Anda di halaman 1dari 13

PRAMUKA

DI ERA MODERN

Oleh :
Rahma Hernawan
NTA : 0923.05222
BAB I

PENDAHULUAN

Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di


Indonesia yang diakui keberadaannya oleh pemerintah telah menjadi
sebuah organisasi yang besar, dengan jumlah anggota yang besar.
Namun demikian, kenyataannya pada perkembangan dewasa ini
pendidikan kepramukaan semakin dijauhi oleh para remaja.

Era modern yang serba teknologi telah menjalin hubungan kuat dengan
kita sebagai anggota Gerakan Pramuka. Hal ini terbukti dengan
banyaknya kegiatan hingga peran pramuka di era modern yang
memanfaatkan penerapan dari fungsi teknologi digital. Namun, hal
terpenting di balik perkembangan teknologi bagi Pramuka adalah
penerapan kehidupan yang bijak dalam bermedia digital.

Tidak terelakkan lagi kini kita sebagai anggota Pramuka berada pada
era modern yang memiliki hubungan kuat dengan kemajuan teknologi
digital. Era digital memberikan pengaruh besar terhadap ruang dan
waktu yang membentuk suatu tatanan hubungan sosial dan kebudayaan
baru.Jika dulu mencari materi Pramuka melalui buku-buku karya Baden
Powell atau pelatih membutuhkan waktu dan tenaga. Kini kita tidak
perlu upaya dan waktu lebih untuk menemukan segudang materi
menarik dan berbobot.

Namun tak bisa dipungkiri, seiring berkembangnya zaman dan


teknologi yang kian maju, anak muda cenderung acuh dan bahkan tidak
tertarik dengan Gerakan Pramuka. Hal ini terbukti dengan menurunya
peminat pramuka di beberapa gugus depan di kota Tasikmalaya.
BAB II
PEMBAHASAN

Gerakan Pramuka merupakan organisasi yang bergerak dibidang


pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Metode pendidikan Pramuka
sangat baik dan bisa menghasilkan generasi muda bertanggungjawab,
disiplin, bermental baja, tangguh dan kreatif. Namun seiring
perkembangan zaman Gerakan Pramuka semakin surut dari segi
peminat dan kualitas pendidikannya. Dari segi peminatnya, Gerakan
Pramuka dianggap organisasi yang ketinggalan zaman, sehingga
mereka tidak terkesan untuk mengikuti Gerakan Pramuka. Sedangkan
dari segi kualitasnya Gerakan Pramuka menurun dalam hal pendidikan
dan metode pengajarannya.

Di sekolah kegiatan pramuka adalah kegiatan yang wajib diikuti oleh


seluruh siswa siswi. Namun, sebagian besar siswa siswi berfikir bahwa
kegiatan pramuka ini memaksa mereka untuk ikut. Tetapi pramuka kini
sudah menjadi ektrakurikuler wajib di sekolah, khusunya pada jenjang
SMP yang sudah dikukuhkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang pendidikan kepramukaan.
Dengan dijadikannya pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib, dapat
menumbuhkan generasi yang beriman, berakhlak mulia, berjiwa
patriotik, disiplin, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa.

Bagi siswa siswi kegiatan pramuka dianggap sepele, tidak seru, dan
bersifat memaksa. Tetapi manfaat dan pembelajaran yang bisa kita
dapat bila kita mengikuti kegiatan pramuka seperti, meningkatkan
kepercayaan diri, melatih kemadirian, menumbuhkan rasa tanggung
jawab dan disiplin, melatih kemampuan memimpin, mengembangkan
keterampilan sosial, kecintaan kepada lingkungan, dan membentuk
karakter.
Namun, siswa siswi memilih untuk pulang dan bermain dari pada
mengikuti kegiatan pramuka. Menurut mereka kegiatan pramuka adalah
kegiatan yang mengurangi waktu istirahat dan menguras energi, karena
biasanya pramuka dilakukan saat sepulang sekolah. Padahal kegiatan
pramuka ini sangat menyenangkan walaupun memang dilakukannya
saat sepulang sekolah. Mengapa biasanya kegiatan pramuka diadakan
pada saat sepulang sekolah, karena jika tidak sepulang sekolah siswa
siswi biasanya akan memilih tidak mengikuti kegiatan pramuka. Apa
salahnya jika kita mengikuti kegiatan pramuka, kita juga akan bisa
belajar sambil bermain.

Berikut adalah alasan dari berbagai sumber mengapa pramuka kurang


diminati:

1. Membosankan

Ini adalah alasan paling umum yang saya temui ketika bertanya
ke teman yang tidak mengikuti Pramuka, hal ini karena
kebanyakan sekolah mengajarkan Pramuka hanya sekedar:

 Upacara, dijemur di tengah lapangan


 Baris berbaris
 Unjuk rasa senioritas (hal ini belakangan sudah
memudar)
 Lomba, untuk memperkaya nama sekolahan
Hal ini sebenarnya baik, tetapi sudah tidak relevan untuk
diterapkan.

2. Pramuka Krisis Penerus

Ini hal penting dan perlu digarisbawahi. Karena minimnya


pengetahuan tentang arti Pramuka. Akhirnya penerapan nilai-
nilai Pramuka tidak tersampaikan dengan baik. Hal ini
menyebabkan generasi muda tidak tertarik. Karena minimnya
penerus ini, maka Pramuka semakin lama menjadi nilai-nilai
yang dianggap tak penting. Akibat dari hal itu, Pramuka
dipegang oleh generasi-generasi lama yang pemikiran dan
keputusannya itu bertolak belakang dengan pemikiran dan
keputusan generasi sekarang, Pramuka jadi terkesan eskul kuno
atau ketinggalan jaman di mata masyarakat.

3. Kurangnya kepercayaan orang tua

Kebanyakan orang tua jaman sekarang sangat overprotective


terhadap anak-anaknya. Orang tua jarang membiarkan anaknya
untuk pergi berkemah dalam kelompok dan sangat takut anaknya
nanti akan sakit karena tidur di luar selama beberapa hari. Akan
tetapi, ketika berkemah ternyata apa yang ditakutkan orang tua
tidaklah seseram yang dibayangkan. Pembina mengajarkan
bagaimana bertahan hidup ketika di alam liar termasuk
menggunakan tongkat untuk bermacam-macam keperluan ketika
memanjat gunung. Mulai dari menjadikan tongkat sebagai alat
bantu jalan, sampai menggabungkan beberapa tongkat menjadi
satu dengan simpul tertentu untuk membangun jembatan atau
tenda kecil. Orang tua kurang sadar kalau pramuka dapat
membentuk karakter anak dan melatih anak belajar mandiri.

4. Tidak perlunya keterampilan di alam liar karena bantuan


alat-alat modern

Di zaman modern ini, anak-anak cenderung malas pergi keluar


dan mencari petualangan di luar rumah. Adanya PlayStation,
Nintendo Wii, PC membuat anak-anak merasa senang terkurung
di rumahnya sendiri. Anak-anak zaman dulu yang senantiasa
mengadakan eksplorasi ke hutan-hutan sudah tidak ada lagi.
Mendapatkan High-score di online game menjadi jauh lebih
menarik ketimbang eksplorasi harta karun di kebun-kebun dekat
rumah. Keterampilan untuk membangun tenda dan menggunakan
berbagai sandi dan simpul yang dulu saya anggap keren sudah
dianggap ketinggalan zaman. Signifikansinya juga sudah
berkurang karena anak-anak cenderung malas pergi ke alam liar
dan berkurangnya hutan-hutan yang menarik untuk dikunjungi
karena adanya penebangan liar dan pengubahan hutan-hutan
dekat kota menjadi pemukiman. Kecuali ada kecelakaan pesawat
parah dan anda terdampar di suatu pulau tanpa sinyal handphone
mungkin keterampilan itu baru akan digunakan.

5. Adanya banyak kegiatan lain yang lebih spesifik dalam


meningkatkan keterampilan

Pramuka, nama yang sungguh kurang menjual jika dibandingkan


dengan Palang Merah Remaja yang jelas-jelas belajar
Pertolongan Pertama atau Pecinta Alam yang jelas-jelas
melakukan kegiatan memacu adrenalin seperti arung jeram dan
panjat tebing. Pramuka memang menjual sesuatu yang
menyeluruh. Mendidik anak-anak muda untuk menjadi seorang
yang utuh secara jiwa,raga dan spiritual. Tidak hanya orang yang
kuat secara fisik, tapi juga memiliki empati dan sifat rela
menolong. Tapi kemampuan yang dibangun itu lebih cenderung
kepada soft skill yang mungkin kurang terlihat wujud nyatanya.
Tidak heran banyak orang tua atau anak-anaknya sendiri
menganggap pramuka tidak lagi relevan dan enggan mengikuti
kegiatan pramuka.
Pada tahap perkembangan ilmu dan teknologi serta arus informasi yang
demikian pesat dewasa ini, seakan pendidikan kepramukaan tetap saja
berjalan di tempat. Berbagai materi dan metode yang dikenalkan
hampir lebih sepuluh tahun yang lalu sampai saat ini masih
disampaikan kepada para peserta didik tanpa mengalami pembaharuan.
Para Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina Pramuka terlalu berpegang
pada pakem yang ada, seakan tidak peduli terhadap kemajuan di
sekilingnya.

Memang prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan senantiasa


harus dipegang teguh dalam proses pendidikan kepramukaan, karena
hal itu merupakan ciri utama yang membedakan antara pendidikan
kepramukaan dengan bentuk pendidikan lainnya. Namun materi yang
diberikan serta metode pembelajarannya harus selalu dikembangkan
mengikuti perkembangan jaman.

Kemampuan mengembangkan materi serta metode pembelajaran itulah


yang saat ini miskin dikuasai oleh para Pembina Pramuka. Kebanyakan
dari mereka dalam proses latihan rutin dari tahun ke tahun selalu hanya
mengandalkan buku rujukan Kursus Pembina Mahir Dasar atau
Lanjutan.

Untuk itulah pada kurikulum Kursus Pembina Mahir Dasar dan Kursus
Pembina Mahir Lanjutan perlu dicantumkan pokok bahasan tentang
inovasi teknologi pendidikan kepramukaan, yaitu suatu pokok bahasan
yang memberikan bekal pada Pembina Pramuka agar mampu melakukan
pembaharuan di bidang materi dan metode pembela-jaran untuk dapat
menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Konteks menyesuaikan
jaman artinya adalah melakukan pembaharuan pendidik-an
kepramukaan sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak
dan remaja pada jaman dimana ia hidup.
Berkaitan dengan hal itu, maka akan dapat kita kaji kembali:
sejauhmana keterkaitan keterampilan semaphore, morse, dan tali temali
pada pendidikan kepramukaan dalam era globalisasi informasi serta
teknologi canggih dewasa ini? Memang pada era Baden Powell, awal
abad ini, semaphore dan morse merupakan alat yang ampuh dalam
melakukan komunikasi jarak jauh dan tali temali merupakan
keterampilan utama yang diperlukan dalam melakukan pionering.

Fakta lain menunjukkan bahwa pada perkembangan dewasa ini


pendidikan kepramukaan jauh kalah populer dibanding dengan
kelompok pecinta alam. Perkembangan kegiatan kelompok pecinta alam
sudah sedemikian pesatnya sehingga muncul aktivitas yang menarik
bagi remaja seperti panjat tebing, caving, dan mountainering. Pada
perkembangan yang sama sebagian besar satuan Gerakan Pramuka
masih melakukan kegiatan alam terbuka dengan acara mencari jejak,
permainan berbagai macam sandi, wide game yang dipandang oleh
remaja terlalu monoton dan sudah kuno. Padahal sejarah pertumbuhan
Gerakan Pramuka di Indonesia lebih tua dibanding dengan kelompok
pecinta alam. Mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal sebagian besar
aktivitas pendidikan kepramukaan adalah di alam terbuka serta diikuti
usaha mengenal dan menanamkan rasa mencintai alam.

Di samping masalah ketertinggalan materi dan metode pembelajaran


pendidikan kepramukaan dengan perkembangan zaman, faktor lainnya
adalah merosotnya mutu proses pendidikan kepramukaan itu sendiri.
Merosotnya mutu proses pendidikan kepramukaan ditandai dengan
kesalahan penerapan prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan.
Keadaan itu dapat terjadi karena kualitas Pembina sebagian besar
belum memadai. Salah satu indikator hasil proses pendidikan
kepramukaan yang berkualitas dapat dilihat pada seberapa banyak
peserta didik yang mampu dilantik (lulus ujian SKU) dan sejauhmana
mutu peserta didik yang dilantik itu. Dengan tidak mengecilkan arti
data yang masuk ke Kwartir Cabang/Daerah/Nasional, kita dapat
melihat banyak peserta didik yang mengenakan seragam Pramuka tanpa
dilengkapi dengan tanda kecakapan umum. Padahal bagi seorang
Pramuka tanda kecakapan umum merupakan suatu penghargaan atas
prestasi belajar dan usahanya. Hal ini menandakan bahwa pada aspek
kuantitas saja hasil proses pendidikan kepramukaan belum memadai
karena tidak mampu memotivasi peserta pendidikan kepramukaan untuk
berprestasi dan berusaha.
BAB III

PENUTUP

Meskipun pramuka saat ini mengalami saat yang sulit karena


kurangnya minat dari generasi muda,tetapi pramuka masih relevan
sebagai pembentuk karakter siswa. Hal ini harus dibantu dengan
pembina-pembina yang kompeten sehingga semangat kepramukaan
masih bisa disampaikan kepada anggota-anggotanya. Di zaman modern
ini justru pramuka menjadi sangat penting apalagi di kota-kota. Kota-
kota besar mulai menunjukkan kecenderungan adanya kehidupan
individualistik dimana tidak adanya rasa peduli antar sesama dan
kurangnya kesadaran sosial. Pramuka membantu anak-anak muda
kembali menyelami nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan. Membangun
anak-anak muda untuk memiliki keterampilan dasar di alam liar dan
juga membangun pribadi yang bersahaja justru malah sangat
dibutuhkan oleh masyarakat modern zaman sekarang.

Untuk itulah sudah saatnya Gerakan Pramuka melakukan kajian


mengenai usaha meningkatkan relevansi pendidikannya, utamanya
menyesuaikan materi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
perubahan jaman dan kebutuhan masyarakat. Usaha itu adalah upaya
untuk menarik minat para anak dan remaja agar tertarik pada
pendidikan kepramukaan.
Usaha melakukan pembaharuan materi dan metode pembelajaran itu
kiranya tidak akan bertentangan dengan ide dasar Baden Powell tentang
pendidikan kepanduan atau kepramukaan. Baden Powell kepada para
Pembina, dalam bukunya Penolong untuk Pemimpin Pandu, menyatakan
bahwa dalam pendidikan kepanduan bukan isi pelajarannya yang
terpenting tetapi cara-caranya. Menurut Baden Powell pendidikan
kepanduan/kepramukaan adalah suatu sistem pendidikan yang
membimbing anak dan remaja untuk melahirkan segala sesuatu secara
benar, menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, memberikan
kesempatan pada perkembangan inisiatif, kedisiplinan diri, percaya diri
dan menentukan tujuan sendiri.

Dari pernyataan Baden Powell tersebut tersirat bahwa pendidikan


kepramukaan memiliki sifat universal dalam perspektif tempat maupun
waktu. Pemahaman keuniversalan pendidikan kepramukaan selama ini
hanyalah pada perspektif tempat saja, artinya pendidikan kepramukaan
dapat dipergunakan dimana saja untuk mendidik anak dan remaja dari
bangsa di seluruh muka bumi. Pemahaman keuniversalan yang sempit
inilah mengakibatkan kemandegan pengembangan pendidikan
kepramukaan.

Pada perspektif kekinian dan ke depan usaha pembinaan kepribadian


dan watak generasi muda melalui pendidikan kepramukaan tidak akan
cukup hanya memperkenalkan kepada mereka keterampilan semaphore,
morse, dan tali temali sementara nilai dan norma sosial yang
berkembang di masyarakat telah diwarnai dengan suasana teknologi
yang serba canggih. Justru pada perspektif kekinian dan ke depan
pendidikan kepramukaan harus mampu mengemas materi dan metode
pembelajarannya yang disesuaikan dengan permasalahan aktual yang
sedang dihadapi dan tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa
Indonesia.
Berikut solusi yang dapat disampaikan:

Pertama, meningkatkan bentuk, wahana, dan media kegiatan


kepramukaan yang menarik, penyediaan modul-modul kegiatan yang
sesuai dengan kebutuhan dan minat anak muda masa kini . Contohnya,
meperbanyak inovasi permainan kepramukaan yang menarik. Seperti
hiking, berkemah, api unggun dan penjelajahan. Namun, tetap saja
dengan menggunakan pemikiran. Sehingga, dengan adanya hal ini
pramuka dapat membuat anak muda menjadi cerdas dan kreatif.

Kedua, memperkenalkan Pramuka dengan meningkatkan peran


komunikasi publik melalui berbagai media, yakni dengan menampilkan
wajah yang lebih muda dan segar, maupun tampilan seragam Pramuka
yang lebih menarik. Dengan hal ini, anak muda akan merasa bahwa
Pramuka tidak jadul atau kuno.

Ketiga, melibatkan orang tua murid, komunitas, masyarakat luas,


tokoh-tokoh masyarakat dalam kegiatan Pramuka, terutama di Gugus
Depan maupun di setiap jenjang kwartir. Orang tua harus memberi
dorongan kepada anaknya agar dapat mengikuti kegiatan Pramuka,
karena dengan mengikuti kegiatan Pramuka akan mengubah sisi negatif
menjadi sisi positif.

Keempat, menata dan mengoptimalkan penggunaan aset, fasilitas,


sarana, dan prasarana yang dimiliki oleh Gerakan Pramuka. Misalnya
seperti memberikan peralatan-perlatan kepramukaan kepada setiap
Gugus Depan. Atau menyiapkan suatu ruangan yang di dalamnya
terdapat perlengkapan pramuka.

Jadi, mari kita ubah perspektif orang-orang mengenai pramuka dan


kepramukaan. Jangan sampai kita malah ikut tenggelam dan
menjadikan organisasi pramuka semakin redup dan tidak dikenal lagi.
Mari bangkit! Jika tidak oleh kita, lantas oleh siapa?

Anda mungkin juga menyukai