PENULIS :
EKO WAHYU BANDRA PUTRA
NRP. 0314030055
DOSEN PEMBIMBING :
M.MASRUKHI, SST
TUGAS AKHIR
Disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 25 Juli 2017
Periode Wisuda : September 2017
Mengetahui / menyetujui,
Dosen Penguji Tanda Tangan
4. M. Masrukhi, SST
NIP. - ( .................................. )
Dosen Pembimbing
1. M. Masrukhi, SST
NIP. - ( .................................. )
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.
Materai 6000
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang
berjudul “REDESAIN ALUR PIPA SISTEM PELUMAS UNTUK
MENINGKATKAN EFISIENSI KEBUTUHAN PADA POMPA ULIR
TRILUB280 DI KAPAL TUNDA BIMA 333” sesuai dengan harapan. Laporan
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
Program Studi D3 Permesinan Kapal – Jurusan Teknik Permesinan Kapal,
Politeknik Perkapalan Surabaya.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, bantuan, sehingga
penilusan laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa
sehingga menjadikan motivasi tersendiri selama menempuh studi di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Ir. Eko Julianto, MSc., MRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
3. George Endri Kusuma, ST., MSc.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik
Permesinan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Ir. Emie Santoso, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Permesinan
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
5. M. Masrukhi, SST selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, kritik, dan saran selama pengerjaan Tugas Akhir.
6. Nurvita Arum Sari, SSi.,MSi selaku Kordinator Tugas Akhir.
7. Pranowo Sidi, ST., MT selaku Kordinator On The Job Training Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
8. Bapak Agus Prayitno selaku pembimbing On The Job Training, dan
seluruh staff PT. Pelindo Marine Service yang telah banyak membantu
dalam penulisan selama pengerjaan Tugas Akhir.
iii
9. Saudari Siska Tri Oktasari yang telah membantu memberikan dukungan,
semangat, masukan, saran dan penuh kasih sayang selama pengerjaan
Tugas Akhir.
10. Kos BANGJIZ (Hary, Rizki, Prasdika) yang telah memberikan kritik dan
saran serta dukungan selama pengerjaan Tugas Akhir.
11. Teman-teman kelas ME 6B 2014 yang telah memberikan dukungan dan
berbagai ilmu pengerjaan Tugas Akhir.
12. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun, sehingga pada penulisan beriutnya dapat menyajikan tulisan yang
lebih baik lagi. Namun penulis juga berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis,
iv
REDESAIN ALUR PIPA SISTEM PELUMAS UNTUK
MENINGKATKAN EFISIENSI KEBUTUHAN DAYA PADA
POMPA ULIR TRILUB280 DI KAPAL TUNDA BIMA 333
ABSTRAK
Kapal Tug Boat BIMA 333 memiliki sistem pelumasan pada mesin induk
Nigata type 6MG(L) 25HX. Dalam proses pelumasan tersebut oli dialirkan dari
tangki penyimpanan menuju ke mesin menggunakan Priming Pump yang berjenis
Pompa Ulir ALLWEILER AG type TRILUB280. Pompa ulir tersebut memiliki
tekanan 5 Bar, daya 5,9 kW.
Pada sistem pelumas di kapal TB. BIMA 333 ini memiliki alur yang rumit
terdapat valve 3, elbow 90° sejumlah 30 , elbow 45° sejumlah 3, strainer 2, Tee
sejumlah 3, dimana alur pipa tersebut mempunyai head loss yang tinggi dan
membuat pompa membutuhkan daya yang lebih besar. Sehingga perlu dilakukan
redesain sistem pelumas untuk mendapatkan head loss yang rendah dengan beban
daya pompa yang lebih rendah.
Redesain ulang sistem pelumas ini dilakukan untuk mengurangi head loss,
dengan cara mengurangi panjang pipa, mengurangi fitting yang tidak diperlukan.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, diketahui bahwa
sistem pelumas aktual memiliki head loss 11,423 m dan head total pompa 20,09
m. Sedangkan dari redesain sistem pelumas yang baru memiliki head loss 9,24 m,
dan head total pompa 18,62 m.Berkurangnya head loss pada sistem pelumas
tersebut akan membat kebutuhan daya pada sistem pelumas menjadi lebih kecil
dari pada desain awal dan beban yang di tanggung pompa menjadi lebih kecil.
v
REDESIGN LUBRICATING SYSTEM PIPELINE TO
INCREASE EFFICIENCY OF POWER AT TRILUB280
SCREW PUMP ON BIMA 333 TUG BOAT
ABSTRACT
The Tug Boat of BIMA 333 has a lubrication system on main engine
Nigata type 6MG (L) 25HX. In the process of lubrication the oil is flowed from the
storage tank to the machine using the Priming Pump with kind Manual Thrust
ALLWEILER AG type TRILUB280. The screw pump has pressure is a 5 bar, and
the power has 5.9 kW.
On the lubrication system on the ship of TB. BIMA 333 has an elaborate
groove with three valves, 30 elbows with 90 °, 3 elbows with 45 °, 2 strainers, 3
Tee fittings, where the pipeline has high head loss and makes the pump requires
more power. So it is necessary to redesign the lubricating system to get a low
head loss with lower pump power.
Redesigned lubricating system is using to reduce head loss, by reducing
the length of the pipe and reducing unnecessary fittings. Based on the calculation
and analysis that has been done, it is known that the actual lubricating system has
a head loss of 11.423 m and the total head of the pump 20.09 m. While the
redesign of the new lubricating system has a head loss of 9.24 m, and the total
head of the pump 18.62 m. Decrease of head loss in the lubricating system will
make power requirements on the lubricating system becomes smaller than the
initial design and the load of the The pump becomes smaller.
vi
DAFTAR ISI
vii
3.1 Metode Penelitian ............................................................................. 35
3.2 Sumber Data Penelitian .................................................................... 35
3.2.1 Data yang terkumpul ............................................................ 35
3.2.2 Tempat pelaksanaan penelitian............................................. 36
3.2.3 Waktu pengumpulan data ..................................................... 36
3.2.4 Variabel penelitian................................................................ 36
3.3 Diagram Alur Penelitian................................................................... 37
3.4 Langkah-Langkah Pelaksanaan Tugas Akhir ................................... 38
3.4.1 Menentukan topik, objek dan fokus penelitian..................... 38
3.4.2 Survei lapangan & studi literatur .......................................... 38
3.4.3 Rumusan masalah ................................................................. 38
3.4.4 Pengumpulan data ................................................................ 39
3.4.5 Pengolahan data .................................................................... 39
3.4.6 Analisa dan kesimpulan ........................................................ 40
3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 40
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 41
4.1 Data Spesifikasi Pompa .................................................................... 41
4.2 Redesain Alur Pipa Sistem Pelumas ............................................... 42
4.3 Perhitungan Head Losses Pada Alur Pipa Sistem Pelumas.............. 45
4.3.1 Kecepatan fluida (V) ............................................................ 45
4.3.2 Nilai reynold ......................................................................... 46
4.3.3 Koefisien kerugian gesek (f) ................................................ 48
4.3.4 Perhitungan efisiensi pompa pada alur pipa aktual .............. 50
4.3.5 Perhitungan efisiensi pompa pada redesain alur pipa........... 58
4.4 Perbandingan Head Losses dan Head Total Pompa......................... 65
4.5 Perbandingan Efisiensi Kebutuhan daya pompa Sistem Pelumas
Antara Kondisi Aktual dengan Redesain ................................................... 65
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 67
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 67
5.2 Saran ................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4. 8 Grafik Perbandingan Head Losses dan Head Total Pompa ........ 65
Gambar 4. 9 Grafik Perbandingan Daya Pompa .............................................. 66
xi
DAFTAR SIMBOL
P Tekanan (kPa)
Ηp Effisiensi pompa (%)
P Daya pompa (watt)
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dimana alur pipa tersebut mempunyai head loss yang tinggi sehingga
pompa membutuhkan daya yang lebih besar agar beban pada sistem
tersebut terpenuhi.
Berdasarkan situasi tersebut, penelitian ini akan mendesain ulang
sistem pelumas pada kapal TB. BIMA 333 dengan tujuan untuk
mengurangi head loss pada sistem pelumas sehingga beban pompa akan
berkurang. Penelitian tersebut diwujudkan dalam karya tugas akhir yang
berjudul : “Redesain Alur Pipa Sistem Pelumas Untuk Meningkatkan
Efisiensi Kebutuhan Pada Pompa Ulir ALLWEILER AG type Trilub280
Di Kapal Tunda Bima 333 ”.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Merancang alur perpipaan pada sistem pelumas untuk meningkatkan
efisiensi kebutuhan daya pompa yang lebih tinggi.
2. Mengetahui berapa perbandingan head loss dan head total yang
dihasilkan oleh pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280 pada
saat aktual dengan yang sudah diredesain.
4. Mengetahui perbandingan efisiensi sistem pelumas antara kondisi
aktual dengan redesain.
2
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan proposal tugas akhir ini adalah :
1. Bagi Individu
Peneliti dapat mengaplikasikan kolaborasi inovasi tentang alur pipa
sistem pelumas untuk meningkatkan efisiensi kebutuhan daya pada
pompa.
2. Bagi Industri yang Dituju
Hasil tugas akhir ini diharapkan memberi pertimbangan untuk pihak
industri.
3. Bagi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS)
Peneliti berharap tugas ini dapat berguna untuk menambah referensi
bagi mahasiswa lain dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
4
BAB 2
DASAR TEORI
5
2.1.1 Macam-macam sistem pelumasan
Sistem pelumasan yang biasa dikenal dapat dibedakan atas
2 macam, yaitu :
1. Sistem Pelumasan Kering (Dry lubricating System)
Sistem pelumasan kering adalah sistem pelumasan dimana
tangki oli ditempatkan di luar mesin, sehingga ruangan bak
engkol selalu kering seperti yang dapat dilihat pada Gambar
2.1. Sistem ini sudah sangat jarang sekali digunakan pada
kendaraan bermotor. Kebanyakan saat ini menggunakan sistem
pelumasan yang basah, seperti di bawah ini.
6
dan percikan, atau yang biasa disebut dengan sistem
pelumasan tekanan penuh.
dan percikan, atau yang biasa disebut dengan sistem
pelumasan tekanan penuh.
7
.
Gambar 2. 3 Lubricating Oil System
(Sumber : http://www.marinediesels.info/Basics/lubrication_system.htm)
8
cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk
mengatasi hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan
pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau
hambatan gesek. Klasifikasi pompa secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump)
dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump). Pompa adalah
suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari
suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan
cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung
secara terus menerus. Pada dasarnya, prinsip kerja pompa dalam
melakukan pengaliran yakni dengan cara memberikan gaya tekan terhadap
fluida. Tujuan dari gaya tekanan tersebut ialah untuk mengatasi friksi atau
hambatan yang timbul di dalam pipa saluran ketika proses pengaliran
sedang berlangsung. Friksi tersebut umumnya disebabkan oleh adanya
beda elevasi (ketinggian) antara saluran masuk dan saluran keluar, dan
juga karena adanya tekanan balik yang harus dilawan. Tanpa adanya
tekanan pada cairan maka cairan tersebut tidak mungkin untuk
dialirkan/dipindahkan.
Perpindahan fluida cair dapat terjadi secara horizontal maupun
vertikal, seperti zat cair yang berpindah secara mendatar akan
mendapatkan hambatan berupa gesekan dan turbulensi Sedangkan zat cair
dengan perpindahan ke arah vertikal, hambatan yang timbul dapat berupa
hambatan-hambatan yang diakibatkan karena adanya perbedaan tinggi
antara permukaan isap (suction) dan permukaan tekan/buang (discharge).
9
A. Pompa Positive Displacement
Pompa positive displacement bekerja dengan cara
memberikan gaya tertentu, berupa energi kinetik, pada volume
fluida yang tetap dari sisi inlet menuju titik outlet pompa.
Prinsip kerja tersebut sangat berbeda dengan pompa dinamik,
yang secara teori pompa positive displacement akan
menghasilkan debit aliran yang tetap pada RPM tertentu
meskipun tekanan keluaran pompa berubah-ubah. Namun teori
ini tidak akan berlaku jika di dalam pompa terjadi kebocoran.
Pompa positive displacement tidak dapat beroperasi
dengan sistem control valve di saluran keluarannya. Hal ini
dikarenakan pompa positive displacement tidak mengenal
sistem excess head seperti pada pompa sentrifugal. Jika pada
saluran keluar pompa ada sebuah valve yang berada pada
kondisi throttling, yang terjadi adalah tekanan keluaran pompa
akan terus meningkat, hal ini dikarenakan prinsip kerja
pompa positive displacement yang akan terus menghasilkan
aliran fluida yang stabil jika putaran kerjanya tetap. Tekanan
keluaran yang terus meningkat akibat throttling tersebut sangat
berbahaya terhadap komponen-komponen pompa, dan tidak
menutup kemungkinan akan terjadi pecah sehingga aliran
fluida yang dihasilkan pompa kembali stabil di titik kerjanya.
Pada pompa ini energi mekanik hasil dari putaran poros pompa
akan berubah menjadi energi tekanan untuk dapat memompa
fluida, dapat menghasilkan head tinggi namun kapasitas yang
dihasilkan rendah. Pompa jenis ini juga terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :
a. Pompa Rotari
Sebagai ganti pada proses lewatnya cairan pompa
sentrifugal, pompa rotari tersebut akan bekerja merangkap
cairan, mendorongnya melalui rumah pompa yang
10
tertutup. Pompa rotari mampu mengeluarkan cairan
dengan aliran yang lancar atau smooth. Jenis dari pompa
rotari antara lain:
1. Single Rotor
a. Pompa Vane
Pompa Vane berfungsi untuk
membangkitkan tekanan hidraulis. Dimana pada
bagian atas pompa terdapat reservoir yang selalu
terisi air dengan fluida khusus, dan permukaan
fluida harus selalu diperiksa secara teratur, yaitu
temperatur fluida, adanya gelembung atau fluida
menjadi keruh seperti yang terlihat pada Gambar
2.4.
b. Pompa Piston
Pompa Piston Adalah pompa dimana energi
mekanik dari penggerak pompa diubah menjadi
energi aliran dengan menggunakan elemen bolak‐
balik (resiprocating) yang ada didalam silinder.
Pompa ini merupakan pompa bolak-balik yang
dirancang untuk menghasilkan kapasitas yang cukup
besar. Umumnya menggunakan head yang rendah.
Dan digunakan pada perbedaaan ketinggian yang
11
tidak terlalu besar ntara suction dan discharge.
(Tyler G. Hicks 1971).
Pompa piston yang memiliki komponen
penekan fluida berupa piston atau batangan baja
dengan lempengan baja di ujung membentuk huruf T
eperti yang terlihat pada Gambar 2.5. Pompa jenis
ini sering dimanfaatkan untuk pertambangan minyak
bumi, sebab didesain khusus untuk industri tersebut.
Tidak heran jika digunakan pada lokasi atau fluida
bertekanan tinggi justru bisa bekerja secara optimal.
Hal sebaliknya malah akan merusak pompa jenis
piston ini.
c. Pompa Screw
Pompa screw umumnya digunakan untuk
menangani cairan yang yang mempunyai viskositas
tinggi, heterogen, sensitive terhadap geseran dan
cairan yang mudah berbusa. Pompa screw terdiri
atas sebuah helical metallic rotor yang berputar
didalam elastic helical stator. Rotor terbuat dari
hardened steel yang dikerjakan secara sangat presisi,
sedangkan stator terbuat dari injection-moulded
elastomer yang tahan abrasi. Bentuk dan dimensi
12
dari kedua bagian ini didesain sedemikian rupa
sehingga terbentuk rangkaian ganda ruangan yang
tersegel (rongga) ketika rotor bekerja pada stator.
Rongga tersebut berjalan secara axial dari bagian
inlet ke bagian outlet pompa sambil membawa
cairan.
Pompa sekrup ini mempunyai satu,dua,tiga,
sekrup yang berputar dalam rumah pompa yang
diam. Tersedia sebagian besar desain yang
digunakan untuk berbagi penggunaanya. Pompa
sekrup yang tunggal mempunyai rotor spiral yang
berputar di dalam sebuah stator atau lapisan (linier)
heliks-dalam (inernal-helix-stator) seperti yang
terlihat pada Gambar 2.6. Rotor terbuat dari logam
sedangkan heliks terbuat dari karet keras atau lunak,
tergantung pada cairan yang dipompakan.
13
Pompa sekrup memiliki daya hisap tinggi,
bekerja tanpa denyutan atau turbulen. Hal ini dapat
menangani viskositas tinggi dan kepadatan cair,
pada bantalan ditempatkan eksternal agar cairan
tidak terkontaminasi. Arah aliran fluida dapat
diubah, komponen pada pompa screw
memungkinkan untuk menangani semua jenis
cairan, seperti benda yang mempunyai korosif yang
tinggi.
Pompa dua-sekrup atau tiga sekrup masing-
masing mempunyai satu atau dua sekrup bebas
(idler) seperti yang terlihat pada Gambar 2.7 dan
Gambar 2.8. Aliran melalui ulir-ulir sekrup sepanjan
sumbu sekrup, sekrup-sekrup yang berlawanan dapat
dipakai untuk meniadakan dorongan aksial pada
pompa. Pompa sekrup Twin (screw ganda)
menjamin operasi yang handal dan usia pakai yang
panjang karena melalui pompa jenis perpindahan
positif, namun elemen berputar tidak menghubungi
satu sama lain dalam cair dan tidak memiliki bahaya
dengan tongkat. Dan skrup memungkinkan untuk
setiap kombinasi pasangan sekrup sesuai dengan
arah putran yang diperlukan dan arah debit pada
poros standar. Selanjutnya, konstruksi ini
memungkinkan setiap kombinasi matrial.
Kegunaanya untuk semua cairan baik viskositas
rendah maupun viskositas tinggi.
Kelebihan :
Netral atau agresif
Untuk semua jenis aliran
Tidak ada aliran berdenyut
14
High suction
Dapat beroperasi dalam berbagai posisi,
horizontal, vertikal, miring
Kekurangan :
Relatif lebih mahal karena desainya perlu
ketelitian dan kepresisian serta toleransi yang
tingi.
Karakteristik PERFORMA sensitive terhadap
perubahan viskositas.
Untuk tekanan tinggi memerlukan element
pompa yang panjang.
Desain dilengkapi dengan sebuah screw pemaksa
dan gurdi (bor).
Aplikasi utamanya untuk mentransfer cairan yang
kntal, heterogen, sensitive terhadap gesekan serta
mudah menimbulkan busa dengan viskositas
sampai 1.000.000 cps.
Dilengkapi dengan hopper dengan panjang
hingga 3 m.
15
Gambar 2. 8 Pompa Screw Tiga
(Sumber : http://mechanic-
mechanicalengineering.co.id/2011/03/pompa-pump.html)
2. Multiple Rotor
a. Pompa Gear
Gear pump (pompa roda gigi) adalah jenis
pompa positive displacement dimana fluida akan
mengalir melalui celah-celah roda gigi dengan
dinding rumahnya. Disebut sebagai pompa karena
fluida yang dialirkan pada umumnya berupa cairan
(liquid) atau bubur (slurry). Sedangkan
pompa positive displacement berarti pompa tersebut
enghisap sejumlah fluida yang terjebak yang
kemudian ditekan dan dipindahkan ke arah keluaran
16
(outlet). Gear pump sering digunakan untuk
aplikasi hydrolic fluid power. Namun, tidak jarang
juga digunakan pada bidang kimia untuk
mengalirkan fliuda pada viskositas tertentu.
Terdapat dua jenis gear pump, yaitu external gear
pump dan internal gear pump. Pompa ini
digolongkan sebagai fixed displacement karena
jumlah fluida yang dialirkan setiap putarannya selalu
tetap. Pompa gear dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan
komponen pompa gear dapat dilihat pada Gambar
2.10.
17
B. Pompa Dynamic
Pompa Dybanic bekerja dengan cara impeler yang
berputar akan mengubah energi kinetik menjadi tekanan
maupun kecepatan yang diperlukan untuk mengalirkan fluida.
Sama halnya dengan pompa perpindahan positif, pompa
dinamik juga masih digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Pompa Sentrifugal
Pompa ini merupakan pompa yang sangat umum
digunakan, biasanya sekitar 70% pompa yang digunakan
pada kilang minyak merupakan jenis pompa sentrifugal.
Cara kerja pompa ini ialah dengan mengubah energi kinetik
(kecepatan) cairan menjadi energi potensial (tekanan)
melalui suatu impeller yang berputar di dalam casing seperti
yang terlihat pada Gambar 2.11. Impeller tersebut berupa
piringan berongga yang memiliki sudu-sudu melengkung
dan diputar oleh motor penggerak. Puataran dari impeller
akan memberikan gaya sentrifugal terhadap cairan dan
diarahkan kes sisi discharge. Sebelum cairan tersebut keluar
melalui discharge, sebelumnya akan ditahan oleh casing
sehingga menimbulkan tekanan alir. Untuk menjaga agar
didalam casing selalu terisi cairan, maka pada saluran isap
harus dilengkapi dengan katup kaki (foot valve). Kosongnya
cairan di dalam impeller dapat menyebabkan masuknya
udara dan menimbulkan kavitasi.
18
2.3 Mekanika Fluida
Mekanika Fluida adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari
mengenai zat fluida (cair,gas dan plasma) dan gaya yang bekerja padanya.
Mekanika fluida dapat dibagi menjadi statika fluida (mempelajari fluida
dalam keadaan diam), kinematika fluida (mempelajari fluida dalam
keadaan bergerak), dinamika fluida (mempelajari efek gaya pada fluida
yang bergerak).
Penentuan kecepatan di sejumlah pada suatu penampang
memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas
aliran sehingga pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat
penting dalam menganalisa suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh
dengan melakukan pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu
partikel yang dikenali untuk bergerak sepanjang jarak yang telah
ditentukan. Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati
nol pada dinding pipa dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa.
Kecepatan biasanya sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan yang
tidak serius dalam masalah aliran fluida sehingga penggunaan kecepatan
sesungguhnya adalah pada penampang aliran. Bentuk kecepatan yang
digunakan pada aliran fluida umumnya menunjukan kecepatan yang
sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang disebutkan.
Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang
mengalir dalam suatu pipa. Jumlah aliran fluida dinyatakan sebagai
volume, berat atau masa fluida dengan masing-masing laju aliran
ditunjukan sebagai laju aliran volume (𝑚3 /𝑠), laju aliran berat (N/s) dan
laju aliran massa (kg/s)
Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang inkompresibel yaitu :
Q = A.v (2.1)
19
2.3.1 Aliran laminar dan turbulen
Aliran fluida dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu aliran
laminar dan aliran turbulen. Aliran dikatakan laminer jika partikel-
partikel fluida yang bergerak teratur mengikuti lintasan yang sejajar
pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila
kecepatan kecil atau kekentalan besar. Aliran disebut turbulen jika
tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di
sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti
sumbu pipa. Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan
kekentalan zat cair kecil. Pengaruh kekentalan sangat besar
sehingga dapat meredam gangguan yang dapat menyebabkan aliran
menjadi turbulen. Dengan berkurangnya kekentalan dan
bertambahnya kecepatan aliran maka daya redam terhadap
gangguan akan berkurang, yang sampai pada batas tertentu akan
menyebabkan terjadinya perubahan aliran dari laminar menjadi
turbulen. Dari hasli eksperimen diproleh bahwa koefisien gesekan
untuk pipa silindris merupakan fungsi dari bilangan Reynold (Re).
Dalam menganalisa aliran di dalam saluran tertutup, sangatlah
penting untuk mengtahui tipe aliran yang mengalir dalam pipa
tersebut. Untuk itu harus dihitung besarnya bilangan Reynold
dengan mengetahui parameter-parameter yang diketahui besarnya.
Bilangan Reynold (Re) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
ρ .d. v
Re = (2.2)
µ
20
Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida
merupakan viskositas kinematik (v) maka bilangan Reynold dapat
juga dinyatakan :
µ d. v
v= sehingga Re =
ρ 𝜗
𝑉2 𝑃
H = (𝑍 + + ) (2.3)
2𝑔 𝜌𝑔
Dimana :
g = percepatan gravitasi (dalam m/𝑠 2 )
ρ = massa jenis zat cair ( dalam kg/𝑚3 )
21
Gambar 2. 12 Aliran Melalui Pipa
(Sumber : Sularso dan Haruo Tahara, 2000. Pompa dan Kompresor)
V = CR3s4 (2.4)
22
µ𝑓
𝑆 = (Gradien Hidrolik) (2.6)
L
𝐿 𝑉2
Hf Mayor losses = f ( Head kerugian gesek pada pipa ) (2.7)
𝐷 2𝑔
𝑉2
Hf = K (2.8)
2𝑔
23
1. Untuk belokan lengkung koefisien kerugian dihitung dengan
persamaan:
𝐷 𝜃
K = [0,131 + 1,847 ( )3.5] ( )0.5 (2.9)
2𝑅 90
2. Untuk belokan patah :
𝜃 𝜃
K = 0,946 sin2 + 2,046 sin4 (2.10)
90 90
𝑉2
Hf = k (2.11)
2𝑔
24
Gambar 2. 14 Kerugian Katub
(Sumber : Streeter & Wylie Fluid Mechanics)
𝑉2
Hf = K (2.12)
2𝑔
25
Gambar 2. 15 Pembesaran Penampang Pipa Secara Perlahan
( Sumber : Syaehul Akbar. 2010 )
(𝑉1−𝑣)2
Hf = K (2.13)
2𝑔
Dimana, K = koefisien gesekan lihat pada Tabel 2.1
𝑉2
Hf = K (2.14)
2𝑔
26
Gambar 2. 17 Pembesaran Penampang Pipa Secara Tiba-Tiba
( Sumber : Syaehul Akbar. 2010 )
𝑉2
Hf = K (2.15)
2𝑔
27
cairan diatas garis pompa dan negatif jika ketinggian cairan berada
dibawah garis pusat pompa. Persamaanya adalah sebagai berikut :
𝑝
Hsisi hisap = (Z + )1 (2.16)
𝑝𝑔
𝑝
Hsisi buang = (Z + )1 (2.17)
𝑝𝑔
Dari head statis sisi masuk (head statis hisap) dan sisi ke luar (head
statis discharge) maka diperoleh head statis total seperti yang terlihat pada
Gambar 2.18. Persamaanya adalah sebagai berikut :
𝑝2 𝑝1
h statis total = (ZZ + – Z1 + ) (2.18)
𝑝𝑔 𝑝𝑔
28
2.8 Head Total Pompa
Head total pompa yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dengan
kapasitas yang telah ditentukan dapat ditemukan dari kondisi instalasi
pompa yang akan dilayani. Head total pompa dapat dipersamaankan
sebagai berikut :
𝑣𝑑 2
H =h2 + ∆ hp + h1 + (2.20)
2𝑔
Dimana : h2 = head statis total, perbedaan tinggi muka air sisi keluar
dan masuk , he = Z1-Z2 (m)
∆hp = perbedaan head tekan yang berada pada permukaan air
: ∆h = hp2-hp1
hl = berbagai kerugian head di perpipaan, katub, belokan,
sambungan , dan lain-lain
(vd)2/2g = head kecepatan keluar.
𝑣𝑑 2
H = hstatis + ∆hp + h1 + (2.21)
2𝑔
29
Gambar 2. 19 Head Total Pompa
( Sumber : Sularso dan Haruo Tahara, 2000. Pompa dan Kompresor )
𝑣𝑑2 𝑝 𝑣𝑑2 𝑝
(Z + 2𝑔 + ) + Hpompa = (Z + 2𝑔 + ) + Hlosses (2.22)
𝑝𝑔 𝑝𝑔
𝑣2 𝑣𝑑1 𝑝2 𝑝1
Hpompa = (Z2 - Z1 + 2𝑔 - + - ) + Hlosses (2.23)
2𝑔 𝑝𝑔 𝑝𝑔
𝑣2 𝑝
Hpompa = (∆Z + ∆ 2𝑔 + ∆ 𝑝𝑔 ) Hlosses (2.24)
Keterangan :
𝑝
Hactual = (∆Z + ∆ 𝑝𝑔 ) (2.25)
∆Z = h2 = head elavasi yaitu perbedaan tinggi muka air sisi masuk dan
keluar (m)
30
𝑣2
∆ 2𝑔 = h1 = head kecepatan sisi masuk dan keluar (m)
Dimana :
𝑣 = Kecepatan aliran (m/s)
𝑔 = Gaya gravitasi (m/s²)
𝑝
∆ 𝑝𝑔 = hp = head tekanan sisi masuk dan keluar (m)
𝑃 = 𝜌𝑔ℎ (2.26)
Dimana:
𝑃 = Tekanan (kPa)
𝜌 = Berat spesifik (kg/mᵌ)
𝑔 = Percepatan gravitasi (m/s²)
ℎ = Ketinggian (m)
Hlosses = head kerugian (m)
Dari uraian diatas secara umum head total pompa dapat dituliskan
sebagai berikut :
31
2.9 Daya pompa
Menghitung daya pompa dilakukan untuk mengetahui spesifikasi
pompa yang akan digunakan, sehingga di dapatkan efisiensi penggunaan
daya, desain dan harga isntalasi pompa serta penggeraknya yang lebih
ekonomis. Adapun beberapa langkah yang harus ditempuh untuk
menghitung daya pompa adalah antara lain dengan menghitung losses
(kerugian-kerugian) yang terjadi pada instalasi pompa. Dari perhitungan
losses (kerugian-kerugian) itu didapatkan head pompa yang merupakan
keampuan pompa untuk mentransfer air. Daya pompa ialah daya yang
dibutuhkan poros pompa untuk memutar impeler dalam memindahkan
sejumlah fluida dengan kondisi yang diinginkan. Besanya daya poros yang
dibutuhkan dapat dihitung berdasarkan :
𝑄 𝑥 𝐻𝐴 𝑥 ρ x g
P= (2.30)
ηp
32
Gambar 2. 20 Kurva Kinerja Sebuah Pompa
(Sumber : http://artikel-teknologi.com/dasar-dasar-pompa-2-kurva-karakteristik-pompa/)
Debit aliran pada head tertentu disebut titik tugas. Kurva kinerja
pompa terbuat dari banyak titik-titk tugas. Titik operasi pompa ditentukan
oleh perpotongan kurva sistem dengan kurva pompa sebagaimana
ditunjukan dalam gambar 2.21.
33
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
34
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
35
3.2.2 Tempat pelaksanaan penelitian
Tempat dilakukannya penelitian ini yaitu pada ruang kamar
mesin KT. BIMA 333, tepatnya pada kamar mesin dari KT. BIMA
333.
36
3.3 Diagram Alur Penelitian
Mulai
Pengumpulan Data :
1. Dimensi pipa pada sistem pelumas KT. Bima 333.
2. Data spesifikasi pompa ulir ALLWEILER AG type
Trilub280.
3. Data Lubricating Oil Piping Diagram KT. Bima 333.
4. Data engine room layout KT. Bima 333.
Tidak
Simulasi
Ya
Selesai
37
3.4 Langkah-Langkah Pelaksanaan Tugas Akhir
3.4.1 Menentukan topik, objek dan fokus penelitian
Topik, objek dan fokus penelitian dalam langkah
pelaksanaan tugas akhir merupakan point yang harus ditentukan di
awal. Pada tahap ini penulis menentukan objek Priming pump
sistem pelumas main engine dengan fokus penelitian pada ridesain
ulang alur pipa pada sistem pelumas. Topik dalam proposal tugas
akhir ini yaitu membahas mendesain ulang alur pipa pada sistem
pelumas untuk menghasilkan kebutuhan daya pompa yang lebih
rendah sehingga terpenuhi kebutuhan pelumasan mesin induk pada
kapal TB. BIMA 333 dengan daya pompa yang lebih kecil.
38
dengan ridesain ulang alur pipa untuk meningkatkan kebutuhan
daya pompa.
39
3.4.6 Analisa dan kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan analisa dengan pedoman data-data
yang sudah didapati dari hasil perbandingan desain alur pipa dan
perhitungan menggunakan persamaan yang berhubungan teori
mekanika fluida. Pada tahap ini dapat ditarik pula kesimpulan dari
tugas akhir yang dikerjakan.
40
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
41
Tabel 4. 1 Spesifikasi pompa ulir
SPESIFIKASI POMPA
Merk ALLWEILER AG
Q 483,3 l/min
Tekanan 5 Bar
Daya 5,9 kW
42
SE Isometric NW Isometric
SE Isometric NW Isometric
43
Tabel 4. 2 Jalur sistem pelumas aktual
Strainer 1 -
Jumlah Tee 3 -
Strainer 1 -
Jumlah Tee 3 -
Dari perbedaan jumlah data seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 dan
Tabel 4.3 dapat menunjukkan bahwa jalur sistem pelumas dari tangki
storage tank yang di pompa oleh pompa ulir ALLWEILER AG type
Trilub280 menuju ke mesin yang diredesain dengan panjang pipa suction
7,84 m dan panjang pipa discharge 1,85 m serta jumlah elbow 90° 8 buah
(suction) dan 5 buah (discharge), jumlah elbow 45° 1 buah (discharge),
44
jumlah globe valve 2 buah (suction), strainer 1 buah (suction) dan jumlah
Tee sebanyak 3 buah (suction) akan mempunyai nilai kebutuhan daya
pada pompa ulir yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan
daya pada jalur sistem pelumas aktual.
Karena apabila jalur sistem pelumas aktual yang mempunyai
banyak sambungan pada jalur pipa maka kerugian (Head Losses Mayor
dan Head Losses Minor) akan memiliki nilai kebutuhan pada daya pompa
ulir yang sangat tinggi. Sedangkan pada jalur sistem pelumas dari tangki
storage tank yang di pompa oleh pompa ulir ALLWEILER AG type
Trilub280 menuju ke mesin yang telah diredesain, kerugian (Head Losses
Mayor dan Head Losses Minor) yang dihasilkan memiliki nilai daya pada
pompa ulir yang lebih rendah.
Q =AxV (2.1)
Dimana:
Q = Laju aliran volume (m3/s)
A = Luas penampang aliran (m2)
V = Kecepatan fluida (m/s)
45
A. Desain Alur Sistem Pelumas Aktual
Q = ¼ . π . D² .V
0,008055 m³/s = ¼ x 3,14 x 0,0739² m x V
0,008055 m3/s
V =
0,004275 m2
V = 1,884 m/s
V.D.ρ d.v
𝑅𝑒 = = (2.2)
µ 𝜗
Dimana :
Re = Bilangan Reynold
V = Kecepat (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
𝜗 = Viskositas kinematik zat cair (m2/s)
46
A. Desain Alur Sistem Pelumas Aktual
m
1,884 s . 0,0738 m
𝑅𝑒 = m2
140,8 x 10−6 s
𝑅𝑒 = 987,4943
𝑅𝑒 = 987,4943 (aliran Laminer)
𝑅𝑒 = 987,4943
𝑅𝑒 = 987,4943 (aliran Laminer)
47
4.3.3 Koefisien kerugian gesek (f)
Dalam menentukan nilai kekerasan pipa pada aliran laminer
berdasarkan jenis materialnya dapat menggunakan data material
yang terdapat pada Moody Diagram R ≤ 2300 , f =64/ seperti yang
terdapat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.
48
Gambar 4. 6 Moody Diagram R ≤ 2300 , f =64/ Re
(Sumber : Metzger & Williard, Inc)
49
4.3.4 Perhitungan efisiensi pompa pada alur pipa aktual
1. Head Loss Mayor Pada Alur Pipa Aktual
A. Suction 1
Diameter pada pipa Suction 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Suction 9,13 m menggunakan persamaan
Darcy Weisbach :
L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g
m 2
(1,884 s )
9,13 m
= 0,06481 x x
0,0739 m 2.9,81 m/𝑠2
= 1,449 m
B. Suction 2
Diameter pada pipa Suction 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Suction 2,5 m menggunakan persamaan
Darcy Weisbach :
L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g
m 2
2,5 m (1,884 )
s
= 0,06481 x 0,0739 m x 2.9,81 m/𝑠2
= 0,396 m
C. Discharge
Diameter pada pipa discharge 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Discharge 3,20 m menggunakan
persamaan Darcy Weisbach :
L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g
m 2
3,20 m (1,884 )
s
= 0,06481 x 0,0739 m x 2.9,81 m/𝑠2
= 0,508 m
50
∑ Head Loss Mayor = Hlmayor Suction + Hlmayor Discharge
= 1,845 + 0,508
= 2,353 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section
Hl minor = 0,22 m x 7
Hl minor = 1,54 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section
51
Hl minor = 0,22 m x 7
Hl minor = 1,54 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section
Hl minor = 0,22 m x 5
Hl minor = 1,1 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 0,35 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,063 m
Hl minor = 0,063 m x (n) Jumlah elbow pada section
Hl minor = 0,063 m x 2
Hl minor = 0,126 m
52
E. Kerugian akibat elbow 45º pada Discharge
Nilai k adalah 0,35 yang merupakan koefisien kerugian
akibat elbow dilihat pada Tabel 2.1. Jumlah elbow 45º pada
discharge l buah. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan
nilai kerugian akibat elbow.
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 0,35 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,063 m
Hl minor = 0,063 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 10,0 x
2.9,81 m/𝑠2
= 1,809 m
Hl minor = 1,809 m
53
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 10,0 x
2.9,81 m/𝑠2
= 1,809 m
Hl minor = 1,809 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 2,00 x
2.9,81 m/𝑠2
Hl minor = 0,361 m x (n) Jumlah Tee pada section
Hl minor = 0,361 m x 2
Hl minor = 0,772 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 2,00 x
2.9,81 m/𝑠2
Hl minor = 0,361 m
54
J. Kerugian akibat Strainer pada Section 1
Nilai k adalah 0,5 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Strainer. Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai
kerugian akibat Strainer.
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 0,5 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,090 m
Hl minor = 0,090 m
55
5. Perhitungan Head Perbedaan Tekanan (hp)
Perbedaan head tekanan (hp) ini dambil dari perbedaan
tekanan suction dan discharge. Pada pressure gauge yang ada sisi
suction terdapat 4 (𝐾𝑔/𝑐𝑚2 ) dan pada discharge P2 = 5 (𝐾𝑔/
𝑐𝑚2 ) seperti yang terlihat pada Gambar 4.7 berikut ini.
Dimana :
P2 = Tekanan pada discharge
P2 = 5,88399 x 105 N/m2
P1 = Tekanan pada suction
P1 = 4,93591 x 105 N/m2
hp = (P2 - P1)/ρ.g
𝑁
(588399 – 493591) 2
𝑚
= 𝐾𝑔 𝑚
897 .9,81 2
𝑚3 𝑠
hp = 10,7741 m
56
6. Perhitungan Perbedaan Kecepatan Head (hv)
Karena kecepatan antara sisi isap dan keluar sama maka
perbedaan kecepatan head (hv) adalah sebagai berikut :
(v22 –v12 )
hv =
2xg
𝑚 2
(1,884 ) –(1,884 𝑚/𝑠)2
𝑠
=
2 x 9,81 m/s2
hv = 0 m
8. Daya Pompa
Untuk fluida yang digunakan adalah campuran antara minyak
pelumas SALYX 420 SAE 40.senilai 897 Kg/m3.
Daya pompa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
𝑄 𝑥 𝐻𝐴 𝑥 ρ x g
Daya Pompa = (2.37)
ηp
Dimana :
Kapasitas fluida (Q) = 0,008055 m³/s
Head pompa (HA) = 20,097 m
Density (ρ) = 897 kg/m³
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s²
𝑄 𝑥 𝐻𝐴 𝑥 ρ x g
Daya Pompa = (2.37)
ηp
0,008055 𝑥 20,097 𝑥 897 x 9,81
=
0,80
= 1780,6076 watt
= 1,780 KW
57
4.3.5 Perhitungan efisiensi pompa pada redesain alur pipa
1. Head Loss Mayor Pada Alur Pipa Aktual
A. Suction 1
Diameter pada pipa Suction 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Suction 5,84 m menggunakan persamaan
Darcy Weisbach :
L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g
m 2
(1,884 s )
5,84 m
= 0,06481 x x
0,0739 m 2.9,81 m/𝑠2
= 0,925 m
B. Suction 2
Diameter pada pipa Suction 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Suction 2 m menggunakan persamaan
Darcy Weisbach :
L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g
m 2
2m (1,884 s )
= 0,06481 x x
0,0739 m 2.9,81 m/𝑠2
= 0,317 m
C. Discharge
Diameter pada pipa Discharge 0,0739 m, Mayor
losses pada pipa Discharge 1,85 m menggunakan
persamaan Darcy Weisbach :
L v2
Hlmayor = f x x (2.7)
D 2g
m 2
1,85 m (1,884 s )
= 0,06481 x x
0,0739 m 2.9,81 m/𝑠2
= 0,508 m
58
∑ Head Loss Mayor = Hlmayor Suction + Hlmayor Discharge
= 1,242 + 0,294
= 1,535 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section
Hl minor = 0,22 m x 4
Hl minor = 0,88 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section
59
Hl minor = 0,22 m x 4
Hl minor = 0,88 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 1,265 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,22 m
Hl minor = 0,22 m x (n) Jumlah elbow pada section
Hl minor = 0,22 m x 5
Hl minor = 1,1 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 0,35 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,063 m
Hl minor = 0,063 m
60
E. Kerugian akibat Globe Valve pada Section 1
Nilai k adalah 10,0 yang merupakan koefisien kerugian
akibat Globe Valve seperti yang terlihat pada Gambar 2.14.
Dari persamaan dibawah, dapat ditentukan nilai kerugian akibat
Globe Valve.
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 10,0 x
2.9,81 m/𝑠2
= 1,809 m
Hl minor = 1,809 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 10,0 x
2.9,81 m/𝑠2
= 1,809 m
Hl minor = 1,809 m
61
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 2,00 x
2.9,81 m/𝑠2
Hl minor = 0,361 m x (n) Jumlah Tee pada section
Hl minor = 0,361 m x 2
Hl minor = 0,772 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 )
s
= 2,00 x
2.9,81 m/𝑠2
Hl minor = 0,361 m
𝑣²
Hl minor = k (2.14)
2𝑔
m 2
(1,884 s )
= 0,5 x
2.9,81 m/𝑠2
= 0,090 m
Hl minor = 0,090 m
62
∑ Head Loss Minor = Hlminor Suction + Hlminor Discharge
= 6,19 + 1,524
= 7,714 m
hp = 10,7741 m
63
6. Perhitungan Perbedaan Kecepatan Head (hv)
Karena kecepatan antara sisi isap dan keluar sama maka
perbedaan kecepatan head (hv) adalah sebagai berikut :
(v22 –v12 )
hv =
2xg
𝑚 2
(1,884 ) –(1,884 𝑚/𝑠)2
𝑠
=
2 x 9,81 m/s2
hv = 0 m
8. Daya Pompa
Untuk fluida yang digunakan adalah campuran antara minyak
pelumas SALYX 420 SAE 40.senilai 897 Kg/m3.
Daya pompa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
𝑄 𝑥 𝐻𝐴 𝑥 ρ x g
Daya Pompa = (2.37)
ηp
Dimana :
Kapasitas fluida (Q) = 0,008055 m³/s
Head pompa (HA) = 18,6231 m
Density (ρ) = 897 kg/m³
Percepatan Gravitasi (g) = 9,81 m/s²
𝑄 𝑥 𝐻𝐴 𝑥 ρ x g
Daya Pompa = (2.37)
ηp
= 0,008055 m³/s. 18,6231 m. 897 kg/m³. 9,81 m/s²
= 1320, 010 Watt
= 1, 320010 / 0,80 KW
= 1,65 KW
64
4.4 Perbandingan Head Losses dan Head Total Pompa
Setelah dilakukannya perhitungan pada sub BAB 4.3 maka
didapatkan hasil perbandingan antara Head Losses dan Head Total pompa
seperti yang terlihat pada Tabel 4.5.
PERBANDINGAN
25
20
Dalam (m)
15
10
0
desain aktual sesudah di redesain
1 Head loss (m) 11,423 9,249
2 Head total pompa
20,097 18,6231
(m)
65
sistem pelumas yang aktual sebesar 20,097 m, setelah diredesain nilai head
total pompa sebesar 18,623 m.
Pada saat setelah diredesain sistem pelumas tersebut hanya
memiliki panjang pipa suction sebesar 6,32 m, panjang pipa discharge
sebesar 1,85 m. Jumlah elbow 90o sejumlah 9 buah, Jumlah elbow 45o
sejumlah 1 buah, jumlah Tee 3 buah , sehingga kebutuhan daya dari sistem
pelumas tersebut turun dari 1,78 kW menjadi 1,65 kW
Pada pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280
memiliki daya sebesar 5,9 kW, tetapi daya yang dibutukan pada desain
sistem pelumas aktual sebesar 1,78 kW setelah dilakukan redesain
kebutuhan daya pada sistem pelumas menjadi lebih efisien sebesar 1,65
kW. Sehingga beban pompa ulir menjadi lebih ringan. seperti yang terlihat
pada Gambar 4.9.
Daya Pompa
1,8
1,75
1,7
Daya Pompa
1,65
1,6
1,55
Desain Aktual Sesudah di Redesain
66
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang derta rumusan masalah yang terdapat
pada bab sebelumnya didapatkan beberapa kesimpulan yaitu :
1. Desain sistem pelumas yang sesuai untuk meningkatkan kebutuhan
daya pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280 dengan cara
mengurangi fitting dan panjang pipa pada sistem pelumas.
2. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap Head loos desain sistem
pelumas aktual memiliki Head loss 11,423 dan dan setelah diredesain
nilai head loss sebesar 9,249 m.
3. Alur perpipaan pada sistem pelumas yang sesuai untuk meningkatkan
kebutuhan daya pompa adalah desain yang baru, karena pada desain
yang lama membutuhkan daya pompa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan desain yang baru. Desain lama sebesar 1,79 kW dan desain
baru sebesar 1,65 kW. Sehingga beban pompa ulir menjadi lebih
ringan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada pihak PT.Pelindo
Marine Service adalah perlu dilakukan redesain pada sistem pelumas
Kapal tunda Bima . 333 untuk meningkatkan efisiensi kebutuhan daya
pompa ulir ALLWEILER AG type Trilub280. Sehinga kebutuhan daya
pompa lebih ringan dan lifetime pada pompa menjadi lama.
67
DAFTAR PUSTAKA
68
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
Email : ekowahyubandra@gmail.com