Langkah-langkah praktis pelaksanaan penelitian tindakan kelas dijabarkan dalam tulisan ini.
Fokus kegiatan-kegiatan antara lain. (1) planning, (2) acting, (3) observing, (4) reflecting.
Kegiatan-kegiatan ini disebut satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Bila satu siklus belum
menunjukkan tanda-tanda perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus
kedua, dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas (lihat / baca teacher' stories). Berikut ini
adalah penjelasan dari masing-masing langkah kegiatan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian
Tindakan Kelas merupakan penelitian yang menggunakan siklus berkelanjutan, maka tidak
mungkin satu penelitian tindakan kelas itu hanya satu siklus. Berikut digambarkan langkah-
Iangkahnya:
Planning (Perencanaan)
Yang temasuk dalam kegiatan planning adalah sebagai berikut: Identifikasi masalah,
perumusan masalah, dan analisis penyebab masalah dan pengembangan intervensi (action/
solution). Identiflkasi Masalah.
Masalah harus riil dan on-the job problem oriented, artinya masalah tersebut dibawah
kewenangan seorang guru untuk memecahkan. Masalah itu juga datang dari pengamatan
(pengalaman) seorang guru sendiri sehari-hari, bukan datang dari pengamatan orang lain.
Masalah itu dilihat/ diamati/ dirasakan dalam pelaksanaan tugas mengajar sehari-hari. Sebagai
contoh : menurut data kelas (sekolah) ditemukan bahwa (i) sebagian besar siswa (75%) tidak
dapat menguasai keterampilan matematika dasar, (ii) mayoritas siswa (> 85%) tidak berminat
belajar bahasa inggris. Masalah-masalah yang nyata (bukan imaginer), karena memang didukung
dengan data-data empiris seperti data kelas, data sekolah observasi, dan catatan-catatan harian
(journal/learning log).
Masalah harus problematik (artinya masalah tersebut perlu dipecahkan). Tidak semua
masalah pendidikan (pembelajaran) yang nyata (riil) adalah masalah-masalah yang problematik,
sebab : (i) pemecahan masalah tersebut kurang rnendapat dukungan literatur/ sarana-prasarana/
biroklaris, (ii) pemecahan masalah belum mendesak dilaksanakan, dan (iii) ternyata guru tidak
mempunyai wewenang penuh untuk memecahkan. Sebagai contoh : mayoritas siswa tidak dapat
membaca buku teks bahasa Indonesia dapat merupakan maaslah yang kurang problematik bagi
seorang guru biologi. Masalah ini lebih merupakan tanggung jawab (kewenangan) seorang guru
bahasa Indonesia.
Masalah harus memberi manfaat yang jelas, artinya pemecahan masalah tersebut akan
memberi manfaat yang jelas/ nyata. Untuk itu, pilihlah masalah-rnasalah riset yang memiliki asas
manfaat secara jelas. Untuk apa, yang akan terjadi, bila masalah tersebut dilontarkan beberapa
pertanyaan sebagai berikut: (i) apa yang akan terjadi bila masalah tersebut dipecahkan?, (ii)
resiko apa yang paling jelek bila masalah tersebut tidak segera dipecahkan? dan (iii) tujuan
pendidikan yang mana yang tidak tercapai, bila masalah tersebut tidak segera dipecahkan?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membimbing pada penemuan masalah-
masalah riset yang mendesak untuk dipecahkan.
Masalah riset CAR harus dapat dipecahkan/ ditangani. Bila dilihat dari sumber daya
peneliti (waktu, dana, minggu efektif semester, dukungan birokrasi, dan seterusnya) masalah
tersebut dapat dipecahkan. Dengan kata lain, tidak semua riset yang sudah riil problematik dan
manfaatnya jelas, selalu feasible. Untuk itu, harus dipilih masalah-masalah yang feasible dengan
pertimbangan faktor-faktor pendukung di atas.
Selama melaksanakan tindakan guru sebagai pelaksana intervensi tindakan mengacu pada
program yang telah dipersiapkan dan disepakati bersama dengan teman sejawat. Untuk itu
kekurangan atau kelemahan yang dilakukan guru pelaksana tindakan harus menyikapi secara
positif tentang apa yang akan disarnpaikan oleh teman sejawat demi perbaikan pembelajaran
yang dilakukan. Pengamat dapat menggunakan angket atau ceklist guna merekam kejadian yang
muncul pada waktu tindakan intervensi dilaksanakan.
Prinsip-prinsip pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas tidak jauh berbeda
dengan prinsip pengumpulan data pada jenis penelitian yang lain. Dengan kata lain prinsip
pengumpulan data pada penelitian formal dapat diterapkan pada penelitian tindakan kelas. Dalam
penelitian tindakan kelas umumnya baik data kualitatif mapun kuantitatif dimanfaatkan untuk
menggambarkan perubahan yang terjadi: perubahan pada kinerja guru, hasil prestasi siswa,
perubahan kinerja siswa, dan perubahan suasana kelas.
Observating adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret sejauh
mana efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action terus dimonitor
secara reflektif). Data kuantitatif tetang kemajuan siswa (nilai) dan data kualitatif (minat /
suasana kelas) perlu dikumpulkan. Langkah ini, peneliti rnenguraikan jenis-jenis data
dikumpulkan, cara pengumpulan data dan alat koleksi data (angket/ wawancara/ observasi, dan
lain-lain) tentang fenomena kelas yang dibuat siswa dan guru merupakan informasi yang
berharga.
Untuk mendapatkan data yang baik perlu disusun instrumen yang baik (artinya instrumen
yang valid dan reliabel). Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu secara tepat
mengukur apa yang hendak diukur. Kalau login mengukur minat siswa dalarn mengikuti
pelajaran bahasa Inggris, harus disiapkan instrumen yang marnpu mengukur motivasi, bukan
mengukur kecerdasan atau Pendapat siswa. Peneliti tindakan kelas harus selalu hati-hati dengan
data, dan harus yakin bahwa data yang dikumpulkan adalah data yang baik (valid).
Reliabilitas menyangkut akurasi dan konsistensi alat pengumpul data. Jika instrumen
tidak konsisten (berubah-ubah), maka instrumen tersebut tidak dapat dipercaya, Misalnya:
penggunaan alat tes standar kemampuan akademik yang dipakai hari ini tidak akan berubah jika
dipakai minggu berikutnya. Skor (nilai) kelompok siswa yang menjawab tes tersebut tidak akan
berbeda jauh. Nilai kelompok siswa yang sama yang menjawab soal-soal yang sama hari ini dan
minggu dengan cenderung tidak akan berbeda jauh. Oleh sebab itu, peneliti tindakan kelas
diharapkan terus mengingat kedua konsep tersebut kalau dalam pengumpulan datanya
menggunakan instrumen.
Dalam penelitian tindakan kelas dikenal pula apa yang disebut practical validity/
reliability, artinya sepanjang anggota kelompok action research memutuskan bahwa instrumen
dinyatakan valid dan reliabel, maka dapat digunakan. Dengan dernikian, kepercayaan suatu hasil
penelitian tindakan benar-benar dibangun oleh kualitas proses kolaborasi oleh masing-masing
anggota kelompok.
Sumber data. Data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan akurat.
Seorang guru/ peneliti ingin mengungkap masalah minat untuk meneruskan sekolah sesudah
lulus, data diambil dari guru konselor, atau data dokumen yang ada di staf administrasi. Hal
tersebut memberikan gambaran bahwa guru/ peneliti tersebut kurang tepat dalam menentukan
sumber data. Siapa/ apa yang dapat dijadikan sumber data yang tepat? Kalau akan mengungkap
minat yang tepat langsung ke siswa, bukan ke yang lain. Ada beberapa sumber data yang dapat
dimanfaatkan dalam penelitian tindakan kelas di samping siswa, yaitu: buku harian, dokumen
(catatan tentang hasil belajar), learning logs, journals, foto, laporan pengamatan, hasil angket dan
tes hasil belajar. Maka, untuk menetapkan sumber data dalam penelitian harus dipikirkan rnasak-
masak siapa/ apa yang akan dijadikan sumber data.
Analisis
Tahapan sesudah pengumpulan data adalah analisis data. Walaupun data yang telah
dikumpulkan lengkap dan valid, kalau peneliti tidak mampu menganalisis tidak mempunyai nilai
ilmiah yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan pengurnpulan
data yang sudah benar dan tepat dapat merupakan jantungnya penelitian tindakan, sedang
analisis data yang akan memberi kehidupan dalam kegiatan penelitian. Untuk itu seorang peneliti
perlu memahami teknik analisis data yang tepat, agar manfaat penelitiannya mempunyai nilai
ilmiah yang tinggi. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada 2 jenis data yang telah
dapat dikumpulkan peneliti: (a) data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis
secara deskriptif. Peneliti menggunakan cara analisis statistik deskriptif. Misalnya mencari nilai
rerata, persentase keberhasilan belajar dst. (b) data kualitatif yaitu data yang berupa informasi
wujud kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman
terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), tentang pandangan sikap siswa tehadap jenis metode
belajar yang baru (afektif), tentang aktifitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam
belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif.
Statistik dekriptif bertugas untuk memberikan upaya dan usaha melihat tentang
karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik tengah, mencari
persentase dan menyajikan data dalam bentuk-bentuk penyajian yang sangat, menarik mudah
dibaca dan mudah diikuti alur berpikirnya (grafik, tabel, chart). Yang lebih penting lagi adalah
statistik dapat digunakan untuk memaknakan data statistik kelas. Untuk data kualitatif yang
berupa: hasil wawancara, hasil pengamatan, berbagai isi journal hasil angket/ kuestioner, peneliti
tindakan kelas umumnya melakukan proses tabulasi data untuk mengorganisir data.
Reflekting
A. Judul Penelitian
Judul PTK hendaknya dirumuskan secara singkat, padat, spesifik dan tidak memberi
kemungkinan penafsiran yang beragam, serta mencerminkan permasalahan pokok yang akan
dipecahkan. Formulasi judul dibuat agar menampilkan wujud PTK bukan penelitian pada
umumnya. Umumnya di bawah judul di tuliskan pula sub judul. Sub judul di tuliskan untuk
menambah keterangan lebih rinci tentang subyek, tempat dan waktu penelitian.
Jumlah kata dalam judul sebaiknya tidak lebih dari 20 kata, dan judul harus memberikan
gambaran tentang apa yang dipermasalahkan dalam PTK, misalnya masalah yang dikaji adalah
peningkatan efektifitas pembelajaran sejarah, dan bentuk tindakan yang akan dilaksanakan untuk
menyelesaikan masalah adalah dengan mengembangkan keterampilan intelektual siswa.
Latar belakang masalah menguraikan kondisi objektif yang mendorong PTK itu
dilaksanakan. Kondisi ini merupakan hasil identifikasi guru terhadap masalah proses
pembelajaran yang diselenggarakan.
Penyusunan latar belakang masalah hendaknya dimulai dari penghayatan permasalahan yang
bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan permasalahan yang agak khusus, baru setelah itu
mengacu pada permasalahan yang sangat khusus, misalnya mengenai ketidak efektifan
pembelajaran sejarah, permasalahan bisa dimulai dari fenomena yang terjadi ditingkat nasional,
propinsi, baru setelah itu mengacu pada permasalahan dikelas yang diteliti.
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik
kesenjangan teoritik maupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti.
Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian,
kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait
erat dengan masalah yang akan diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti
mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh.
Latar belakang masalah berisi pemaparan atau deskripsi permasalahan yang sedang terjadi.
Biasanya, para peneliti mengemukakan fakta yang seharusnya terjadi dengan fakta yang ada di
lapangan sehingga tampak jelas adanya kesenjangan atau permasalahan yang menuntut untuk
segera diatasi. Tidak lupa, setiap permasalahan yang diangkat harus ditunjukkan bukti-bukti
empirisnya.
Bagian ini juga harus di kemukakan mengenai ide orisinal peneliti untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Tentu ide tersebut harus didukung dengan argumentasi dan berlandaskan
pada teori yang relevan. Bagian ini bukan wilayah kajian teori, tetapi boleh menyinggung
beberapa teori yang melandasi ide sang peneliti. Satu hal yang perlu diingat adalah, bahwa
bagian ini harus langsung menukik pada okus permasalahan, sehingga tidak terkesan bertele-
tele.
Dalam kaitannya dengan langkah pertama ini, yakni mengidentifikasi dan merumuskan
masalah, lebih dahulu di sajikan uraian tentang ruang lingkup masalah dalam PTK. Ini penting
agar dalam mengidentifikasi dan merumuskan ruang lingkup masalah, kegiatan mengidentifikasi
masalah tidak akan keluar terlalu jauh menyimpang dari permasalahan yang sesungguhnya akan
di teliti.
PTK dilakukan untuk mengubah perilaku penelitiannya yaitu guru, perilaku orang lain yaitu
siswa, atau merubah kerangka kerja yaitu kegiatan pembelajaran yang pada gilirannya
menghasilkan perubahan dan peningkatan kualitas keseluruhan aspek tersebut. Singkatnya, PTK
dilakukan untuk meningkatkan kualitas keseluruhan praktik pembelajaran dalam situasi nyata.
Sesuai dengan keragaman situasi lapangan, beragam pula konteks PTK, antara lain sebagai
berikut:
1) Berperan sebagai pemacu dilakukannya tindakan, yang tujuannya adalah agar sesuatu
dilakukan secara lebih tepat guna.
2) Ditujukan untuk keberfungsian personal, hubungan antarpribadi dan moral, berkenaan
dengan efisiensi kinerja, peningkatan motivasi dan keaktifan hubungan antar
individu.
3) Difokuskan pada analisis pekerjaan dan dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi dan
efisiensi professional.
4) Berkenaan dengan inovasi dan perubahan serta cara melaksanakannya dalam system
yang ada.
5) Difokuskan pada pemecahan masalah dalam konteks pembelajaran tertentu yang
memerlukan pemecahan atau perbaikan.
Dalam konteks ini, beberapa contoh bidang garapan PTK untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran diantaranya adalah:
Selain criteria diatas, sejumlah criteria berikut ini juga sangat penting diperhatikan
untuk menentukan masalah dalam PTK, yaitu:
1) Masalah yang akan diteliti dan dipeahkan diangkat dari praktik pembelajaran
dikelas,
2) Penanganan masalah dilakukan secara langsung dan segera pada saat itu juga,
3) Penelaahan atau pencermatan terhadap ada-tidaknya perbaikan atau kemajuan dari
tindakan yang dilakukan harus lebih berfokus pada data hasil observasi dan data
perubahan perilaku daripada data dokumentasi,
4) Masalah penelitian harus difokuskan untuk tujuan meningkatkan kualitas prktik
pembelajaran.
c. Perumusan masalah
Masalah dalam PTK adalah kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang
diinginkan dalam kegiatan pembelajaran. Masalah-masalah tersebut hendaknya
dideskripsikan dengan jelas agar perumusan masalahnya dapat dibuat secara jelas pula.
Pada intinya rumusan masalah harus mengandung deskripsi secara jelas tentang
kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan keadaan yang diinginkan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian harus sesuai dengan rumusan masalah dan tindakan perbaikan. Dalam hal
ini Anda harus ingat bahwa tujuan penelitian berbeda dari tujuan perbaikan. Tujuan penelitian
pada umumnya berkisar pada mendeskripsikan atau mengumpulkan informasi atau menguji
hipotesis. Terkait dengan tujuan penelitian pada umumnya, maka PTK pada umumnya bertujuan
untuk mendeskripsikan proses dan hasil perbaikan. Dengan perkataan lain tujuan ini berkaitan
dengan mencari jawaban apakah tindakan perbaikan yang kita lakukan berhasil mencapai
perbaikan yang diharapkan, atau ada yang perlu diubah pada daur (siklus) berikutnya.
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas. Paparkan sasaran antara dan akhir tindakan
perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat permasalahan yang dikemukakan
dalam bagian-bagian sebelumnya. Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan
formal. Sebagai contoh, PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam
mata pelajaran IPA melalui penerapan setrategi PMB yang baru, pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar mengajar, dan sebagainya. Pengujian dan pengembangan strategi PMB
baru, bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya, ketercapaian tujuan hendaknya dapat
diverifikasi sacara objektif. Lebih baik apabila dapat dikuantifikasikan supaya lebih jelas dan
terukur.
E. Manfaat Penelitian
Di samping tujuan PTK, perlu juga diuraikan kemungkinan manfaat penelitian. Dalam
hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan-keuntungan yang diijinkan,
khususnya bagi siswa sebagai pelaksana langsung hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana
PTK, bagi rekan-rekan guru lainya, serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda
dari konteks penelitian formal, manfaat bagi pengembangan ilmu teknologi dan seni tidak
merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
F. Kajian Pustaka
Kajian teori memang sering diidentikkan dengan buku dan sumber-sumber rujukan lain
sebab memang di situlah khazanah teori itu berada. Sayangnya, hal ini juga sering dijadikan
sebagai alasan bagi para peneliti, khususnya guru, untuk bermalas-malasan dan berkeluh kesah.
Dengan alasan tidak tersedia buku-buku pendukung yang dibutuhkan untuk melakukan
penelitian disekolah, guru kemudian enggan untuk melakukan PTK. Kemungkinan lain, guru
tidak mengetahui berada di buku apa teori-teori yang ia butuhkan untuk melakukan penelitian
itu. Di samping itu, factor budaya baca masih sangat rendah di Negeri ini termasuk juga di
kalangan guru menjadi kendala tersendiri. Tidak mungkin sebuah proses kajian teori atau
tinjauan pustaka bisa dilakukan dengan baik apabila si peneliti tidak suka membaca, khususnya
buku-buku standar penelitian yang biasanya cukup berat.
Dengan demikian, mencari dan membaca buku-buku tentang tema-tema yang relevan dengan
judul PTK adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Bagaimana bisa seorang guru menyuruh anak-
anak didiknya untuk rajin membaca sedangkan ia sendiri tidak suka membaca dalam
kesehariannya mereka? Dengan cara apalagi seorang guru bisa memperbarui pengetahuannya
jika ia tidak pernah membaca?
Atas dasar ini, PTK sekaligus juga bisa menjadi jembatan yang sangat ampuh untuk menjadi
guru professional. Guru yang dapat melakukan PTK dengan baik pasti memiliki kemampuan
mengajar yang baik juga. Tetapi, guru yang bisa mengajar dengan baik belum tentu dapat
melakukan PTK dengan baik. Mengapa bisa demikian? Hal ini tidak lain karena tingkat baca
pada guru yang mampu melakukan PTK.
Nah, dalam bagian kajian teori, guru harus mencari dan memaparkan beragam yang
mendukung ide untuk bertindak. Sekedar contoh, seorang guru mempaunyai ide untuk
menggunakan peraga dalam pembelajaran Matematika agar siswa lebih mudah menguasai
konsep-konsep Matematika. Maka, buku yang dibaca adalah buku-buku alat peraga dan
pelajaran Matematika yang ingin diajarkan kepada siswa. Dengan demikian, peneliti dapat
menemukan alasan yang kuat dan argumentasi yang akurat serta landasan teori yang kokoh
untuk menguji coba idenya tersebut.
G. Metode Penelitian
Yang dimaksud prosedur penelitian adalah langkah-langkah operasional baik yang terkait
dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, maupun refleksi. Langkah-langkah
operasional tersebut bersumber dari kerangka konseptual yang diuraikan pada bagian
sebelumnya.
Pada bagian ini digambarkan tindakan apa yang yang akan dilakukan untuk meningkatkan
mutu pembelajaran, seperti:
7. Indikator Keberhasilan
Pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara
eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya. Untuk tindak perbaikan melalui PTK
yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan
kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah jenis dan atau tingkat
kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari
implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
Indikator keberhasilan disusun berdasarkan pengalaman yang telah lalu dan
kondisi akhir yang diinginkan yaitu perbaikan/peningkatan, serta dalam menentukan
target dipertimbangkan kemampuan siswa untuk mencapainya sehingga realistis dan
tidak muluk-muluk.
DAFTAR PUSTAKA
Susilowati, D. (2018). PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SOLUSI ALTERNATIF
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN. JURNAL ILMIAH EDUNOMIKA, Vol. 02, No. 01.
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri
Malang. Hlm.11
Suyadi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: ANDI.
Hlm.31
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri
Malang. Hlm.12
Mohammad Asrori. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima. Hlm.88-91
Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 204
Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 204
Ibid. Hal: 205
Ibid. Hal: 205
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-
contohnya. Yogyakarta: Gava Media. Hal: 76
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-
contohnya. Yogyakarta: Gava Media. Hal: 78
Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 203
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-
contohnya. Yogyakarta: Gava Media.Hal: 84-85
Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 205