Anda di halaman 1dari 3

KONSEP PEMIKIRAN MASA RASULULLAH SAW

Nama : Nurul Ulwiah

Nim : 90100121055

E-Mail : nurululwiah110101@gmail.com

Rasulullah memiliki gelar Al-Amin yang artinya dapat dipercaya, hal ini beliau
peroleh karena kejujuran beliau ketika berbisnis. Sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul
Muhammad SAW telah berbisnis pada saat beliau masih berusia 12 saat itu beliau magang
dengan ikut kafilah dagang pamannya Abu Thalib. Mereka pergi ke Yaman dan Ethiopia.
Kafilah dagang pamannya mengarungi deep sea city atau kita kenal sekaarang dengan Cina.
Dengan banyaknya pelajaran hidup yang terjadi membuat beliau memiliki sikap bijaksana,
dermawan dan sederhana (Natadipurba, 2016).

Saat usia 17 tahun Nabi memulai usahanya sendiri dengan cara membeli barang lalu
menjualnya pada orang yang membutuhkan. Di usia 24 tahun beliau mulai mengelola modal
investor yaitu Khadijah ra dan harta milik anak yatim yang belum baligh atau belum bisa ia
kelola, di usia 25 tahun beliau menikah dengan Khadijah dan terus menjalankan bisnis nya
termasuk mengelola modal investor dari Mekkah hingga di umur yang ke 37 (Karim, 2002)
tahun usaha yang dijalankan beliau sudah mengalami financial freedom atau bisnisnya sudah
auto pilot.

Gambaran perekonomian pada masa nabi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
yaitu fase Makiyyah dimana fase ini ketika Nabi berusia 40 sampai 53 tahun (Natadipurba,
2016). Pada fase ini satu-satunya peristiwa ekonomi yang terjadi adalah ketika kaum
Musyrikin melakukan boikot terhadap produk milik nabi dan pengikutnya (Maftuha,
Haeruddin, & Lutfika, 2021), ini disebabkan karena mulai meluasnya Islam di masa itu
termasuk Muallafnya tokoh besar mereka seperti Umar bin Khattab dan Hamzah.

Selanjutnya adalah fase kedua yaitu fase kedua, fase ini terjadi ketika Rasulullah
SAW berumur 53 sampai 63 tahun (Bertold, 1960) pada masa ini nabi membuat konstitusi
negara. Ada beberapa titik tolak juga yang terjadi pada perekonomian masa nabi ini. 1.
Membangun masjid, 2. Memberdayakan kaum muhajrin, 3. Mendirikan pasar, 4. Membuat
konstitusi negara, 5. Meletakkan dasar-dasar system keuangan negara.
Dalam hal pengaturan negara, ada beberapa harta yang menjadi sumber pemasukan
negara, seperti, barang logam, hasil ternak, hasil perdaagangan, pertanian, hasil tambang,
barang temuan (rikaz) Luqathah (barang yang ditinggalkan musuh saat perang, uang tebusan
tawanan perang, waqaf, Amwal Fadhilah, Nawaib, Zakat Fitrah, Kafarat, Ghanimah, dll.
Pada masa Rasulullah di dirikan Baytul Mal (rumah harta yang digunakan atau memiliki
fungsi untuk meyimpan harta, setelah itu di distribusikan kepada mereka yang berhak
memperoleh harta tersebut (Ibnuddin, 2019).

Pada perkembangan berikutnya mulai dikembangkan maslah administrasi baytul mal


meskipun masih terbilang sangat sederhana karena hanya seperti pencatatan saja. Tanpa
disadari konsep baytul mal ini dapat dikatakan sebagai cikal bakal lembaga keuangan saat ini,
meskipun saat ini lembaga terkait sudah mengembangangkan fungsi mereka masing-masing
tapi bytul mal merupakan konsep dasar yang ideal dalam mengelola harta negara (Sirajuddin,
Isman, & Wardani, 2021).
DAFTAR PUSTAKA

Bertold, S. (1960). The Muslim Word: A Historical Survey. Leiden: E. J. Brill.

Ibnuddin. (2019, Juli). Pemikiran Ekonomi pada masa Rasulullah. Jurnal Pendidikan
dan Studi Ekonomi Islam, 5 no 1, 51-61.

Karim, A. A. (2002). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (3nd ed.). Jakarta, Jakarta,
Indonesia: The International of Ilamic Thiught.

Maftuha, Haeruddin, & Lutfika. (2021). Tradisi da Praktik Ekonomi pada masa
Rasulllah SAW. JUrnal Studi Keislaman, II, 16.

Natadipurba. (2016). Ekonomi Islam (3nd ed., Vol. III). Bandung, Jawa Barat,
Indonesia: PT Mobidelta Indonesia.

Sirajuddin, Isman, A. F., & Wardani, A. (2021). Siklus Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam. Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia: Alauddin University Press.

Anda mungkin juga menyukai