IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER
DI MIM AURSATI
Oleh:
DARNALIS,S.Pd.I
NIP. 196801012000032005
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI MIS MUHAMMADIYAH
AURSATI
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak terkait yang telah membantu, memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini sesuai yang diharapkan.
Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini baik dari segi materi maupun dari segi penulisan. Oleh karna itu penulis menerima
dengan senang hati kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi untuk kemajuan ilmu pengetahuan kedepannya. Akhir kata, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
ABSTAKSI
Karakter bangsa sekarang sudah menjadi broblem Nasional. Berbagai berita di media
audio visual, audio dan media cetak sering memberitakan masalah karakter bangsa. Masalah
ini juga sering menjadi topik dalam pembicaraan para tokoh, baik itu tokoh pendidikan, tokoh
agama, tokoh budaya dan sebagainya. Hal ini bukan tidak beralasan karena secara kasat mata
dapat dilihat bahwa nilai karakter bangsa sekarang sudah jauh bergeser, mulai dari
penampilan, tatakrama, tuturkata, sampai kepada perbuatan yang sudah meresahkan
masyarakat. Berbagai alternatif sudah banyak di tawarkan untuk memperbaiki nilai karakter
bangsa ini. Mulai dari membuat undang-undang, peningkatan pelaksanaan penegakan hukum,
dan penanaman nilai karakter melalui dunia pendidikan. Dari berbagai alternatif yang
diajukan, maka penanaman nilai karakter melalui dunia pendidikan dirasa lebih efektif, karena
dunia pendidikan akan mampu membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di MIM
Aursati, faktor pendukung dan menghambat pelaksanaannya serta untuk mengetahui karakter
siswanya. Objek penelitian ini adalah implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati dan
yang menjadi sabjek dalam penelitian ini adalah semua guru yang melakukan pembelajaran di
kelas, dengan jumlah tujuh belas orang. Ketujuh belas orang tersebut sekaligus merupakan
populasi dalam penelitian ini. Karena jumlah pupulasinya tidak banyak, maka ketujuhbelas
guru tersebut sekaligus merupakan responden/informan. Dengan demikian penelitian ini tidak
menggunakan sampel. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan
kualitatif, dengan demikian untuk memperoleh data, penulis lakukan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data adalah deskriptif kualitatif dengan
persentase.
Hasil penelitian ini adalah Implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati sudah
berjalan dengan” sangat baik”, dengan persentase 73,8%, secara personal guru, juga dapat
diketahui bahwa dari 17 orang responden, 12 orang telah melaksanakan pendidikan karakter
dengan kategori “sangat baik”, 4 orang dengan kategori baik dan hanya satu orang kategori “
cukup baik”. Faktor pendukung Implementasi Pendidikan Karakter ini adalah; SDM Guru
yang baik, pengawasan dari atasan yang baik, sedangkan yang menjadi penghambat adalah;
lingkungan yang kurang kondusif, sarana dan prasarana yang kurang, anggaran yang terbatas
dan kegiatan ektrakurikuler yang tidak berjalan. Mengenai karakter siswa secara umum belum
dikatakan berkarakter baik.
KATA PENGANTAR
walaupun banyak sekali hambatan dan tantangannya. Oleh sebab itu tidak ada ucapan yang
pantas penulis ungkapkan kecuali hanya senantiasa memuji dan bersyukur kepada-Nya dalam
setiap waktu. Salawat dan salam mudah-mudahan senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang,
Penulisan Makalah ini di maksud untuk memenuhi salah satu persyaratan merupakan hasil
makalalah yang ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan utuk mengajukan kenaikan Pangkat IVa
di lingkungan Kementrian Agama Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Dalam menyelesaikan Makalah
ini penulis menyadari begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan uluran tangan
dan kemurahan hati kepada penulis. Terutama keluarga besar penulis, khususnya penulis cintai dan
sayangi sepanjang hayat, yaitu Suami tercinta ZULKARNAINI dan Anak tersayang Ronaldo dan
Dodi Irwansyah yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun material. Selain itu,
pada kesempatan ini penulis juga ingin menyatakan dengan penuh hormat ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Seluruh Majlis Guru MIM Aursati yang selalu membantu dan memberikan saran saran kepada
penulis.
2. Siswa dan siswi MIM Aursati yang telah bersedia membantu kelancaran penulis untuk
melakukan penelitian dalam penulisan Makalah ini.
Penulis tidak bisa membalas jasa baik yang Bapak Ibu berikan, semoga semuanya
menjadi amal sholeh hendaknya dan dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat ganda.
Amin Ya Rabbal Alamin
Aursati, 2023
Darnalis,S.Pd.I
NIP. 196801012000032005
BAB I
PENDAHULUAN
Sorotan ini tertuang dalam berbagai media, baik media cetak seperti majalah maupun
koran, juga dalam media elektronik seperti radio dan televisi. Berbagai tulisan, forum
dialog, seminar mulai tingkat daerah sampai ke tingkat nasional, selalu membicaraka
meningkatkan upaya pelaksanaan dan penegakan hukum, dan sebagainya. Dari berbagai
alternatif yang diajukan tersebut, yang cendrung mampu untuk mengatasi, paling tidak
generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif,
aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan
Madrasahr di Swet Home School District, Amherst, New York memutuskan untuk
distriknya. Dia menulis surat kepada seluruh stafnya dan bertanya,”Siapa yang
menganggap bahwa pendidikan karakter ini penting dan ingin terlibat di dalamnya?”
mengidentifikasi nilai-nilai yang menjadi perhatian utama mereka. Disamping itu juga
Di Indonesia pendidikan karakter ini bukanlah suatu hal yang baru, tapi telah
menjadi cita-cita luhur dari pendiri bangsa ini, sebagaimana yang tersirat dalam empat
pilar kebangsaan yaitu, Pancasila, Pembukaan UUD 1945. NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika. Sejak tahun 1968 tokoh pendidikan nasional Indonesia Ki Hajar
Dewantara telah mengupas tuntas mengenai pendidikan karakter ini, yang disebutnya
menanamkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik. Pendidikan ini diharapkan
menjadi dasar bagi mereka dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Pendidikan karakter
juga mengembangkan diri mereka sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, dan
sebagai warga negara. Karena itu pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana
yang benar dan mana yang salah, tapi lebih luas dari itu. Pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta
didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan
1
Thomas Lickona. Educating for Character, ( Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik
Siswa Menjadi Pintar dan Baik), Diterjemahkan oleh Lita.S, ( Bandung:Nusa Media, 2013), hlm: 37
2
Suyudi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm:3
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan
Nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang.” Ayat
5 menyatakan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia”.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
berbunyi:
Tahun 2006 tentang SKL, Inpres nomor 1 Tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan
Madrasahr.5
3
Permendiknas Tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Jakarta: Asa Mandiri, 2008) hlm.82
4
Ibid. hlm. 85
5
Kementrian Pendidikan Nasional, Kementrian Agama. Peningkatan Menajemen Melalui
Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/ Madrasah.,(Jakarta ,2011), hlm: 243.
Dalam UUSPN pasal 3 Menyebutkan:
6
Ibid, hlm: 244.
7
Ibid, hlm:247
Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia identik dengan tujuan pendidikan
secara umum. Berbicara tujuan pendidikan, sama artinya berbicara mengenai nilai
dan norma dalam suatu konteks kebudayaan, agama (kepercayaan), filsafat, idiologi
dari suatu masyarakat atau bangsa.8 Indonesia sebagai bangsa yang beragama, dengan
pendidikannya berorientasi kepada nilai karakter yang sesuai dengan agama dan
Idiologi Pancasila.
agar beriman. Wujud nyata dari tujuan itu adalah kesempurnaan akhlak anak didik.
formal maupun lembaga non formal harus berorientasi kepada tujuan tersebut.9
1. Membentuk akhlak mulia, sebab salah satu tujuan pendidikan yang paling
mendasar adalah pembentukan akhlak dan kesucian jiwa.
2. Menyiapkan anak didik untuk dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat
3. Persiapan untuk mencari nafkah, atau yang lebih terkenal sekarang dengan
tujuan vokasional dan profesional
4. Menumbuhkan semangat ilmiah para siswa dan memuaskan keingin
tahuannya(curiosity)
5. Menyiapkan anak didik agar menjadi profesional dan teknisi yang andal, dan
memiliki keterampilan bekerja dalam masyarakat.10
8
Hidayat Syah., Filsafat Pendidikan Islam, (Pekanbaru: LP2S Indrasakti, 2012), hlm: 70
9
Tatang.S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,2012), hlm:61.
10
Ibid, hlm:62
2. Kohnstamm mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu seseorang
dalam upaya memanusiakan diriya sendiri untuk mencapai ketentraman batin
yang paling dalam, tanpa menganggu dan membebani orang lain.
3. Jonas Cohn mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu anak didik
menjadi manusia yang mandiri dan dapat bergaul dalam masayarakat dengan
sikap berbudaya yang manusiawi.11
di atas, sangat identik dengan tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam
adalah membentuk peserta didik menjadi insan yang shaleh dan bertaqwa kepada
Allah SWT.12 Ketakwaan dan keshalehan itu ditandai dengan kemapanan aqidah
dan keadilan yang mewarnai segala asfek kehidupan seseorang yang meliputi;
pikiran, perkataan, perbuatan, pergaulan dan lain sebagainya.13 Secara rinci Hidayat
tidak terlepas dari nilai-nilai agama. Beberapa pakar malah menjadikan agama
kepada siswa, harus dimulai dari penanaman nilai agama. Dengan kata lain
11
Ibid, hlm: 63.
12
Kadar M .Yusuf. Tafsir Tarbawi. Pesan-Pesan al Quran Tentang Pendidikan, (Jakarta:
Amzah, 2013), hlm :82
13
Ibid, hlm.83
14
Hidayat Syah. Op-Cit , hlm: 73
Sebuah poling Nasional Amerika yang dilakukan oleh Research and
bimbingan yang pertama dan utama dalam pembentukan karakter adalah nilai agama
yang mereka anut. Agama merupakan sebuah acuan utama yang membawa mereka
pembelajaran. Nilai agama yang diintegrasikan itu akan mewarnai karakter siswa.
dalam pembelajaran. Pelaksanaan nilai karakter ini di dasari oleh rasa tanggung
jawab sebagai seorang guru. Di samping itu bagi umat Islam menanamkan nilai
karakter merupakan bagian dari perintah agama. Hal ini dapat dilihat dalam al
tentang Sisdiknas. Inpres Nomor 6 tahun 2010 tentang Muatan Kurikulum, Inpres
Nomor 17 tahun 2011 tentang Pendidikan Anti Korupsi. Sebagai tindak lanjut dari
15
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Terj Juma Abdu Wamaungo. Cet
2.(Jakarta: PT Bumi Aksara.2013), hlm: 64.
No 384/MPN/LL/2011. Surat Edaran tersebut ditujukan kepada :Gubernur, Bupati,
Wali Kota, Dinas Pendidikan, Komite dan Kepala Madrasahr di setiap jenjang
pendidikan dasar dan Menengah. RPP yang memuat nilai karakter kita kenal dengan
sebutan RPP berkarakter. Untuk model pendidikan karakter sebagai mata pelajaran
yang berdiri sendiri, guru harus membuat silabus, RPP pendidikan karakter, bahan
ajar dan Penilaian hasil belajar. Mengenai model apa yang di terapkan di Madrasahr
pendidikan karakter.
pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan wawancara penulis dengan Ketua
Yayasan MIM Aursati, Hari Senin Tanggal 28 September 2020, selanjutnya ia juga
beragama Islam,. Dalam teknik penanaman nilai karakter banyak pakar yang
B. Definisi Istilah
arti dan makna yang terkandung dalam judul di atas maka penulis kemukakan
1. Implementasi
2. Pendidikan karakter
16
WJS Purwa Darminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi ke tiga ( Jakarta: Balai
Pustaka.2006), hlm. 441
17
Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain System Pembelajaran,(Jakarta: Kencana.2010),
hlm: 25
18
Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama RI.Peningkatan Menajemen
Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah. ( Jakarta : Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar, Kemendiknas dan Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam Kemenag
RI :2011), hlm: 245
19
Ibid
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
nilai, baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan
maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil.20
C. Permasalahan
1) Identifikasi Masalah
disiplin dalam berpakaian, tidak ikut sholat berjamaah, dan sebagainya, pada
hal semua itu mencerminkan karakter yang tidak baik sebagai seorang siswa.
didik mayoritas beragama non muslim, hal ini menimbulkan kesulitan dalam
siswa.
20
Zainal Aqib, Pendidikan Karakter di Sekolah, ( Bandung: Yrama Widya.2012), hlm:36
e. Banyaknya faktor-faktor lain yang mempengaruhi implementasi pendidikan
2) Pembatasan Masalah
MIM Aursati.
3) Rumusan Masalah
sebagai berikut:
MIM Aursati?
1) Tujuan Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Karakter
dari Bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave” yang
bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.21
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain, dan watak. Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul
khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.22 Orang
atau berwatak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir.23
21
Jhon M. Echols dan Hassan Shadly, Kamus Inggeris Indonesia Cetakan XXV( Jakarta:PT
Gramedia Utama.2003), hlm:224
22
WJS. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi ke tiga, ( Jakarta: Balai
Pustaka,2006), hlm:.521
23
. Doni Koesoema. Strategi Pendidikan Karakter Revolusi Mental Dalam Lembaga
Pendidikan. ( Yogyakarta: PT Kanisius.2015), hlm:.30
24
Suyadi. Stretegi Pembelajaran Pendidikan Karakter.( Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2013), hlm: 5
25
Ibid
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan
pengertian akhlak, moral, dan etika. Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab “al-
akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari kata “al-khuluq” yang berarti budi
Jurjani27, akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri,
perlu berfikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut melahirkan perbuatan-
perbuatan yang baik menurut akal dan syariat secara mudah atau reflek , maka
sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik sedangkan jika darinya
yang buruk.28 Dengan demikian akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang
26
Ahmad Warson Munawwir. Kamus Bahasa ArabIndonesia, (Yogyakarta:Lembaga
Pengadaan Ilmu-Ilmu Keagamaan Pondok Pesantren al Munawwir.1984), hlm:.393
27
Beliau ialah Abu Bakr Abd al-Qahir bin Abd al-Rahman bin Muhammad al-Jurjani, lahir
pada awal kurun kelima Hijrah di Jurjan, Iran. Jurjan pada waktu itu merupakan sebuah bandar yang
begitu indah, subur dan penduduknya memiliki akhlak yang sangat baik seperti mana dilaporkan oleh
Yaqut al-Hamawi (al-Hamawi, jil. 2: 1119). Jurjan telah melahirkan sarjana- sarjana dalam perbagai
bidang. Dan beliau mengarang kitab Dala’il al I’jaz.
28
Ali Abdul Halim Mahmud. Akhlak Mulia. terjemahan Abdul Hayyie al Kattani, ( Jakarta:
Gema Insani. 2004), hlm:.32
mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak dipengaruhi oleh
pikiran. Pendapat yang senada dengan ini juga dikemukakan oleh Ibnu
yang tetap pada jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan
akhlak tidak dapat dipisahkan dengan sifat-sifat terpuji, bahkan hal ini senantiasa
di hubungkan dengan sifat-sifat yang ada pada Allah SWT. Sehingga sifat ini
diinginkan dan di perintahkan Allah untuk melekat dalam setiap perilaku dan
aktivitas manusia.32
maknanya dengan akhlak adalah moral dan etika. Kata-kata ini sering
disejajarkan dengan budi pekerti, tata susila, tata krama, atau sopan santun.33
Pada dasarnya secara konseptual kata etika dan moral mempunyai pengertian
ditinjau dari sudut pandang nilai baik dan buruk. Akan tetapi dalam a plikasinya
etika lebih bersifat teoritis filosofis sebagai acuan untuk mengkaji sistem nilai,
sedang moral bersifat praktis sebagai tolok ukur untuk menilai perbuatan yang
29
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammmmad bin Ya’qub bin Maskawaihi,
Ia lahir di Rayy ( Theran, Ibu Kota Republik Islam Iran sekarang). Pada tahun 320 H/932 M dan
wafat pada usia lanjut di Isfahan pada tanggal 9 shafar 421H/16 Februari 1030 M . Ibnu Maskawaihi
hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaihi di Baghdad 320 -450 H/932 -1062 M yang
sebahagian besar pemukanya bermazhab Syiah.
30
Al Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad al Gazali, yang
terkenal dengan Hujjatul Islam. Baliau lahir pada tahun 450 H, bertepatan dengan tahun 1059 M di
Ghazalah suatu kota kecil yang terletak di Thus wilayah Khurasan, yang waktu itu merupakan pusat
ilmu pengetahuan di dunia Islam.
31
Ali Abdul Halim Mahmud, Op-Cit, hlm: 28
32
Amril.M. Akhlak Tasauf. (Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau. (2007), hlm:6
33
Ibid, hlm:27
etika, atau moral dalam diri seseorang dimunculkan bidang ilmu yang disebut
yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak.34. Selain itu, karakter dilihat dari sudut pandang
lahir. Karakter disebut juga dengan ciri khas yang asli dan mengakar pada
penulis berpandapat bahwa karakter adalah tabiat, perbuatan atau perilaku yang
dimiliki oleh individu yang dilandasi oleh norma agama, hukum, konstitusi, adat
dan estetika.
2. Pendidikan Karakter
34
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Krikulum Kementrian Pendidikan
Nasional ,2011, hlm:.3
35
M Furqan Hidayatullah. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban B
angsa, (Solo: Yuma pustaka.2010),hlm: 12-13
36
Direktorat pendidikan dasar dan menengah Kemendidknas , Direktorat Pendidikan
Islam Kemenag RI. Peningkatan menejemen Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di
sekolah/Madrasah, (Jakarta ,2011), hlm: . 245
memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Sejalan dengan hal tersebut
nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri sesama,
buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
Zainal Aqib dan Sujak adalah suatu penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga MIM yang meliputi komponen pengetahuan kesadaran dan kemauan dan
warga MIM yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dan kemauan dan
37
Zainal Aqib. Pendidikan Karakter di Sekolah, Membangun Karakter dan Kepribadian
Anak, (Bandung: CV Yrama Widya, 2012), hlm: 24
38
Zainal Aqib dan Sujak. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter,( Bandung
:CV.Yrama Widya, 2011), hlm: 3
39
Sri Narwanti. Pendidikan Karakter, ( Yogyakarta : Familia , Grup Relasi Inti Media
,2011), hlm: 14.
Dalam pendidikan karakter di MIM, semua komponen harus dilibatkan,
kerja seluruh warga dan lingkungan MIM. MIM berperan membantu peserta
Perubahan merupakan bagian dari masa lalu dan masa depan yang akan
dihadapi. Dengan fungsi tersebut, MIM merupakan institusi penjaga nilai yang
hanya diperuntukkan kepada peserta didik saja, melainkan juga bagi setiap
individu di dalam lembaga pendidikan itu sendiri sebab pada dasarnya mereka
menjadi panduan bagi mereka di dunia pendidikan.40 Begitu juga dengan Yahya
berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama
40
Doni Koesoema. Strategi Pendidikan Karakter Revolusi Mental Dalam Lembaga
Pendidikan. ( Yogyakarta. PT Kanisius.2015), hlm:17
41
Yahya Khan. Pendidikan Karakter Berbasisi Potensi Diri Mendongkrak Kwalitas
Pendidikan, ( Jakarta: Pelangi Publishing.2010), hlm:1
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter ini Lickona mengatakan bahwa
pendidikan karakter sebaiknya diajarkan secara sistematis dalam model
pendidikan yang holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the
good, acting the good. Pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good),
setelah knowing the good perlu ditumbuhkan perasaan senang atau cinta
terhadap kebaikan (feeling the good). Selanjutnya, feeling the good diharapkan
menjadi mesin penggerak sehingga seseorang secara suka reka melakukan
perbuatan yang baik (acting the good). Penanaman dengan model seperti itu,
akan mengantarkan seseorang kepada kebiasaan berlaku baik.42
Dalam penanaman pendidikan karakter yang utama adalah keteladanan.
orang tua memberikan contoh perilaku yang positif kepada anak-anaknya, guru
agar pembentukan karakter itu tumbuh dari dalam diri pribadi individu.
agar terjadi perubahan sikap pada anak didik yang semula kontra produktif
berubah menjadi produktif, inovatif dan kreatif. Dengan kata lain, proses
kegiatan yang dilakukan dengan segala daya upaya secara sadar dan terencana
untuk mengarahkan anak didik agar mereka mampu mengenali dirinya, melalui
miliki.43
42
Mulyasa. Menajemen Pendidikan Karakter, ( Jakarta: Bumi Aksara. 2014) hlm:.4
43
Ibid , hlm: 2
di MIM yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter peserta didik
cara sebagai mata pelajaran tersendiri sepertinya lebih baik, tapi dari
masyarakat.
karakter itu juga bisa di laksanakan secara langsung bisa juga secara
1. Kegiatan pendahuluan :
ajar.
2. Kegiatan inti.
istilah EEK.
a. Eksplorasi
b. Elaborasi
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi
dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tulisan.
3. Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran koopratif
dan kolaboratif.
5. Memfaslitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
6. Memfasilitasi peserta didik untuk membuat laporan ekplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tulisan, baik individual
maupun kelompok.
7. Memfasilitasi peserta didik untuk menampilkan hasil kerja
invidual maupun kelompok.
8. Memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pameran,
turnamen, festival serta memperkenalkan produk yang
dihasilkan.
9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik.
c. Konfirmasi
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik.
2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.
3. Memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.
4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
3. Kegiatan Penutup.
Dalam kegiatan penutup guru melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a. Bersama-sama guru dan siswa membuat rangkuman atau
kesimpulan.
b. Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang
telah dilakukan.
c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
d. Merencanakan kegiatan pertemuan berikutnya.44
Secara umum ada tiga fungsi pokok evaluasi yaitu : pertama, mengukur
44
Zainal Aqib. Pendidikan Karakter di Sekolah. Membangun Karakter dan Kepribadian
Anak.(Bandung: Yrama Widya.2012), hlm: 45-46
45
Anas Sudijo. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta:PT Raja Grafindo persada. 2013)
,hlm:.8
Yaitu sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan,
apakah siswa bersikap positif atau bersikap negatif. Jika siswa telah
dalamanya.
Yaitu sikap positif atau negatif, suka atau tidak suka, menerima
Yaitu sikap yang akan ditanamkan dalam diri siswa sesuai dengan
mata pelajaran Agama Islam. Yang perlu ditanamkan disini adalah nilai-
menolong46.
melibatkan pengurus masjid bagi umat Islam, pihak gereja bagi umat
kegiatan di luar MIM yang harus diisi oleh pihak ketiga. Buku kontrol yang
dimaksud seperti yang telah dibuat dalam kegiatan amaliyah ramadhan, atau
46
Daryanto,Aris Dwi Cahyono. Pengembangan Perangkat Pembelajaran (Silabus, RPP,
PHB, bahan Ajar) .(Yogyakarta: Gava Media.2014),hlm:152
pengajaran. Cara ini dapat dilaksanakan melalui kerja sama antara guru
kegiatan luar MIM. karena dalam penanaman karakter bangsa ini bukan
hanya tugas guru tapi adalah tugas dan kewajiban setiap masyarakat
Indonesia. Dengan cara gabungan ini dimanapun siswa berada mereka akan
dari visi, misi, tujuan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan,
nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri siswa. Hal ini disebabkan
oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mata pelajaran yang tentunya
47
Nurul Zuriah. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. (Jakarta:
Bumi Aksara.2008),hlm:.89-90
2. PKn, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain: Nasionalis, patuh
pada aturan sosial, demokratis, jujur, menghargai keragaman, sadar akan
hak dan kewajiban diri dan orang lain.
3. Bahasa Indonesia, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain: berfikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, betanggung jawab, ingin
tahu, santun, nasionalis.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), nilai utama yang akan ditanamkan antara
lain: religius, tekun, teliti, nasionalis, menghargai keberagaman, berfikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa
wirausaha, jujur, kerja keras, peduli lingkungan, cinta lingkungan.
5. Ilmu Pengetahuan Alam, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain:
religius, tekun, teliti, ingin tahu, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif,
jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman,
disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu.
6. Bahasa Inggeris, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain:
menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri berja sama, patuh
pada aturan sosial.
7. Seni budaya, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain: menghargai
keberagaman, nasionalis, menghargai karya orang lain, jujur,
disiplin,demokratis.
8. Penjaskes, nilai utama yang akan ditanamkan antara lain: bergaya hidup
sehat, bekerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, menghargai
karya dan prestasi orang lain.
9. TIK/keterampilan, nilai utama yang akan ditanamkaan antara lain:
berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, mandiri berrtanggung jawab,
menghargai karya orang lain.
10. Muatan lokal, nilai utama ang akan ditanamkan antara lain: menghargai
kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli.48
1. Kegiatan rutin.
48
Daryanto, Aris Dwicahyono. Op-Cit. hlm:91.92
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara
upacara hari senin, upacara hari besar nasional, piket kelas, shalat
berjumpa.
2. Kegiatan spontan.
sakit atau oang tua teman yang sakit, takziah, membuang sampah
3. Keteladanan
keras.
4. Pengkondisian
dilakukan untuk:
sebagainya.
dalam keluarga. Guru memberikan buku catatan kegiatan harian yang harus di
pantau dan dikontrol oleh orang tua. Guru bisa bekerja sama dengan pengurus
49
Daryanto, Aris Dwi Cahyono, Op-Cit, hlm:49
masjid atau rumah-rumah ibadah lain sesuai dengan agamanya, seperti gereja,
evaluasi diri.50
Karakter suatu hal yang tidak bisa di pisahkan dari agama. Malah bisa
penganutnya untuk melakukan kebaikan dan tidak ada satu agama pun yang
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Reseach and Forecas, tahun 1981
utama dalam pembentukan karakter adalah agama yang mereka anut.51 Agama
bagi kebanyakan orang merupakan sebuah acuan utama yang membawa mereka
manusia tentang agama tuhan adalah Maha pemberi Pertolongan Yang maha
penelitian di Amerika yang dilakukan oleh seorang profesor Paul Vitz di New
50
. Mulyasa, Menajemen Pendidikan Karakter.( Jakarta: Bumi Aksara. 2014), hlm:.206
51
Thomas Lickona. Educating for Character.(terjemahan Juma Abdu Wamaungo).(
Jakarta: Bumi Aksara.2013), hlm: 64.
oleh “ Kebanyakan siswa pada saat ini bersikap acuh terhadap peran agama
bagian ajarannya. Secara garis besar ajaran Islam itu dikelompokkan menjadi
hukum tentang ibadah dan muamalah), dan bagian akhlak (karakter). Ketiga
bagian ini tidak bisa dipisahkan, tetapi harus menjadi satu kesatuan yang utuh
bentuk bangunan yang hanya bisa terwujud bila dilandasi oleh aqidah yang benar
dan akan mengarah pada pencapaian akhlak (karakter) yang seutuhnya. Dengan
terwujudnya bangunan syari’ah yang benar yang dilandasi oleh fondasi aqidah
yang kokoh. Tanpa aqidah dan syari’ah, mustahil akan terwujud akhlak
(karakter) yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari tujuan Allah mengutus
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.53
52
Ibid. hlm:65
53
QS; 33:22
Rasulullah sebagai suri tauladan, tugas yang diebannya adalah untuk
)إِنِـــمِاِبِعِثِتِِلِتِــــــمِمِِحسنِالخلوق (الحديث
Tidaklah aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak manusia.54
bagian dari nilai yang bersifat evaluatif dan berakar pada suatu keyakinan (
sebagai uswatun hasanah. Karakter tersebut adalah siddiq, amanah, tabligh dan
agar lebih mudah dipantau dan dinilai. Penjabaran karakter tersebut adalah:
54
HR. Imam Malik No 1723. Imam Ahmad: II/381. Al Baihaqi dalam As Sunan al Kubro
X/292 dan disahihkan oleh al Hakim : II/613 menurut syarat Imam Muslim yang disepakati oleh
Adz Dzahabi, Al Bani juga mensahihkannya dalam as Silsilah ash Ashahihah I/75 No 45
a. Disiplin
b. Rajin belajar
c. Ulet/gigih
d. Berfikir logis
e. Ingin berprestasi
f. Kreatif
g. Teliti
h. Bekerja sama.55
karakter juga melibatkan beberapa nilai, dan ia meletakkan nilai agama sebagai
nilai utama. Disamping nilai agama, nilai-nilai dalam karakter tersebut ialah
(nilai moral, nilai-nilai umum, dan nilai-nilai kewarga negaraan). Suyanto dalam
utama dari sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal
manusia. Sembilan pilar karakter itu adalah (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-
Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3) kejujuran atau amanah, (4)
hormat dan santun, dermawan, (5) tolong menolong dan gotong royong atau
kerjasama, (6) percaya diri dan bekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan,
(8) baik dan rendah hati, dan (9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan.56
juga meletakkan nilai religius sebagai sikap dan prilaku utama dalam
pembentukan karakter57
berpendapat bahwa karakter tidak bisa diubah. Karakter adalah bawaan sejak
55
Najib Sulhan. Pendidikan Berbasis Karakter. ( Surabaya:Jaring pena. 2010) , hlm: 12
56
Suyanto.Urgensi pendidikan karakter. Dalam www.mandikdasmen depdiknas.go.id 2010
57
Kementrian Pendidikan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum.2010
lahir, dengan demikian apabila ia membawa karakter baik maka ia akan menjadi
baik tapi jika ia membawa karakter buruk maka ia akan berkarakter buruk.
Sebagian lagi berpendapat bahwa karakter bisa diubah melalui pendidikan atau
maka karakter buruk itu akan mempengaruhinya pula. Ada juga yang
berpendapat bahwa karakter itu ada yang bawaan dan ada yang di pengaruhi
oleh lingkungan.
aliran yang berbeda pertama adalah Lombrosso dan Schopenhauer dengan teori
bisa di ubah karena bersifat genetis. Kedua Pendapat yang di sampaikan oleh
Jhon Locke dengan teori Tabularasa. Dengan teori ini ia mengatakan bahwa
setiap anak yang dilahirkan seperti kertas putih yang dapat dilukis dengan
karakter baik maupun karakter buruk. Ketiga Teori yang di kemukakan oleh
dilahirkan bukan seperti kertas putih melainkan sudah diilhami Allah dengan
baik dan berada dilingkungan yang baik, maka ia akan cendrung berkarakter
baik, sebaliknya seseorang yang dididik dengan karakter yang tidak baik serta
tinggal di lingkungan yang tidak baik, maka akan cendrung berkarakter tidak
baik.
suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
dan agama.59
terhadap latar belakang peserta didik baik dari asfek keragaman suku (etnis),
58
Shahih Muslim. kitab al Qadar No. 4803
59
.Maslikhah. Quo Vadis Pendidikan Multikultural: Rekontruksi Sistem Pendidikan Berbasis
Kebangsaan ( Surabaya: JP Books kerjasama dengan STAIN Salatiga Press.2007), hlm:48
60
Asnurrofik Dawam. Emoh Sekolah Menolak Komersialisasi Pendidikan dan Kanibalisme
Intelektual Menuju Pendidikan Multikultural.( Yogyakarta: Inspeal Ahumsakarya. 2003),hlm:100
sederhana mengatakan, pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai
perlakukan sama, tanpa membeda- bedakan, etnis, suku, ras bangsa, budaya dan
pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan harus berbuat dengan adil dan
memperlakukan semua siswa sama tanpa ada diskriminasi, kecuali MI-MI yang
yang telah dijelaskan dalam ayat (2) pasal 29 UUD 1945. Demikian juga dalam
61
Azyumardi Azra. Pendidikan Multicultural; Membangun Kembali Indonesia Bhinneka
Tunggal Ika dalam Tsaqofah. Vol I No 2 tahun 2003). hlm:21
62
Dede Rosyada. Pendidikan Multicultural Melalui Pendidikan Agama Islam. dalam Jurnal
Didaktika Islamika, Vol VI No .1 2005, hal: 21-22
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural dan kemajemukan
bangsa.63
Indonesia yang dikenal dengan negara multikultural dari segi, ras, etrnis,
Hal ini untuk menghindari terjadinya konflik sosial, budaya dan agama atau
masyarakat plural.64
Dalam sudut pandang Islam, multikultural suatu hal yang harus disikapi
Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah surat al Hujurat ayat 13:
kaum membuat kamu tidak berlaku adil.al Quran surat al Maidah ayat 8
63
Sistem Pendidikan Nasional (UU RI Nomor 20 tahun 2003. ( Jakarta: Asa Mandiri. Cet
pertama. 2008 ),hlm:86
64
Najamuddin Ramly. Membangun Pendidikan yang Memberdayakan dan Mencerahkan
.(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.2005). hlm:xix
8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
dari berontak akan menimbulkan dendam dan bisa menjadi permusuhan dan
tindakan anarkis.
B. Tinjauan
C. Konsep Operasional
a. Nilai Religius
dalam pembelajaran
pelajaran
berakhir
- Religius.
- Kejujuran
- Disiplin
- Kerja keras
- Percaya diri
- Berjiwa wirausaha
- Ingin tahu
- Cinta ilmu
- Santun
- Demokratis
- Nasionalis
- Menghargai keberagaman.
1. SDM Guru
2. Pengawasan
3. Lingkungan MIM
5. Anggaran
6. Kegiatan ektrakurikuler
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah dalam penelitian ini maka penulis
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiyah, (sebagai lawannya
bersifat induktif dan hasilnya lebih menekankan makna dari pada generalisasi.65
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain lain, secara holistik.66 Sejalan dengan itu lexy,
atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian ini didasarkan pada upaya membangun
pandangan mereka yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran
menyelidiki suatu penomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini
peneliti membuat suatu gambaran komplek, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami .68
65
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan ke -3 (Bandung: Alfabeta 2007),
hlm:1
66
Bambang Dwiloka dan Ratih Riana. Tekhnik Menulis Karya Ilmiah. ( Jakarta: Rineka
Cipta.2005), hlm:107
67
Lexy. J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif , ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Cet ke tigapuluh. 2012 ),hlm:6
68
Hamid Darmadi. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial.( Bandung : Alpabeta .2013),
hlm:286
Berdasarakan pengertian di atas, menrut penulis, pendekatan kualitatif
dianggap cocok dengan penelitian ini karena penelitian ini sesuai dengan
bikken yaitu:
1. Dilakukan pada kondisi alamiah langsung kesumber data dan peneliti adalah
instrumen kunci
2. Lebih bersifat deskriptif. Data yang dikumpul dalam bentuk kata-kata atau
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau out
come
permasalahan yang belum jelas, holistik, komplek dan dinamis serta penuh makna
memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah : karena jarak yang tidak
jauh dari domisili dan tempat kerja penulis, sehingga memudahkan penulis untuk
ini.
69
Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktifitas Intruksional;
(Universitas terbuka.1990) hlm:33-36
Waktu penelitian ini direncanakan selama satu bulan terhitung bulan
Populasi dalam penelitian ini adalah guru MIM Aursati sebanyak 17 orang.
Karena populasi dalam penelitian ini tidak banyak maka penulis, menjadikan
semua guru tersebut sebagai responden dan informan. Maksudnya penulis tidak
Subjek dalam penelitian ini adalah semua guru MIM Aursati yang masuk
ke kelas dan terlibat dalam pembelajaran. Objek dalam penelitian ini adalah
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ada tiga cara
kelas.
b. Melalui wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara dengan guru-
kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, sedangkan data
data kualitatif tersebut terlebih dahulu harus diubah atau dikonversikan menjadi data
kuantitatif . Proses pengubahan data kualitatif menjadi data kuantitatif disebut dengan
70
Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan. Cet Ke 23( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2011), hlm:6
pelaksanaanya cukup baik dan pelaksanaannya kurang baik, ini merupakan data
kualitatif. Data ini bisa di konversikan dalam bentuk data kuantitatif menjadi :
Sedangkan kesimpulan analisis data hasil penelitian dalam bentuk kalimat dengan
𝑓
𝑃 = x100%
𝑛
Keterangan:
N= Jumlah frekuensi
P= Angka persentase.72
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Umum
71
Ibid
72
Ibid. hlm: 43
Visi MIM Aursati adalah “mewujudkan MIM Aursati sebagai Lembaga
Pendidikan Islam yang unggul dalam Kwalitas, Berakhlak Mulia mampu menjawab
Tantangan Zaman”.
depan dengan memperhatikan potensi madrasah saat ini sesuai dengan norma dan
harapan masyarakat.
Untuk mencapai visi MIM Aursati tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa
kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan misi yang
b. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenal potensi diri sehingga dapat
warga sekolah
Strategi yang digunakan MIM Aursati dalam menjalankan misi di atas sebagai
berikut :
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang akap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi di atas adalah:
semakin berdayaguna.
dalam UUSPN No 20/2003 pasal 3. Dari lima kelompok nilai karakter bangsa
tersebut( Nilai religius, nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri,
MIM Aursati saling menghormati antar umat beragama, dan tidak pernah
terjadinya perselisihan antar siswa yang dipicu oleh unsur SARA. Pernyataan
ini juga di kuatkan dengan dokumen yang penulis dapatkan dari catatan kasus
Faktor tersebut penulis klasifikasikan menjadi dua , yaitu faktor pendukung dan
2. SDM Guru:
lima tahun.
sekolah..
3. Pengawasan:
guru.
- Kepala sekolah telah melakukan suverfisi terhadap guru-guru saat
melaksanaan pembelajaran.
1. Lingkungan:
3. Anggaran:
4. Kegiatan Ektrakurikuler:
PENUTUP
A. Kesimpulan
di simpulkan bahwa:
aplikasikan oleh guru dalam pembelajaran dan hanya 21,7 % yang belum
“sangat baik”. Secara personal juga bisa di simpulkan bahwa guru MIM Aursati
kategori “ sangat baik”, 4 orang dengan kategori “ baik”, dan hanya satu orang
2. Secara umum siswa MIM Aursati belum berkarater baik. Dari lima
tuhan,nilai hubungan dengan diri sendiri, nilai hubungan dengan sesama, nilai
3. Dalam implementasi pendidikan karakter di MIM Aursati ada dua faktor yang
lima tahun, bidang studi yang mereka ampu sesuai dengan latar belakang
yang sudah baik, karena meraka telah pernah mengikuti pelatihan pendikan
pelajaran.
karakter, hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan RPP, suverfisi ke kelas dan
karakter.
a. Lingkungan
pendidikan karakter
d. Ektrakurikuler
B. Implikasi
bangsa akan semakin jauh dari nilai-nilai budaya dan agama. Akhirnya bangsa ini
akan diwarisi oleh generasi yang tidak lagi menjadikan karakter dan nilai-nilai
tentang standar isi, Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang SKL dan Inpres No 1
mulai dari tingkat nasional sampai ke daerah harus mendukung program penanaman
tombaknya.
Guru yang setiap saat berintegrasi dengan siswa sebagai orang yang
bertanggung jawab secara langsung untuk menanamkan nilai karakter bangsa, tidak
akan berarti apa-apa, apabila tidak didukung oleh seluruh komponen dalam
karakter siswa, tapi guru merupakan bagian dari komponen yang membentuk
karakter siswa tersebut. Komponen lain yang tidak kalah pentingnya dalam
antara guru dan siswa atau antara pengelola sekolah dengan siswa jelas akan
berpengaruh dalam penanaman nilai karakter. Secara tidak langsung guru akan
Demikian juga pengelola sekolah akan membuat kebijakan sesuai dengan ajaran
dari kebijakan seperti ini implementasi pendidikan karakter tidak akan berjalan
maksimal. Oleh karena itu sebagai masyarakat harus selektif dalam memilih tempat
C. Saran
1. Kepada orang tua yang ingin melanjutkan pendidikan putra putrinya harus
seperti Sarana wudhu yang memadai, labor, perpustakaan dan lapangan olah
raga.
3. Kepada Kepala Sekolah dan pengelola sekolah agar dapat mengalokasikan dana
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dan Sujak. (2011) Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter Bandung
:CV.Yrama widya 2011
Aqib, Zainal.(2012) Pendidikan Karakter di Sekolah, Membangun Karakter dan
Kepribadian Anak. Bandung: CV Yrama Widya,
Azra, Azyumardi. (2003). Pendidikan Multicultural; Membangun kembali Indonesia
Bhinneka Tunggal Ika dalam Tsaqofah. Vol I No 2
Daryanto, Aris Dwicahyono.(2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Silabus,
RPP, PHB, Bahan Ajar. Yogyakarta: Gava Media.
Dawam, Asnurrofik (2003). Emoh Sekolah Menolak Komersialisasi Pendidikan dan
Kanibalisme Intelektual Menuju Pendidikan Multikultural. Yogyakarta:
Inspeal Ahumsakarya.2003
Departemen Agama RI. Al Quran Terjemahan Edisi Revisi.(1989).Semarang. CV Toha
Putra.
Departemen Pendidikan Nasional. Badan Penelitian dan Pusat pengembangan kurikulum.
(2011)
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana(2005). Tekhnik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Echols, Jhon M. dan Hassan Shadly (2003).Kamus Inggeris Indonesia Cetakan XXV
Jakarta:PT Gramedia Utama.2003.
Hidayatullah,M Furqan (2010). Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa.Solo:
Yuma Pustaka.
HR. Imam Malik No 1723. Imam Ahmad: II/381. Al Baihaqi dalam As Sunan al Kubro
X/292 dan disahihkan oleh al Hakim : II/613 menurut syarat Imam Muslim
yang disepakati oleh Adz Dzahabi, Al bani juga mensahihkannya dalam as
Silsilah ash Ashahihah I/75 No 45
Irawan, Prasetya (1999). Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA LAN Press. 1999
Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama RI. Peningkatan Menajemen
Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah. (
Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Kemendiknas dan
Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam Kemenag RI :2011)
Khan, Yahya.(2010). Pendidikan Karakter Berbasisi Potensi Diri Mendongkrak kualitas
Pendidikan Jakarta: Pelangi publishing.2010
Koesuma, Doni (2015) Strategi .Pendidikan Karakter Revolusi Mental dalam Lembaga
Pendidikan.Yogyakarta: PT Kanisius.
Lexy. J. Moleong.(2012) Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet-30) Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Lickona, Thomas (2013) Pendidikan Karakter. Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik. Terj Lita.S. Bandung: Nusa Media
----------------------.2013. Educating for Character.(terjemahan Juma Abdu Wamaungo).
Jakarta: Bumi Aksara.2013.
M.Amril (2007). Akhlak Tasauf.Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau dan
LSFK2P
M. Yusuf. Kadar.(2013). Tafsir Tarbawi Pesan-pesan al Quran Tentang
Pendidikan.Jakarta: Amzah
Mahdini, et al.(2013).Buku pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Program Pascasarjana.
Pekanbaru: Program Pascasarjana Sultan Syarif Kasim Riau.
Mahmud (2011) Pemikiran Pendidikan Islam Bandung :CV Pustaka Setia
Mahmud, Ali Abdul halim.(2004). Akhlak Mulia. (terjemahan Abdul Hayyie al Kattani
Jakarta: Gema Insani.
Maslikhah. (2007). Quo vadis Pendidikan multikultural: Rekontruksi Sistem pendidikan
Berbasis Kebanggsaan( Surabaya: JP Books kerjasama dengan STAIN
Salatiga Press
Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Surat Edaran untuk semua Gubernur dan
semua Bupati/ wali kota Nomor 383/MPN/LL/2011
Mulyasa, H.E.(2014). Menajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Munawwir, Ahmad Warson .(1984). Kamus Bahasa Arab Indonesia. Yogyakarta:Lembaga
Pengadaan Ilmu-ilmu Keagamaan Pondok Pesantren al Munawwir.
Narwanti, Sri .(2011). Pendidikan Karakter Yogyakarta : Familia , Grup Relasi Inti
Media .
Permendiknas (2008). Tentang System Pendidikan Nasional (UU RI Nomor 20 Tahun
2003) Jakarta: Asa mandiri
Permendiknas (2008) tentang standar nasional Pendidikan (PP RI Nomor 19 tahun 2005)
(Jakarta: Asa Mandiri )
Ramly, Najamuddin .(2005). Membangun Pendidikan yang Memberdayakan dan
Mencerahkan .Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.
Rosyada, Dede Rosyada. (2005). Pendidikan Multicultural Melalui Pendidikan Agama
Islam. dalam jurnal Didaktika Islamika, Vol VI No .1
S, Tatang.(2012). Ilmu Pendidikan.Bandung: Pustaka setia.
Sugiono. (2007) Memahami Penelitian Kualitatip. (Cet-3) Bandung: Alfabeta .
Suharsimi, Arikunto (1993).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek( Cet-9).Jakarta:
PT Rineke Cipta.
Sulhan, Najib (2010). Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya:Jaring pena.
Suyadi. (2013).Stretegi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Suyanto. (2010). Urgensi Pendidikan Karakter. Dalam www.mandikdasmen
depdiknas.go.id
Syah, Hidayat (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Pekanbaru: LP2S Indrasakti.
W.S Winkel. (2007) Psikologi Pengajaran.( Cet ke sepuluh). Yogyakarta: Media Abadi..
WJS Purwadarminta.(2006) Kamus Umum Bahasa Indonesia.(edisi ke tiga). Jakarta: Balai
Pustaka
www. Merdeka.com/tag/k/Kenakalan Remaja.Diakses 12 oktober 2014
Zuriah, Nurul.(2008). Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Persfektif Perubahan.
Jakarta: Bumi Aksara.