
memperoleh ISO 9001. Perusahaan menyadari dengan penerapan ISO 9001 dapat
meningkatkan kepuasan terhadap konsumen dan pelanggan. ISO yang dapat dicapai
perusahaan sebagai berikut:
1. ISO 9001 Manajemen Mutu.
2. ISO 14001 Manajemen Lingkungan.
3. OHSAS 18001 (Gabungan Organisasi K3 Dunia).
4. Sistem Manajemen K3 Permenaker No.05/MEN/1996.
5. ISO 17025 Sistem Manajemen untuk Pengelolaan Laboratorium.
6. API (American Petrilion Institut) Sistem Manajemen untuk Sertifikat Produk
OWC.
Keterangan :
: Aliran Barang
: Aliran Uang
: Aliran Informasi
Keterangan
1.Aliran Barang
Aliran barang yang terjadi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (ITP)
yaitu berupa aliran bahan baku dan barang jadi. Aliran bahan baku yang terdapat
pada PT ITP ada 3 (tiga) tipe yaitu bahan baku utama, bahan baku pendukung,
dan bahan baku pengemasan, yaitu:
a. Bahan baku utama
Bahan baku utama pada PT ITP yaitu berupa batu kapur (limestone) dan
tanah liat (sandy clay). Bahan baku tersebut milik pribadi PT ITP. Bahan
43
baku didapat dengan cara ditambang, untuk limestone berada pada quarry D
dan untuk sandy clay berada di daerah Hambalang. PT ITP untuk memuat
dan mengangkut bahan baku utama bekerjasama dengan pihak transporter
atau dikirim melalui belt conveyor.
b.Bahan baku pendukung
Bahan baku pendukung pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di dapat
dari beberapa supplier dalam negeri dan luar negeri. Bahan baku pendukung
atau tambahan yaitu seperti iron sand, gypsum,trass, dan Slack. Iron sand
dibeli dari PT Aneka Tambang di daerah Cilacap Jawa Tengah. Gypsum
dibeli dari PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur atau dari Taiwan, Jepang dan
Australia. Trass diperoleh dari Cianjur Jawa Barat. Slack diperoleh dari
Cilegon Jawa Barat. Waktu pengiriman bahan baku tidak menentu,
tergantung jenis bahan baku yang dibutuhkan oleh PT ITP. Pengiriman bahan
baku pendukung menjadi tanggung jawab para supplier.
c.Bahan baku pengemasan
Bahan baku pengemasan didapatkan dari dalam negeri dan luar negeri, untuk
dalam negeri PT ITP hanya mendapatkan bahan bakunya dari supplier dan
dibuat sendiri pengemasannya oleh PT ITP. Bahan baku dari luar negeri PT
ITP mendapatkannya sudah berbentuk barang jadi kantong pengemasan
untuk semen.
Aliran barang jadi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (ITP) terdapat 3
(tiga) tipe pengiriman, yaitu:
a. Pengiriman langsung ke Retail
Pengiriman langsung ke retail dilakukan untuk daerah Jabodetabek melalui
perantara distributor, yang dimaksud perantara distributor disini adalah pihak
distributor memesan kepada PT ITP untuk meminta mengirimkan barang jadi
langsung kepada retail yang dipesannya dan dalam lingkup terdekat dari lokasi
pabrik, gudang, atau terminal. PT ITP bekerjasama dengan pihak transporter.
Jadi untuk pendistribusian semen menjadi tanggung jawab pihak transporter
tetapi apabila ada kerusakan semen saat sampai di retail, pihak PT ITP juga
bertanggung jawab. Setelah itu akan di amati terlebih dahulu apa penyebab
kerusakan pada semen tersebut.
b. Pengiriman melalui Distributor lalu ke Retail
Pengiriman ini dilakukan untuk daerah jawa dan luar jawa. Pada pengiriman ini
PT ITP bekerjasama dengan pihak transporter untuk melakukan pengiriman
barang jadi ke distributor. Setelah sampai distributor lalu akan di kirimkan ke
retail-retail yang telah menjadi tanggung jawab distributor. Apabila ada semen
yang rusak saat sampai ke retail, akan diamati terlebih dahulu apa penyebab
kerusakan semen tersebut.
c. Pengiriman ke Warehouse atau Terminal lalu ke Distributor atau langsung ke
Retail
Pengiriman ini dilakukan untuk daerah jawa, luar jawa, dan luar negeri.
Terminal dan Warehouse itu milik PT ITP. Bentuk pertanggungjawaban
apabila ada semen yang rusak tetap sama yaitu diamati terlebih dahulu, apa
penyebab semen tersebut mengalami kerusakan.
2. Aliran Uang
44
Aliran uang yang terdapat pada PT ITP merupakan transaksi pembayaran antara
perusahaan dengan supplier dan juga perusahaan dengan distributor. Pada
transaksi pembayaran tergantung pada kesepakatan antara pihak supplier
dengan PT ITP ataupun PT ITP dengan distributor, biasanya penagihan
dilakukan dengan cara mengirim email berupa info penagihan (
CommercialInvoice) lalu mengirim surat dan dokumen berkas-berkas untuk
penagihan. Pembayaran dilakukan dengan cara di transfer melalui rekening
bank yang telah di sepakati.
3. Aliran Informasi
Aliran informasi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu berupa email
dan surat untuk perihal administrasi seperti delivery order, surat pengiriman
barang, dan commercial invoice. Informasi melalui media elektronik dan cetak
ini memudahkan proses transaksi antara pihak perusahaan, supplier, distributor,
dan retail. Sehingga informasi yang diterima dapat berjalan dengan baik antar
pihak yang bersangkutan. Informasi yang diberikan supplier kepada PT ITP
berupa commercial invoice (surat penagihan), faktur pajak, berita acara,
spesifikasi dan ketentuan lain yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Informasi dari perusahaan kepada customer berupa surat pengiriman barang
(SPB) yang dikirimkan melalui pihak transporter saat barang dikirim kepada
konsumen. Sebaliknya informasi yang diterima perusahaan dari konsumen
berupa delivery order yang berisi jumlah pemesanan.
2. Strategi Rantai Pasok
Strategi rantai pasok merupakan hal yang penting dalam menentukan keputusan
taktis di dalam perusahaan. Perusahaan dapat meminimasi biaya dan kinerja
secara lebih efektif di dalam perusahaan dengan ccara mengatur dan
menerapkan strategi rantai pasok yang efektif dan terintegrasi dengan lebih
baik. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menerapkan strategi rantai pasok
di dalam perusahaanya dengan mempertimbangkan beberapa aspek sesuai
dengan target dan kebutuhan perusahaan, berikut ini strategi rantai pasok di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk disajikan dalam Tabel 14.
Diterapkannya sistem
safety stock untuk
Melakukan tindakan produknya di pabrik,
Persediaan untuk mengurangi warehouse, terminal, √
tingkat persediaan. hingga gudang
distributor.
Memilih Memerlukan
Transportasi Transportasi yang √ transportasi yang
lebih murah cepat
Memilih pemasok
Memilih pemasok
dengan harga bahan
berdasarkan
baku yang murah
Pemasok √ kecepatan,
serta kualitas tinggi
fleksibilitas, dan
sebagai kriteria
kualitas
utama
Menggunakan
modular design
Fokus pada dan menunda
Pengembangan
minimasi deferensiasi √
Produk
biaya produk sebisa
mungkin
(postponement)
1. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan berasal dari oli mesin, oli ini didapat dari
pelumasan pada mesin-mesin produksi dan penggantian oli secara periodik.
Limbah oli digunakan kembali oleh perusahaan untuk alternatif fuel (bahan
bakar alternatif) untuk proses pemanasan mesin kiln. Selain oli, perusahaan juga
memiliki limbah cair berupa air pendingin mesin, karena banyak proses
produksi yang menggunakan udara panas dengan suhu yang tinggi. Limbah
dialiri ke tempat penampungan yang telah disediakan melalui mekanisme
sirkulasi tertutup.
2. Limbah Padat
Pada proses produksi semen menghasilkan debu yang berasal dari
partikelpartikel halus yang terbawa oleh udara panas pada saat proses produksi.
Mungkin bagi masyarakat debu adalah limbah, ternyata debu yang dihasilkan
oleh PT ITP bukan merupakan limbah yang dihasilkan oleh perusahaan.
Ternyata itu adalah material yang terbawa oleh gas panas. PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk memiliki alat penangkap debu yaitu electrostatic
precipitation (EP) dan dust collector yang terdapat pada masing-masing plant.
3. Limbah Gas
Limbah gas atau udara yang terdapat pada perusahaan merupakan emisi hasil
dari proses produksi semen. Gas tersebut memiliki unsur kimia yang berbahaya,
seperti O2, N2, NO2, CO2 dan H2. Emisi tersebut berupa partikel yang berbentuk
debu dan asap. Debu dan asap dapat mengganggu kesehatan para pekerja. Pihak
perusahaan dalam memantau gas-gas tersebut menggunakan alat CPM
(Continous Particulate Monitoring). Perusahaan melakukan penanganan
limbah gas menggunakan alat penghisap debu Electrostatic Presipitator dengan
tinggi 70 m dan membuat cerobong asap untuk mengurangi pencemaran
terhadap lingkungan. Pada gas NO2 baku mutunya adalah 1000 ml2 , tetapi
perusahaan hanya menghasilkan 400 ml2.
47
5.1 SIMPULAN
3. Aspek Pengendalian
a. Pengendalian persediaan bahan baku di PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk menggunakan metode First In First Out (FIFO).
b. Pengendalian mutu pada PT ITP sudah di kontrol mulai dari bahan baku
datang, proses produksi, bahan setengah jadi, dan produk jadi. Serta telah
mendapatkan ISO 9001:2008 berkaitan dengan manajemen mutu, ISO 17025
berkaitan dengan sistem manajemen pengelolaan laboratorium, American
Petroleum Institute (API) spec 10A Class G-HSR berkaitan dengan sistem
manajemen Oil Well Cement (OWC).
c. Teknik perawatan mesin yang dilakukan ialah Corrective Maintenance,
Preventive Maintenance, predictive maintenance, serta penerapan budaya 5S
yang telah berjalan dengan baik.
d. Aktivitas rantai pasok dari hulu hingga hilir sudah cukup baik, karena semua
pihak saling terintegrasi dengan baik. Strategi yang digunakan oleh PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam supply chain managemant adalah
efisien.
e. Pengendalian limbah di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menerapkan
sistem green manufacture yaitu untuk meminimalisir limbah dan polusi yang
dihasilkan dari proses produksi.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
52
Sandy Clay
Pengangkutan Pengerukan
3' O-2 15' O-1
(crane) (Reclaimer)
Pengeringan
Pengeringan
30' O-4 30' O-3 (Impacr
(Rotary Dryer)
Crusher)
Penimbangan
Penimbangan
1' O-6 1' O-5 (Weighing
(Weight Feeder)
Feeder)
Pencampuran
1' O-7
(Mill)
Penghancuran dan
20' O-8 Penghalusan (Tube
Mill)
Pemanasan 280
5' O-9
C
Pemisahan m aterial
O-10
1' kasar dan halus (Air
I-1
Separator)
Penghomogenis
120' O-11 asi (Blending
Silo)
Pemanasan
0,2' O-12 (Suspension
Preaheater)
Pemanasan
1,1' O-13 Klinker (Rotary
Kiln)
Pendinginan
15' O14
(Great Cooller)
Gypsum + Limestone +
3' O-15 Pengalusan
Trass
Penghancuran dan
Ringkasan 1,5' O-17 Penghalusan (Grinding
Kegiatan Julmah Waktu (menit) Mill)
Operasi 19 - Pemisahan
O-18
1' material (Air
Pemeriksaan 3 - I-2
Separator)
Total 22 252,8
Pengemasan
O-19
3' dan
I-3
Pemeriksaan
57
Jarak (m)
Jumlah
Aliran Proses
Waktu
Uraian Kegiatan
DIAGRAM ALIRAN
2. Display-display yang terpasang di area pabrik sudah usang dan ditutupi oleh
debu yang dihasilkan dari proses produksi semen.
3. Kurangnya pemakaian APD ear plug pada area yang memiliki tingkat
kebisingan tinggi.
1. Masih terdapatnya karyawan dan kontraktor yang tidak memakai alat pelindung
diri yang lengkap pada saat dilapangan dan disekitar pabrik.
Permasalahan:
Terjadi downtime yang lama pada mesin raw mill karena kerusakan
rotary feeder sehingga mengakibatkan kegiatan produksi berhenti
Why?
Why?
Why?
Why?
Root Cause:
Perusahaan menganggap teknisi sudah terampil karena sudah
berpengalaman dalam melakukan perbaikan dan perawatan mesin
sehingga tidak dilakukannya kegiatan evaluasi pelatihan tersebut
terhadap teknisi
Permasalahan:
Nilai OEE pada mesin kiln rendah atau tidak mencapai nilai ideal nya
sehingga hasil produksi yang dihasilkan rendah
Why?
Nilai performance pada mesin kiln tidak mencapai nilai ideal nya
Why?
Why?
Root Cause:
Kurangnya kegiatan preventive yang dilakukan teknisi pada mesin
kiln
RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT HIDUP