Anda di halaman 1dari 84

TUGAS AKHIR

REDESAIN ALUR PIPA SISTEM PELUMAS UNTUK


MENINGKATKAN EFISIENSI KEBUTUHAN DAYA
PADA POMPA ULIR TRILUB280 DI KAPAL TUNDA
BIMA 333

PENULIS :
EKO WAHYU BANDRA PUTRA
NRP. 0314030055

DOSEN PEMBIMBING :
M.MASRUKHI, SST

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMESINAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

REDESAIN ALUR PIPA SISTEM PELUMAS UNTUK MENINGKATKAN


EFISIENSI KEBUTUHAN DAYA PADA POMPA ULIR TRILUB280 DI
KAPAL TUNDA BIMA 333

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Program Studi D3-Teknik Permesinan Kapal
Jurusan Teknik Permesinan Kapal

Disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 25 Juli 2017
Periode Wisuda : September 2017

Mengetahui / menyetujui,
Dosen Penguji Tanda Tangan

1. Projek Priyonggo, ST., MT


NIP. 196106161988031002 ( .................................. )

2. Ir. Emie Santoso, MT


NIP. 196611101994032003 ( .................................. )

3. Nopem Ariwiyono, ST., MT


NIP. 196211301988031003 ( .................................. )

4. M. Masrukhi, SST
NIP. - ( .................................. )

Dosen Pembimbing
1. M. Masrukhi, SST
NIP. - ( .................................. )

Program Studi D3-Teknik Permesinan Kapal


Jurusan Teknik Permesinan Kapal
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Mengetahui / menyetujui,
Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,

George Endri Kusuma,ST., MSc.Eng Ir. Emie Santoso, MT


NIP. 197605172009121003 NIP. 196611101994032003

i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Eko Wahyu Bandra Putra


NRP : 0314030055
Jurusan/Prodi : D3-Teknik Permesinan Kapal

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :

“REDESAIN ALUR PIPA SISTEM PELUMAS UNTUK


MENINGKATKAN EFISIENSI KEBUTUHAN PADA POMPA ULIR
TRILUB280 DI KAPAL TUNDA BIMA 333”

Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

Surabaya, 14 Juli 2017


Yang membuat pernyataan,

Materai 6000

Eko Wahyu Bandra Putra


NRP. 0314030055

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang
berjudul “REDESAIN ALUR PIPA SISTEM PELUMAS UNTUK
MENINGKATKAN EFISIENSI KEBUTUHAN PADA POMPA ULIR
TRILUB280 DI KAPAL TUNDA BIMA 333” sesuai dengan harapan. Laporan
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
Program Studi D3 Permesinan Kapal – Jurusan Teknik Permesinan Kapal,
Politeknik Perkapalan Surabaya.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, bantuan, sehingga
penilusan laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa
sehingga menjadikan motivasi tersendiri selama menempuh studi di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Ir. Eko Julianto, MSc., MRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
3. George Endri Kusuma, ST., MSc.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik
Permesinan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Ir. Emie Santoso, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Permesinan
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
5. M. Masrukhi, SST selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, kritik, dan saran selama pengerjaan Tugas Akhir.
6. Nurvita Arum Sari, SSi.,MSi selaku Kordinator Tugas Akhir.
7. Pranowo Sidi, ST., MT selaku Kordinator On The Job Training Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
8. Bapak Agus Prayitno selaku pembimbing On The Job Training, dan
seluruh staff PT. Pelindo Marine Service yang telah banyak membantu
dalam penulisan selama pengerjaan Tugas Akhir.

iii
9. Saudari Siska Tri Oktasari yang telah membantu memberikan dukungan,
semangat, masukan, saran dan penuh kasih sayang selama pengerjaan
Tugas Akhir.
10. Kos BANGJIZ (Hary, Rizki, Prasdika) yang telah memberikan kritik dan
saran serta dukungan selama pengerjaan Tugas Akhir.
11. Teman-teman kelas ME 6B 2014 yang telah memberikan dukungan dan
berbagai ilmu pengerjaan Tugas Akhir.
12. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun, sehingga pada penulisan beriutnya dapat menyajikan tulisan yang
lebih baik lagi. Namun penulis juga berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Penulis,

Eko Wahyu Bandra Putra


NRP. 0314030055

iv
REDESAIN ALUR PIPA SISTEM PELUMAS UNTUK
MENINGKATKAN EFISIENSI KEBUTUHAN DAYA PADA
POMPA ULIR TRILUB280 DI KAPAL TUNDA BIMA 333

Nama Mahasiswa : EKO WAHYU BANDRA PUTRA


NRP : 0314030055
Dosen Pembimbing : M. Masrukhi, SST

ABSTRAK

Kapal Tug Boat BIMA 333 memiliki sistem pelumasan pada mesin induk
Nigata type 6MG(L) 25HX. Dalam proses pelumasan tersebut oli dialirkan dari
tangki penyimpanan menuju ke mesin menggunakan Priming Pump yang berjenis
Pompa Ulir ALLWEILER AG type TRILUB280. Pompa ulir tersebut memiliki
tekanan 5 Bar, daya 5,9 kW.
Pada sistem pelumas di kapal TB. BIMA 333 ini memiliki alur yang rumit
terdapat valve 3, elbow 90° sejumlah 30 , elbow 45° sejumlah 3, strainer 2, Tee
sejumlah 3, dimana alur pipa tersebut mempunyai head loss yang tinggi dan
membuat pompa membutuhkan daya yang lebih besar. Sehingga perlu dilakukan
redesain sistem pelumas untuk mendapatkan head loss yang rendah dengan beban
daya pompa yang lebih rendah.
Redesain ulang sistem pelumas ini dilakukan untuk mengurangi head loss,
dengan cara mengurangi panjang pipa, mengurangi fitting yang tidak diperlukan.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, diketahui bahwa
sistem pelumas aktual memiliki head loss 11,423 m dan head total pompa 20,09
m. Sedangkan dari redesain sistem pelumas yang baru memiliki head loss 9,24 m,
dan head total pompa 18,62 m.Berkurangnya head loss pada sistem pelumas
tersebut akan membat kebutuhan daya pada sistem pelumas menjadi lebih kecil
dari pada desain awal dan beban yang di tanggung pompa menjadi lebih kecil.

Kata Kunci : Priming Pump , head losses , efisiensi

v
REDESIGN LUBRICATING SYSTEM PIPELINE TO
INCREASE EFFICIENCY OF POWER AT TRILUB280
SCREW PUMP ON BIMA 333 TUG BOAT

Name : EKO WAHYU BANDRA PUTRA


NRP : 0314030055
Counsellor Lecturer : M. Masrukhi, SST

ABSTRACT

The Tug Boat of BIMA 333 has a lubrication system on main engine
Nigata type 6MG (L) 25HX. In the process of lubrication the oil is flowed from the
storage tank to the machine using the Priming Pump with kind Manual Thrust
ALLWEILER AG type TRILUB280. The screw pump has pressure is a 5 bar, and
the power has 5.9 kW.
On the lubrication system on the ship of TB. BIMA 333 has an elaborate
groove with three valves, 30 elbows with 90 °, 3 elbows with 45 °, 2 strainers, 3
Tee fittings, where the pipeline has high head loss and makes the pump requires
more power. So it is necessary to redesign the lubricating system to get a low
head loss with lower pump power.
Redesigned lubricating system is using to reduce head loss, by reducing
the length of the pipe and reducing unnecessary fittings. Based on the calculation
and analysis that has been done, it is known that the actual lubricating system has
a head loss of 11.423 m and the total head of the pump 20.09 m. While the
redesign of the new lubricating system has a head loss of 9.24 m, and the total
head of the pump 18.62 m. Decrease of head loss in the lubricating system will
make power requirements on the lubricating system becomes smaller than the
initial design and the load of the The pump becomes smaller.

Keywords : Priming Pump, head losses, efficiency

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR SIMBOL ............................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Persamaanan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 3
1.5 Batasan Masalah ................................................................................ 3
BAB 2 DASAR TEORI ......................................................................................... 5
2.1 Sistem Pelumas .................................................................................. 5
2.1.1 Macam-macam sistem pelumasan ......................................... 6
2.2 Lubricating Oil System ...................................................................... 7
2.3 Pengertian Pompa .............................................................................. 8
2.3.1 Jenis-jenis pompa ................................................................... 9
2.3 Mekanika Fluida .............................................................................. 19
2.3.1 Aliran laminar dan turbulen ................................................. 20
2.3.2 Head zat cair......................................................................... 21
2.4 Kerugian Gesek di Dalam Jalur Pipa (Head Mayor Losses) ........... 22
2.5 Kerugian Sambungan di Dalam Jalur Pipa (Head Minor Losses) ... 23
2.6 Head Statis Total ............................................................................. 27
2.8 Head Total Pompa ........................................................................... 29
2.9 Daya pompa ..................................................................................... 32
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 35

vii
3.1 Metode Penelitian ............................................................................. 35
3.2 Sumber Data Penelitian .................................................................... 35
3.2.1 Data yang terkumpul ............................................................ 35
3.2.2 Tempat pelaksanaan penelitian............................................. 36
3.2.3 Waktu pengumpulan data ..................................................... 36
3.2.4 Variabel penelitian................................................................ 36
3.3 Diagram Alur Penelitian................................................................... 37
3.4 Langkah-Langkah Pelaksanaan Tugas Akhir ................................... 38
3.4.1 Menentukan topik, objek dan fokus penelitian..................... 38
3.4.2 Survei lapangan & studi literatur .......................................... 38
3.4.3 Rumusan masalah ................................................................. 38
3.4.4 Pengumpulan data ................................................................ 39
3.4.5 Pengolahan data .................................................................... 39
3.4.6 Analisa dan kesimpulan ........................................................ 40
3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 40
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 41
4.1 Data Spesifikasi Pompa .................................................................... 41
4.2 Redesain Alur Pipa Sistem Pelumas ............................................... 42
4.3 Perhitungan Head Losses Pada Alur Pipa Sistem Pelumas.............. 45
4.3.1 Kecepatan fluida (V) ............................................................ 45
4.3.2 Nilai reynold ......................................................................... 46
4.3.3 Koefisien kerugian gesek (f) ................................................ 48
4.3.4 Perhitungan efisiensi pompa pada alur pipa aktual .............. 50
4.3.5 Perhitungan efisiensi pompa pada redesain alur pipa........... 58
4.4 Perbandingan Head Losses dan Head Total Pompa......................... 65
4.5 Perbandingan Efisiensi Kebutuhan daya pompa Sistem Pelumas
Antara Kondisi Aktual dengan Redesain ................................................... 65
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 67
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 67
5.2 Saran ................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Koefisien kerugian belokan pipa ........................................................ 24


Tabel 2. 2 Koefisien kerugian bagian pipa dengan pengecilan secara tiba-tiba.. 27
Tabel 3. 1 Jadwal pelaksanaan penelitian ........................................................... 40
Tabel 4. 1 Spesifikasi pompa ulir ........................................................................ 42
Tabel 4. 2 Jalur sistem pelumas aktual ................................................................ 44
Tabel 4. 3 Redesain jalur sistem pelumas aktual................................................. 44
Tabel 4. 4 Karakteristik tipikal pelumas ............................................................. 47
Tabel 4. 5 Perbandingan head losses dan head total pompa ............................... 65

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Dry Lubricating System ................................................................. 6


Gambar 2. 2 Wet Lubricating System ................................................................. 7
Gambar 2. 3 Lubricating Oil System .................................................................. 8
Gambar 2. 4 Pompa Vane................................................................................. 11
Gambar 2. 5 Pompa Piston ............................................................................... 12
Gambar 2. 6 Pompa Screw Tunggal ................................................................. 13
Gambar 2. 7 Pompa Screw Dua (Twin Screw) ................................................. 15
Gambar 2. 8 Pompa Screw Tiga ....................................................................... 16
Gambar 2. 9 Pompa Gear ................................................................................. 17
Gambar 2. 10 Komponen Gear Pump ................................................................ 17
Gambar 2. 11 Pompa Sentrifugal ....................................................................... 18
Gambar 2. 12 Aliran Melalui Pipa ..................................................................... 22
Gambar 2. 13 Belokan Pompa ............................................................................ 23
Gambar 2. 14 Kerugian Katub ........................................................................... 25
Gambar 2. 15 Pembesaran Penampang Pipa Secara Perlahan ........................... 26
Gambar 2. 16 Penyusutan Penampang Pipa Secara Tiba-Tiba .......................... 26
Gambar 2. 17 Pembesaran Penampang Pipa Secara Tiba-Tiba ......................... 27
Gambar 2. 18 Head Statis Total ......................................................................... 28
Gambar 2. 19 Head Total Pompa ....................................................................... 30
Gambar 2. 20 Kurva Kinerja Sebuah Pompa ..................................................... 33
Gambar 2. 21 Kurva Kinerja Sebuah Pompa ..................................................... 33
Gambar 3. 1 Diagram Alur Penelitian Tugas Akhir ......................................... 37
Gambar 4. 1 Pompa Ulir................................................................................... 41
Gambar 4. 2 Spesifikasi Pompa Ulir ................................................................ 42
Gambar 4. 3 Alur Sistem Pelumas Aktual ....................................................... 43
Gambar 4. 4 Redesain Alur Sistem Pelumas .................................................... 43
Gambar 4. 5 Nilai Kekerasan Pipa Berdasarkan Materialnya .......................... 48
Gambar 4. 6 Moody Diagram R ≤ 2300 , f =64/ Re......................................... 49
Gambar 4. 7 Pembacaan Pressure Gauge ......................................................... 56

x
Gambar 4. 8 Grafik Perbandingan Head Losses dan Head Total Pompa ........ 65
Gambar 4. 9 Grafik Perbandingan Daya Pompa .............................................. 66

xi
DAFTAR SIMBOL

Lambang Nama Satuan


Q Kapasitas pompa (𝑚3 /𝑠)

A Luas penampang aliran (𝑚2 )


V Kecepatan aliran fluida (m/s)

Re Bilangan reynold (-)

𝜌 Massa jenis fluida (kg/𝑚3 )


d/D Diameter pipa (m)

𝜗 Viskositas dinamik fluida (Pa.s)


G Percepatan gravitasi (m/𝑠 2 )
C,p,q Koefisien – koefisien (-)

Λ Koefisien kerugian gesek (-)

L Panjang pipa (m)


K Koefisien gesekan (-)

K Kerugian katub (-)


h2 Head statis total (m)
Perbedaan head tekan yang berada pada
∆hp (m)
permukaan air

Berbagai kerugian head di perpipaan, katub,


Hl (m)
belokan, sambungan , dan lain-lain

(vd)2/2g Head kecepatan keluar (m)

P Tekanan (kPa)
Ηp Effisiensi pompa (%)
P Daya pompa (watt)

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Pelindo Marine Service merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang jasa pelayanan perkapalan, transportasi, pengiriman
dan lainnya industri maritim laut. Perusahaan ini juga memiliki banyak
kapal tunda dan kapal pandu milik sendiri maupun kapal-kapal dari luar
yang membutuhkan perawatan dan perbaikan kapal di galangan PT
Pelindo Marine Service. Salah satu kapal milik PT. Pelindo Marine
Service adalah kapal (Tug Boat) TB. BIMA 333 yang digunakan sebagai
sarana jasa penyandaran transportasi laut.
Setiap kapal pada umumnya memiliki mesin induk untuk alat
penggerak kapal, pada kapal TB. BIMA 333 memiliki mesin induk jenis
Nigata type 6MG(L) 25HX. Pada waktu beroperasi tidak menutup
kemungkinan mesin akan mengalami berbagai macam kondisi yang akan
menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas pada mesin induk dari
kapal itu sendiri. Kerusakan atau penurunan kualitas mesin induk kapal
disebabkan oleh beberapa jenis faktor. Diantaranya perlu adanya sistem
pelumas sebagai pendingin atau pelumas didalam mesin induk. Dalam
proses pelumasan pada mesin induk tersebut dialirkan oli dari tangki
penyimpanan dipompa menuju ke mesin dengan memakai Priming Pump
yang berjenis Pompa Ulir ALLWEILER AG type TRILUB280. Pompa ulir
ini memeliki tekanan 5 Bar, daya 5,9 kW.
Pompa tersebut dioperasikan secara terus menerus selama proses
penyuplaian pelumas pada mesin induk. Pemakaian yang sering pada
pompa, sudah dapat dipastikan bahwa efisiensi pada pompa akan turun
tidak sama lagi pada saat awal. Secara tidak langsung desain alur sistem
pelumas juga berpengaruh pada efisiensi pompa. Pada sistem pelumas di
kapal TB. BIMA 333 ini memiliki alur yang rumit terdapat valve 3, elbow
90° sejumlah 30 , elbow 45° sejumlah 3, strainer 2, Tee sejumlah 3

1
dimana alur pipa tersebut mempunyai head loss yang tinggi sehingga
pompa membutuhkan daya yang lebih besar agar beban pada sistem
tersebut terpenuhi.
Berdasarkan situasi tersebut, penelitian ini akan mendesain ulang
sistem pelumas pada kapal TB. BIMA 333 dengan tujuan untuk
mengurangi head loss pada sistem pelumas sehingga beban pompa akan
berkurang. Penelitian tersebut diwujudkan dalam karya tugas akhir yang
berjudul : “Redesain Alur Pipa Sistem Pelumas Untuk Meningkatkan
Efisiensi Kebutuhan Pada Pompa Ulir ALLWEILER AG type Trilub280
Di Kapal Tunda Bima 333 ”.

1.2 Persamaanan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dipersamaankan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaiamana alur perpipaan pada sistem pelumas yang sesuai untuk
meningkatkan efisiensi kebutuhan daya pompa ulir ALLWEILER AG
type Trilub280 ?
2. Berapa perbandingan head loss dan head total yang dihasilkan oleh
pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280 pada saat aktual
dengan yang sudah diredesain ?
3. Bagaimanakah perbandingan efisiensi sistem pelumas antara kondisi
aktual dengan redesain ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Merancang alur perpipaan pada sistem pelumas untuk meningkatkan
efisiensi kebutuhan daya pompa yang lebih tinggi.
2. Mengetahui berapa perbandingan head loss dan head total yang
dihasilkan oleh pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280 pada
saat aktual dengan yang sudah diredesain.
4. Mengetahui perbandingan efisiensi sistem pelumas antara kondisi
aktual dengan redesain.

2
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan proposal tugas akhir ini adalah :
1. Bagi Individu
Peneliti dapat mengaplikasikan kolaborasi inovasi tentang alur pipa
sistem pelumas untuk meningkatkan efisiensi kebutuhan daya pada
pompa.
2. Bagi Industri yang Dituju
Hasil tugas akhir ini diharapkan memberi pertimbangan untuk pihak
industri.
3. Bagi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS)
Peneliti berharap tugas ini dapat berguna untuk menambah referensi
bagi mahasiswa lain dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca.

1.5 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Priming pump jenis pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280.
2. Lubricating oil system Nigata 6L25HX 01.
3. Main engine Nigata 6L25HX 01.
4. KT.BIMA 333.
5. Tidak membahas material pipa.
6. Fluida yang digunakan adalah SALYX 420 SAE 40.

3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

4
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Sistem Pelumas


Sistem transmisi pada kapal sebenarnya adalah siatu sistem dimana
daya yang dikeluarkan dari mesin utama (prime mover) supaya dapat
digunakan untuk menggerakan suatu kapal dengan daya yang sesuai
diharapkan, dan untuk memindahkan daya dari primer mover tersebut
maka dibutuhkan suatu sistem transmisi pada kapal.
Pada saat mesin mulai berputar, gesekan yang terjadi
antara komponen-komponen mesin tersebut akan mengakibatkan
hilangnya tenaga, dan bagian bagian mesin tersebut relatif menjadi lebih
cepat aus atau bahkan mengalami kerusakan. Maka dari itu pada setiap
mesin, komponen-komponennya harus di lumasi agar hilangnya tenaga
dan keausan serta kerusakan dapat diminimalisir. Sistem yang berfungsi
untuk melumasi bagian bagian mesin adalah sistem pelumasan, berikut ini
fungsi dari sistem pelumasan :
1. Melumasi secara berulang pada bagian-bagian mesin yang bergerak
untuk mengurangi gesekan sehingga tidak kehilangan tenaga dan
meminimalizir terjadinya keausan dan kerusakan.
2. Untuk membentuk lapisan oli (oil film) mencegah kontak langsung
permukaan logam dengan logam. Mengurangi gesekan dan mencegah
keausan serta panas.
3. Oli juga berfungsi untuk mendinginkan bagian-bagian mesin.
4. Sebagai seal antara piston dengan lubang dinding silinder.
5. Mengeluarkan kotoran dari bagian-bagian mesin.
6. Mencegah karat pada bagian-bagian mesin.

5
2.1.1 Macam-macam sistem pelumasan
Sistem pelumasan yang biasa dikenal dapat dibedakan atas
2 macam, yaitu :
1. Sistem Pelumasan Kering (Dry lubricating System)
Sistem pelumasan kering adalah sistem pelumasan dimana
tangki oli ditempatkan di luar mesin, sehingga ruangan bak
engkol selalu kering seperti yang dapat dilihat pada Gambar
2.1. Sistem ini sudah sangat jarang sekali digunakan pada
kendaraan bermotor. Kebanyakan saat ini menggunakan sistem
pelumasan yang basah, seperti di bawah ini.

Gambar 2. 1 Dry Lubricating System


(Sumber : http://automoto101.com/wet-sump-and-dry-sump/)

2. Sistem Pelumasan Basah (Wet lubricating System)


Sistem pelumasan basah yaitu sistem yang menggunakan tanki
oli pada bak engkol seperti yang terlihat pada Gambar 2.2.
Sistem pelumasan basah dibedakan lagi atas tiga tipe, yaitu :
a. sistem percikan,
b. sistem penyaluran dengan tekanan,
c. sistem kombinasi tekanan dan percikan.
Umumya kendaraan menggunakan sistem penyaluran dengan
tekanan. Dalam sistem ini, oli ditekan oleh gerakan mekanik
dari pompa oli dan disalurkan ke bagian-bagian mesin yang
bergerak. Dan saat ini kebanyakan mobil, khususnya toyota
menggunakan sistem pelumasan basah tipe kombinasi tekanan

6
dan percikan, atau yang biasa disebut dengan sistem
pelumasan tekanan penuh.
dan percikan, atau yang biasa disebut dengan sistem
pelumasan tekanan penuh.

Gambar 2. 2 Wet Lubricating System


(Sumber : http://automoto101.com/wet-sump-and-dry-sump/)

2.2 Lubricating Oil System


Minyak pelumas untuk mesin diesel kelautan ada dua tujuan untuk
mendinginkan dan melumasi. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.3 inyak
pelumas unuk mesin disimpan pada bak mesin, yang dikenal sebagai bah,
atau di tangki pembuangan yang terletak di bawah mesin. Minyak diambil
dari tangki ini melalui saringan, salah satu dari pompa, ke filter halus.
Kemudian dilewatkan melalui pendingin sebelum memasuki mesin dan
didistribusikan ke berbagai pipa cabang. Pipa cabang untuk silinder
tertentu bisa memberi makan bantalan utama, misalnya. Beberapa dari
minyak ini akan melewati bagian yang dibor di poros engkol ke bantalan
ujung bawah dan kemudian naik bagian yang dibor pada batang
penghubung ke camsaft atau bantalan anting-anting.

7
.
Gambar 2. 3 Lubricating Oil System
(Sumber : http://www.marinediesels.info/Basics/lubrication_system.htm)

Alarm di ujung pipa distribusi memastikan tekanan yang memadai


dipelihara oleh pompa. Pompa dan filter halus disusun dalam rangkap dua
dengan satu sebagai standby. Filter halus akan diatur sedemikian rupa
sehingga bisa dibersihkan sementara yang lainnya beroperasi. Setelah
digunakan di mesin, oli pelumas mengalir kembali ke tangki sampah atau
tangki pembuangan untuk digunakan kembali. Alat pengukur tingkat
memberikan pembacaan isi tangki pembuangan secara lokal. Sebuah
pompa sentrifugal diatur untuk membersihkan minyak pelumas dalam
sistem dan minyak bersih dapat disediakan dari tangki
penyimpanan.Pendingin minyak disirkulasikan oleh air laut, yang berada
pada tekanan lebih rendah dari pada minyak. Akibatnya kebocoran di
pendingin akan berarti kehilangan minyak dan tidak terkontaminasi
minyak oleh air laut. Bila mesin memiliki piston berpendingin minyak,
mereka akan dipasok dari sistem minyak pelumas, kemungkinan pada
tekanan yang lebih tinggi yang dihasilkan oleh pompa booster. Jenis
minyak pelumas yang sesuai harus digunakan untuk pelumas berlumuran
minyak agar terhindar dari deposit karbon pada bagian sistem yang lebih
panas.

2.3 Pengertian Pompa


Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu
cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan

8
cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk
mengatasi hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan
pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau
hambatan gesek. Klasifikasi pompa secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump)
dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump). Pompa adalah
suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari
suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan
cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung
secara terus menerus. Pada dasarnya, prinsip kerja pompa dalam
melakukan pengaliran yakni dengan cara memberikan gaya tekan terhadap
fluida. Tujuan dari gaya tekanan tersebut ialah untuk mengatasi friksi atau
hambatan yang timbul di dalam pipa saluran ketika proses pengaliran
sedang berlangsung. Friksi tersebut umumnya disebabkan oleh adanya
beda elevasi (ketinggian) antara saluran masuk dan saluran keluar, dan
juga karena adanya tekanan balik yang harus dilawan. Tanpa adanya
tekanan pada cairan maka cairan tersebut tidak mungkin untuk
dialirkan/dipindahkan.
Perpindahan fluida cair dapat terjadi secara horizontal maupun
vertikal, seperti zat cair yang berpindah secara mendatar akan
mendapatkan hambatan berupa gesekan dan turbulensi Sedangkan zat cair
dengan perpindahan ke arah vertikal, hambatan yang timbul dapat berupa
hambatan-hambatan yang diakibatkan karena adanya perbedaan tinggi
antara permukaan isap (suction) dan permukaan tekan/buang (discharge).

2.3.1 Jenis-jenis pompa


Pompa hadir dengan berbagai jenis berdasarkan cara
kerjanya masing-masing. Secara garis besar, alat ini hanya
digolongkan dalam dua jenis, yakni pompa perpindahan positif
(positive displacement pump) dan pompa dinamik (dynamic pump).

9
A. Pompa Positive Displacement
Pompa positive displacement bekerja dengan cara
memberikan gaya tertentu, berupa energi kinetik, pada volume
fluida yang tetap dari sisi inlet menuju titik outlet pompa.
Prinsip kerja tersebut sangat berbeda dengan pompa dinamik,
yang secara teori pompa positive displacement akan
menghasilkan debit aliran yang tetap pada RPM tertentu
meskipun tekanan keluaran pompa berubah-ubah. Namun teori
ini tidak akan berlaku jika di dalam pompa terjadi kebocoran.
Pompa positive displacement tidak dapat beroperasi
dengan sistem control valve di saluran keluarannya. Hal ini
dikarenakan pompa positive displacement tidak mengenal
sistem excess head seperti pada pompa sentrifugal. Jika pada
saluran keluar pompa ada sebuah valve yang berada pada
kondisi throttling, yang terjadi adalah tekanan keluaran pompa
akan terus meningkat, hal ini dikarenakan prinsip kerja
pompa positive displacement yang akan terus menghasilkan
aliran fluida yang stabil jika putaran kerjanya tetap. Tekanan
keluaran yang terus meningkat akibat throttling tersebut sangat
berbahaya terhadap komponen-komponen pompa, dan tidak
menutup kemungkinan akan terjadi pecah sehingga aliran
fluida yang dihasilkan pompa kembali stabil di titik kerjanya.
Pada pompa ini energi mekanik hasil dari putaran poros pompa
akan berubah menjadi energi tekanan untuk dapat memompa
fluida, dapat menghasilkan head tinggi namun kapasitas yang
dihasilkan rendah. Pompa jenis ini juga terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :

a. Pompa Rotari
Sebagai ganti pada proses lewatnya cairan pompa
sentrifugal, pompa rotari tersebut akan bekerja merangkap
cairan, mendorongnya melalui rumah pompa yang

10
tertutup. Pompa rotari mampu mengeluarkan cairan
dengan aliran yang lancar atau smooth. Jenis dari pompa
rotari antara lain:

1. Single Rotor
a. Pompa Vane
Pompa Vane berfungsi untuk
membangkitkan tekanan hidraulis. Dimana pada
bagian atas pompa terdapat reservoir yang selalu
terisi air dengan fluida khusus, dan permukaan
fluida harus selalu diperiksa secara teratur, yaitu
temperatur fluida, adanya gelembung atau fluida
menjadi keruh seperti yang terlihat pada Gambar
2.4.

Gambar 2. 4 Pompa Vane


(Sumber : http://mechanic-
mechanicalengineering.co.id/2011/03/pompa-pump.html)

b. Pompa Piston
Pompa Piston Adalah pompa dimana energi
mekanik dari penggerak pompa diubah menjadi
energi aliran dengan menggunakan elemen bolak‐
balik (resiprocating) yang ada didalam silinder.
Pompa ini merupakan pompa bolak-balik yang
dirancang untuk menghasilkan kapasitas yang cukup
besar. Umumnya menggunakan head yang rendah.
Dan digunakan pada perbedaaan ketinggian yang

11
tidak terlalu besar ntara suction dan discharge.
(Tyler G. Hicks 1971).
Pompa piston yang memiliki komponen
penekan fluida berupa piston atau batangan baja
dengan lempengan baja di ujung membentuk huruf T
eperti yang terlihat pada Gambar 2.5. Pompa jenis
ini sering dimanfaatkan untuk pertambangan minyak
bumi, sebab didesain khusus untuk industri tersebut.
Tidak heran jika digunakan pada lokasi atau fluida
bertekanan tinggi justru bisa bekerja secara optimal.
Hal sebaliknya malah akan merusak pompa jenis
piston ini.

Gambar 2. 5 Pompa Piston


(Sumber : http://mechanic-
mechanicalengineering.co.id/2011/03/pompa-pump.html)

c. Pompa Screw
Pompa screw umumnya digunakan untuk
menangani cairan yang yang mempunyai viskositas
tinggi, heterogen, sensitive terhadap geseran dan
cairan yang mudah berbusa. Pompa screw terdiri
atas sebuah helical metallic rotor yang berputar
didalam elastic helical stator. Rotor terbuat dari
hardened steel yang dikerjakan secara sangat presisi,
sedangkan stator terbuat dari injection-moulded
elastomer yang tahan abrasi. Bentuk dan dimensi

12
dari kedua bagian ini didesain sedemikian rupa
sehingga terbentuk rangkaian ganda ruangan yang
tersegel (rongga) ketika rotor bekerja pada stator.
Rongga tersebut berjalan secara axial dari bagian
inlet ke bagian outlet pompa sambil membawa
cairan.
Pompa sekrup ini mempunyai satu,dua,tiga,
sekrup yang berputar dalam rumah pompa yang
diam. Tersedia sebagian besar desain yang
digunakan untuk berbagi penggunaanya. Pompa
sekrup yang tunggal mempunyai rotor spiral yang
berputar di dalam sebuah stator atau lapisan (linier)
heliks-dalam (inernal-helix-stator) seperti yang
terlihat pada Gambar 2.6. Rotor terbuat dari logam
sedangkan heliks terbuat dari karet keras atau lunak,
tergantung pada cairan yang dipompakan.

Gambar 2. 6 Pompa Screw Tunggal


(Sumber : http://mechanic-
mechanicalengineering.co.id/2011/03/pompa-pump.html)

Pompa ini mempunyai kinerja yang cukup


baik untuk formal dan viskositas tinggi. Dalam
kapasitas yang stabil, aplikasi penggunaan yang baik
sebagai pemindah pasokan air, limbah, lumpur. Hal
ini sesuai dengan spesifikasi yang luas yang sesuai
untuk penggunanya.

13
Pompa sekrup memiliki daya hisap tinggi,
bekerja tanpa denyutan atau turbulen. Hal ini dapat
menangani viskositas tinggi dan kepadatan cair,
pada bantalan ditempatkan eksternal agar cairan
tidak terkontaminasi. Arah aliran fluida dapat
diubah, komponen pada pompa screw
memungkinkan untuk menangani semua jenis
cairan, seperti benda yang mempunyai korosif yang
tinggi.
Pompa dua-sekrup atau tiga sekrup masing-
masing mempunyai satu atau dua sekrup bebas
(idler) seperti yang terlihat pada Gambar 2.7 dan
Gambar 2.8. Aliran melalui ulir-ulir sekrup sepanjan
sumbu sekrup, sekrup-sekrup yang berlawanan dapat
dipakai untuk meniadakan dorongan aksial pada
pompa. Pompa sekrup Twin (screw ganda)
menjamin operasi yang handal dan usia pakai yang
panjang karena melalui pompa jenis perpindahan
positif, namun elemen berputar tidak menghubungi
satu sama lain dalam cair dan tidak memiliki bahaya
dengan tongkat. Dan skrup memungkinkan untuk
setiap kombinasi pasangan sekrup sesuai dengan
arah putran yang diperlukan dan arah debit pada
poros standar. Selanjutnya, konstruksi ini
memungkinkan setiap kombinasi matrial.
Kegunaanya untuk semua cairan baik viskositas
rendah maupun viskositas tinggi.

Kelebihan :
 Netral atau agresif
 Untuk semua jenis aliran
 Tidak ada aliran berdenyut

14
 High suction
 Dapat beroperasi dalam berbagai posisi,
horizontal, vertikal, miring

Gambar 2. 7 Pompa Screw Dua (Twin Screw)


(Sumber : http://mechanic-
mechanicalengineering.co.id/2011/03/pompa-pump.html)

Kekurangan :
 Relatif lebih mahal karena desainya perlu
ketelitian dan kepresisian serta toleransi yang
tingi.
 Karakteristik PERFORMA sensitive terhadap
perubahan viskositas.
 Untuk tekanan tinggi memerlukan element
pompa yang panjang.
 Desain dilengkapi dengan sebuah screw pemaksa
dan gurdi (bor).
 Aplikasi utamanya untuk mentransfer cairan yang
kntal, heterogen, sensitive terhadap gesekan serta
mudah menimbulkan busa dengan viskositas
sampai 1.000.000 cps.
 Dilengkapi dengan hopper dengan panjang
hingga 3 m.

15
Gambar 2. 8 Pompa Screw Tiga
(Sumber : http://mechanic-
mechanicalengineering.co.id/2011/03/pompa-pump.html)

Pompa ini memliki keunggulan seperti


efisiensi operasional yang tinggi, cara kerja ang baik
dan kuat. Pompa ini diterapkan untuk pemindahan
minyak karena tekanan dan efisiensi yang tinggi,
untuk volume besar minyak pelumas dan bahan
bakar minyak pengalihan karena kapasitas besar,
efisiensi maksimal dan tinggi, untuk pengumpanan
minyak pelumas untukpompa turbin dan air, dengan
tersedianya kopling langsung dan beroperasi dalm
kecepatan tinggi.

2. Multiple Rotor
a. Pompa Gear
Gear pump (pompa roda gigi) adalah jenis
pompa positive displacement dimana fluida akan
mengalir melalui celah-celah roda gigi dengan
dinding rumahnya. Disebut sebagai pompa karena
fluida yang dialirkan pada umumnya berupa cairan
(liquid) atau bubur (slurry). Sedangkan
pompa positive displacement berarti pompa tersebut
enghisap sejumlah fluida yang terjebak yang
kemudian ditekan dan dipindahkan ke arah keluaran

16
(outlet). Gear pump sering digunakan untuk
aplikasi hydrolic fluid power. Namun, tidak jarang
juga digunakan pada bidang kimia untuk
mengalirkan fliuda pada viskositas tertentu.
Terdapat dua jenis gear pump, yaitu external gear
pump dan internal gear pump. Pompa ini
digolongkan sebagai fixed displacement karena
jumlah fluida yang dialirkan setiap putarannya selalu
tetap. Pompa gear dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan
komponen pompa gear dapat dilihat pada Gambar
2.10.

Gambar 2. 9 Pompa Gear


(Sumber : http://mechanic-
mechanicalengineering.co.id/2011/03/pompa-pump.html)

Gambar 2. 10 Komponen Gear Pump


(Sumber : http://blandong.com/hydraulic-pump/)

17
B. Pompa Dynamic
Pompa Dybanic bekerja dengan cara impeler yang
berputar akan mengubah energi kinetik menjadi tekanan
maupun kecepatan yang diperlukan untuk mengalirkan fluida.
Sama halnya dengan pompa perpindahan positif, pompa
dinamik juga masih digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Pompa Sentrifugal
Pompa ini merupakan pompa yang sangat umum
digunakan, biasanya sekitar 70% pompa yang digunakan
pada kilang minyak merupakan jenis pompa sentrifugal.
Cara kerja pompa ini ialah dengan mengubah energi kinetik
(kecepatan) cairan menjadi energi potensial (tekanan)
melalui suatu impeller yang berputar di dalam casing seperti
yang terlihat pada Gambar 2.11. Impeller tersebut berupa
piringan berongga yang memiliki sudu-sudu melengkung
dan diputar oleh motor penggerak. Puataran dari impeller
akan memberikan gaya sentrifugal terhadap cairan dan
diarahkan kes sisi discharge. Sebelum cairan tersebut keluar
melalui discharge, sebelumnya akan ditahan oleh casing
sehingga menimbulkan tekanan alir. Untuk menjaga agar
didalam casing selalu terisi cairan, maka pada saluran isap
harus dilengkapi dengan katup kaki (foot valve). Kosongnya
cairan di dalam impeller dapat menyebabkan masuknya
udara dan menimbulkan kavitasi.

Gambar 2. 11 Pompa Sentrifugal


(Sumber : http://mechanic-
mechanicalengineering.co.id/2011/03/pompa-pump.html)

18
2.3 Mekanika Fluida
Mekanika Fluida adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari
mengenai zat fluida (cair,gas dan plasma) dan gaya yang bekerja padanya.
Mekanika fluida dapat dibagi menjadi statika fluida (mempelajari fluida
dalam keadaan diam), kinematika fluida (mempelajari fluida dalam
keadaan bergerak), dinamika fluida (mempelajari efek gaya pada fluida
yang bergerak).
Penentuan kecepatan di sejumlah pada suatu penampang
memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas
aliran sehingga pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat
penting dalam menganalisa suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh
dengan melakukan pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu
partikel yang dikenali untuk bergerak sepanjang jarak yang telah
ditentukan. Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati
nol pada dinding pipa dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa.
Kecepatan biasanya sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan yang
tidak serius dalam masalah aliran fluida sehingga penggunaan kecepatan
sesungguhnya adalah pada penampang aliran. Bentuk kecepatan yang
digunakan pada aliran fluida umumnya menunjukan kecepatan yang
sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang disebutkan.
Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang
mengalir dalam suatu pipa. Jumlah aliran fluida dinyatakan sebagai
volume, berat atau masa fluida dengan masing-masing laju aliran
ditunjukan sebagai laju aliran volume (𝑚3 /𝑠), laju aliran berat (N/s) dan
laju aliran massa (kg/s)
Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang inkompresibel yaitu :

Q = A.v (2.1)

Dimana : Q = laju aliran volume (𝑚3 /𝑠)


A = luas penampang aliran (𝑚2 )
V =kecepatan aliran fluida (m/s)

19
2.3.1 Aliran laminar dan turbulen
Aliran fluida dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu aliran
laminar dan aliran turbulen. Aliran dikatakan laminer jika partikel-
partikel fluida yang bergerak teratur mengikuti lintasan yang sejajar
pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila
kecepatan kecil atau kekentalan besar. Aliran disebut turbulen jika
tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di
sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti
sumbu pipa. Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan
kekentalan zat cair kecil. Pengaruh kekentalan sangat besar
sehingga dapat meredam gangguan yang dapat menyebabkan aliran
menjadi turbulen. Dengan berkurangnya kekentalan dan
bertambahnya kecepatan aliran maka daya redam terhadap
gangguan akan berkurang, yang sampai pada batas tertentu akan
menyebabkan terjadinya perubahan aliran dari laminar menjadi
turbulen. Dari hasli eksperimen diproleh bahwa koefisien gesekan
untuk pipa silindris merupakan fungsi dari bilangan Reynold (Re).
Dalam menganalisa aliran di dalam saluran tertutup, sangatlah
penting untuk mengtahui tipe aliran yang mengalir dalam pipa
tersebut. Untuk itu harus dihitung besarnya bilangan Reynold
dengan mengetahui parameter-parameter yang diketahui besarnya.
Bilangan Reynold (Re) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :

ρ .d. v
Re = (2.2)
µ

Dimana : ρ = massa jenis fluida (kg/𝑚3 )


d = diameter pipa (m)
V = kecepatan aliran fluida (m/s)
µ = viskositas dinamik fluida (Pa.s)

20
Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida
merupakan viskositas kinematik (v) maka bilangan Reynold dapat
juga dinyatakan :

µ d. v
v= sehingga Re =
ρ 𝜗

Berdasarkan percobaan aliran didalam pipa, Reynold


menetapkan bahwa untuk angka reynolds dibawah 2000, gangguan
aliran dapat di redam oleh kekentalan zat cair maka disebut aliran
laminar. Aliran akan menjadi turbulen apabila angka Reynold lebih
dari 4000. Apabila angka Reynold berada di antara kedua nilai
tersebut (2000< Re <4000) disebut aliran transisi.

2.3.2 Head zat cair


Memandang aliran suatu zat cair melalui suatu penampang
saluran seperti dilihatkan dalam Gambar 2.12. Menurut Sularso dan
Haruo Tahara (2000) pada penampang tersebut zat cair
mempunyai tekanan statis p (dalam kg/cm2 ), kecepatan rata-rata v
(dalam m/s), dan ketinggian Z (dalam m) diukur dari bidang
referensi. Maka zat cair tersebut pada penampang yang
bersangkutan dikatakan mempunyai head total (dalam m) yang
dapat dinyatakan sebagai :

𝑉2 𝑃
H = (𝑍 + + ) (2.3)
2𝑔 𝜌𝑔

Dimana :
g = percepatan gravitasi (dalam m/𝑠 2 )
ρ = massa jenis zat cair ( dalam kg/𝑚3 )

21
Gambar 2. 12 Aliran Melalui Pipa
(Sumber : Sularso dan Haruo Tahara, 2000. Pompa dan Kompresor)

Masing-masing suku dari persamaan tersebut diatas yaitu


𝑃/𝜌𝑔, 𝑉 2 /2𝑔,Z berturut-turut disebut head tekanan, head
kecepatan dan head ketinggian. Ketiga head ini tidak lain adalah
energi mekanik yang dikandung oleh satu satuan berat zat cair yang
mengalir pada penampang yang bersangkutan. Satuan energi per
satuan berat adalah ekuivalen dengan satuan panjang atau tinggi).
Maka head total H yang merupakan jumlahan dari head tekanan,
head kecepatan dan head ketinggian adalah energi mekanik total
per satuan bert zat cair, dan dinyatakan dengan satuan tinggi kolom
zat cair dalam meter.

2.4 Kerugian Gesek di Dalam Jalur Pipa (Head Mayor Losses)


Aliran fluida cair yang mengalir didalam pipa adalah fluida viskos
sehingga faktor gesekan fluida dengan dinding pipa tidak dapat diabaikan,
untuk menghitung kerugian gesek dapat menggunakan pepersamaanan
sebagai berikut :

V = CR3s4 (2.4)

Luas penampang pipa


𝑅= (jari jari hidrolik) (2.5)
saluran yang dibasahi fluida

22
µ𝑓
𝑆 = (Gradien Hidrolik) (2.6)
L

𝐿 𝑉2
Hf Mayor losses = f ( Head kerugian gesek pada pipa ) (2.7)
𝐷 2𝑔

Dimana : v = Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)


C,p,q = Koefisien – koefisien
f = Koefisien kerugian gesek
g = Percepatan gravitasi (m/𝑠 2 )
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter dalam pipa (m)

2.5 Kerugian Sambungan di Dalam Jalur Pipa (Head Minor Losses)


Kerugian head jenis ini terjadi karena aliran fluida mengalami
gangguan aliran sehingga mengurangi energi alirnya, secara umum
persamaan kerugian head ini banyak terjadi pada :

A. Pada Belokan (elbow)


Untuk menghitung kerugian head seperti yang terlihat pada
Gambar 2.13 maka digunakan persamaan sebagai berikut :

𝑉2
Hf = K (2.8)
2𝑔

Dimana, K = koefisien gesekan dapat dilihat pada Tabel 2.1

Gambar 2. 13 Belokan Pompa


(Sumber : Syaehul Akbar. 2010)

23
1. Untuk belokan lengkung koefisien kerugian dihitung dengan
persamaan:

𝐷 𝜃
K = [0,131 + 1,847 ( )3.5] ( )0.5 (2.9)
2𝑅 90
2. Untuk belokan patah :

𝜃 𝜃
K = 0,946 sin2 + 2,046 sin4 (2.10)
90 90

Menurut Sontoso (2015) beberapa harga K yang khas :


Untuk belokan 45° nilainya 0,35 – 0,45
Untuk belokan 90° nilainya 0,50 – 0,75

Tabel 2. 1 Koefisien kerugian belokan pipa


0° 5 10 15 22,5 30 45 60 90
Halus 0,016 0,034 0,042 0,13 0,236 0,471 1,129
F
Kasar 0,025 0,044 0,062 0,165 0,32 0,684 1,265

Sumber : Sularso dan Haruo Tahara (2000). Pompa dan Kompresor

B. Pada perkatupan sepanjang jalur pipa


Pemasangan katup pada instalasi pompa adalah untuk
pengontrolan kapasitas, tetapi dengan pemasangan katup tersebut akan
mengakibatkan kerugian energi aliran karena aliran dicekik.
Pepersamaanan untuk menghitung kerugian head karena pemasangan
katup adalah sebagai berikut :

𝑉2
Hf = k (2.11)
2𝑔

Dimana, k = kerugian katub, dapat dilihat pada Gambar 2.14 berikut.

24
Gambar 2. 14 Kerugian Katub
(Sumber : Streeter & Wylie Fluid Mechanics)

C. Pada percabangan (Tee)


Pada percabangan dialur perpipaan suatu aliran fluida akan
mengalami perubahan aliran serta adanya penambahan tekanan.
Pepersamaanan untuk menghitung kerugian head karena pemasangan
katup adalah sebagai berikut :

𝑉2
Hf = K (2.12)
2𝑔

Dimana, K = koefisien gesekan nilainya 1,50 – 2,00

D. Pembesaran penampang pipa secara perlahan


Kerugian head bisa terjadi akibat dari pembesaran penampang
pipa secara perlahan seperti yang terlihat pada Gambar 2.15 berikut :

25
Gambar 2. 15 Pembesaran Penampang Pipa Secara Perlahan
( Sumber : Syaehul Akbar. 2010 )

Pembesaran penampang pipa akan mengakibatkan


berubahnya kecepatan aliran dimana aliran akan berkurang
kecepatanya ketika memasuki penampang yang lebih besar.
Pepersamaanan untuk menghitung kerugian head karena pembesaran
penampang pipa secara perlahan adalah sebagai berikut :

(𝑉1−𝑣)2
Hf = K (2.13)
2𝑔
Dimana, K = koefisien gesekan lihat pada Tabel 2.1

E. Penyusutan dan pembesaran penampang pipa secara tiba-tiba


Penyusutan medadak pada bagian salran seperti yang terlihat
pada Gambar 2.16 dan Gambar 2.17, terdapat perubahan penampang
dari besar ke kecil dengan demikian terjadi perubahan kecepatan
aliran. Pepersamaanan untuk menghitung kerugian head karena
penyusutan penampang pipa secara tiba-tiba adalah sebagai berikut :

𝑉2
Hf = K (2.14)
2𝑔

Dimana, K = koefisien gesekan dapat dilihat pada Tabel 2.2

Gambar 2. 16 Penyusutan Penampang Pipa Secara Tiba-Tiba


( Sumber : Syaehul Akbar. 2010 )

26
Gambar 2. 17 Pembesaran Penampang Pipa Secara Tiba-Tiba
( Sumber : Syaehul Akbar. 2010 )

Dimana : D1 = Diameter pipa kecil


D2 = Diameter pipa besar
V1 = Kecepatan fluida pipa kecil
V2 = Kecepatan fluida pipa besar

Tabel 2. 2 Koefisien kerugian bagian pipa dengan pengecilan secara


tiba-tiba
(D1/D2)2 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
K 0,5 0,48 0,45 0,41 0,36 0,29 0,21 0,13 0,17 0,01 0

Sumber : Sularso dan Haruo Tahara (2000). Pompa dan Kompresor

F. Dari pipa ke tangki (rugi-rugi jalan keluar)


Pepersamaanan untuk menghitung kerugian head karena dari
pipa ke tangki (rugi-rugi jalan keluar) adalah sebagai berikut :

𝑉2
Hf = K (2.15)
2𝑔

Dimana, K = koefisien gesekan nilainya 0,50

2.6 Head Statis Total


Head statis adalah penjumlahan dari head elevasi dengan head
tekanan. Yang merupakan perbedaan tinggi antara sumber dan tujuan dari
cairan yang dipompakan. Head statis terdiri dari head statis sisi masuk
(head statis hisap) dan sisi ke luar (head statis discharge).
Head statis sisi masuk dihasilkan dari pengangkatan cairan relatif
terhadap garis pusat pompa. Head statis nilainya positif jika ketinggian

27
cairan diatas garis pompa dan negatif jika ketinggian cairan berada
dibawah garis pusat pompa. Persamaanya adalah sebagai berikut :

𝑝
Hsisi hisap = (Z + )1 (2.16)
𝑝𝑔

Head statis ke luar merupakan jarak vertikal antara garis pusat


pompa dan permukaan cairan dalam tangki tujuan. Persamaanya adalah
sebagai berikut :

𝑝
Hsisi buang = (Z + )1 (2.17)
𝑝𝑔

Dari head statis sisi masuk (head statis hisap) dan sisi ke luar (head
statis discharge) maka diperoleh head statis total seperti yang terlihat pada
Gambar 2.18. Persamaanya adalah sebagai berikut :

𝑝2 𝑝1
h statis total = (ZZ + – Z1 + ) (2.18)
𝑝𝑔 𝑝𝑔

h statis total = h sisi buang – h sisi isap (2.19)

Gambar 2. 18 Head Statis Total


( Sumber : Syaehul Akbar. 2010 )

28
2.8 Head Total Pompa
Head total pompa yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dengan
kapasitas yang telah ditentukan dapat ditemukan dari kondisi instalasi
pompa yang akan dilayani. Head total pompa dapat dipersamaankan
sebagai berikut :

𝑣𝑑 2
H =h2 + ∆ hp + h1 + (2.20)
2𝑔

Dimana : h2 = head statis total, perbedaan tinggi muka air sisi keluar
dan masuk , he = Z1-Z2 (m)
∆hp = perbedaan head tekan yang berada pada permukaan air
: ∆h = hp2-hp1
hl = berbagai kerugian head di perpipaan, katub, belokan,
sambungan , dan lain-lain
(vd)2/2g = head kecepatan keluar.

Head total pompa ditentukan dari kondisi isntalasi plumbing yang


akan dilayani oleh pompa seperti pada Gambar 2.19. Head total dapat
diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :

𝑣𝑑 2
H = hstatis + ∆hp + h1 + (2.21)
2𝑔

Dengan masing-masing parameter diasumsikan sebagai berikut :


hstatis = Head statis total, perbedaan tinggi muka air antara pipa isap
dengan tingi muka air pipa keluar.
∆hp = Perbedaan tekanan pada permukaan air pada pipa isapdan pipa
keluar, ditetapkan hp = 1 atm = 101,3 kPa
Hl = Kerugian head di pipa, belokan, sambungan dll
(vd)2/2g = Head kecepatan keluar (m), dengan g = 9,8 m/s2

29
Gambar 2. 19 Head Total Pompa
( Sumber : Sularso dan Haruo Tahara, 2000. Pompa dan Kompresor )

Pada uraian tentang persamaan Bernoulli yang dimodifikasi untuk


aplikasi pada instalasi pompa, terlihat bahwa persamaan Bernoulli dlam
bentuk energi “head” terdiri dari empat bagian “head” yaitu head elavasi,
head kecepatan, head tekanan, dan head kerugian (gesekan aliran).
Persamaan Bernoulli dalam bentuk head :

𝑣𝑑2 𝑝 𝑣𝑑2 𝑝
(Z + 2𝑔 + ) + Hpompa = (Z + 2𝑔 + ) + Hlosses (2.22)
𝑝𝑔 𝑝𝑔

𝑣2 𝑣𝑑1 𝑝2 𝑝1
Hpompa = (Z2 - Z1 + 2𝑔 - + - ) + Hlosses (2.23)
2𝑔 𝑝𝑔 𝑝𝑔

𝑣2 𝑝
Hpompa = (∆Z + ∆ 2𝑔 + ∆ 𝑝𝑔 ) Hlosses (2.24)

Keterangan :

𝑝
Hactual = (∆Z + ∆ 𝑝𝑔 ) (2.25)

∆Z = h2 = head elavasi yaitu perbedaan tinggi muka air sisi masuk dan
keluar (m)

30
𝑣2
∆ 2𝑔 = h1 = head kecepatan sisi masuk dan keluar (m)

Dimana :
𝑣 = Kecepatan aliran (m/s)
𝑔 = Gaya gravitasi (m/s²)

𝑝
∆ 𝑝𝑔 = hp = head tekanan sisi masuk dan keluar (m)

Head perbedaan tekanan merupakan perbedaan tekanan pada


sumber supply dan dengan sisi keluaran fluida. Untuk tanki yang terbuka,
maka tekanan bisa diabaikan. Sedangkan untuk tanki yang ada vacuum
maupun ada tekanan dapat dilakukan perhitungan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

𝑃 = 𝜌𝑔ℎ (2.26)

Dimana:
𝑃 = Tekanan (kPa)
𝜌 = Berat spesifik (kg/mᵌ)
𝑔 = Percepatan gravitasi (m/s²)
ℎ = Ketinggian (m)
Hlosses = head kerugian (m)

Htotal pompa = (H2 + Hp + H1) + Hlosses (2.27)

Dari uraian diatas secara umum head total pompa dapat dituliskan
sebagai berikut :

Hpompa = (H2 + ∆Hp + H1) + Hlosses (2.28)

Hpompa = Hstatis + H1 + Hgradien + Hlosses (2.29)

31
2.9 Daya pompa
Menghitung daya pompa dilakukan untuk mengetahui spesifikasi
pompa yang akan digunakan, sehingga di dapatkan efisiensi penggunaan
daya, desain dan harga isntalasi pompa serta penggeraknya yang lebih
ekonomis. Adapun beberapa langkah yang harus ditempuh untuk
menghitung daya pompa adalah antara lain dengan menghitung losses
(kerugian-kerugian) yang terjadi pada instalasi pompa. Dari perhitungan
losses (kerugian-kerugian) itu didapatkan head pompa yang merupakan
keampuan pompa untuk mentransfer air. Daya pompa ialah daya yang
dibutuhkan poros pompa untuk memutar impeler dalam memindahkan
sejumlah fluida dengan kondisi yang diinginkan. Besanya daya poros yang
dibutuhkan dapat dihitung berdasarkan :

𝑄 𝑥 𝐻𝐴 𝑥 ρ x g
P= (2.30)
ηp

Dimana : P = daya pompa (watt)


Q = kapasitas pompa (m3/s)
H = head pompa (m)
G = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
ρ = rapat jenis fluida (kg/ m3)
ηp = effisiensi pompa (%)

Head dan debit aliran menentukan kinerja sebuah pompa yang


secara grafis ditunjukan Gambar 2.20 sebagai kurva karakteristik pompa.
Gambar memperlihatkan kurva pompa sentrifugal dmana head secara
perlahan turun dengan meningkatnya aliran. Dengan meningkatnya
tahanan sistem, head juga akan naik. Debit aliran nol hanya dapat diterima
untuk jangka pendek tanpa menyebabkan pompater bakar.

32
Gambar 2. 20 Kurva Kinerja Sebuah Pompa
(Sumber : http://artikel-teknologi.com/dasar-dasar-pompa-2-kurva-karakteristik-pompa/)

Debit aliran pada head tertentu disebut titik tugas. Kurva kinerja
pompa terbuat dari banyak titik-titk tugas. Titik operasi pompa ditentukan
oleh perpotongan kurva sistem dengan kurva pompa sebagaimana
ditunjukan dalam gambar 2.21.

Gambar 2. 21 Kurva Kinerja Sebuah Pompa


(Sumber : http://artikel-teknologi.com/dasar-dasar-pompa-2-kurva-karakteristik-pompa/)

33
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

34
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Pada bab metodologi penelitian ini, terdapat beberapa poin serta
langkah-langkah untuk mengerjakan Tugas Akhir agar mendapatkan hasil
yang maksimal. Langkah-langkah tersebut merupakan proses sistematis
yang telah direncanakan sebelumnya dan diaplikasikan untuk penelitian
yang telah dilakukan guna mendapatkan target Tugas Akhir yang sesuai
dengan standar penilaian serta meminimalisir terjadinya kesalahan.
Metode yang diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi
yaitu dengan melakukan pendekatan secara teoritis.

3.2 Sumber Data Penelitian


3.2.1 Data yang terkumpul
Data yang dikumpulkan didapatkan dari 2 metode yaitu :
a. Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung
dengan pengambilan terhadap objek secara langsung, yang
meliputi :
1. Data spesifikasi pompa ulir ALLWEILER AG type
Trilub280.
2. Data aktual sistem pelumas KT. BIMA 333.

b. Data sekunder, merupakan data yang dihasilkan melalu


literatur dan data tertentu dari hasil pengujian dari sebelumnya,
meliputi :
1. Data Lubricating Oil Piping Diagram KT. Bima 333.
2. Data engine room layout KT.Kresna 333.

35
3.2.2 Tempat pelaksanaan penelitian
Tempat dilakukannya penelitian ini yaitu pada ruang kamar
mesin KT. BIMA 333, tepatnya pada kamar mesin dari KT. BIMA
333.

3.2.3 Waktu pengumpulan data


Waktu pengumpulan data untuk tugas akhir dilakukan
selama pelaksanaan On The Job Training yaitu 480 jam atau ± 3
bulan terhitung mulai tanggal 6 Maret – 5 Juni 2017.

3.2.4 Variabel penelitian


Variabel penelitian yang dipergunakan untuk melakukan
penelitian ini adalah variable tetap, variable bebas dan variable
dependen, yang mana ketiga variable ini memiliki keterkaitan
antara satu dengan yang lain.
a. Variabel tetap pada penelitian proposal ini, yaitu : jenis pompa
ulir, spesifikasi lubricating pump ALLWEILER AG type
Trilub280.
b. Untuk variable bebas pada penelitian ini adalah sistem pelumas
pada mesin Nigata di kapal KT.BIMA 333.
c. Sedangkan variable dependen untuk penelitian ini yaitu
kapasitas pompa, head loss, head total loss, daya pompa.

36
3.3 Diagram Alur Penelitian

Mulai

Menentukan Objek, Topik


dan Fokus Penelitian

Studi Literatur Studi Lapangan

Tahap Identifikasi Objek,


Rumusan Masalah
Topik dan Fokus

Pengumpulan Data :
1. Dimensi pipa pada sistem pelumas KT. Bima 333.
2. Data spesifikasi pompa ulir ALLWEILER AG type
Trilub280.
3. Data Lubricating Oil Piping Diagram KT. Bima 333.
4. Data engine room layout KT. Bima 333.

Tahap Pengumpulan Data

1. Ridesain alur perpipaan sistem.


2. Menghitung head total dan head loss total
pompa pelumas.
3. Menghitung efisiensi kebutuhan daya pompa.

Tahap Pengolahan Data

Tidak
Simulasi

Ya

Kesimpulan dan saran Tahap Analisa dan


Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Alur Penelitian Tugas Akhir

37
3.4 Langkah-Langkah Pelaksanaan Tugas Akhir
3.4.1 Menentukan topik, objek dan fokus penelitian
Topik, objek dan fokus penelitian dalam langkah
pelaksanaan tugas akhir merupakan point yang harus ditentukan di
awal. Pada tahap ini penulis menentukan objek Priming pump
sistem pelumas main engine dengan fokus penelitian pada ridesain
ulang alur pipa pada sistem pelumas. Topik dalam proposal tugas
akhir ini yaitu membahas mendesain ulang alur pipa pada sistem
pelumas untuk menghasilkan kebutuhan daya pompa yang lebih
rendah sehingga terpenuhi kebutuhan pelumasan mesin induk pada
kapal TB. BIMA 333 dengan daya pompa yang lebih kecil.

3.4.2 Survei lapangan & studi literatur


Pada tahap ini dilakukan pengamatan kondisi actual
dilapangan yang mana survei dilaksanakan langsung di Kamar
Mesin KT. BIMA 333 di PT. PELINDO MARINE SERVICE,
Surabaya. Serta pelaksanaan studi literatur dapat dilaksanakan
seiring berlangsungnya survei lapangan, yang mana pada tahap ini
dilakukan pencarian data-data yang dibutuhkan. Data-data tersebut
dimaksukkan ke dasar teori yaitu berkaitan tentang sistem pelumas
main engine, pompa ulir katalog mesin induk. Data-data tersebut
didapatkan dari sumber buku literatur, wawancara pihak yang
bersangkutan dan dari hasil browsing internet.

3.4.3 Rumusan masalah


Pada langkah ini, pengamatan yang didapati dari studi
lapangan dan literatur kemudian diolah menjadi rumusan masalah.
Dengan adanya ridesain alur pipa pada sistem pelumas untuk
meningkatkan kebutuhan daya pompa yang lebih rendah pada
pompa transfer pelumas main engine Nigata 6L25HX, penulis
menulis poin-poin permasalahan yang akan dibahas serta dilakukan
mendesain, pengamatan,perbandingan dan perhitungan berkaitan

38
dengan ridesain ulang alur pipa untuk meningkatkan kebutuhan
daya pompa.

3.4.4 Pengumpulan data


Tahap pengumpulan data merupakan langkah dimana
penulis mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
permasalahan mengenai alur pada sistem pelumas main engine
Nigata 6L25HX yang berpengaruh pada nilai efisiensi kebutuhan
daya pompa. Data-data yang berkaitan, yaitu :
A. Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung
dengan pengambilan terhadap objek secara langsung, yang
meliputi :
Data aktual alur perpipaan pada sistem pelumas main enigne
KT.BIMA 333 (Nigata 6L25HX).

B. Data sekunder merupakan data yang dihasilkan melalu literatur


dan data tertentu dari hasil pengujian dari sebelumnya,
meliputi :
1. Data Lubricating Oil Piping Diagram KT. Bima 333.
2. Data Spesifikasi pompa ulir TRILUB280.

3.4.5 Pengolahan data


Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap pengumpulan
data yang telah dilaksanakan. Adapun tahap pengolahan tersebut
antara lain :
1. Redesain alur pipa sistem pelumas pada Kapal KT. Bima 333.
2. Menentukan head total pompa dan head loss total lubricating
oil ALLWEILER AG type Trilub280.
3. Menentukan efisiensi kebutuhan daya pompa lubricating oil
ALLWEILER AG type Trilub280.

39
3.4.6 Analisa dan kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan analisa dengan pedoman data-data
yang sudah didapati dari hasil perbandingan desain alur pipa dan
perhitungan menggunakan persamaan yang berhubungan teori
mekanika fluida. Pada tahap ini dapat ditarik pula kesimpulan dari
tugas akhir yang dikerjakan.

3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Jadwal pelaksanaan penelitian menjelaskan durasi pelaksanaan
penelitian sampai pengerjaan Tugas Akhir. Jadwal pelaksanaan penelitian
untuk mengerjakan Tugas Akhir ini seperti pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3. 1 Jadwal pelaksanaan penelitian


Minggu Ke-
Kegiatan %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Penentuan objek, topik
5%
dan fokus penelitian
Studi literatur 5%
Studi lapangan 5%
Persamaanan masalah 10%
Pengumpulan data 25%
Redesain alur perpipaan
5%
sistem pelumas
Perhitungan head total
5%
dan head loss pompa
Perhitungan efisensi
10%
kebutuhan daya pompa
Analisa dan kesimpulan 15%
Penulisan Laporan 100%

40
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Spesifikasi Pompa


Kapal KT. Bima 333 milik PT. Pelindo Marine Service untuk
sistem pelumas dilengkapi dengan pompa pelumas seperti yang terlihat
pada Gambar 4.1 dengan tipe TRILUB280 R43U8. 6-V-W115 yang
berfungsi untuk mengalirkan pelumas dari tangki penyimpanan (Storage
Tank) menuju ke mesin yang ada di Kapal KT. Bima 333 tersebut.

Gambar 4. 1 Pompa Ulir


(Sumber : Kapal KT. Bima 333, 2017)

Spesifikasi pompa ulir TRILUB280 R43U8. 6-V-W115 pada Kapal


KT. Bima 333 dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 sebagai
berikut, dan data ini diambil dari nameplate yang dilihat langsung pada
pomp ulir pada sistem pelumas di kapal KT. Bima 333.

41
Tabel 4. 1 Spesifikasi pompa ulir
SPESIFIKASI POMPA

Merk ALLWEILER AG

Type TRILUB280 R43U8. 6-V-W115

Q 483,3 l/min

Tekanan 5 Bar

Daya 5,9 kW

Sumber : Kapal KT. Bima 333, 2017

Gambar 4. 2 Spesifikasi Pompa Ulir


(Sumber : Kapal KT. Bima 333, 2017)

4.2 Redesain Alur Pipa Sistem Pelumas


Redesain alur pipa sistem pelumas dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi kebutuhan pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280 dengan
mengurangi adanya rugi yang terdapat pada alur perpipaan seperti yang
terlihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 sebagai berikut :

42
SE Isometric NW Isometric

Gambar 4. 3 Alur Sistem Pelumas Aktual


(Sumber : Kapal KT. Bima 333, 2017)

SE Isometric NW Isometric

Gambar 4. 4 Redesain Alur Sistem Pelumas


(Sumber : Redesain Penulis, 2017)

Dari gambar diatas diketahui perbedaan bentuk dari kedua alur


perpipaan sistem pelumas tersebut. Jika dilihat secara visual Gambar 4.3
jalur sistem pelumas dari tangki storage tank yang di pompa oleh pompa
ulir ALLWEILER AG type Trilub280 menuju ke mesin memiliki
beberapa item yang dapat mempengaruhi head losses seperti yang terlihat
pada Tabel 4.2.

43
Tabel 4. 2 Jalur sistem pelumas aktual

Nama Item Suction Discharge

Panjang Pipa (m) 11,63 3,20


o
Jumlah Elbow 90 14 5

Jumlah Elbow 45o 2 1

Jumlah globe valve 2 -

Strainer 1 -

Jumlah Tee 3 -

Sumber : Kapal KT. Bima 333, 2017

Sedangkan pada Gambar 4.4 redesain jalur sistem pelumas dari


tangki storage tank yang di pompa oleh pompa ulir ALLWEILER AG type
Trilub280 menuju ke mesin memiliki perbedaan jumlah item serta bentuk
yang dapat mempengaruhi nilai dari head losses itu sendiri seperti yang
terlihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Redesain jalur sistem pelumas aktual

Nama Item Suction Discharge

Panjang Pipa (m) 7,84 1,85

Jumlah Elbow 90o 8 5

Jumlah Elbow 45o - 1

Jumlah globe valve 2 -

Strainer 1 -

Jumlah Tee 3 -

Sumber : Kapal KT. Bima 333, 2017

Dari perbedaan jumlah data seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 dan
Tabel 4.3 dapat menunjukkan bahwa jalur sistem pelumas dari tangki
storage tank yang di pompa oleh pompa ulir ALLWEILER AG type
Trilub280 menuju ke mesin yang diredesain dengan panjang pipa suction
7,84 m dan panjang pipa discharge 1,85 m serta jumlah elbow 90° 8 buah
(suction) dan 5 buah (discharge), jumlah elbow 45° 1 buah (discharge),

44
jumlah globe valve 2 buah (suction), strainer 1 buah (suction) dan jumlah
Tee sebanyak 3 buah (suction) akan mempunyai nilai kebutuhan daya
pada pompa ulir yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan
daya pada jalur sistem pelumas aktual.
Karena apabila jalur sistem pelumas aktual yang mempunyai
banyak sambungan pada jalur pipa maka kerugian (Head Losses Mayor
dan Head Losses Minor) akan memiliki nilai kebutuhan pada daya pompa
ulir yang sangat tinggi. Sedangkan pada jalur sistem pelumas dari tangki
storage tank yang di pompa oleh pompa ulir ALLWEILER AG type
Trilub280 menuju ke mesin yang telah diredesain, kerugian (Head Losses
Mayor dan Head Losses Minor) yang dihasilkan memiliki nilai daya pada
pompa ulir yang lebih rendah.

4.3 Perhitungan Head Losses Pada Alur Pipa Sistem Pelumas


4.3.1 Kecepatan fluida (V)
Dimana untuk menentukan kecepatan fluida (V) dapat
dilakukan perhitungan dari persamaan (2.1) yaitu :

Q =AxV (2.1)

Dimana:
Q = Laju aliran volume (m3/s)
A = Luas penampang aliran (m2)
V = Kecepatan fluida (m/s)

Untuk perhitungan pada pipa diameter dengan memakai


(JIS G3460 STEEL PIPES) 3 inch = 73,9 mm (Schedule 80, Inside
Diameter) sehingga diperoleh :

45
A. Desain Alur Sistem Pelumas Aktual
Q = ¼ . π . D² .V
0,008055 m³/s = ¼ x 3,14 x 0,0739² m x V
0,008055 m3/s
V =
0,004275 m2
V = 1,884 m/s

B. Redesain Alur Sistem Pelumas


Q = ¼ . π . D² .V
0,008055 m³/s = ¼ x 3,14 x 0,0738² m x V
0,008055 m3/s
V =
0,004275 m2
V = 1,884 m/s

4.3.2 Nilai reynold


Dimana untuk menentukan nilai reynold dapat dilakukan
perhitungan dari persamaan (2.2) yaitu :

V.D.ρ d.v
𝑅𝑒 = = (2.2)
µ 𝜗

Dimana :
Re = Bilangan Reynold
V = Kecepat (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
𝜗 = Viskositas kinematik zat cair (m2/s)

Untuk nilai bilangan Reynold pada pipa diameter (JIS


G3460 STEEL PIPES) 3, inch = 73,9 mm (Schedule 80, Inside
Diameter) sehingga diperoleh :

46
A. Desain Alur Sistem Pelumas Aktual
m
1,884 s . 0,0738 m
𝑅𝑒 = m2
140,8 x 10−6 s

𝑅𝑒 = 987,4943
𝑅𝑒 = 987,4943 (aliran Laminer)

B. Redesain Alur Sistem Pelumas


m
1,884 . 0,0738 m
s
𝑅𝑒 = m2
140,8 x 10−6 s

𝑅𝑒 = 987,4943
𝑅𝑒 = 987,4943 (aliran Laminer)

Nilai 𝜗 di peroleh dari tabel karakteristik tipikal pelumas


yang digunakan seperti yang terlihat pada Tabel 4.4, mesin Kapal
KT.Bima 333 ini menggunakan merek pelumas yaitu SALYX 420
SAE 40 dengan nilai 140,8 cst pada suhu 40° C. Sehingga nila 𝜗

adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 4 Karakteristik tipikal pelumas

Sumber : Data Sheet Pertamina

47
4.3.3 Koefisien kerugian gesek (f)
Dalam menentukan nilai kekerasan pipa pada aliran laminer
berdasarkan jenis materialnya dapat menggunakan data material
yang terdapat pada Moody Diagram R ≤ 2300 , f =64/ seperti yang
terdapat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.

Gambar 4. 5 Nilai Kekerasan Pipa Berdasarkan Materialnya


(Sumber : Metzger & Williard, Inc)

Nilai kekasaran pipa (ε) = 0.046 mm

R ≤ 2000 , ( Laminer ) Friction losses (Moody Diagram)


f = 64/ Re
f = 64/ 987,49443
f = 0,06481

48
Gambar 4. 6 Moody Diagram R ≤ 2300 , f =64/ Re
(Sumber : Metzger & Williard, Inc)

49
4.3.4 Perhitungan efisiensi pompa pada alur pipa aktual
1. Head Loss Mayor Pada Alur Pipa Aktual
A. Suction 1
Diameter pada pipa Suction 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Suction 9,13 m menggunakan persamaan
Darcy Weisbach :

L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g

m 2
(1,884 s )
9,13 m
= 0,06481 x x
0,0739 m 2.9,81 m/𝑠2
= 1,449 m

B. Suction 2
Diameter pada pipa Suction 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Suction 2,5 m menggunakan persamaan
Darcy Weisbach :
L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g
m 2
2,5 m (1,884 )
s
= 0,06481 x 0,0739 m x 2.9,81 m/𝑠2

= 0,396 m

C. Discharge
Diameter pada pipa discharge 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Discharge 3,20 m menggunakan
persamaan Darcy Weisbach :
L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g
m 2
3,20 m (1,884 )
s
= 0,06481 x 0,0739 m x 2.9,81 m/𝑠2

= 0,508 m

50
∑ Head Loss Mayor = Hlmayor Suction + Hlmayor Discharge
= 1,845 + 0,508
= 2,353 m

2. Head Loss Minor Pada Alur Pipa Aktual


A. Kerugian akibat elbow 90º pada Suction 1
Nilai k adalah 1,265 yang merupakan koefisien kerugian
akibat elbow dilihat pada Tabel 2.1. Jumlah elbow 90º pada
suction 7 buah. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai
kerugian akibat elbow.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section
Hl minor = 0,22 m x 7
Hl minor = 1,54 m

B. Kerugian akibat elbow 90º pada Suction 2


Nilai k adalah 1,265 yang merupakan koefisien
kerugian akibat elbow dilihat pada Tabel 2.1. Jumlah elbow 90º
pada suction 7 buah. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan
nilai kerugian akibat elbow.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section

51
Hl minor = 0,22 m x 7
Hl minor = 1,54 m

C. Kerugian akibat elbow 90º pada Discharge


Nilai k adalah 1,265 yang merupakan koefisien kerugian
akibat elbow dilihat pada Tabel 2.1. Jumlah elbow 90º pada
discharge 5 buah. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan
nilai kerugian akibat elbow.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section
Hl minor = 0,22 m x 5
Hl minor = 1,1 m

D. Kerugian akibat elbow 45º pada Section 1


Nilai k adalah 0,35 yang merupakan koefisien kerugian
akibat elbow dilihat pada Tabel 2.1. Jumlah elbow 45º pada
suction 2 buah. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai
kerugian akibat elbow.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 0,35 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,063 m
Hl minor = 0,063 m x (n) Jumlah elbow pada section
Hl minor = 0,063 m x 2
Hl minor = 0,126 m

52
E. Kerugian akibat elbow 45º pada Discharge
Nilai k adalah 0,35 yang merupakan koefisien kerugian
akibat elbow dilihat pada Tabel 2.1. Jumlah elbow 45º pada
discharge l buah. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan
nilai kerugian akibat elbow.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 0,35 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,063 m
Hl minor = 0,063 m

F. Kerugian akibat Globe Valve pada Section 1


Nilai k adalah 10,0 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Globe Valve seperti yang terlihat pada Gambar 2.14.
Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai kerugian akibat
Globe Valve.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 10,0 x
2.9,81 m/𝑠2
= 1,809 m
Hl minor = 1,809 m

G. Kerugian akibat Globe Valve pada Section 2


Nilai k adalah 10,0 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Globe Valve seperti yang terlihat pada Gambar 2.14.
Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai kerugian akibat
Globe Valve.

53
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 10,0 x
2.9,81 m/𝑠2
= 1,809 m
Hl minor = 1,809 m

H. Kerugian akibat Tee pada Section 1


Nilai k adalah 2,00 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Tee. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai
kerugian akibat Tee.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 2,00 x
2.9,81 m/𝑠2
Hl minor = 0,361 m x (n) Jumlah Tee pada section
Hl minor = 0,361 m x 2
Hl minor = 0,772 m

I. Kerugian akibat Tee pada Section 2


Nilai k adalah 2,00 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Tee. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai
kerugian akibat Tee.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 2,00 x
2.9,81 m/𝑠2
Hl minor = 0,361 m

54
J. Kerugian akibat Strainer pada Section 1
Nilai k adalah 0,5 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Strainer. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai
kerugian akibat Strainer.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 0,5 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,090 m
Hl minor = 0,090 m

∑ Head Loss Minor = Hlminor Suction + Hlminor Discharge


= 7,907 + 1,163
= 9,07 m

3. Head Losses Total


Dapat diketahui nilai head losses dari penjumphan mayor dan
minor pada sisi suction dan discharge, sehingga :

Hlt = Head loss mayor suctioan + Head loss mayor discharge +


Head loss minor suction + Head loss minor discharge
Hlt = Hl mayor + Hl minor
= 2,353 m + 9,07 m
= 11,423 m

4. Perhitungan Head Statis Pompa (hs)


Head statis pompa (hs) sebesar
Hs = H sisi buang + H sisi isap
= 0,7 + 1,4 m
Hs = -2,1 m  (-) digunakan apabila muka air di sisi buang lebih
rendah dari pada sisi isap.

55
5. Perhitungan Head Perbedaan Tekanan (hp)
Perbedaan head tekanan (hp) ini dambil dari perbedaan
tekanan suction dan discharge. Pada pressure gauge yang ada sisi
suction terdapat 4 (𝐾𝑔/𝑐𝑚2 ) dan pada discharge P2 = 5 (𝐾𝑔/
𝑐𝑚2 ) seperti yang terlihat pada Gambar 4.7 berikut ini.

Gambar 4. 7 Pembacaan Pressure Gauge


(Sumber : Hasil Pengamatan, 2017)

P1 = 4 (𝐾𝑔/𝑐𝑚2) + 1 Atm (1.033227 𝐾𝑔/𝑐𝑚2) = 5,033227 (𝐾𝑔/𝑐𝑚2)


5,033227 (𝐾𝑔/𝑐𝑚2)  4,93591 x 105 N/m2 (pascal)

P2 = 5 (𝐾𝑔/𝑐𝑚2) + 1 Atm (1.033227 𝐾𝑔/𝑐𝑚2) = 6,033227 (𝐾𝑔/𝑐𝑚2)


6,033227 (𝐾𝑔/𝑐𝑚2)  5,88399 x 105 N/m2 (pascal)

Dimana :
P2 = Tekanan pada discharge
P2 = 5,88399 x 105 N/m2
P1 = Tekanan pada suction
P1 = 4,93591 x 105 N/m2
hp = (P2 - P1)/ρ.g
𝑁
(588399 – 493591) 2
𝑚
= 𝐾𝑔 𝑚
897 .9,81 2
𝑚3 𝑠

hp = 10,7741 m

56
6. Perhitungan Perbedaan Kecepatan Head (hv)
Karena kecepatan antara sisi isap dan keluar sama maka
perbedaan kecepatan head (hv) adalah sebagai berikut :
(v22 –v12 )
hv =
2xg
𝑚 2
(1,884 ) –(1,884 𝑚/𝑠)2
𝑠
=
2 x 9,81 m/s2
hv = 0 m

7. Menghitung Head Pompa berdasarkan Hukum Bernouli


HA = hs + hp + hv + Hl total
= ( -2,1 + 10,774 + 0 + 11,423 ) m
= 20,097 m

8. Daya Pompa
Untuk fluida yang digunakan adalah campuran antara minyak
pelumas SALYX 420 SAE 40.senilai 897 Kg/m3.
Daya pompa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

𝑄 𝑥 𝐻𝐴 𝑥 ρ x g
Daya Pompa = (2.37)
ηp

Dimana :
Kapasitas fluida (Q) = 0,008055 m³/s
Head pompa (HA) = 20,097 m
Density (ρ) = 897 kg/m³
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s²

𝑄 𝑥 𝐻𝐴 𝑥 ρ x g
Daya Pompa = (2.37)
ηp
0,008055 𝑥 20,097 𝑥 897 x 9,81
=
0,80
= 1780,6076 watt
= 1,780 KW

57
4.3.5 Perhitungan efisiensi pompa pada redesain alur pipa
1. Head Loss Mayor Pada Alur Pipa Aktual
A. Suction 1
Diameter pada pipa Suction 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Suction 5,84 m menggunakan persamaan
Darcy Weisbach :

L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g

m 2
(1,884 s )
5,84 m
= 0,06481 x x
0,0739 m 2.9,81 m/𝑠2
= 0,925 m

B. Suction 2
Diameter pada pipa Suction 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Suction 2 m menggunakan persamaan
Darcy Weisbach :
L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g

m 2
2m (1,884 s )
= 0,06481 x x
0,0739 m 2.9,81 m/𝑠2
= 0,317 m

C. Discharge
Diameter pada pipa Discharge 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Discharge 1,85 m menggunakan
persamaan Darcy Weisbach :
L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g

m 2
1,85 m (1,884 s )
= 0,06481 x x
0,0739 m 2.9,81 m/𝑠2
= 0,508 m

58
∑ Head Loss Mayor = Hlmayor Suction + Hlmayor Discharge
= 1,242 + 0,294
= 1,535 m

2. Head Loss Minor Pada Alur Pipa Aktual


A. Kerugian akibat elbow 90º pada Suction 1
Nilai k adalah 1,265 yang merupakan koefisien kerugian
akibat elbow dilihat pada Tabel 2.1. Jumlah elbow 90º pada
suction 4 buah. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai
kerugian akibat elbow.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section
Hl minor = 0,22 m x 4
Hl minor = 0,88 m

B. Kerugian akibat elbow 90º pada Suction 2


Nilai k adalah 1,265 yang merupakan koefisien
kerugian akibat elbow dilihat pada Tabel 2.1. Jumlah elbow 90º
pada suction 4 buah. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan
nilai kerugian akibat elbow.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section

59
Hl minor = 0,22 m x 4
Hl minor = 0,88 m

C. Kerugian akibat elbow 90º pada Discharge


Nilai k adalah 1,265 yang merupakan koefisien kerugian
akibat elbow dilihat pada Tabel 2.1. Jumlah elbow 90º pada
discharge 5 buah. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan
nilai kerugian akibat elbow.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section
Hl minor = 0,22 m x 5
Hl minor = 1,1 m

D. Kerugian akibat elbow 45º pada Discharge


Nilai k adalah 0,35 yang merupakan koefisien kerugian
akibat elbow dilihat pada Tabel 2.1. Jumlah elbow 45º pada
Discharge l buah. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan
nilai kerugian akibat elbow.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 0,35 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,063 m
Hl minor = 0,063 m

60
E. Kerugian akibat Globe Valve pada Section 1
Nilai k adalah 10,0 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Globe Valve seperti yang terlihat pada Gambar 2.14.
Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai kerugian akibat
Globe Valve.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 10,0 x
2.9,81 m/𝑠2
= 1,809 m
Hl minor = 1,809 m

F. Kerugian akibat Globe Valve pada Section 2


Nilai k adalah 10,0 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Globe Valve seperti yang terlihat pada Gambar 2.14.
Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai kerugian akibat
Globe Valve.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 10,0 x
2.9,81 m/𝑠2
= 1,809 m
Hl minor = 1,809 m

G. Kerugian akibat Tee pada Suction 1


Nilai k adalah 2,00 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Tee. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai
kerugian akibat Tee.

61
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 2,00 x
2.9,81 m/𝑠2
Hl minor = 0,361 m x (n) Jumlah Tee pada section
Hl minor = 0,361 m x 2
Hl minor = 0,772 m

H. Kerugian akibat Tee pada Suction 2


Nilai k adalah 2,00 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Tee. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai
kerugian akibat Tee.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 2,00 x
2.9,81 m/𝑠2
Hl minor = 0,361 m

K. Kerugian akibat Strainer pada Suction


Nilai k adalah 0,5 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Strainer. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai
kerugian akibat Strainer.

𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 0,5 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,090 m
Hl minor = 0,090 m

62
∑ Head Loss Minor = Hlminor Suction + Hlminor Discharge
= 6,19 + 1,524
= 7,714 m

3. Head Losses Total


Dapat diketahui nilai head losses dari penjumphan mayor dan
minor pada sisi suction dan discharge, sehingga :

Hlt = Head loss mayor suctioan + Head loss mayor discharge +


Head loss minor suction + Head loss minor discharge
Hlt = Hl mayor + Hl minor
= 1,535 m + 7,714 m
= 9,249 m

4. Perhitungan Head Statis Pompa (hs)


Head statis pompa (hs) sebesar
Hs = H sisi buang + H sisi isap
= 0,7 + 0,7 m
Hs = - 1,4 m  (-) digunakan apabila muka air di sisi buang lebih
rendah dari pada sisi isap.

5. Perhitungan Head Perbedaan Tekanan (hp)


Perbedaan head tekanan (hp)
Dimana :
P2 = Tekanan pada discharge
P2 = 5,88399 x 105 N/m2
P1 = Tekanan pada suction
P1 = 4,93591 x 105 N/m2
hp = (P2 - P1)/ρ.g
𝑁
(588399 – 493591) 2
𝑚
= 𝐾𝑔 𝑚
897 3 .9,81 2
𝑚 𝑠

hp = 10,7741 m

63
6. Perhitungan Perbedaan Kecepatan Head (hv)
Karena kecepatan antara sisi isap dan keluar sama maka
perbedaan kecepatan head (hv) adalah sebagai berikut :
(v22 –v12 )
hv =
2xg
𝑚 2
(1,884 ) –(1,884 𝑚/𝑠)2
𝑠
=
2 x 9,81 m/s2
hv = 0 m

7. Menghitung Head Pompa berdasarkan Hukum Bernouli


HA = hs + hp + hv + Hl total
= (-1,4 + 10,7741 + 0 + 9,249 ) m
= 18,6231 m

8. Daya Pompa
Untuk fluida yang digunakan adalah campuran antara minyak
pelumas SALYX 420 SAE 40.senilai 897 Kg/m3.
Daya pompa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

𝑄 𝑥 𝐻𝐴 𝑥 ρ x g
Daya Pompa = (2.37)
ηp

Dimana :
Kapasitas fluida (Q) = 0,008055 m³/s
Head pompa (HA) = 18,6231 m
Density (ρ) = 897 kg/m³
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s²

𝑄 𝑥 𝐻𝐴 𝑥 ρ x g
Daya Pompa = (2.37)
ηp
= 0,008055 m³/s. 18,6231 m. 897 kg/m³. 9,81 m/s²
= 1320, 010 Watt
= 1, 320010 / 0,80 KW
= 1,65 KW

64
4.4 Perbandingan Head Losses dan Head Total Pompa
Setelah dilakukannya perhitungan pada sub BAB 4.3 maka
didapatkan hasil perbandingan antara Head Losses dan Head Total pompa
seperti yang terlihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Perbandingan head losses dan head total pompa


No Perbandingan Desain Aktual Sesudah Di Redesain

1 Head loss (m) 11,423 9,249

2 Head total pompa (m) 20,097 18,6231

Sumber : Pengolahan Data, 2017

Dan selanjutnya digambarkan secara visualisasi dari data yang ada


pada Tabel 4.5 dalam sebuah grafik seperti yang terlihat pada Gambar 4.8.

PERBANDINGAN
25

20
Dalam (m)

15

10

0
desain aktual sesudah di redesain
1 Head loss (m) 11,423 9,249
2 Head total pompa
20,097 18,6231
(m)

Gambar 4. 8 Grafik Perbandingan Head Losses dan Head Total Pompa


(Sumber : Pengolahan Data, 2017)

4.5 Perbandingan Efisiensi Kebutuhan daya pompa Sistem Pelumas


Antara Kondisi Aktual dengan Redesain
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, bahwa nilai head
loss desain sistem pelumas yang aktual sebesar 11,423 m dan setelah
diredesain nilai head loss sebesar 9,249 m. Pada head total pompa desain

65
sistem pelumas yang aktual sebesar 20,097 m, setelah diredesain nilai head
total pompa sebesar 18,623 m.
Pada saat setelah diredesain sistem pelumas tersebut hanya
memiliki panjang pipa suction sebesar 6,32 m, panjang pipa discharge
sebesar 1,85 m. Jumlah elbow 90o sejumlah 9 buah, Jumlah elbow 45o
sejumlah 1 buah, jumlah Tee 3 buah , sehingga kebutuhan daya dari sistem
pelumas tersebut turun dari 1,78 kW menjadi 1,65 kW
Pada pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280
memiliki daya sebesar 5,9 kW, tetapi daya yang dibutukan pada desain
sistem pelumas aktual sebesar 1,78 kW setelah dilakukan redesain
kebutuhan daya pada sistem pelumas menjadi lebih efisien sebesar 1,65
kW. Sehingga beban pompa ulir menjadi lebih ringan. seperti yang terlihat
pada Gambar 4.9.

Daya Pompa
1,8

1,75

1,7

Daya Pompa
1,65

1,6

1,55
Desain Aktual Sesudah di Redesain

Gambar 4. 9 Grafik Perbandingan Daya Pompa


(Sumber : Pengolahan Data, 2017)

66
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang derta rumusan masalah yang terdapat
pada bab sebelumnya didapatkan beberapa kesimpulan yaitu :
1. Desain sistem pelumas yang sesuai untuk meningkatkan kebutuhan
daya pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280 dengan cara
mengurangi fitting dan panjang pipa pada sistem pelumas.
2. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap Head loos desain sistem
pelumas aktual memiliki Head loss 11,423 dan dan setelah diredesain
nilai head loss sebesar 9,249 m.
3. Alur perpipaan pada sistem pelumas yang sesuai untuk meningkatkan
kebutuhan daya pompa adalah desain yang baru, karena pada desain
yang lama membutuhkan daya pompa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan desain yang baru. Desain lama sebesar 1,79 kW dan desain
baru sebesar 1,65 kW. Sehingga beban pompa ulir menjadi lebih
ringan.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada pihak PT.Pelindo
Marine Service adalah perlu dilakukan redesain pada sistem pelumas
Kapal tunda Bima . 333 untuk meningkatkan efisiensi kebutuhan daya
pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280. Sehinga kebutuhan daya
pompa lebih ringan dan lifetime pada pompa menjadi lama.

67
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, E. (2015). Modul Ajar Mekanika Fluida. Surabaya: PPNS.


Sularso, Haruo Tahara (2000), Pompa & Kompresor, PT.Pradnya
Paramita:Jakarta.
Syaheul Akbar (2010). Tugas Besar Mekanika Fluida.
Tyler G. Hicks, T.W.Edwards, (1971), Teknologi Pemakaian Pompa, Erlangga,
Jakarta.
http://automoto101.com/wet-sump-and-dry-sump/ , Diakses pada 25 April 2017
http://artikel-teknologi.com/dasar-dasar-pompa-2-kurva-karakteristik-pompa/ ,
Diakses pada 25 April 2017
http://mechanic-mechanicalengineering.co.id/2011/03/pompa-pump.html, Diakses
pada 28 April 2017
http://www.marinediesels.info/Basics/lubrication_system.htm , Diakses pada 3
Mei 2017

68
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS

Penulis, Eko Wahyu Bandra Putra lahir di kota


Gresik, 19 April 1996. Merupakan anak dari Bapak
Nurkeman dan Ibu Lismiwati Liziyanah. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis
memulai pendidikan formal sekolah dasar yaitu di SD
Muhamadiyah Sidayu Gresik, kemudian melanjutkan
sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Sidayu
Gresik dan melanjutkan sekolah menengah atas di
SMA Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik. Setelah penulis
lulus sekolah menengah atas pada tahun 2014, penulis diterima di program studi
Diploma III Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya melalui jalur PMDK 2 dan
terdaftar sebagai mahasiswa di Teknik Permesinan Kapal dengan NRP.
0314030055. Penulis banyak mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena
dapat menyelesaikan studinya tepat waktu dengan semangat pantang menyerah
kerja keras selama menempuh studi di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Banyak suka dan duka selama 6 semester menempuh pendidikan di Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya yang penulis alami, semoga bisa dijadikan pelajaran
dan pengalaman hidup kearah yang lebih baik lagi.

Email : ekowahyubandra@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai