Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MUHAMMAD MUHIB

NIM : 90100118010

KELAS :EKONOMI ISLAM A

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW

Pemikiran ekonomi Islam muncul serentak dengan wahyu Al-Qur'an dan kehidupan Nabi
pada akhir abad keenam hingga awal abad ketujuh. Penerapan sistem ekonomi Islam sudah ada
dan Nabi Muhammad menjadikannya teladan bagi umat Islam. Bahkan orang Arab terkenal
sebagai bangsa pedagang sebelum zaman Nabi Muhammad SAW. (Ibnudin, 2019)

Munculnya Islam dengan pengangkatan Muhammad sebagai Rasulullah adalah babak


baru dalam sejarah dan peradaban manusia. Di Makkah itulah Rasullah melihat. menjalankan
tugas penguatan landasan keimanan Islam. Rasulullah hanyalah seorang pemuka agama di
Mekkah. Sedangkan saat pindah ke Madinah saat Madinah pertama kali tiba, situasinya masih
kacau balau. Penduduk Madinah belum memiliki pemimpin atau raja yang berdaulat. Hanya
kepala suku yang menguasai daerahnya. Suku yang paling terkenal saat itu adalah suku Aus dan
Khazraj. Saat masih dalam bentuk suku, kota Madinah tidak memiliki hukum dan kekuasaan.
Kelompok-kelompok tersebut masih saling berkelahi. Kelompok terkaya dan terkuat adalah
Yahudi, namun perekonomian mereka masih lemah dan bergantung pada pertanian.

Kedatangan Nabi di Madinah diterima dengan tangan terbuka dan antusias oleh
masyarakat Madinah. Dalam waktu singkat, dia menjadi pemimpin komunitas pengikut kecil,
tetapi jumlah mereka bertambah setiap hari. Hampir seluruh penduduk kota Madinah menerima
Nabi Muhammad SAW untuk memimpin di Madinah, termasuk kaum Yahudi. Di bawah
kepemimpinannya, Madinah berkembang pesat dan menjadi negara yang sangat besar dalam
sepuluh tahun dibandingkan dengan daerah lain di Jazirah Arab. (Kharidatul Mudhiiah, 2015)

Pemikiran ekonomi Islam dimulakan dengan Rasulallah Saw. dipilih sebagai utusan
(utusan Allah SWT). Rasulallah Saw. mengeluarkan sejumlah kebijakan mengenai berbagai hal
yang berkaitan dengan masalah sosial, selain dari masalah hukum (fiqh), politik (siyasah), serta
masalah komersial atau ekonomi (muamalah). Rasulallah melihat perhatian terhadap masalah
ekonomi ummah. kerana masalah ekonomi adalah rukun iman yang mesti dipertimbangkan. Ini
seperti yang diriwayatkan oleh umat Islam, bahawa Rasulallah Saw. mengatakan "kemiskinan
menyebabkan orang menjadi kafir". Oleh itu, usaha untuk mengurangkan kemiskinan adalah
sebahagian daripada dasar sosial yang dilaksanakan oleh Rasulallah Saw

Selanjutnya, dasar Rasulallah Saw. menjadi panduan oleh penggantinya Abu Bakar, Umar bin
Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Talib dalam memutuskan masalah ekonomi. Al-Quran
dan hadis digunakan sebagai asas teori ekonomi oleh para khalifah juga digunakan oleh
pengikutnya dalam menguruskan kehidupan ekonomi negara. (Winarno, 2017)

Peter Gran merancang pengembangan sejarah ekonomi Islam dalam lima peringkat. Fasa
pertama, yang disebut era Jahiliyya, berlangsung hingga 660. Selepas era kita, gaya Badui masih
berlaku dalam struktur ekonomi. Tahap kedua, 660-950, disebut periode keadaan suku pertanian,
ketika masyarakat pada umumnya berubah dari kehidupan nomad menjadi cara hidup pertanian.
Tahap ketiga, antara 950 dan 1550, disebut era negara perdagangan, yang membayar pajak,
kerana pada waktu itu kegiatan ekonomi didominasi oleh kegiatan komersial. Tahap keempat,
1550-1850, adalah periode di mana kegiatan kerajaan lautan terbentuk, ditandai dengan
kecenderungan manusia untuk meninggalkan cara hidup mereka di koloni kecil dan untuk
membentuk koloni yang lebih besar dalam bentuk kerajaan. Peringkat kelima, sejak tahun 1850.
Hingga hari ini, pinggiran disebut era kapitalisme. (Sirajuddin, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Ibnudin. (2019). Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Nabi. Risâlah, Jurnal Pendidikan Dan
Studi Islam, 5(1), 51–61. https://doi.org/10.5281/zenodo.2618413

Kharidatul Mudhiiah. (2015). Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik.
Iqthishadia, 8(2), 189–210.

Sirajuddin. (2016). Konsep Pemikiran Al-Ghazali. Laa Maisyir. 3(1), 47-60.

Winarno, W. (2017). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Di Masa Rasulallah Saw. Asy
Syar’Iyyah: Jurnal Ilmu Syari’Ah Dan Perbankan Islam, 2(1), 27–46.

Anda mungkin juga menyukai