Anda di halaman 1dari 69

MAKALAH

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER
DI MIM AURSATI

Oleh:

DARNALIS,S.Pd.I
NIP. 196801012000032005

MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADYAH


AURSATI
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI MIS MUHAMMADIYAH
AURSATI
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak terkait yang telah membantu, memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini sesuai yang diharapkan.
Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini baik dari segi materi maupun dari segi penulisan. Oleh karna itu penulis menerima
dengan senang hati kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi untuk kemajuan ilmu pengetahuan kedepannya. Akhir kata, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, April 2023

Penulis
ABSTAKSI

DARNALIS (2023) : Implementasi Pendidikan Karakter di MIM Aursati.

Karakter bangsa sekarang sudah menjadi broblem Nasional. Berbagai berita di media
audio visual, audio dan media cetak sering memberitakan masalah karakter bangsa. Masalah
ini juga sering menjadi topik dalam pembicaraan para tokoh, baik itu tokoh pendidikan, tokoh
agama, tokoh budaya dan sebagainya. Hal ini bukan tidak beralasan karena secara kasat mata
dapat dilihat bahwa nilai karakter bangsa sekarang sudah jauh bergeser, mulai dari
penampilan, tatakrama, tuturkata, sampai kepada perbuatan yang sudah meresahkan
masyarakat. Berbagai alternatif sudah banyak di tawarkan untuk memperbaiki nilai karakter
bangsa ini. Mulai dari membuat undang-undang, peningkatan pelaksanaan penegakan hukum,
dan penanaman nilai karakter melalui dunia pendidikan. Dari berbagai alternatif yang
diajukan, maka penanaman nilai karakter melalui dunia pendidikan dirasa lebih efektif, karena
dunia pendidikan akan mampu membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di MIM
Aursati, faktor pendukung dan menghambat pelaksanaannya serta untuk mengetahui karakter
siswanya. Objek penelitian ini adalah implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati dan
yang menjadi sabjek dalam penelitian ini adalah semua guru yang melakukan pembelajaran di
kelas, dengan jumlah tujuh belas orang. Ketujuh belas orang tersebut sekaligus merupakan
populasi dalam penelitian ini. Karena jumlah pupulasinya tidak banyak, maka ketujuhbelas
guru tersebut sekaligus merupakan responden/informan. Dengan demikian penelitian ini tidak
menggunakan sampel. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan
kualitatif, dengan demikian untuk memperoleh data, penulis lakukan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data adalah deskriptif kualitatif dengan
persentase.
Hasil penelitian ini adalah Implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati sudah
berjalan dengan” sangat baik”, dengan persentase 73,8%, secara personal guru, juga dapat
diketahui bahwa dari 17 orang responden, 12 orang telah melaksanakan pendidikan karakter
dengan kategori “sangat baik”, 4 orang dengan kategori baik dan hanya satu orang kategori “
cukup baik”. Faktor pendukung Implementasi Pendidikan Karakter ini adalah; SDM Guru
yang baik, pengawasan dari atasan yang baik, sedangkan yang menjadi penghambat adalah;
lingkungan yang kurang kondusif, sarana dan prasarana yang kurang, anggaran yang terbatas
dan kegiatan ektrakurikuler yang tidak berjalan. Mengenai karakter siswa secara umum belum
dikatakan berkarakter baik.
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Dengan rahmat, karunia dan inayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan karya ini,

walaupun banyak sekali hambatan dan tantangannya. Oleh sebab itu tidak ada ucapan yang

pantas penulis ungkapkan kecuali hanya senantiasa memuji dan bersyukur kepada-Nya dalam

setiap waktu. Salawat dan salam mudah-mudahan senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang,

yakni alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan peradaban.

Penulisan Makalah ini di maksud untuk memenuhi salah satu persyaratan merupakan hasil
makalalah yang ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan utuk mengajukan kenaikan Pangkat IVa
di lingkungan Kementrian Agama Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Dalam menyelesaikan Makalah
ini penulis menyadari begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan uluran tangan
dan kemurahan hati kepada penulis. Terutama keluarga besar penulis, khususnya penulis cintai dan
sayangi sepanjang hayat, yaitu Suami tercinta ZULKARNAINI dan Anak tersayang Ronaldo dan
Dodi Irwansyah yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun material. Selain itu,
pada kesempatan ini penulis juga ingin menyatakan dengan penuh hormat ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Seluruh Majlis Guru MIM Aursati yang selalu membantu dan memberikan saran saran kepada
penulis.
2. Siswa dan siswi MIM Aursati yang telah bersedia membantu kelancaran penulis untuk
melakukan penelitian dalam penulisan Makalah ini.

Penulis tidak bisa membalas jasa baik yang Bapak Ibu berikan, semoga semuanya
menjadi amal sholeh hendaknya dan dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat ganda.
Amin Ya Rabbal Alamin

Aursati, 2023

Darnalis,S.Pd.I
NIP. 196801012000032005
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ditengah masyarakat Persoalan budaya dan karakter bangsa menjadi sorotan .

Sorotan ini tertuang dalam berbagai media, baik media cetak seperti majalah maupun

koran, juga dalam media elektronik seperti radio dan televisi. Berbagai tulisan, forum

dialog, seminar mulai tingkat daerah sampai ke tingkat nasional, selalu membicaraka

persoalan karakter bangsa ini.

Berbagai alternatif penyelesaian masalah karakter bangsa ini telah banyak

diajukan, seperti pembentukan berbagai peraturan-peraturan, perundang-undangan,

meningkatkan upaya pelaksanaan dan penegakan hukum, dan sebagainya. Dari berbagai

alternatif yang diajukan tersebut, yang cendrung mampu untuk mengatasi, paling tidak

mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa adalah pendidikan. Pendidikan

dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif, karena pendidikan membangun

generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif,

pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda dalam berbagai

aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan

karakter bangsa ini.

Sebagai contoh di Amerika pada tahun 1988 Dr James Finch, pengawas

Madrasahr di Swet Home School District, Amherst, New York memutuskan untuk

mengangkat kembali pendidikan karakter dan menjadikannya sebagai prioritas di

distriknya. Dia menulis surat kepada seluruh stafnya dan bertanya,”Siapa yang

menganggap bahwa pendidikan karakter ini penting dan ingin terlibat di dalamnya?”

sebanyak 75 % menyambut ajakannya. Kemudian dia membentuk Values Education


Council ( Badan Pendidikan Nilai) yang beranggotakan 19 orang dan diketuai oleh guru

senior, yaitu Sharon Banas. Beliau mengajak kesetiap Madrasahr untuk

mengidentifikasi nilai-nilai yang menjadi perhatian utama mereka. Disamping itu juga

membuat strategi-strategi untuk menanggulanginya.1

Di Indonesia pendidikan karakter ini bukanlah suatu hal yang baru, tapi telah

menjadi cita-cita luhur dari pendiri bangsa ini, sebagaimana yang tersirat dalam empat

pilar kebangsaan yaitu, Pancasila, Pembukaan UUD 1945. NKRI dan Bhinneka

Tunggal Ika. Sejak tahun 1968 tokoh pendidikan nasional Indonesia Ki Hajar

Dewantara telah mengupas tuntas mengenai pendidikan karakter ini, yang disebutnya

dengan pendidikan budi pekerti dalam bukunya Pendidikan dan Kebudayaan.2

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan dan

menanamkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik. Pendidikan ini diharapkan

menjadi dasar bagi mereka dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Pendidikan karakter

juga mengembangkan diri mereka sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, dan

sebagai warga negara. Karena itu pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana

yang benar dan mana yang salah, tapi lebih luas dari itu. Pendidikan karakter

menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta

didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan

(afektif) nilai yang baik dan bisa melakukannya (psikomotor).

Dalam Undang-Undang Dasar 1945, mengenai Pendidikan karakter terdapat

dalam BAB XIII, Pasal 31 Ayat 3, yang berbunyi:

1
Thomas Lickona. Educating for Character, ( Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik
Siswa Menjadi Pintar dan Baik), Diterjemahkan oleh Lita.S, ( Bandung:Nusa Media, 2013), hlm: 37
2
Suyudi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm:3
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan
Nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang.” Ayat
5 menyatakan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia”.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Bab I (Ketentuan Umum) Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.” Ayat 2 berbunyi “Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai Agama, Kebudayaan Nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.”3
Bab II ( Tentang Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Nasional) Pasal 1,

berbunyi:

“Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945” Pasal 2 “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”4
Sebagai penjabarannya Undang-Undang No 20 tahun 2003 itu dijelaskan dalam

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi, Permendiknas nomor 23

Tahun 2006 tentang SKL, Inpres nomor 1 Tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan

peroritas Pembangunan Nasional tahun 2010 menyatakan/menghendaki

/memerintahkan pengembangan karakter peserta didik melalui pendidikan di

Madrasahr.5

3
Permendiknas Tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Jakarta: Asa Mandiri, 2008) hlm.82
4
Ibid. hlm. 85
5
Kementrian Pendidikan Nasional, Kementrian Agama. Peningkatan Menajemen Melalui
Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/ Madrasah.,(Jakarta ,2011), hlm: 243.
Dalam UUSPN pasal 3 Menyebutkan:

1. Pendidikan Nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk


karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
UUSPN pasal 3 ini dijabarkan dalam Standar Kelulusan (SKL) SMP/MTs.
1. Mengamalkan ajaran Agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja ;
2. Memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri;
3. Menunjukkan sikap percaya diri;
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih
luas;
5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional;
6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkugan sekitar dan sumber-
sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
7. Menunjukkan kemampuan befikir logis, kritis, kreatif dan inovatif;
8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya;
9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari;
10. Mendiskripsikan gejala alam dan soaial;
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia ;
13. Menghargai karya seni dan budaya Nasional;
14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkaarya;
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar aman dan memanfaatkan waktu
luang dengan baik;
16. Berintekasi dan berkomunikasi secara efektif dan santun;
17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat, menghargai adanya perbedaan pendapat;
18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek
sederhana;
19. Menunjukkan keteramppilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggeris sederhana;
20. Mengusai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
menengah;
21. Memiliki jiwa kewirausahaan6.
Standar Kelulusan (SKL) dijabarkan dalam kerja operasional sebagai berikut:

1. Nilai karakter dalam hubungan manusia dengan Tuhan


a. Religius
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a. Kejujuran
b. Kecerdasan
c. Rasa tanggung jawab
d. Kebersihan dan kesehatan
e. Kedisiplinan
f. Berfikir logis, kritis, kreatif ,inovatif
g. Ketangguhan
h. Keingintahuan
i. Cinta ilmu
j. Rasa percaya diri
k. Kemandirian
l. keberanian mengambil risiko
m. Berorientasi pada tindakan
n. Jiwa kepemimpinan
o. Kerja keras
3. Nilai karakter dalam Hubungan Antar manusia
a. Tolong menolong
b. Kesatuan
c. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
d. Kepatuhan pada aturan-aturan social
e. Menghargai karya dan prestasi orang lain
f. Demokrasi
4. Nilai karakter dalam hubungan manusia dengan lingkungan
a. Kepedulian terhadap lingkungan
5. Nilai kebangsaan
a. Nasionalisme
b. Menghargai keberagaman.7

6
Ibid, hlm: 244.
7
Ibid, hlm:247
Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia identik dengan tujuan pendidikan

secara umum. Berbicara tujuan pendidikan, sama artinya berbicara mengenai nilai

dan norma dalam suatu konteks kebudayaan, agama (kepercayaan), filsafat, idiologi

dari suatu masyarakat atau bangsa.8 Indonesia sebagai bangsa yang beragama, dengan

idiologi Pancasila, didalam sarat dengan nilai-nilai karakter, tentu tujuan

pendidikannya berorientasi kepada nilai karakter yang sesuai dengan agama dan

Idiologi Pancasila.

Tatang,S mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mencetak anak didik

agar beriman. Wujud nyata dari tujuan itu adalah kesempurnaan akhlak anak didik.

Dengan demikian kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan, dalam lembaga

formal maupun lembaga non formal harus berorientasi kepada tujuan tersebut.9

Selanjutnya Al Abrasyi dalam Tatang mengatakan tujuan pendidikan secara lebih

terperinci menjadi lima hal yaitu:

1. Membentuk akhlak mulia, sebab salah satu tujuan pendidikan yang paling
mendasar adalah pembentukan akhlak dan kesucian jiwa.
2. Menyiapkan anak didik untuk dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat
3. Persiapan untuk mencari nafkah, atau yang lebih terkenal sekarang dengan
tujuan vokasional dan profesional
4. Menumbuhkan semangat ilmiah para siswa dan memuaskan keingin
tahuannya(curiosity)
5. Menyiapkan anak didik agar menjadi profesional dan teknisi yang andal, dan
memiliki keterampilan bekerja dalam masyarakat.10

Kartini Kartono dalam Tatang.S mengutip beberapa pendapat

mengenai tujuan pendidikan diantaranya:

1. Plato mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mewujudkan manusia


sebagai warga Negara yang baik, yang menyadari kewajiban morilnya terhadap
Bangsa dan Negara, dan bertingkah laku menurut akhlak dan moral yang tinggi.

8
Hidayat Syah., Filsafat Pendidikan Islam, (Pekanbaru: LP2S Indrasakti, 2012), hlm: 70
9
Tatang.S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,2012), hlm:61.
10
Ibid, hlm:62
2. Kohnstamm mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu seseorang
dalam upaya memanusiakan diriya sendiri untuk mencapai ketentraman batin
yang paling dalam, tanpa menganggu dan membebani orang lain.
3. Jonas Cohn mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu anak didik
menjadi manusia yang mandiri dan dapat bergaul dalam masayarakat dengan
sikap berbudaya yang manusiawi.11

Secara khusus tujuan pendidikan yang disampaikan oleh beberapa tokoh

di atas, sangat identik dengan tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam

adalah membentuk peserta didik menjadi insan yang shaleh dan bertaqwa kepada

Allah SWT.12 Ketakwaan dan keshalehan itu ditandai dengan kemapanan aqidah

dan keadilan yang mewarnai segala asfek kehidupan seseorang yang meliputi;

pikiran, perkataan, perbuatan, pergaulan dan lain sebagainya.13 Secara rinci Hidayat

Syah menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah:

pertama, Mengajarkan agar manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah


SWT. Kedua Menekankan urgensinya ilmu pengetahuan dan perlunya
menggunakan akal untuk berfikir tentang alam semesta. Ketiga Mengajarkan
pentingnya amal shaleh ( karya yang positif) dan mendudukkan amal shaleh sebagai
manifestasi iman. Keempat Menekankan pentingnya akhlak atau etika dalam
kehidupan.14
Dilihat dari asfek-asfek yang mendasari pendidikan karakter, semuanya

tidak terlepas dari nilai-nilai agama. Beberapa pakar malah menjadikan agama

sebagai landasan pendidikan karakter. Dengan demikian penanamkan nilai karakter

kepada siswa, harus dimulai dari penanaman nilai agama. Dengan kata lain

pendidikan karakter dapat dilihat sejauh mana seseorang mengaplikasikan nilai-

nilai agama dalam kehidupannya.

11
Ibid, hlm: 63.
12
Kadar M .Yusuf. Tafsir Tarbawi. Pesan-Pesan al Quran Tentang Pendidikan, (Jakarta:
Amzah, 2013), hlm :82
13
Ibid, hlm.83
14
Hidayat Syah. Op-Cit , hlm: 73
Sebuah poling Nasional Amerika yang dilakukan oleh Research and

forecast inc tahun 1981 menemukan bahwa sepertiga masyarakat Amerika

menyatakan bahwa mereka adalah masyarakat yang” beragama”. Bagi mereka,

bimbingan yang pertama dan utama dalam pembentukan karakter adalah nilai agama

yang mereka anut. Agama merupakan sebuah acuan utama yang membawa mereka

untuk membentuk kehidupan yang berkarakter.15 Madrasahr sebagai intitusi

pembentuk karakter bangsa, harus mengintegrasikan nilai agama dalam

pembelajaran. Nilai agama yang diintegrasikan itu akan mewarnai karakter siswa.

Secara implisit pendidikan karakter telah dilaksanakan oleh setiap guru

dalam pembelajaran. Pelaksanaan nilai karakter ini di dasari oleh rasa tanggung

jawab sebagai seorang guru. Di samping itu bagi umat Islam menanamkan nilai

karakter merupakan bagian dari perintah agama. Hal ini dapat dilihat dalam al

Quran Surat Luqman ayat 17 dan 18:

17. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan


yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-
hal yang diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
Berbeda dengan imlementasi pendidikan dahulu, sekarang pendidikan

karakter telah di atur dan diundang-undangkan. Diantaranya UU No 20 tahun 2003

tentang Sisdiknas. Inpres Nomor 6 tahun 2010 tentang Muatan Kurikulum, Inpres

Nomor 17 tahun 2011 tentang Pendidikan Anti Korupsi. Sebagai tindak lanjut dari

Inpres tersebut, dikeluarkan Surat Edaran Mentri Pendidikan Nasional Indonesia

15
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Terj Juma Abdu Wamaungo. Cet
2.(Jakarta: PT Bumi Aksara.2013), hlm: 64.
No 384/MPN/LL/2011. Surat Edaran tersebut ditujukan kepada :Gubernur, Bupati,

Wali Kota, Dinas Pendidikan, Komite dan Kepala Madrasahr di setiap jenjang

pendidikan dasar dan Menengah. RPP yang memuat nilai karakter kita kenal dengan

sebutan RPP berkarakter. Untuk model pendidikan karakter sebagai mata pelajaran

yang berdiri sendiri, guru harus membuat silabus, RPP pendidikan karakter, bahan

ajar dan Penilaian hasil belajar. Mengenai model apa yang di terapkan di Madrasahr

tergantung kepada kebijakan Madrasahr masing-masing, yang pasti setiap

Madrasahr diharuskan melaksanakan pendidikan karakter. MIM Aursati sebagai

Madrasah yang berada di bawah Kementrian Agama Kampar tentu melaksanakan

pendidikan karakter.

Dalam studi awal penulis, MIM Aursati, telah menimplementasikan

pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan wawancara penulis dengan Ketua

Yayasan MIM Aursati, Hari Senin Tanggal 28 September 2020, selanjutnya ia juga

menjelaskan mengenai peserta didik, beliau menjelaskan, bahwa 100% siswanya

muslim. Mengenai tenaga pendidik dan kependidikan di MIM Aursati mayoritas

beragama Islam,. Dalam teknik penanaman nilai karakter banyak pakar yang

mengatakan bahwa penanaman nilai karakter lebih menyentuh jika dilakukan

melalui pendekatan keagamaaan. Dari segi lingkungan berdasarkan observasi

penulis, MIM Aursati, berada di dekat Mesjid AT-TAQWA

Melihat dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian berkenaan dengan implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati,

Bagaimana karakter siswanya dan Apa faktor pendukung dan penghambat


implementasi pendidikan karakter di MIM ini. Untuk mencari jawaban mengenai

permasalahan di atas penulis melakukan penelitian dengan judul “Implementasi

Pendidikan Karakter di MIM Aursati.”

B. Definisi Istilah

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam memahami

arti dan makna yang terkandung dalam judul di atas maka penulis kemukakan

pengertian beberapa istilah sebagai berikut:

1. Implementasi

Secara etimologi implementasi adalah pelaksanaan.16 Secara

terminologi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya.17

Implementasi merupakan unsur penting dalam proses perencanaan. Dengan

demikian implementasi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pendidikan

karekter di MIM Aursati.

2. Pendidikan karakter

Karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan

norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat dan estetika.18

Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peseta

didik mengenal dan peduli dan menginternalisasikan nilai-nilai sehingga

peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.19

Zainal Aqib mengatakan pendidikan karakter adalah suatu sistem


penanaman nilai-nilai prilaku kepada warga Madrasahr yang meliputi

16
WJS Purwa Darminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi ke tiga ( Jakarta: Balai
Pustaka.2006), hlm. 441
17
Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain System Pembelajaran,(Jakarta: Kencana.2010),
hlm: 25
18
Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama RI.Peningkatan Menajemen
Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah. ( Jakarta : Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar, Kemendiknas dan Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam Kemenag
RI :2011), hlm: 245
19
Ibid
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
nilai, baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan
maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil.20

C. Permasalahan

1) Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, penulis

menemukan beberapa masalah sebagai berukut:

a. Adanya siswa MIM Aursati yang melanggar peraturan Madrasah, misalnya

sering tidak masuk, tidak menjaga kebersihan lingkungan, merokok, tidak

disiplin dalam berpakaian, tidak ikut sholat berjamaah, dan sebagainya, pada

hal semua itu mencerminkan karakter yang tidak baik sebagai seorang siswa.

b. Guru-guru MIM Aursati semuanya muslim sementara siswa yang mereka

didik mayoritas beragama non muslim, hal ini menimbulkan kesulitan dalam

menanamkan nilai karakter melalui pendekatan nilai religius.

c. MIM Aursati berada berdekatan lingkungan dengan MAS. Dalam

pendidikan karakter lingkungan merupakan salah satu faktor pembentuk

karakter, lingkungan yang tidak kondusif akan mempengaruhi karakter

siswa.

d. MIM Aursati melaksanakan pendidikan pagi sampai Siang hari Sempitnya

waktu yang tersedia menjadi kendala dalam penanaman nilai karakter,

misalnya waktu sholat berjamaah, berbaris di depan kelas, terbatasnya

waktu untuk kegiatan ektrakurikuler dan sebagainya.

20
Zainal Aqib, Pendidikan Karakter di Sekolah, ( Bandung: Yrama Widya.2012), hlm:36
e. Banyaknya faktor-faktor lain yang mempengaruhi implementasi pendidikan

karakter di MIM Aursati. Pendidikan karakter tidak akan berjalan maksimal

tanpa didukung oleh semua asfek.

2) Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini tidak melebar,

maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Mengenai implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati.

2. Karakter siswa MIM Aursati

3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter di

MIM Aursati.

3) Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati?

2. Bagaimana karakter siswa MIM Aursati?

3. Apa faktor penghambat dan pendukung implementasi pendidikan karakter di

MIM Aursati?

D. Tujuan dan manfaat Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati

Untuk mengetahui karakter siswa MIM Aursati.

b) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi

pendidikan karakter siswa MIM Aursati.


2) Manfaat Penelitian:

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Untuk memberikan masukan bagi pendidik dan tenaga kependidikan agar

mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan karakter dalam upaya

menjadikan siswa berkarakter lebih baik.

b) Melatih penulis dalam mengungkapkan pikiran lewat tulisan secara ilmiah,

sistematis serta menambah wawasan terhadap disiplin ilmu yang digeluti.

c) Sebagai sumber informasi yang bisa dijadikan masukan bagi pendidik,

tenaga kependidikan dan pengelola Madrasah dalam pelaksanaan

pendidikan karakter di MIM Aursati.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Karakter

Karakter Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal

dari Bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave” yang
bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.21

Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-

sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan

yang lain, dan watak. Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul

khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.22 Orang

berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat,

atau berwatak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari

diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterimanya dari

lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir.23

Secara terminologis, makna Karakter yang dikemukakan oleh Thomas

Lickona, adalah: “A reliable inner disposition to respond to situations in a

morally good way.” 24 Selanjutnya Lickona, membagi karakter mulia (good

character) menjadi tiga tingkatan, yaitu: meliputi pengetahuan tentang

kebaikan, (moral knowing), komitmen terhadap kebaikan (moral feeling) dan

melakukan kebaikan (moral behavior). Dengan kata lain, karakter mengacu

kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi

(motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).25

21
Jhon M. Echols dan Hassan Shadly, Kamus Inggeris Indonesia Cetakan XXV( Jakarta:PT
Gramedia Utama.2003), hlm:224
22
WJS. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi ke tiga, ( Jakarta: Balai
Pustaka,2006), hlm:.521
23
. Doni Koesoema. Strategi Pendidikan Karakter Revolusi Mental Dalam Lembaga
Pendidikan. ( Yogyakarta: PT Kanisius.2015), hlm:.30
24
Suyadi. Stretegi Pembelajaran Pendidikan Karakter.( Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2013), hlm: 5
25
Ibid
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan

akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia secara

universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka

berhubungan dengan tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia,

maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma,

budaya, dan adat istiadat.

Untuk melengkapi pengertian tentang karakter ini akan dikemukakan juga

pengertian akhlak, moral, dan etika. Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab “al-

akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari kata “al-khuluq” yang berarti budi

pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.26 Secara terminologis, menurut al

Jurjani27, akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri,

yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa

perlu berfikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut melahirkan perbuatan-

perbuatan yang baik menurut akal dan syariat secara mudah atau reflek , maka

sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik sedangkan jika darinya

keluar perbuatan-perbuatan yang buruk maka sifat tersebut dinamakan akhlak

yang buruk.28 Dengan demikian akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang

26
Ahmad Warson Munawwir. Kamus Bahasa ArabIndonesia, (Yogyakarta:Lembaga
Pengadaan Ilmu-Ilmu Keagamaan Pondok Pesantren al Munawwir.1984), hlm:.393
27
Beliau ialah Abu Bakr Abd al-Qahir bin Abd al-Rahman bin Muhammad al-Jurjani, lahir
pada awal kurun kelima Hijrah di Jurjan, Iran. Jurjan pada waktu itu merupakan sebuah bandar yang
begitu indah, subur dan penduduknya memiliki akhlak yang sangat baik seperti mana dilaporkan oleh
Yaqut al-Hamawi (al-Hamawi, jil. 2: 1119). Jurjan telah melahirkan sarjana- sarjana dalam perbagai
bidang. Dan beliau mengarang kitab Dala’il al I’jaz.
28
Ali Abdul Halim Mahmud. Akhlak Mulia. terjemahan Abdul Hayyie al Kattani, ( Jakarta:
Gema Insani. 2004), hlm:.32
mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak dipengaruhi oleh

pikiran. Pendapat yang senada dengan ini juga dikemukakan oleh Ibnu

Maskawaih29. Sedang al-Ghazali30 mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat

yang tetap pada jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan

mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran.31Dalam persfektif Islam,

akhlak tidak dapat dipisahkan dengan sifat-sifat terpuji, bahkan hal ini senantiasa

di hubungkan dengan sifat-sifat yang ada pada Allah SWT. Sehingga sifat ini

diinginkan dan di perintahkan Allah untuk melekat dalam setiap perilaku dan

aktivitas manusia.32

Dalam khazanah perbendaharaan Bahasa Indonesia kata yang setara

maknanya dengan akhlak adalah moral dan etika. Kata-kata ini sering

disejajarkan dengan budi pekerti, tata susila, tata krama, atau sopan santun.33

Pada dasarnya secara konseptual kata etika dan moral mempunyai pengertian

serupa, yakni sama-sama membicarakan perbuatan dan perilaku manusia

ditinjau dari sudut pandang nilai baik dan buruk. Akan tetapi dalam a plikasinya

etika lebih bersifat teoritis filosofis sebagai acuan untuk mengkaji sistem nilai,

sedang moral bersifat praktis sebagai tolok ukur untuk menilai perbuatan yang

dilakukan oleh seseorang. Etika lebih memandang perilaku secara universal,

sedang moral memandangnya secara lokal. Untuk mengaplikasikan akhlak,

29
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammmmad bin Ya’qub bin Maskawaihi,
Ia lahir di Rayy ( Theran, Ibu Kota Republik Islam Iran sekarang). Pada tahun 320 H/932 M dan
wafat pada usia lanjut di Isfahan pada tanggal 9 shafar 421H/16 Februari 1030 M . Ibnu Maskawaihi
hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaihi di Baghdad 320 -450 H/932 -1062 M yang
sebahagian besar pemukanya bermazhab Syiah.
30
Al Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad al Gazali, yang
terkenal dengan Hujjatul Islam. Baliau lahir pada tahun 450 H, bertepatan dengan tahun 1059 M di
Ghazalah suatu kota kecil yang terletak di Thus wilayah Khurasan, yang waktu itu merupakan pusat
ilmu pengetahuan di dunia Islam.
31
Ali Abdul Halim Mahmud, Op-Cit, hlm: 28
32
Amril.M. Akhlak Tasauf. (Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau. (2007), hlm:6
33
Ibid, hlm:27
etika, atau moral dalam diri seseorang dimunculkan bidang ilmu yang disebut

Pendidikan Akhlak, Pendidikan Etika, atau Pendidikan Moral.

Badan penelitian dan pengembangan Pusat Kurikulum Pendidikan

Nasional mendefinisikan karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian

seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues)

yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,

bersikap, dan bertindak.34. Selain itu, karakter dilihat dari sudut pandang

behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki manusia sejak

lahir. Karakter disebut juga dengan ciri khas yang asli dan mengakar pada

kepribadian benda atau individu, dan merupakan “mesin” yang mendorong

seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespons sesuatu.35 Karakter

adalah perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama,

kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat dan estetika.36 Dengan dimikian

penulis berpandapat bahwa karakter adalah tabiat, perbuatan atau perilaku yang

dimiliki oleh individu yang dilandasi oleh norma agama, hukum, konstitusi, adat

dan estetika.

2. Pendidikan Karakter

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan

Nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan

Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk

34
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Krikulum Kementrian Pendidikan
Nasional ,2011, hlm:.3
35
M Furqan Hidayatullah. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban B
angsa, (Solo: Yuma pustaka.2010),hlm: 12-13
36
Direktorat pendidikan dasar dan menengah Kemendidknas , Direktorat Pendidikan
Islam Kemenag RI. Peningkatan menejemen Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di
sekolah/Madrasah, (Jakarta ,2011), hlm: . 245
memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Sejalan dengan hal tersebut

pendidikan karakter melalui pendidikan di MIM merupakan suatu sistem

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga MIM yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-

nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri sesama,

lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang luhur.

Menurut Zainal Aqib, pendidikan karakter adalah pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang tujuannya

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik

buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam

kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.37 Pendidikan karakter menurut

Zainal Aqib dan Sujak adalah suatu penanaman nilai-nilai karakter kepada

warga MIM yang meliputi komponen pengetahuan kesadaran dan kemauan dan

tindakan untuk melaksanakan nilai tersebut.38 Sri Narwanti mengatakan

pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada

warga MIM yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dan kemauan dan

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga

menjadi insan kamil.39

37
Zainal Aqib. Pendidikan Karakter di Sekolah, Membangun Karakter dan Kepribadian
Anak, (Bandung: CV Yrama Widya, 2012), hlm: 24
38
Zainal Aqib dan Sujak. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter,( Bandung
:CV.Yrama Widya, 2011), hlm: 3
39
Sri Narwanti. Pendidikan Karakter, ( Yogyakarta : Familia , Grup Relasi Inti Media
,2011), hlm: 14.
Dalam pendidikan karakter di MIM, semua komponen harus dilibatkan,

termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri. yaitu isi kurikulum,

proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau

pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan MIM, pelaksanaan aktivitas atau

kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos

kerja seluruh warga dan lingkungan MIM. MIM berperan membantu peserta

didik untuk belajar bagaimana menghadapi perubahan secara mendasar.

Perubahan merupakan bagian dari masa lalu dan masa depan yang akan

dihadapi. Dengan fungsi tersebut, MIM merupakan institusi penjaga nilai yang

harus mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang sangat

dibutuhkan untuk dapat hidup di dalam masyarakat yang selalu berubah.

Doni Koesoema juga mengatakan bahwa pendidikan karakter tidak

hanya diperuntukkan kepada peserta didik saja, melainkan juga bagi setiap

individu di dalam lembaga pendidikan itu sendiri sebab pada dasarnya mereka

mempunyai tangung jawab untuk mengokohkan pemahaman moral yang akan

menjadi panduan bagi mereka di dunia pendidikan.40 Begitu juga dengan Yahya

Khan mengatakan bahwa pendidikan karakter mangajarkan kebiasaan cara

berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama

sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk

membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.41

40
Doni Koesoema. Strategi Pendidikan Karakter Revolusi Mental Dalam Lembaga
Pendidikan. ( Yogyakarta. PT Kanisius.2015), hlm:17
41
Yahya Khan. Pendidikan Karakter Berbasisi Potensi Diri Mendongkrak Kwalitas
Pendidikan, ( Jakarta: Pelangi Publishing.2010), hlm:1
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter ini Lickona mengatakan bahwa
pendidikan karakter sebaiknya diajarkan secara sistematis dalam model
pendidikan yang holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the
good, acting the good. Pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good),
setelah knowing the good perlu ditumbuhkan perasaan senang atau cinta
terhadap kebaikan (feeling the good). Selanjutnya, feeling the good diharapkan
menjadi mesin penggerak sehingga seseorang secara suka reka melakukan
perbuatan yang baik (acting the good). Penanaman dengan model seperti itu,
akan mengantarkan seseorang kepada kebiasaan berlaku baik.42
Dalam penanaman pendidikan karakter yang utama adalah keteladanan.

orang tua memberikan contoh perilaku yang positif kepada anak-anaknya, guru

memberi contoh kepada anak didiknya. Sementara itu, para pemimpin

memberikan teladan karakter yang baik kepada masyarakat. Pendidikan karakter

membutuhkan proses internalisasi nilai-nilai. Untuk itu diperlukan pembiasaan

agar pembentukan karakter itu tumbuh dari dalam diri pribadi individu.

Dengan demikian implementasi pendidikan karakter di MIM adalah

agar terjadi perubahan sikap pada anak didik yang semula kontra produktif

berubah menjadi produktif, inovatif dan kreatif. Dengan kata lain, proses

kegiatan yang dilakukan dengan segala daya upaya secara sadar dan terencana

untuk mengarahkan anak didik agar mereka mampu mengenali dirinya, melalui

kebebasan dan penalaran, serta mengembangkan segala potensi diri yang ia

miliki.43

Dari beberapa pendapat di atas dapat di katakan bahwa tujuan

pendidikan karakter adalah untuk menumbuhkan moral yang positif, memahami

dan menghayati nilai-nilai yang relevan dengan perkembangan harkat dan

martabat manusia, dan merupakan pedoman dalam pembentukan karakter siswa

42
Mulyasa. Menajemen Pendidikan Karakter, ( Jakarta: Bumi Aksara. 2014) hlm:.4
43
Ibid , hlm: 2
di MIM yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter peserta didik

sesuai dengan standar kompetensi lulusan.

Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di MIM Paul

Suparno dalam Nurul Zuriah menawarkan empat cara, yaitu:

1. Cara Pendidikan Karakter Sebagai Mata Pelajaran Tersendiri.

Pendidikan karakter dengan mata pelajaran sendiri, dimaksudkan

bahwa pendidikan karakter terpisah dari pelajaran lain, dengan

demikian pendidikan karakter harus dicantumkan dalam jadwal

pelajaran, guru harus membuat Garis Besar Program Pengajaran(

GBPP ). Satuan Pelajaran (SP) dan Rancana Pengajaran (RP)

metodologi pengajaran dan evaluasi pengajaran.

Dari segi efisien dan fokus pelaksanaan pendidikan karakter dengan

cara sebagai mata pelajaran tersendiri sepertinya lebih baik, tapi dari

sisi lain seolah-olah penanaman nilai karakter hanya menjadi

tanggung jawab guru bidang studi pendidikan karakter itu saja.

Pemahaman seperti itu terjadi selama ini bahwa pendidikan

karakter seolah-olah hanya tugas guru PKn dan guru pendidikan

agama saja. Pada hal perlu diketahui bahwa penanaman nilai

karakter tersebut merupakan tanggung jawab seluruh guru dan

masyarakat.

2. Cara Terintegrasi Dalam Semua Bidang Studi.

Pelaksanaan pendidikan karakter bisa dilaksanakan secara

terintegrasi dalam semua bidang studi. Guru dapat memilih nilai-

nilai karakter yang akan ditanamkan kepada siswa sesuai dengan


nilai-nilai yang terkandung dalam materi pelajaran. Mengenai nilai

karakter yang ditanamkan bisa merupakan nilai budaya bangsa dan

bisa merupakan nilai-nilai religius. Teknik menanamkan nilai

karakter itu juga bisa di laksanakan secara langsung bisa juga secara

tidak langsung atau tersirat. Dengan cara ini semua guru

bertanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan karakter.

Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter bukan hanya pada

materi pelajaran saja, tapi dari setiap langkan pembelajaran harus

mencerminkan nilai karakter.

Bedasarkan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor

41 tahun 2007, Mengenai Standar Proses. Proses pembelajaran harus

memuat tiga langkah yaitu:

1. Kegiatan pendahuluan :

Kegiatan pendahuluan ini bisa di jabarkan sebagai berikut:

a. Guru datang tepat waktu

b. Guru mengucapkan salam ketika masuk kekelas

c. Berdoa sebelum membuka pelajaran

d. Mengecek kehadiran siswa

e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau musibah

f. Memastikan bahwa siswa datang tepat waktu

g. Menegur siswa yang terlambat

h. Mengintegrasikan materi dengan nilai karakter

i. Materi pelajaran merujuk kepada silabus, RPP dan bahan

ajar.
2. Kegiatan inti.

Kegiatan inti ini terbagi atas tiga tahap, yaitu ekplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi atau dalam pendidikan dikenal dengan

istilah EEK.

a. Eksplorasi

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas


mengenai materi yang dipelajari degan menerapkan prinsip
alam dan belajar dari aneka sumber.
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembejajaran, dan sumber belajar lain.
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik, antar
peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar
lainnya.
4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio,atau lapangan.

b. Elaborasi
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi
dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tulisan.
3. Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran koopratif
dan kolaboratif.
5. Memfaslitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
6. Memfasilitasi peserta didik untuk membuat laporan ekplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tulisan, baik individual
maupun kelompok.
7. Memfasilitasi peserta didik untuk menampilkan hasil kerja
invidual maupun kelompok.
8. Memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pameran,
turnamen, festival serta memperkenalkan produk yang
dihasilkan.
9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik.

c. Konfirmasi
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik.
2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.
3. Memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.
4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

3. Kegiatan Penutup.
Dalam kegiatan penutup guru melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a. Bersama-sama guru dan siswa membuat rangkuman atau
kesimpulan.
b. Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang
telah dilakukan.
c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
d. Merencanakan kegiatan pertemuan berikutnya.44

Di samping perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi

juga merupakan komponen dalam implementasi pendidikan karakter.

Secara umum ada tiga fungsi pokok evaluasi yaitu : pertama, mengukur

kemajuan. Kedua Menunjang penyusunan rencana dan ketiga. Memperbaiki

atau melakukan penyempurnaan.45

Dari beberapa jenis evaluasi, evaluasi yang mempunyai korelasi

langsung dengan pendidikan karakter adalah evaluasi sikap. Adapun yang

menjadi objek dalam evaluasi sikap ini meliputi:

a. Sikap terhadap mata pelajaran

44
Zainal Aqib. Pendidikan Karakter di Sekolah. Membangun Karakter dan Kepribadian
Anak.(Bandung: Yrama Widya.2012), hlm: 45-46
45
Anas Sudijo. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta:PT Raja Grafindo persada. 2013)
,hlm:.8
Yaitu sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan,

apakah siswa bersikap positif atau bersikap negatif. Jika siswa telah

bersikap positif terhadap suatu mata pelajaran, tentu akan melahirkan

motivasi dan minat siswa untuk belajar.

b. Sikap terhadap SK, KD dan indikator pembelajaran

Yaitu sikap yang ditunjukan siswa terhadap SK, KD dan

indikator pembelajaran yang ditunjukan dari sikap positif atau negatif,

menerima atau menolak. Bila siswa bersikap positif dan menerima

SK,KD dan indikator siswa akan terdorong untuk menerima dan

menguasai mata pelajaran dan materi-materi yang terkandung di

dalamanya.

c. Sikap terhadap guru yang mengajar

Yaitu sikap positif atau negatif, suka atau tidak suka, menerima

atau menolak guru yang memberikan pelajaran. Apabila siswa

memperlihatkan sikap negatif, tidak suka atau menolak guru yang

memberikan pelajaran, maka akan sukar baginya untuk menerima dan

menyerap mata pelajaran yang diberikan guru yang bersangkutan.

d. Sikap terhadap proses pembelajaran

Yaitu sikap menerima atau menolak, menyenangkan atau tidak

dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Unsur -unsur

pembelajaran terdiri dari suasana pembelajaran, strategi, metode dan

teknik pembelajaran yang digunakan.

e. Sikap terhadap kasus tertentu berhubungan dengan suatu mata pelajaran


Yang perlu ditanamkan pada materi pokok atau sub materi

pembelajaran adalah sikap positif terhadap hal-hal baik seperti bersikap

positif terhadap pelestarian lingkungan , dan sebaliknya.

f. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu.

Yaitu sikap yang akan ditanamkan dalam diri siswa sesuai dengan

materi pelajaran yang disampaikan, seperti materi pokok zakat dalam

mata pelajaran Agama Islam. Yang perlu ditanamkan disini adalah nilai-

nilai yang terkandung di dalamya yang perlu diinternalisasikan kedalam

diri siswa yaitu: nilai ukhuwah islamiah, kekeluargaan , dan tolong

menolong46.

3. Cara penanaman nilai karakter di luar pengajaran.

Cara penanaman nilai karakter di luar pengajaran, berarti melibatkan

pihak ketiga untuk menanamkan nilai karakter siswa, melalui kegiatan-

kegiatan kongkrit di tengah masyarakat atau keluarga. Hal ini misalnya

melibatkan pengurus masjid bagi umat Islam, pihak gereja bagi umat

kristiani, atau fihak fihak lain seperti ustadz-ustadzah, rohaniawan dan

sebagainya. Model di luar pengajaran ini MIM membuat buku control

kegiatan di luar MIM yang harus diisi oleh pihak ketiga. Buku kontrol yang

dimaksud seperti yang telah dibuat dalam kegiatan amaliyah ramadhan, atau

buku yang dirancang khusus oleh MIM.

4. Penanaman nilai karakter secara gabungan.

Cara gabungan berarti implementasi pendidikan karakter gabungan

antara terintegrasi dalam mata pelajaran dengan pendidikan karakter di luar

46
Daryanto,Aris Dwi Cahyono. Pengembangan Perangkat Pembelajaran (Silabus, RPP,
PHB, bahan Ajar) .(Yogyakarta: Gava Media.2014),hlm:152
pengajaran. Cara ini dapat dilaksanakan melalui kerja sama antara guru

dengan pihak luar MIM.47

Menurut penulis, dari empat cara yang ditawarkan oleh Suparno

dalam implementasi pendidikan karakter, yang lebih optimal adalah cara

gabungan, yaitu penanaman nilai karakter melalui proses pembelajaran oleh

guru di MIM dan ditambah dengan penanaman nilai karakter melalui

kegiatan luar MIM. karena dalam penanaman karakter bangsa ini bukan

hanya tugas guru tapi adalah tugas dan kewajiban setiap masyarakat

Indonesia. Dengan cara gabungan ini dimanapun siswa berada mereka akan

mendapakan pendidikan karakter.

Implementasi pendidikan karakter terintegrasi dalam

pembelajaran, harus terdokumentasi. Nilai-nilai karakter ini telah terlihat

dari visi, misi, tujuan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan,

silabus dan Rencana, Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam menanamkan

nilai karakter kepada siswa masing-masing bidang studi mempunyai nilai-

nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri siswa. Hal ini disebabkan

oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mata pelajaran yang tentunya

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran

dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pendidikan Agama, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain:


religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu,
percaya diri, menghargai keragaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya
hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras dan adil.

47
Nurul Zuriah. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. (Jakarta:
Bumi Aksara.2008),hlm:.89-90
2. PKn, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain: Nasionalis, patuh
pada aturan sosial, demokratis, jujur, menghargai keragaman, sadar akan
hak dan kewajiban diri dan orang lain.
3. Bahasa Indonesia, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain: berfikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, betanggung jawab, ingin
tahu, santun, nasionalis.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), nilai utama yang akan ditanamkan antara
lain: religius, tekun, teliti, nasionalis, menghargai keberagaman, berfikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa
wirausaha, jujur, kerja keras, peduli lingkungan, cinta lingkungan.
5. Ilmu Pengetahuan Alam, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain:
religius, tekun, teliti, ingin tahu, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif,
jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman,
disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu.
6. Bahasa Inggeris, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain:
menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri berja sama, patuh
pada aturan sosial.
7. Seni budaya, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain: menghargai
keberagaman, nasionalis, menghargai karya orang lain, jujur,
disiplin,demokratis.
8. Penjaskes, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain: bergaya hidup
sehat, bekerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, menghargai
karya dan prestasi orang lain.
9. TIK/keterampilan, nilai utama yang akan ditanamkaan antara lain:
berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, mandiri berrtanggung jawab,
menghargai karya orang lain.
10. Muatan lokal, nilai utama ang akan ditanamkan antara lain: menghargai
kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli.48

Disamping kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran klasikal

penanaman karakter bisa dilaksanakan melalui pengembangan budaya MIM

atau pusat kegiatan belajar.

Pengembangan budaya MIM dan pusat kegiatan belajar dilakukan

melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:

1. Kegiatan rutin.

48
Daryanto, Aris Dwicahyono. Op-Cit. hlm:91.92
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara

terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan

upacara hari senin, upacara hari besar nasional, piket kelas, shalat

berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum memulai

pelajaran dan diakhir pelajaran, mengucapkan salam ketika

berjumpa.

2. Kegiatan spontan.

Kegiatan yang dikakukan oleh peserta didik secara spontan pada

saat itu juga, misalnya mengumpulkan sumbangan disaat ada

siswa yang sakit atau terkena musibah, mengumpulkan

sumbangan untuk masyarakat terkena bencana, melihat teman

sakit atau oang tua teman yang sakit, takziah, membuang sampah

di halaman MIM, dan sebagainya.

3. Keteladanan

Merupakan suatu keharusan bagi pendidik dan tenaga

kependidikan memberikan contoh dan keteladanan melalui

tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi

panutan bagi peserta didik. Misalnya nilai disiplin, kebersihan,

kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur dan kerja

keras.

4. Pengkondisian

Pengkodisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung

keterlaksanaan pendidikan karakter. Misalnya; lingkungan,


Kondisi toilet, tempat ibadah, perpustakaan, kantin, halaman MTs,

ruang belajar, poster-poster.49

Penanaman nilai karakter juga bisa diintegrasikan dengan kegiatan

ektrakurikuler. Apabila pendidikan karakter diintergarsikan dengan kegiatan

ektrakurikuler akan memerlukan waktu sesuai dengan kebutuhan dan

karakteristiknya. Untuk itu penambahan alokasi waktu pembelajaran dapat

dilakukan untuk:

1. Sebelum pembelajaran dimulai atau setiap hari siswa di minta

membaca ayat-ayat pendek atau kitab suci, atau melakukan

refleksi selama 15 s.d 20 menit.

2. Di hari-hari tertentu sebelum pelejaran dimulai dilakukan

kegiatan muhadarah ( berkumpul dihalaman MIM), membaca al

Quran, membaca puisi, teater, berceramah sesuai dengan ajaran

agama masing-masing, seni music, seni tari atau menampilkan

kreatifitas siswa lainnya, mungkin juga bisa dengan melaksanakan

kegiatan jumat bersih.

3. Melaksanakan sholat berjamaah

4. Anjang sana ke panti asuhan, panti jompo, pertanian, kolam ikan,

perpustakaan, penerbitan, museum, taman budaya dan

sebagainya.

Penanaman nilai karakter di luar MIM bisa dilakukan melalui pendidikan

dalam keluarga. Guru memberikan buku catatan kegiatan harian yang harus di

pantau dan dikontrol oleh orang tua. Guru bisa bekerja sama dengan pengurus

49
Daryanto, Aris Dwi Cahyono, Op-Cit, hlm:49
masjid atau rumah-rumah ibadah lain sesuai dengan agamanya, seperti gereja,

wihara, kuil dan sebagainya. Untuk mengetahui keberhasilan dari implentasi

pendidikan karakter yang telah dilakukan, guru dapat melakukannya dengan

observasi, anecdotal record, wawancara, porto polio, skala bertingkat dan

evaluasi diri.50

3. Agama dan Pendidikan Karakter.

Karakter suatu hal yang tidak bisa di pisahkan dari agama. Malah bisa

dikatakan bahwa karakter seseorang merupakan aplikasi dari pengamalan

ajaran agamanya. Hal ini dikarenakan bahwa setiap agama menganjurkan

penganutnya untuk melakukan kebaikan dan tidak ada satu agama pun yang

membolehkan penganutnya melakukan tindakan a moral. Dengan demikian

agama memegang peran penting dalam penanaman karakter.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Reseach and Forecas, tahun 1981

di Amerika, mereka menyatakan bahwa mereka adalah masyarakat yang

“beragama”. Sebahagian besar mereka menganggap, hal yang pertama dan

utama dalam pembentukan karakter adalah agama yang mereka anut.51 Agama

bagi kebanyakan orang merupakan sebuah acuan utama yang membawa mereka

untuk membentuk kehidupan yang berkarakter. Melalui pandangan umum

manusia tentang agama tuhan adalah Maha pemberi Pertolongan Yang maha

Tinggi, dimana setiap manusia memiliki kewajiban untuk melakukan

perbuatan-perbuatan baik, seperti yang di perintahkan oleh tuhan. Sebuah

penelitian di Amerika yang dilakukan oleh seorang profesor Paul Vitz di New

York University, mengatakan bahwa kerusakan moral sekarang ini disebabkan

50
. Mulyasa, Menajemen Pendidikan Karakter.( Jakarta: Bumi Aksara. 2014), hlm:.206
51
Thomas Lickona. Educating for Character.(terjemahan Juma Abdu Wamaungo).(
Jakarta: Bumi Aksara.2013), hlm: 64.
oleh “ Kebanyakan siswa pada saat ini bersikap acuh terhadap peran agama

dalam pembentukan moral dan pembengunan negeri,” salah satu alasannya

adalah berangsur-angsur hilangnya nilai-nilai agama yang terdapat dalam

buku-buku teks pegangan siswa.52

Dalam Islam pendidikan karakter merupakan hasil akhir dari seluruh

bagian ajarannya. Secara garis besar ajaran Islam itu dikelompokkan menjadi

tiga bagian, yaitu bagian aqidah (keyakinan), bagian syari’ah (aturan-aturan

hukum tentang ibadah dan muamalah), dan bagian akhlak (karakter). Ketiga

bagian ini tidak bisa dipisahkan, tetapi harus menjadi satu kesatuan yang utuh

yang saling mempengaruhi. Aqidah merupakan fondasi yang menjadi tumpuan

untuk terwujudnya syari’ah dan akhlak. Sementara itu, syari’ah merupakan

bentuk bangunan yang hanya bisa terwujud bila dilandasi oleh aqidah yang benar

dan akan mengarah pada pencapaian akhlak (karakter) yang seutuhnya. Dengan

demikian, akhlak (karakter) sebenarnya merupakan hasil atau akibat

terwujudnya bangunan syari’ah yang benar yang dilandasi oleh fondasi aqidah

yang kokoh. Tanpa aqidah dan syari’ah, mustahil akan terwujud akhlak

(karakter) yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari tujuan Allah mengutus

Rasulnya Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah sebagai pelopor pembentukan

akhlak. Sebagaimana firman Allah dalam al Quran S.33: 21

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.53

52
Ibid. hlm:65
53
QS; 33:22
Rasulullah sebagai suri tauladan, tugas yang diebannya adalah untuk

memperbaiki akhlak dan budi pekerti manusia, sebagaimana hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Malik sebagai berikut:

)‫إِنِـــمِاِبِعِثِتِِلِتِــــــمِمِِحسنِالخلوق (الحديث‬
Tidaklah aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak manusia.54

Karakter dapat dianggap sebagai bagian dari kepribadian kelompok atau

kepribadian bangsa yang bersifat mendalam dan stabil karena ia merupakan

bagian dari nilai yang bersifat evaluatif dan berakar pada suatu keyakinan (

agama). Dalam keyakinan Islam menurut Sulhan Najib untuk membangun

karakter manusia harus mengikuti jejak perilaku Rasulullah Muhammad SAW

sebagai uswatun hasanah. Karakter tersebut adalah siddiq, amanah, tabligh dan

fathanah. Selanjutnya pembangunan karakter perlu dijabarkan lebih terperinci,

agar lebih mudah dipantau dan dinilai. Penjabaran karakter tersebut adalah:

1. Siddiq, Penjabaran karakter siddiq dalam kehidupan adalah:


a. Benar
b. Ikhlas
c. Jujur
d. Sabar
2. Amanah, Penjabaran karakter amanah dalam kehidupan adalah:
a. Adil
b. Istiqamah
c. Berbakti kepada orang tua
d. Waspada
e. Ikram(Hormat)
3. Tablihg, penjabaran karakter tabligh dalam kehidupan adalah:
a. Lemah lembut
b. Nazhafah ( kebersihan)
c. Empati
d. Rendah hati
e. Sopan santun
f. Tanggung jawab
4. Fathanah, Penjabaran karakter fathanah dalam kehidupan adalah:

54
HR. Imam Malik No 1723. Imam Ahmad: II/381. Al Baihaqi dalam As Sunan al Kubro
X/292 dan disahihkan oleh al Hakim : II/613 menurut syarat Imam Muslim yang disepakati oleh
Adz Dzahabi, Al Bani juga mensahihkannya dalam as Silsilah ash Ashahihah I/75 No 45
a. Disiplin
b. Rajin belajar
c. Ulet/gigih
d. Berfikir logis
e. Ingin berprestasi
f. Kreatif
g. Teliti
h. Bekerja sama.55

Sejalan dengan pendapat di atas menurut Koesoema, pendidikan

karakter juga melibatkan beberapa nilai, dan ia meletakkan nilai agama sebagai

nilai utama. Disamping nilai agama, nilai-nilai dalam karakter tersebut ialah

(nilai moral, nilai-nilai umum, dan nilai-nilai kewarga negaraan). Suyanto dalam

“Urgensi Pendidikan Karakter” juga menyebutkan nilai agama merupakan nilai

utama dari sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal

manusia. Sembilan pilar karakter itu adalah (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-

Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3) kejujuran atau amanah, (4)

hormat dan santun, dermawan, (5) tolong menolong dan gotong royong atau

kerjasama, (6) percaya diri dan bekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan,

(8) baik dan rendah hati, dan (9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan.56

Pemerintah, dalam hal ini Pusat kurikulum Kementrian pendidikan Nasional

juga meletakkan nilai religius sebagai sikap dan prilaku utama dalam

pembentukan karakter57

4. Lingkungan dan Pendidikan Karakter.

Mengenai faktor yang membentuk karakter seseorang sampai saat

ini masih terdapat perbedaan di kalangan para filosof. Sebagian mereka

berpendapat bahwa karakter tidak bisa diubah. Karakter adalah bawaan sejak

55
Najib Sulhan. Pendidikan Berbasis Karakter. ( Surabaya:Jaring pena. 2010) , hlm: 12
56
Suyanto.Urgensi pendidikan karakter. Dalam www.mandikdasmen depdiknas.go.id 2010
57
Kementrian Pendidikan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum.2010
lahir, dengan demikian apabila ia membawa karakter baik maka ia akan menjadi

baik tapi jika ia membawa karakter buruk maka ia akan berkarakter buruk.

Sebagian lagi berpendapat bahwa karakter bisa diubah melalui pendidikan atau

lingkungan. Apabila seseorang berada di lingkungan yang baik, maka ia akan

berkarakter, tapi sebaliknya apabila seseorang tinggal di lingkungan buruk

maka karakter buruk itu akan mempengaruhinya pula. Ada juga yang

berpendapat bahwa karakter itu ada yang bawaan dan ada yang di pengaruhi

oleh lingkungan.

Tiga pendapat di atas sebenarnya telah di kemukakan oleh tiga

aliran yang berbeda pertama adalah Lombrosso dan Schopenhauer dengan teori

Nativisme. Melalui teorinya mereka manyatakan bahwa karakter seseorang tidak

bisa di ubah karena bersifat genetis. Kedua Pendapat yang di sampaikan oleh

Jhon Locke dengan teori Tabularasa. Dengan teori ini ia mengatakan bahwa

setiap anak yang dilahirkan seperti kertas putih yang dapat dilukis dengan

karakter baik maupun karakter buruk. Ketiga Teori yang di kemukakan oleh

William Stren dengan teori konvergensinya. Melalui teori ini ia menyatakan

bahwa karakter seseorang di pengaruhi oleh bawaan atau genetika dan

lingkungan atau pendidikan.

Dari tiga teori di atas penulis lebih cendrung untuk mengambil

pendapat Jhon Locke dengan teori tabularasanya.Walaupun demikian penulis

tidak membenarkan semua pendapatnya. Dalam Islam seseorang yang

dilahirkan bukan seperti kertas putih melainkan sudah diilhami Allah dengan

fitrah. Hal ini terdapat dalam hadits yang berbunyi:

َ ‫َص َرانَهُ أَ ْويُ َم ِ ِّج‬


)‫سانَهُ (روه مسلم‬ ْ ‫علَى ْال ِف‬
ِّ ِ ‫ط َر ِة فَأ َ َب َواهُ يُ َه ِّ ِو َدانَهُ أَ ْويُن‬ َ ‫ام ْن َم ْولُ ْو ٍد ي ُْـولَ ُد‬
ِ ‫َم‬
Tidaklah tiap-tiap anak yang dilahirkan melainkan atas fithrahnya,
ayahnyalah yang menjadikannya “Yahudi”, “Nasrani” atau “Majusi”.( HR Muslim)58

Dengan demikian karakter seseorang tergantung dengan siapa dan

apa yang membentuknya. Apabila yang membentuknya orang yang berkarakter

baik dan berada dilingkungan yang baik, maka ia akan cendrung berkarakter

baik, sebaliknya seseorang yang dididik dengan karakter yang tidak baik serta

tinggal di lingkungan yang tidak baik, maka akan cendrung berkarakter tidak

baik.

5. Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Multikultural .

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan multikultural secara terminology

merupakan proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai

pluralitas dan heteroganitas sebagai konsekwensi keragaman budaya, etnis, suku

dan agama.59

Menurut Prudance Crandal dalam Dawam mengatakan pendidikan

multikultural adalah pendidikan yang memperhatikan sungguh-sungguh

terhadap latar belakang peserta didik baik dari asfek keragaman suku (etnis),

ras, agama, aliran kepercayaan dan budaya (kultur).60Azyumardi Azzra, secara

58
Shahih Muslim. kitab al Qadar No. 4803
59
.Maslikhah. Quo Vadis Pendidikan Multikultural: Rekontruksi Sistem Pendidikan Berbasis
Kebangsaan ( Surabaya: JP Books kerjasama dengan STAIN Salatiga Press.2007), hlm:48
60
Asnurrofik Dawam. Emoh Sekolah Menolak Komersialisasi Pendidikan dan Kanibalisme
Intelektual Menuju Pendidikan Multikultural.( Yogyakarta: Inspeal Ahumsakarya. 2003),hlm:100
sederhana mengatakan, pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai

pendidikan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon

perubahan demografi dan kultur lingkungan masyarakat terentu atau bahkan

dunia secara keseluruhannya.61Dede Rosyada, menjelaskan bahwa pendidikan

multikultural bisa diartikan sebagai sebuah pendidikan yang menawarkan ragam

model untuk keragaman budaya dalam masyarakat, dan terkadang juga

diartikan sebagai pendidikan untuk membina sikap siswa agar menghargai

keragaman budaya masyarakat.62

Dari beberapa definisi yang disampaikan oleh para pakar pendidikan di

atas bawa pendidikan multikultural adalah sebuah mendidikan yang menjunjung

tinggi nilai kemanusiaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah harus di

perlakukan sama, tanpa membeda- bedakan, etnis, suku, ras bangsa, budaya dan

agama. Dengan demikian dalam pelaksanaan pendidikan, baik itu pengelola

pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan harus berbuat dengan adil dan

memperlakukan semua siswa sama tanpa ada diskriminasi, kecuali MI-MI yang

telah mencantumkan khasnya, seperti madrasah, pondok pesantren atau MI MI

yang bercirikan agama atau kepercayaan lain.

Di Indonesia jaminan kebebasan,merupakan hak dasar setiap manusia

yang telah dijelaskan dalam ayat (2) pasal 29 UUD 1945. Demikian juga dalam

dunia pendidikan sebagaimana diatur dalam UU Sisdiknas tahun 2003

sebagaimana di sebutkan dalam pasal 4 (1) Bab III tentang prinsip

penyelenggaraan pendidikan di sebutkan bahwa: Pendidikan diselenggarakan

61
Azyumardi Azra. Pendidikan Multicultural; Membangun Kembali Indonesia Bhinneka
Tunggal Ika dalam Tsaqofah. Vol I No 2 tahun 2003). hlm:21
62
Dede Rosyada. Pendidikan Multicultural Melalui Pendidikan Agama Islam. dalam Jurnal
Didaktika Islamika, Vol VI No .1 2005, hal: 21-22
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural dan kemajemukan

bangsa.63

Indonesia yang dikenal dengan negara multikultural dari segi, ras, etrnis,

suku, budaya dan agama, model pendidikan multikultural sangat diperlukan.

Hal ini untuk menghindari terjadinya konflik sosial, budaya dan agama atau

yang dikenal dengan SARA. Konflik SARA akan memicu timbulnya

perpecahan dan tindakan-tindakan anarkis lainnya. Hal ini seperti pernyataan

musa Asy’ary dalam Najamuddin Ramliy mengemukakan konsep pendidikan

multikultural sebagai proses penanaman cara hidup menghormati, tulus dan

toleran terhadap keaneka ragaman budaya yang hidup di tengah-tengah

masyarakat plural.64

Dalam sudut pandang Islam, multikultural suatu hal yang harus disikapi

secara positif sebagai suatu keniscayaan yang harus dijunjung tinggi.

Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah surat al Hujurat ayat 13:

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Selanjutnya dalam surat ar Rum ayat 22 juga di jelaskan


22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

Kemudian Allah juga menegaskan janganlah kebencian kepada suatu

kaum membuat kamu tidak berlaku adil.al Quran surat al Maidah ayat 8

63
Sistem Pendidikan Nasional (UU RI Nomor 20 tahun 2003. ( Jakarta: Asa Mandiri. Cet
pertama. 2008 ),hlm:86
64
Najamuddin Ramly. Membangun Pendidikan yang Memberdayakan dan Mencerahkan
.(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.2005). hlm:xix
8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh satu kelompok kepada

kelompok lain akan berpengaruh pada pembentukan karakter. Perlakuan

deskriminasi akan menimbulkan gejolak batin dalam bentuk berontak. Akakibat

dari berontak akan menimbulkan dendam dan bisa menjadi permusuhan dan

tindakan anarkis.

B. Tinjauan

C. Konsep Operasional

Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati,

karakter siswa MIM Aursati, dan faktor-faktor yang pendukung dan

penghambatnya, maka penulis menyusun konsep operasional sebagai berikut:

1. Indikator implementasi pendidikan karakter :

1. Guru masuk ke kelas tepat waktu

2. Guru mengucapkan salam ketika masuk kelas

3. Guru dan siswa memulai pelajaran dengan berdoa

4. Guru membuat RPP berkarakter

5. Guru menghubungkan materi pelajaran dengan nilai karakter .

a. Nilai Religius

b. Nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri

c. Nilai karakter yang berhubungan dengan orang lain

d. Nilai karakter yang berhubungan dengan lingkungan


e. Nilai karakter yang berhubungan dengan nilai kebangsaan

6. Guru menerapkan kegiatan ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi (EEK)

dalam pembelajaran

7. Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami

pelajaran

8. Guru menanggapi setiap pertanyaan siswa Guru memperhatikan keadaan

kelas dan kesiapan siswa sebelum memulai pelajaran.

9. Guru memberikan reward dan panishmen kepada siswa

10. Guru tidak meninggalkan kelas saat jam pelajaran berlangsung.

11. Guru memberikan nasehat dan motivasi kepada siswa

12. Guru mengucapkan salam, saat meniggalkan kelas, setelah pelajaran

berakhir

2. Indikator siswa berkarakter:

1. Indikator siswa berkarakter hubungannya dengan Tuhan.

- Religius.

2. Indikator hubungannya dengan diri sendiri.

- Kejujuran

- Rasa Tanggung jawab

- Bergaya hidup Sehat

- Disiplin

- Kerja keras

- Percaya diri

- Berjiwa wirausaha

- Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif


- Mandiri.

- Ingin tahu

- Cinta ilmu

3. Indikator karakter hubunganya dengan sesame

- Patuh pada aturan-aturan sosial

- Menghargai karya dan prestasi orang lain

- Santun

- Demokratis

4. Indikator karakter hubungannya dengan lingkungan

- Peduli lingkungan dan social

5. Indikator karakter hubungannya dengan nilai kebangsaan

- Nasionalis

- Menghargai keberagaman.

1. Indikator faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter:

1. SDM Guru

2. Pengawasan

3. Lingkungan MIM

4. Sarana dan prasarana

5. Anggaran

6. Kegiatan ektrakurikuler

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah dalam penelitian ini maka penulis

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dalam penegelolaan data.

Menurut Sugiono pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiyah, (sebagai lawannya

adalah eksperimen), dalam penelitian ini, peneliti merupakan intrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif dan hasilnya lebih menekankan makna dari pada generalisasi.65

Penelitian kualitatif adalah penelitan yang bermakasud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain lain, secara holistik.66 Sejalan dengan itu lexy,

J Moleong, mendevenisikan pendekatan penelitian kwalitatif ialah penelitian yang

menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik

atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian ini didasarkan pada upaya membangun

pandangan mereka yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran

holistik dan rumit.67Menurut Hamid Darmadi pendekatan kualitatif adalah suatu

proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang

menyelidiki suatu penomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini

peneliti membuat suatu gambaran komplek, meneliti kata-kata, laporan terinci dari

pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami .68

65
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan ke -3 (Bandung: Alfabeta 2007),
hlm:1
66
Bambang Dwiloka dan Ratih Riana. Tekhnik Menulis Karya Ilmiah. ( Jakarta: Rineka
Cipta.2005), hlm:107
67
Lexy. J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif , ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Cet ke tigapuluh. 2012 ),hlm:6
68
Hamid Darmadi. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial.( Bandung : Alpabeta .2013),
hlm:286
Berdasarakan pengertian di atas, menrut penulis, pendekatan kualitatif

dianggap cocok dengan penelitian ini karena penelitian ini sesuai dengan

karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Robet C Bogdan dan

bikken yaitu:

1. Dilakukan pada kondisi alamiah langsung kesumber data dan peneliti adalah

instrumen kunci

2. Lebih bersifat deskriptif. Data yang dikumpul dalam bentuk kata-kata atau

gambar, sehingga tidak menekankan pada angka

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau out

come

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna ( data dibalik yang teramati)69

Alasan penulis menggunakan metode kualitatif ini adalah karena

permasalahan yang belum jelas, holistik, komplek dan dinamis serta penuh makna

sehinga tidak mungkin penulis menggunakan metode lain.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MIM Aursati. Adapun pertimbangan penulis

memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah : karena jarak yang tidak

jauh dari domisili dan tempat kerja penulis, sehingga memudahkan penulis untuk

mengumpulkan data dan melakukan observasi berhubungan dengan penelitian

ini.

69
Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktifitas Intruksional;
(Universitas terbuka.1990) hlm:33-36
Waktu penelitian ini direncanakan selama satu bulan terhitung bulan

agustus 2020 sampai september 2020.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah guru MIM Aursati sebanyak 17 orang.

Karena populasi dalam penelitian ini tidak banyak maka penulis, menjadikan

semua guru tersebut sebagai responden dan informan. Maksudnya penulis tidak

menggunakan sampel dalam penelitian ini.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah semua guru MIM Aursati yang masuk

ke kelas dan terlibat dalam pembelajaran. Objek dalam penelitian ini adalah

implementasi pendidikan karakter.

D. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ada tiga cara

yang dilakukan, yaitu:

a. Melalui observasi, yaitu penulis meninjau secara langsung ke lokasi

penelitian yaitu MIM Aursati berkenaan dengan implementasi

pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru saat pembelajaran di

kelas.
b. Melalui wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara dengan guru-

guru berkenaan dengan faktor–faktor yang mempengaruhi

implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati ini, baik itu faktor

pendukung maupun faktor penghambatnya. Disamping itu penulis juga

menanyakan tentang karakter siswa MIM Aursati

c. Melalui dokumentasi, disamping observasi dan wawancara, penulis juga

menjadikan dokumen-dokumen seperti, RPP yang di buat oleh guru,

foto-foto, catatan-catatan yang ada hubungannya dengan penelitaian

ini, yang diharapkan bisa mendukung dalam memperoleh informasi

dalam mendapatkan data mengenai implementasi pendidikan karakter

di MIM Aursati ini.

E. Teknik Analisa Data

Mengingat penelitian ini berbentuk deskriptif, maka analisa yang penulis

gunakan adalah analisa deskriptif kualitatif dengan persentase. Analisa deskriptif

kualitatif dengan persentase ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data

kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data

kualitatif yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, sedangkan data

kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Hasil perhitungan dan

pengukurannya dapat di proses dengan cara penjumlahan dan kemudian ditafsirkan.

Berhubung pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk kualitatif, maka

data kualitatif tersebut terlebih dahulu harus diubah atau dikonversikan menjadi data

kuantitatif . Proses pengubahan data kualitatif menjadi data kuantitatif disebut dengan

proses kuantifikasi.70 Misalnya: pelaksanaannya sangat baik, pelaksanaannya baik,

70
Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan. Cet Ke 23( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2011), hlm:6
pelaksanaanya cukup baik dan pelaksanaannya kurang baik, ini merupakan data

kualitatif. Data ini bisa di konversikan dalam bentuk data kuantitatif menjadi :

a. 76 % hingga 100 % di sebut sangat baik.

b. 56 % hingga 75% di sebut baik

c. 40 % hingga 55 % di sebut cukup baik

d. Di bawah 40 % disebut kurang baik71

Sedangkan kesimpulan analisis data hasil penelitian dalam bentuk kalimat dengan

mengambil data dari hasil penggunaan rumus sebagai berikut:

𝑓
𝑃 = x100%
𝑛

Keterangan:

F= Frekuensi yang sedang di cari persentasenya

N= Jumlah frekuensi

P= Angka persentase.72

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum

71
Ibid
72
Ibid. hlm: 43
Visi MIM Aursati adalah “mewujudkan MIM Aursati sebagai Lembaga

Pendidikan Islam yang unggul dalam Kwalitas, Berakhlak Mulia mampu menjawab

Tantangan Zaman”.

Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita madrasah yang berorientasi ke

depan dengan memperhatikan potensi madrasah saat ini sesuai dengan norma dan

harapan masyarakat.

Untuk mencapai visi MIM Aursati tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa

kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan misi yang

dirumuskan berdasarkan visi di atas:

a. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran,bimbingan secara efektif

b. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenal potensi diri sehingga dapat

dikembangkan dan berorientasi ke masa depan.

c. Mengembangkan sikap dan kemampuan siswa serta memberikan pengetahuan

dan keterampilan yang diperlukan untuk bidang masyarakat

d. Meningkatkan pengetahuan dan penghayatan terhadap ajaran agama yang

dianut dan ketaatan kepada ALLAH SWT

e. Mengembangkan semangat persaudaraan dan kekelurgaan.

f. Mengembangkan sikap sopan dan berbudi pekerti luhur dikalangan siswa

g. Mengembangkan sekaligus menanamkan ahklakul karimah kepada para siswa

h. Menanamkan perilaku hidup disiplin dikalangan siswa dan guru

i. Mengembangkan sikap cinta akan lingkungan bersih,indah dan aman bagi

warga sekolah

j. Mengaktifkan kegiatan-kegiatan keagamaan dikalangan siswa

Strategi yang digunakan MIM Aursati dalam menjalankan misi di atas sebagai
berikut :

a. Taat azaz; dengan cara membuat aturan lokal untuk ditaati

b. Pemanfaatan Sumber Daya semaksimal mungkin dengan bekerja sama dengan

orang tua peserta didik dan masyarakat

c. Koordinasi dilakukan dengan instansi terkait baik vertikal maupun horizontal

sehingga dapat bekerja sama dan saling membantu

d. Inovasi yang kontinyu menuju madrasah yang berkualitas

Tujuan MIM Aursati.

a. Tujuan Pendidikan Nasional

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,

Pendidikan Nasional Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang akap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

b. Tujuan Pendidikan Tingkat Dasar

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah

dirumuskan mengacu pada tujuan umum pendidikan. Tujuan pendidikan

menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut.

c. Tujuan Pendidikan MIM Aursati.

Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi di atas adalah:

1. Meningkatnya pengetahuan dan pengamalan ajaran agama siswa


2. Terwujudnya Peningkatan profesinalisme guru dan tenaga kependidikan.

3. Semakin Meningkatnya kwalitas siswa dan mutu lulusan.

4. Memaksimalkan fungsi dan pemeliharaan sarana dan prasarana sehingga

semakin berdayaguna.

5. Meningkatnya fungsi dan pemberdayaan Komite Madrasah.

B. Temuan Khusus Penelitian

1. Implementasi Pendidikan Karakter di MIM Aursati


Untuk mendapatkan data mengenai implementasi pendidikan karakter di

MIM Aursati, penulis melakukan observasi secara langsung terhadap

responden, saat responden melaksanakan pembelajaran. Observasi penulis

lakukan sebanyak 17 kali kepada 17 responden, setiap responden diobservasi

sebanyak satu kali.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter


di MIM Aursati.
Untuk mendapatkan data mengenai faktor pendukung dan penghambat

implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati Pekanbaru, penulis

melakukan wawancara kepada para informan.. Informan pertama yang penulis

wawancara adalah Bapak Supri, S.Pd. Wawancara di laksanakan pada hari


Selasa tanggal 19 september 2020, pukul 07.30 WIB. Petikan hasil wawancara

tersebut sebagai berikut:

Wawancara Berkenaan dengan SDM Guru


1. Sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di sekolah ini? Apakah
sebelumnya Bapak pernah mengajar di sekolah lain?
• Ya, saya menjadi kepala sekolah sudah sepuluh tahun, mengajar di SMP ini
sejak tahun 1992, sudah cukup lamalah, Pernah sebelumnya saya mengajar
di SMP Muara Rumbai Kabupaten Rokan Hulu.
2. Apakah Bidang studi yang Bapak ajar sesuai dengan Pendidikan Bapak?
• Ya sesuai, saya sarjana matematika dan disini juga mengajar bidang studi
Matematika.
3. Apakah Bapak pernah mengetahui tentang pendidikan karakter? Kalau
pernah dari mana bapak mengetahuinya?
• Pernah, dalam kegiatan MKKS, beberapa buku yang saya baca, dan juga
dalam pelatihan kepala sekolah.
4. Apakah Bapak pernah mengikuti pelatihan tentang pendidikan karakter?
• Alhamdulillah sudah beberapa kali, apalagi kepala sekolah itu wajib
mengetahui tentang pendidikan karakter.
5. Menurut Bapak apakah pendidikan karakter itu suatu keharusan
dilaksanakan di sekolah?
• Menurut saya sangat penting apalagi melihat perkembangan siswa sekarang
ini dengan pengaruh lingkungan yang luar biasa, memang harus dibarengi
dengan pendidikan karakter.
6. Menurut Bapak siapa saja yang bertanggung jawab dengan pendidikan
karakter ini?
• Ya yang bertanggung jawab mengenai pendidikan karakter ini adalah
seluruh masyarakat, tidak bisa dipikulkan ke sekolah saja.
7. Menurut Bapak apakah sekolah ini telah menerapkan pendidikan karakter?
Jika ya bagaimana teknik pelaksanaannya?
• Sekolah ini telah menerapkan pendidikan karakter, walaupun tidak tertulis
tapi seorang guru sebenarnya telah menerapkan pendidikan karakter. Kita
menganjurkan kepada guru supaya setiap materi pelajaran memasukkan
nilai karakter artinya nilai karakter itu terintegrasi dalam setiap mata
pelajaran.
Wawancara Berkenaan dengan Pengawasan
8. Apakah Bapak atau Dinas terkait pernah mengintruksikan untuk
melaksanakan pendidikan karakter?
• Ya, Kita selalu mengingatkan kepada guru-guru untuk melaksanakan
pendidikan karakter dan ini juga pesan dari pengawas.
9. Apakah Bapak pernah memeriksa RPP yang dibuat oleh guru ?
• Ya, kita senantiasa memeriksa RPP yang di buat oleh guru, apakah telah
mencantumkan nilai karakter atau belum, karena semua RPP yang dibuat
oleh guru harus ditanda tangani oleh kepala sekolah.
10. Apakah Bapak pernah melakukan suverfisi kepada guru?
• Tentu sudah merupakan tugas pokok kepala sekolah untuk melakukan
suverfisi ,dengan suverfisi kita bisa mengevaluasi kinerja guru.
11. Apakah Bapak pernah menegur guru mengenai penerapan pendidikan
karakter?
• Secara individu kita tidak pernah menegur guru, berkenaan dengan
penerapan pendidikan karakter, tetapi secara kolektif dalam rapat-rapat
evaluasi kita selalu ingatkan guru untuk melaksanakan pendidikan karakter.
Wawancara Berkenaan dengan Lingkungan
12. Menurut Bapak apakah lingkungan sekolah mendukung pelaksanaan
pendidikan karakter? Mengapa demikian?
• Kami akui bahwa lingkungan kurang mendukung pelaksanaan pendidikan
karakter, karena sekolah kita ini satu lingkungan dengan SMK, dalam sehari-
hari meraka bergaul, sehingga sulit membentuk karakter mereka, maklum
saja siswa SMK yang mereka telah dikategorikan remaja atas sementara
SMP remaja bawah.
13. Apakah Bapak mengalami kesulitan dalam menerapkan pendidikan karakter
di sekolah ini? Mengapa demikian?
• Ya, agak kesulitan, disamping lingkungan yang kurang mendukung, kita
juga mengajar di sekolah yang mayoritas non Muslim, sehingga bagaimana
cara untuk menyampaikan nilai-nilai karakter, kita tau nilai karakter itu
identik dengan nilai agama, Ya tentu sebagai seorang muslim kita
mengajarkan nilai agama Islam kepada mereka, lagi pula Islam inikan
rahmatan lil ‘Alamin.
Wawancara Berkenaan dengan Sarana dan Prasarana
14. Apakah di sekolah Bapak ini tersedia masjid atau mushalla?
• Sampai sekarang belum tapi kita telah menyediakan tempat sholat di ruang
perpustakaan.
15. Apakah di sekolah Bapak ini tersedia perpustakaan?
• Sudah ada
16. Apakah di sekolah Bapak ini tersedia lapangan olah raga?
• Lapangan olah raga yang bisa Cuma lapangan bola voli, itu ada dua
lapangan.
17. Labor apa saja yang tersedia di sekolah Bapak ini?
• Sampai sekarang ruang labor yang kita punyai baru labor computer
mengenai labor khusus belum, seperti labor IPA, Labor bahasa dan
sebagainya
Wawancara Berkenaan dengan Anggaran
18. Apakah Bapak pernah membawa siswa untuk melakukan pembelajaran
diluar sekolah misalnya ke museum, Ke Pustaka Wilayah ke Percetakan
Riau Pos dan sebagainya?
• Belum pernah, mudah-mudahan masa yang akan datang kita programkan itu
19. Apakah sekolah selalu menyediakan anggaran untuk praktek siswa?
• Kita hanya bisa mengalokasikannya sedikit dari dana BOS, tapi jika
anggaran itu tidak tercukupi kita biasanya minta iuran kepada siswa
20. Apakah sekolah selalu mengirim peserta untuk mengikuti olympiade atau
lomba-lomba lainnya?
• Kita hanya mengikuti olympiade atau lomba jika ada intruksi dari Dinas
terkait seperti Dispora, tapi kalau mandiri kita jarang mengikutinya.
21. Apakah setiap siswa yang berprestasi selalu diberi hadiah?
• Kalau dari anggaran sekolah jarang ada, tapi kadang-kadang inisiatif guru
bidang studi atau inisiatif wali kelas ada diberikan
Wawancara Berkenaan dengan Kegiatan Ektrakurikuler
22. Apakah siswa selalu melaksanakan kegiatan sholat berjamaah?
• Ada tapi jika jam terakhirnya pelajaran agama Islam
23. Apakah di sekolah Bapak rutin melakukan kegiatan kerohanian, misalnya
hari jumat?
• Tidak, mengingat jumlah yang Islam minoritas sehingga sulit untuk
mengkondisikannya, sementara kerohanian Kristen juga tidak pernah
dilakukan karena gurunya mayoritas beragama Islam.
24. Apakah di sekolah ada kegiatan pembinaan olah raga?
• Secara khusus di kordinir oleh sekolah belum kita laksanakan
25. Apakah di sekolah melaksanakan kegianatan pengumpulan infaq jumat atau
infaq insidentil lainnya?
• Infaq jumat tidak kita laksanakan, tetapi infaq insidentil kita laksanakan
misalnya jika ada orang tua siswa yang meninggal.
26. Apakah di sekolah Bapak dilaksanakan kegiatan peringatan hari besar
keagamaan?
• Untuk hari besar agama Islam kita peringati seperti tahun baru Islam,
Maulid Nabi, Israk mi’raj, tapi untuk hari besar agama Kristen belum pernah
kita laksanakan, walaupun pernah ada permintaan dari siswa Kristen untuk
merayakan natal di sekolah.
27. Apakah di sekolah Bapak aktif melakukan kegiatan pramuka?
• Sampai sekarang kegiatan pramuka belum kita programkan mengingat
sekolah kita masih balajar pagi sore. Sementara kegiatan pramuka biasanya
dilaksanakan pada sore hari.
Informan kedua Bapak M Nur fadli, S.PdI. Beliau mengajar bidang studi

Pendidikan Agama Islam. Wawancara di laksanakan pada hari Selasa tanggal 23

september, pukul 10.15. Mengenai kutipan wawancara sebagai berikut:

Wawancara Berkenaan dengan SDM Guru

1. Sudah berapa lama Bapak mengajar di sekolah ini? Apakah sebelumnya


Bapak pernah mengajar di sekolah lain?
• Saya mengajar di sekolah ini sudah lima tahun, sebelumya di sekolah
formal tidak ada tapi saya pernah mengajar di MDTA.
2. Apakah bidang studi yang Bapak Ajarkan sesuai dengan Pendidikan
Bapak?
• Alhamdulillah sesuai saya tamatan PAI UIN Suska dan mengajar PAI di
sini.
3. Apakah Bapak mengetahui tentang pendidikan karakter? Kalau tahu, dari
mana Bapak mengetahuinya?
• Ya saya mengetahuinya dari kepala sekolah, kemudian juga dari internet?
4. Apakah Bapak pernah mengikuti pelatihan tentang pendidikan karakter?
• Pernah, yang dilakukan oleh sekolah, yaitu cara membuat RPP berkarakter.
5. Menurut Bapak apakah pendidikan karakter itu suatu keharusan
dilaksanakan di sekolah?
• Menurut saya sangat penting, karena melihat kenakalan siswa yang semakin
hari semakin meningkat.
6. Menurut Bapak siapa saja yang bertanggung jawab dengan pendidikan
karakter ini?
• Ya, Semua kita termasuk pemerintah, orang tua dan guru.
7. Menurut Bapak apakan sekolah ini telah menerapkan pendidikan karakter?
Jika ya bagaimana teknik pelaksanaannya?
• Ya sudah, karena setiap guru harus membuat RPP berkarakter dan dalam
mengajar harus menanamkan nilai karakter.

Wawancara Berkenaan dengan Pengawasan

8. Apakah kepala sekolah atau Dinas terkait pernah mengintruksikan untuk


melaksanakan pendidikan karakter? Kalau pernah apakah Bapak
mengindahkannya?
• Pernah, sejak diintruksikannya oleh Dinas melalui kepala sekolah, maka
sekolah kita ini lansung menerapkan pendidikan karakter. dan itu harus
semua guru.
9. Apakah kepala sekolah pernah memeriksa RPP yang Bapak buat?
• Pernah, sebelum RPP itu ditanda tagani kepala sekolah tentu terlebih dahulu
memeriksanya.
10. Apakah Bapak pernah disuverfisi saat melakukan pembelajaran?
• Pernah.
11. Apakah Bapak pernah ditegur oleh kepala sekolah mengenai penerapan
pendidikan karakter?
• Secara individu tidak pernah tetapi di dalam rapat kepala sekolah selalu
mengingatkan kami tentang pendidikan karakter itu.

Wawancara Berkenaan dengan Lingkungan

12. Menurut Bapak apakah lingkungan sekolah mendukung pelaksanaan


pendidikan karakter? Mengapa demikian?
• Ya, dari lingkungan, sebenarnya kurang mendukung, karena dalam lokasi
yang sekecil ini terdapat dua sekolah, apalagi sekolah SMK bangunan yang
identik dengan siswa laki-laki.
13. Apakah Bapak mengalami kesulitan dalam menerapkan pendidikan karakter
di sekolah ini? Mengapa demikian?
• Kalau saya tak begitu sulit karena yang saya ajarkan Pendidikan Agama
Islam, dan siswa yang agama lain keluar.

Wawancara Berkenaan dengan Sarana dan Prasarana

14. Apakah di sekolah Bapak ini tersedia masjid atau mushalla?


• Sampai sekarang belum, itulah yang sudah berkali-kali saya usulkan supaya
sekolah mempunyai mushalla.
15. Apakah di sekolah Bapak ini tersedia perpustakaan?
• Perpustakaan ada, tapi masih sederhana.
16. Apakah di sekolah Bapak ini tersedia lapangan olah raga?
• Hanya ada lapangan bola volli, karena lokasi tidak mengizinkan.
17. Labor apa saja yang tersedia di sekolah Bapak ini?
• Baru labor Komputer, labor lain sepertinya belum ada.

Wawancara Berkenaan dengan Anggaran

18. Apakah Bapak pernah membawa siswa untuk melakukan pembelajaran di


luar sekolah misalnya ke museum, ke Pustaka Wilayah ke Percetakan Riau
Pos dan sebagainya?
• Tidak pernah.
19. Apakah sekolah selalu menyediakan anggaran untuk praktek siswa?
• Sepertinya belum ada anggaran untuk itu, tapi mana tau guru-guru lain ada
20. Apakah sekolah selalu mengirim peserta untuk mengikuti olympiade atau
lomba-lomba lainnya?
• Ada sekali-kali kalau itu dirasakan penting atau kalau ada intruksi wajib
dari Dinas.
21. Apakah setiap siswa yang berprestasi selalu diberi hadiah?
• Kalau sekolah belum menyediakan itu, tapi pribadi guru sebahagian ada.

Wawancara Berkenaan dengan Kegiatan Ektrakurikuler

22. Apakah siswa selalu melaksanakan kegiatan sholat berjamaah?


• Kalau pelajaran agama Islam terakhir ya, saya selalu mengajak mereka untuk
berjamaah, tapi kalau pelajaran lainnya, sebahagian ada sebahagian tidak.
23. Apakah di sekolah Bapak rutin melakukan kegiatan kerohanian?
• Jarang dilaksanakan, karena, siswa Islam sangat sedikit
24. Apakah di sekolah ada kegiatan pembinaan olah raga?
• Pembinaan khusus belum ada.
25. Apakah di sekolah melaksanakan kegianatan pengumpulan infaq jumat atau
infaq insidentil lainnya?
• Infaq jumat belum kita galakkan mengingat, agama non muslim lebih
banyak, kalau dipungut apa kata orang tua, dan alokasi adananya untuk apa,
tapi infaq insidentil ya, kita galakkan.
26. Apakah di sekolah Bapak dilaksanakan kegiatan peringatan hari besar
keagamaan?
• Untuk hari besar agama Islam ya, kita adakan, tapi hari besar agama lain
belum penah.
27. Apakah di sekolah Bapak diadakan kegiatan kepramukaan?
• Tidak ada, karena sekolah kita ini dua sip pagi dan sore sehingga sulit
mengatur waktunya.

1. Analisis Data Mengenai Karakter Siswa MIM Aursati.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan responden, semua mereka

mengatakan bahwa secara umum siswa MIM Aursati belum diketegorikan

berkarakter baik. sesuai dengan indikator pendidikan karakter yang tertuang

dalam UUSPN No 20/2003 pasal 3. Dari lima kelompok nilai karakter bangsa

tersebut( Nilai religius, nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri,

Nilai karakter yang berhubungan dengan sesama, Nilai karakter yang

berhubungan dengan lingkungan dan nilai karakter yang berhubungan dengan

kebangsaan), menurut mereka yang dikategorikan baik hanyalah karakter

yang berhubungan dengan nilai kebangsaan yaitu sikap nasionalis dan

menghargai keberagaman. Karakter ini di tandai dengan indikator bahwa siswa

MIM Aursati saling menghormati antar umat beragama, dan tidak pernah

terjadinya perselisihan antar siswa yang dipicu oleh unsur SARA. Pernyataan

ini juga di kuatkan dengan dokumen yang penulis dapatkan dari catatan kasus

siswa MIM Aursati.

Analisis Data mengenai faKtor-faktor yang mempengaruhi

implementasi Pendidikan karakter di MIM Aursati.


Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para informan, ada beberapa

faktor yang mempengaruhi implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati ini.

Faktor tersebut penulis klasifikasikan menjadi dua , yaitu faktor pendukung dan

faktor penghambat. Adapun faktor pendukung implementasi pendidikan karakter

di MIM Aursati adalah:

2. SDM Guru:

- Guru yang mengajar di MIM Aursati rata-rata telah mengajar di atas

lima tahun.

- Guru MIM Aursati telah mengajar sesuai dengan latar belakang

pendidikannya dan hanya ada satu orang yang tidak sesuai.

- Guru MIM Aursati mengetahui tentang pendidikan karakter.

- Guru MIM Aursati telah mengikuti pelatihan pendidikan karakter

- Secara keseluruhan guru MIM Aursati berpendapat bahwa pendidikan

karakter merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan di sekolah-

sekolah..

- Semua guru MIM Aursati telah mengintegrasikan pendidikan karakter

dalam materi pembelajaran.

3. Pengawasan:

- Kepala sekolah dan Dinas Pendidikan telah mengintruksikan kepada

guru MIM Aursati untuk melaksanakan pendidikan karakter.

- Kepala sekolah senantiasa memeriksa RPP yang dibuat oleh para

guru.
- Kepala sekolah telah melakukan suverfisi terhadap guru-guru saat

melaksanaan pembelajaran.

- Kepala sekolah selalu memberikan pengarahan kepada guru

berkenan dengan pendidikan karakter.

Adapun faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di

MIM Aursati adalah:

1. Lingkungan:

- Dalam pergaulan dan prilaku siswa MIM Aursati kadang tak

terpantau sepenuhnya oleh guru saja.

2. Sarana dan Prasarana.

- Belum tersedianya sarana wudhu yang memadai sehingga kesulitan

ini membuat lamanya waktu untuk berwudhu.

- Minimnya pasilitas labor, perpustakaan, dan pasilitas olahraga

3. Anggaran:

- Belum tersedianya anggaran untuk kegiatan-kegiatan yang

menunjang pendidikan karakter.

4. Kegiatan Ektrakurikuler:

- Tidak adanya kegiatan sholat berjamaah jika ashar

- Tidak adanya kegiatan kepramukaan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data observasi, wawancara dan dokumen dapat

di simpulkan bahwa:

1. Implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati dikategorikan sangat baik,

hal ini berdasarkan data observasi bahwa dari 16 indikator mengenai

implemetasi pendidikan karakter di MIM Aursati, sebanyak 78,3% telah di

aplikasikan oleh guru dalam pembelajaran dan hanya 21,7 % yang belum

teraplikasikan. Menurut data pelaksanaan 76% sampai 100% dikategorikan

“sangat baik”. Secara personal juga bisa di simpulkan bahwa guru MIM Aursati

telah melaksanakan pendidikan karakter, hal ini terlihat dari 17 responden

yang diobservasi, 12 orang telah melaksanakan pendidikan karakter dengan

kategori “ sangat baik”, 4 orang dengan kategori “ baik”, dan hanya satu orang

dengan kategori “cukup baik.”

2. Secara umum siswa MIM Aursati belum berkarater baik. Dari lima

Pengelompokan nilai karakter bangsa tersebut ( nilai hubungan dengan

tuhan,nilai hubungan dengan diri sendiri, nilai hubungan dengan sesama, nilai

hubungan dengan lingkungan dan nilai kebangsaan) yang baru di kategorikan

baik adalah nilai kebangsaan, yaitu bidang menghargai keragaman.

3. Dalam implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati ada dua faktor yang

mempengaruhinya, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Yang

merupakan faktor pendukung adalah:

a. SDM Guru yang Baik.


Hal ini dapat dilihat dari lama mengajar mereka yang rata-rata sudah diatas

lima tahun, bidang studi yang mereka ampu sesuai dengan latar belakang

pendidikan mereka, pengetahuan mereka mengenai pendidikan karakter

yang sudah baik, karena meraka telah pernah mengikuti pelatihan pendikan

karakter , komitmen mereka tentang pentingnya pendidikan karakter dan

kemampuan mereka untuk mengintegrasikan nilai karakter dalam materi

pelajaran.

b. Pengawasan dari Atasan.

Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter Kepala MIM Aursati

telah mengintruksikan kepada semua guru untuk menerapkan pendidikan

karakter, hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan RPP, suverfisi ke kelas dan

pemberian arahan serta petunjuk mengenai implementasi pendidikan

karakter.

Yang merupakan faktor penghambat dalam implementasi pendidikan

karakter di MIM Aursati ini adalah:

a. Lingkungan

Lingkungan yang kurang mendukung untuk implementasi pendidikan

karakter , karena terletak ditengah perkebunan jauh dari pemukiman

masyarakat sehingga Siswa tidak spenuhnya terkontrol guru saja

b. Sarana dan Parasarana.

Minimnya sarana dan prasarana yang mendukung implementasi pendidikna

karakter di MIM Aursati., misalnya belum tersedianya saran widhu yang

memadai, belum tersedianya labor yang memadai, perpustakaan, dan

pasilitas olah raga.


c. Anggaran

Tidak tersedianya anggaran yang cukup untuk mendukung implementasi

pendidikan karakter

d. Ektrakurikuler

Minimnya kegiatan-kegiatan yang menunjang implementasi pendidikan

karakter di MIM Aursati ini.

B. Implikasi

Pendidikan karakter suatu keharusan untuk di galakkan di tengah

masyarakat, mulai dari keluarga, lingkungan dan dunia pendidikan. Tanpa

keseriusan masyarakat untuk menanamkan karakter ini, dikhawatirkan generasi

bangsa akan semakin jauh dari nilai-nilai budaya dan agama. Akhirnya bangsa ini

akan diwarisi oleh generasi yang tidak lagi menjadikan karakter dan nilai-nilai

agama sebagai pilar kebangsaan.

Di dunia pendidikan keseriusan penanaman nilai karakter ini telah terlihat.

Hal ini dapat dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No 20 Tahun

2003 tentang sistem pendidikan N asional, Permendiknas No 22 tahun 2006

tentang standar isi, Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang SKL dan Inpres No 1

tahun 2010 tentang percepatan Pelaksanaan proritas Pembangunan Nasional.

Dengan berpedoman kepada perundang-undangan tersebut, seluruh stek holder

mulai dari tingkat nasional sampai ke daerah harus mendukung program penanaman

karakter bangsa ini. Dalam implementasinya lembaga pendidikan merupakan ujung

tombaknya.
Guru yang setiap saat berintegrasi dengan siswa sebagai orang yang

bertanggung jawab secara langsung untuk menanamkan nilai karakter bangsa, tidak

akan berarti apa-apa, apabila tidak didukung oleh seluruh komponen dalam

lingkungan pendidikan itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya yang membentuk

karakter siswa, tapi guru merupakan bagian dari komponen yang membentuk

karakter siswa tersebut. Komponen lain yang tidak kalah pentingnya dalam

pembentukan karakter siswa adalah: ketersediaan anggaran, lingkungan , sarana,

prasarana dan sebagainya.

Dalam pembentukan karakter siswa pendekatan yang sangat menyentuh

adalah melalui pendekatan nilai-nilai agama. Di sekolah yang berbeda agama

antara guru dan siswa atau antara pengelola sekolah dengan siswa jelas akan

berpengaruh dalam penanaman nilai karakter. Secara tidak langsung guru akan

menanamkan karakter kepada siswa melalui ajaran agama yang ia yakini.

Demikian juga pengelola sekolah akan membuat kebijakan sesuai dengan ajaran

agamanya, tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan agama siswanya. Akibat

dari kebijakan seperti ini implementasi pendidikan karakter tidak akan berjalan

maksimal. Oleh karena itu sebagai masyarakat harus selektif dalam memilih tempat

sekolah bagi putra-putrinya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran yang

berhubungan dengan implementasi pendidikan karakter yaitu:

1. Kepada orang tua yang ingin melanjutkan pendidikan putra putrinya harus

selektif dalam memilih sekolah, terutama yang berhubungan dengan agama ,

karena pendidikan berkarakter akan menentukan akhlak masa depan anak


2. Diharapkan kepada pengelola sekolah untuk dapat melengkapi sarana dan

prasarana sekolah, terutama yang berhubungan langsung dengan pendidikan

seperti Sarana wudhu yang memadai, labor, perpustakaan dan lapangan olah

raga.

3. Kepada Kepala Sekolah dan pengelola sekolah agar dapat mengalokasikan dana

untuk menunjang kegiatan siswa terutama yang berhubungan dengan

peningkatan kreatifitas dan pengetahuan siswa.

4. Diharapkan kepada guru yang mengajar di MIM Aursati untuk mengaktifkan

kegiatan ektrakurikuler misalnya Pramuka, karena dengan kegiatan

ektrakurikuler tersebut akan menumbuhkan sikap kemandirian, kepedulian,

sportifitas, kejujuran dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dan Sujak. (2011) Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter Bandung
:CV.Yrama widya 2011
Aqib, Zainal.(2012) Pendidikan Karakter di Sekolah, Membangun Karakter dan
Kepribadian Anak. Bandung: CV Yrama Widya,
Azra, Azyumardi. (2003). Pendidikan Multicultural; Membangun kembali Indonesia
Bhinneka Tunggal Ika dalam Tsaqofah. Vol I No 2
Daryanto, Aris Dwicahyono.(2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Silabus,
RPP, PHB, Bahan Ajar. Yogyakarta: Gava Media.
Dawam, Asnurrofik (2003). Emoh Sekolah Menolak Komersialisasi Pendidikan dan
Kanibalisme Intelektual Menuju Pendidikan Multikultural. Yogyakarta:
Inspeal Ahumsakarya.2003
Departemen Agama RI. Al Quran Terjemahan Edisi Revisi.(1989).Semarang. CV Toha
Putra.
Departemen Pendidikan Nasional. Badan Penelitian dan Pusat pengembangan kurikulum.
(2011)
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana(2005). Tekhnik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Echols, Jhon M. dan Hassan Shadly (2003).Kamus Inggeris Indonesia Cetakan XXV
Jakarta:PT Gramedia Utama.2003.
Hidayatullah,M Furqan (2010). Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa.Solo:
Yuma Pustaka.
HR. Imam Malik No 1723. Imam Ahmad: II/381. Al Baihaqi dalam As Sunan al Kubro
X/292 dan disahihkan oleh al Hakim : II/613 menurut syarat Imam Muslim
yang disepakati oleh Adz Dzahabi, Al bani juga mensahihkannya dalam as
Silsilah ash Ashahihah I/75 No 45
Irawan, Prasetya (1999). Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA LAN Press. 1999
Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama RI. Peningkatan Menajemen
Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah. (
Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Kemendiknas dan
Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam Kemenag RI :2011)
Khan, Yahya.(2010). Pendidikan Karakter Berbasisi Potensi Diri Mendongkrak kualitas
Pendidikan Jakarta: Pelangi publishing.2010
Koesuma, Doni (2015) Strategi .Pendidikan Karakter Revolusi Mental dalam Lembaga
Pendidikan.Yogyakarta: PT Kanisius.
Lexy. J. Moleong.(2012) Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet-30) Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Lickona, Thomas (2013) Pendidikan Karakter. Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik. Terj Lita.S. Bandung: Nusa Media
----------------------.2013. Educating for Character.(terjemahan Juma Abdu Wamaungo).
Jakarta: Bumi Aksara.2013.
M.Amril (2007). Akhlak Tasauf.Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau dan
LSFK2P
M. Yusuf. Kadar.(2013). Tafsir Tarbawi Pesan-pesan al Quran Tentang
Pendidikan.Jakarta: Amzah
Mahdini, et al.(2013).Buku pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Program Pascasarjana.
Pekanbaru: Program Pascasarjana Sultan Syarif Kasim Riau.
Mahmud (2011) Pemikiran Pendidikan Islam Bandung :CV Pustaka Setia
Mahmud, Ali Abdul halim.(2004). Akhlak Mulia. (terjemahan Abdul Hayyie al Kattani
Jakarta: Gema Insani.
Maslikhah. (2007). Quo vadis Pendidikan multikultural: Rekontruksi Sistem pendidikan
Berbasis Kebanggsaan( Surabaya: JP Books kerjasama dengan STAIN
Salatiga Press
Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Surat Edaran untuk semua Gubernur dan
semua Bupati/ wali kota Nomor 383/MPN/LL/2011
Mulyasa, H.E.(2014). Menajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Munawwir, Ahmad Warson .(1984). Kamus Bahasa Arab Indonesia. Yogyakarta:Lembaga
Pengadaan Ilmu-ilmu Keagamaan Pondok Pesantren al Munawwir.
Narwanti, Sri .(2011). Pendidikan Karakter Yogyakarta : Familia , Grup Relasi Inti
Media .
Permendiknas (2008). Tentang System Pendidikan Nasional (UU RI Nomor 20 Tahun
2003) Jakarta: Asa mandiri
Permendiknas (2008) tentang standar nasional Pendidikan (PP RI Nomor 19 tahun 2005)
(Jakarta: Asa Mandiri )
Ramly, Najamuddin .(2005). Membangun Pendidikan yang Memberdayakan dan
Mencerahkan .Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.
Rosyada, Dede Rosyada. (2005). Pendidikan Multicultural Melalui Pendidikan Agama
Islam. dalam jurnal Didaktika Islamika, Vol VI No .1
S, Tatang.(2012). Ilmu Pendidikan.Bandung: Pustaka setia.
Sugiono. (2007) Memahami Penelitian Kualitatip. (Cet-3) Bandung: Alfabeta .
Suharsimi, Arikunto (1993).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek( Cet-9).Jakarta:
PT Rineke Cipta.
Sulhan, Najib (2010). Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya:Jaring pena.
Suyadi. (2013).Stretegi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Suyanto. (2010). Urgensi Pendidikan Karakter. Dalam www.mandikdasmen
depdiknas.go.id
Syah, Hidayat (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Pekanbaru: LP2S Indrasakti.
W.S Winkel. (2007) Psikologi Pengajaran.( Cet ke sepuluh). Yogyakarta: Media Abadi..
WJS Purwadarminta.(2006) Kamus Umum Bahasa Indonesia.(edisi ke tiga). Jakarta: Balai
Pustaka
www. Merdeka.com/tag/k/Kenakalan Remaja.Diakses 12 oktober 2014
Zuriah, Nurul.(2008). Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Persfektif Perubahan.
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai