Anda di halaman 1dari 17

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian tentang gambaran kadar

hemoglobin, lingkar lengan atas, dan indeks masa tubuh pada mahasiswa D-III

Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Tahun 2018. Penelitian ini

dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2018 jam 15.00 WIB dan 29 Agustus jam

12.00 WIB. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa D-III Kebidanan di

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 yang dihadari sebanyak 27

mahasiswa yang diambil dari 41 total sampling. Hasil penelitian disajikan dalam

bentuk tabel dan tekstual yang didasarkan pada hasil analisa univariat tentang

karakteristik mahasiswa yang meliputi : identitas mahasiswa, konsumsi tablet darah,

diet, riwayat penyakit menahun dan aktivitas olah raga serta data tentang kadar

hemoglobin, lingkar lengan atas, dan indeks masa tubuh pada mahasiswa D-III

Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018.

A. Karakteristik Mahasiswa
Distribusi frekuensi karakteristik mahasiswa D-III Kebidanan di

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 disajikan dalam tabel 5.1

di bawah ini.
36

Tabel 5.1
Karakteristik Mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad
Al-Islamiyyah Cilacap Tahun 2018
Frekuensi Persentase
No Karakteristik
(f) (%)
1. Mahasiswa :
a. Tingkat I 7 26,0
b. Tingkat II 10 37,0
c. Tingkat III 10 37,0
Jumlah 27 100,0
2. Konsumsi tablet tambah darah
a. Pernah 0 0
b. Tidak pernah 27 100
Jumlah 27 100,0
3. Diet
a. Ya 3 11,1
b. Tidak 24 88,9
Jumlah 27 100,0
4. Aktivitas olah raga
a. <2 x/mgg 12 44,4
b. 2-3 x/mgg 8 29,6
c. Tidak pernah 7 25,9
Jumlah 27 100,0
Sumber : Pengolahan Data Primer Tahun 2018

Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa mahasiswa D-III

Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 paling

banyak merupakan mahasiswa tingkat II dan tingkat III yaitu masing-masing

sebanyak 10 orang (37%), semua mahasiswa tidak pernah mengkonsumsi tablet

tambah darah saat mengalami menstruasi (100%), sebagian besar mahasiswa

tidak melakukan diet yaitu sebanyak 24 orang (88,9%) dan paling banyak

aktivitas olah raga yang dilakukan <2 kali/minggu yaitu sebanyak 12 orang

(44,4%).
37

B. Gambaran Kadar Hemoglobin pada Mahasiswa D-III Kebidanan di

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018

Distribusi frekuensi kadar hemoglobin pada mahasiswa D-III Kebidanan di

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 disajikan dalam tabel 5.2

di bawah ini

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin pada Mahasiswa D-III Kebidanan
di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018

Frekuensi Persentase
No Kadar Hemoglobin
(f) (%)
1 Tidak anemia (≥11gr%) 18 66,7
2 Anemia (<11 gr%) 9 33,3
Jumlah 27 100
Sumber : Pengolahan Data Primer Tahun 2018

Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada

mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun

2018 sebagian besar dengan kategori tidak anemia yaitu sebanyak 18 orang

(66,7%) dan sebagian kecil mengalami anemia sedang yaitu sebanyak 9 orang

(33,3%).

C. Gambaran LILA pada Mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad

Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018

Distribusi frekuensi LILA pada mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES

Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 disajikan dalam tabel 5.3 di bawah

ini.
38

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi LILA pada Mahasiswa D-III Kebidanan
di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018

Lingkar Lengan Atas Frekuensi Persentase


No
(LILA) (f) (%)
1 Normal 25 92,6
2 Kurang Energi Kronis (KEK) 2 7,4
Jumlah 27 100
Sumber : Pengolahan Data Primer Tahun 2018

Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa LILA pada mahasiswa

D-III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018

sebagian besar dengan kategori normal yaitu sebanyak 25 orang (92,6%) dan

sebagian kecil mengalami KEK yaitu sebanyak 2 orang (7,4%).

D. Gambaran IMT pada Mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap tahun 2018

Distribusi frekuensi IMT pada mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES Al-

Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 disajikan dalam tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi IMT pada Mahasiswa D-III Kebidanan
di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Tahun 2018

Indek Massa Tubuh Frekuensi Persentase


No
(IMT) (f) (%)
1 Underweight 5 18,5
2 Normal 19 70,4
3 Overweight 3 11,1
Jumlah 27 100
Sumber : Pengolahan Data Primer Tahun 2018
39

Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa IMT pada mahasiswa D-

III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 sebagian

besar dengan kategori normal yaitu sebanyak 19 orang (70,4%) dan sebagian

kecil dengan kategori overweight sebanyak 3 orang (11,1%).


BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini memuat pemikiran peneliti untuk memberikan penjelasan dan

interpretasi atas hasil penelitian yang telah dianalisis guna menjawab rumusan

masalah dalam penelitian ini. Uraian mengenai pembahasan ini dikaitkan dengan

hasil kajian teori dan hasil-hasil penelitian lain yang relevan.

A. INTERPRETASI DAN DISKUSI HASIL

1. Gambaran Kadar Hemoglobin pada Mahasiswa D-III Kebidanan di

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Tahun 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada

mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

tahun 2018 sebagian besar dengan kategori tidak anemia (66,7%).

Kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi ialah faktor asupan nutrisi

yang tergolong baik. Berdasarkan rekapitulasi dari kuesioner yang diberikan,

diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa tidak menjalani pola diet yang

kemungkinan kandungan gizinya tergolong baik, khususnya untuk zat besi.

Seluruh mahasiswa juga tidak sedang mengalami penyakit kronik menahun. .

Faktor-faktor ini diduga yang menyebabkan status gizi lebih sehingga tidak

mempengaruhi kadar hemoglobin dari sebagian besar mahasiswa.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Alifah (2017) yang menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang

melatarbelakangi kejadian kadar hemoglobin rendah atau anemia adalah


41

karena asupan gizi dalam tubuh kurang dan hal ini menyebabkan kebutuhan

gizi dalam tubuh tidak terpenuhi terutama kebutuhan gizi seperti zat besi

dimana zat besi merupakan salah satu komponen terpenting dalam

pembentukan hemoglobin, dengan kurangnya asupan zat besi dalam tubuh

akan menyebabkan berkurangnya bahan pembentuk sel darah merah,

sehingga sel darah merah tidak dapat melakukan fungsinya dalam mensuplai

oksigen yang akan mengakibatkan terjadinya anemia.

World Health Organization (2011) menegaskan bahwa nutrisi yang

cukup merupakan dasar untuk mencapai keoptimalan dalam pertumbuhan

dan kesehatan remaja. Sedangkan jika nutrisi kurang dapat menimbulkan

banyak dampak buruk bagi tubuh diantaranya adalah laju pertumbuhan fisik

yang lambat dari pada umur seharusnya, gangguan kognitif, terhambatnya

perkembangan otak, resiko tinggi terpapar penyakit dan anemia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Arumsari (2008) yang menyatakan bahwa status gizi berkorelasi positif

dengan konsentrasi hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi seseorang

maka semakin rendah kadar Hb didalam darah. Hasil penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian Sihombing dan Riyadina (2009) bahwa pada

wanita yang memiliki status gizi kurang dapat menyebabkan kadar

hemoglobin rendah.

Hasil penelitian juga didapatkan mahasiswa D-III Kebidanan di

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 mengalami anemia

(33,3%). Hasil ini dapat disebabkan karena Mahasiswi D3 Kebidanan tidak


42

pernah merasa bahwa dirinya mengalami anemia. Mereka cenderung tidak

peduli dengan apa yang mereka makan setiap hari, tidak peduli bahwa

menstruasi yang dialaminya setiap bulan akan mengikis cadangan sel darah

merahnya. Rasa lemah, letih, sering mengantuk, lesu yang pernah

dialaminya sering dianggap remeh. Mereka menganggap hal tersebut hanya

karena terlalu lelah dan cukup ditangani dengan istirahat saja. Padahal

sebenarnya banyak hal lain yang mempengaruhi keadaan mereka selain

karena kelelahan yang salah satunya adalah karena kurangnya kadar Hb

dalam sel darah merah. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengisian checklist

yang didapatkan hasil bahwa tidak terdapat mahasiswa yang mengkonsumsi

tablet penambah darah saat mengalami menstruasi (100%).

Rizky & Yuni (2015) memaparkan bahwa ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi kadar hemoglobin mahasiswa turun yaitu kehilangan

darah yang disebabkan salah satunya oleh perdarahan menstruasi dan

kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi. Hal ini sejalan dengan

pendapat Nida (2017) yang menyatakan bahwa anemia zat besi dapat

dicegah dengan cara pemberian tablet zat besi, terutama melalui makanan.

Pemberian suplemen zat besi (fe) dapat digunakan untuk memperbaiki status

hemoglobin dalam waktu relatif singkat. Cara pemberian suplemen tablet

besi adalah dua kali perminggu karena setiap hari sekitar 25 ml eritrosit

harus diganti sehingga membutuhkan 25 mg besi tetapi hanya 1 mg/hari

yang dapat diabsorbsi dari makan sedangkan 24 mg diambil dari daur ulang

besi dan cadangan besi.


43

2. Gambaran Lingkar Lengan Atas (LILA) pada Mahasiswa D-III

Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Tahun 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa LILA pada mahasiswa D-III

Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 sebagian

besar dengan kategori normal (92,6%). Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah

Cilacap tahun 2018 mempunyai asupan protein yang baik.

Hasil penelitian sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Guyton

dan hall (2008) yang menyatakan bahwa asupan protein yang cukup

berkaitan dengan gizi normal yaitu memperkecil faktor risiko terjadinya

kurang energi kronis yang berhubungan dengan LILA. Terkait dengan

tingkat kecukupan konsumsi protein maka protein akan berfungsi sebagai

energi alternatif yang menunjukkan dominasi protein sebagai sumber energi

akan dilakukan sebagai kompensasi apabila terjadi defisit energi.

Pujiatun (2012) yang menyatakan bahwa peran protein dalam

membangun struktur jaringan tubuh menjadi bagian akhir untuk menyuplai

kebutuhan energi pada saat asupan karbohidrat dan lemak berkurang.

Asupan lemak dan karbohidrat sebagai pembanding asupan protein dalam

perannya sebagai sumber energi alternatif. Asupan protein cukup maka

status gizi akan baik termasuk ukuran lingkar lengan atas (LILA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat LILA pada mahasiswa

D-III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018

dengan kategori KEK (7,4%). Hasil ini dapat disebabkan karena asupan
44

protein mahasiswa tidak sesuai dengan energi yang dikeluarkan sehingga

mengalam kekurangan energi kronik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hastutik dan

Wigunantiningsih (2016) yang menjelaskan bahwa kurang energi kronis

merupakan keadaan dimana seseorang menderita kurang asupan gizi energi

dan protein yang berlangsung lama atau menahun. Seseorang dikatakan

menderita risiko kurang energi kronis bilamana lingkar lengan atas LLA

<23,5 cm. Kurang energi kronis mengacu pada lebih rendahnya masukan

energi, dibandingkan besarnya energi yang dibutuhkan yang berlangsung

pada periode tertentu, bulan hingga tahun.

Pujiatun (2012) menambahkan bahwa pengukuran lingkar lengan atas

pada remaja, dimaksudkan untuk mendeteksi secara awal kekurangan energi,

karena kejadian KEK pada ibu hamil dapat disebabkan dari remaja sudah

menderita KEK namun tidak terdeteksi. Proverawati (2009) mengungkapkan

bahwa remaja yang mengalami KEK dapat mempunyai resiko melahirkan

bayi BBLR yang akan mempunyai resiko kematian dan gangguan tumbuh

kembang pada anak. Perbaikan status gizi remja putri akan lebih baik

dilakukan sedini mungkin. Melakukan promosi kesehatan oleh tenaga

kesehatan menjadi sangat penting untuk mengupayakan perbaikan gizi

remaja menjadi lebih baik.

Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hastutik dan Wigunantiningsih (2016) yang menyatakan bahwa wanita usia

subu berdasarkan ukuran LILA, sebagian besar mempunyai ukuran LILA


45

normal (55,6%) dan dengan kategori LILA kurang (44,4%) atau menderita

KEK. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sofiyani (2017) juga didapatkan

hasil yang tidak jauh berbeda yaitu sebagian besar LILA pada remaja putri

adalah dengan kategori normal (75%).

3. Gambaran Indek Massa Tubuh (IMT) pada Mahasiswa D-III

Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Tahun 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa IMT pada mahasiswa D-III

Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 sebagian

besar dengan kategori normal (70,4%). Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa mahasiswa D-III Kebidanan sebagian besar memiliki asupan gizi

yang seimbang.

Hal ini sesuai dengan teori Proverawati (2009) bahwa asupan gizi

seimbang akan membantu memelihara status gizi normal seperti kecukupan

gizi untuk proses tumbuh kembang dipengaruhi asupan zat gizi seperti

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat dalam jumlah

yang seimbang. Gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari dapat mencegah

terjadinya keadaan gizi kurang atau gizi lebih. Sehingga kebutuhan akan

kecukupan gizi remaja di dapatkan dari kesesuaian antara jumlah dan jenis

makanan yang dikonsumsi dan dapat bermanfaat bagi fungsi tubuh secara

optimal.

Supariasa (2012) juga menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi

gizi seimbang meliputi ketahanan pangan, pola pengasuh anak, pelayanan

kesehatan dan kesehatan lingkungan. Berat badan normal merupakan idaman


46

bagi setiap orang agar mencapai kesehatan yang optimal, Berat badan

normal memiliki keuntungan dalam berpenampilan yang baik, lincah, dan

risiko untuk terkena penyakit lebih rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Silvano (2013) di

SMA Kolase Loyola di Semarang menunjukan bahwa sebagian besar IMT

remaja dengan kategori normal (70%). Sama dengan hasil penelitian yang

dilakukan Sari (2013) judul gambaran indeks masa tubuh dengan gangguan

menstruasi (Amenorea, Oligomenorea, Disminorea) bahwa yang mengalami

indeks masa tubuh sebagian besar dengan kategori normal (76%).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa IMT pada mahasiswa D-III

Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 sebagian

kecil dengan kategori overweight (11,1%). Hasil ini dapat disebabkan karena

kurangnya aktivitas olah raga yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini

dibuktikan dengan hasil pengisian checklist yang menyebutkan bahwa

aktivitas olah raga yang dilakukan mahasiswa <2 x/minggu (44,4%) bahkan

terdapat mahasiswa yang tidak pernah melakukan aktivitas olah raga

(25,9%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Arundhana (2016) yang menyatakan bahwa kelebihan berat badan atau

overwight yang juga umum dinyatakan dengan istilah kegemukan

merupakan suatu fenomena yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara

energi yang masuk kedalam tubuh melalui makanan dengan aktifitas energi
47

yang digunakan untuk melakukan kegiatan dan aktifitas fisik. Kegemukan

yang tidak segera di atasi dapat berkembang menjadi obesitas.

Yani (2013) menambahkan bahwa penyebab terjadinya kegemukan

kurangnya aktivitas fisik, kemudahan hidup atau kemajuan teknologi yang

membuat pekerjaan menjadi mudah dan tidak memerlukan kerja fisik yang

berat. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan

terjadinya obesitas akan meningkat. Kurangnya aktivitas fisik inilah yang

menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan

sedikitnya energi yang dipergunakan.

Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Trisna dan Hamid (2008) yang telah membuktikan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara aktivitas fisik dengan obesitas. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Rahmat (2017) juga didapatkan hasil yang sama bahwa

terdapat hubungan aktifitas fisik dengan tingkat obesitas pada wanita di kota

Malang yang signifikan.

Hasil penelitian ini didapatkan mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES

Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 dengan skor IMT dengan

kategori Underweight (18,5%). Hasil ini dapat disebabkan karena mahasiswa

D-III Kebidanan mengalami stres akademik yang mempengaruhi berat badan

karena pola makan yang tidak teratur dikarenakan padatnya jadwal kuliah

dan tugas yang banyak.


48

Hasil ini sesuai dengan pendapat Zuama (2009) yang menyatakan

bahwa stres akademik adalah suatu respon yang muncul karena terlalu

banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan individu. Stres

akademik sebagai ketegangan akibat terlalu banyaknya tugas yang harus

dikerjakan individu. Indikasi stres yang nampak dalam perilaku mahasiswa

adalah adanya perasaan tidak nyaman yang dirasakan sering mengalami

gangguan saat tidur, nafsu makan kadang-kadang mulai menurun

Destiara (2017) menambahkan bahwa berat badan yang kurang dan

berlebihan akan menimbulkan risiko terhadap berbagai macam penyakit.

Setiap individu memiliki respon yang berbeda-beda terhadap indeks massa

tubuhnya. Indeks massa tubuh yang abnormal salah satunya dapat

mempengaruhi citra tubuh. Berat badan yang berada dibawah batasan

minimum dinyatakan sebagai underweight atau kekurusan, dan berat badan

yang berada di atas batasan maksimum dinyatakan sebagai overweight atau

kegemukan. Orang-orang yang berada dibawah ukuran berat normal

mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang berada diatas

ukuran normal mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan penelitian yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah

peneliti tidak mengambil data semua mahasiswa dikarenakan mahasiswa tidak

bersedia menjadi responden, akan lebih baik lagi jika pengambilan data dilakukan

untuk semua mahasiswa sehingga akan didapatkan hasil yang lebih akurat.
49

C. IMPLIKASI DENGAN PELAYANAN DAN PENELITIAN

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif bagi pelayanan

kesehatan untuk melakukan pengukuran LILA dan IMT pada remaja putri di

institusi pendidikan sehingga diharapkan remaja putri yang mengalami KEK

dapat terdeteksi secara dini, karena kejadian KEK pada ibu hamil dapat

disebabkan dari remaja sudah menderita KEK namun tidak terdeteksi.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif pada peneliti

selanjutnya yang melakukan penelitian yang sejenis dengan menggunakan

metode penelitian yang lebih tinggi lagi seperti dengan melakukan

wawancara mendalam sehingga dapat didapatkan hasil yang lebih akurat.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Simpulan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Gambaran Kadar hemoglobin pada mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES

Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap tahun 2018 sebagian besar dengan kategori

tidak anemia sebanyak 18 orang (66,7%) dan sebagian kecil mengalami

anemia sebanyak 9 orang (33,3%).

2. Gambaran LILA pada mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap tahun 2018 sebagian besar dengan kategori normal

(92,6%) sebanyak 25 orang dan sebagian kecil mengalami KEK sebanyak 2

orang (7,4%).

3. Gambaran IMT pada mahasiswa D-III Kebidanan di STIKES Al-Irsyad Al-

Islamiyyah Cilacap tahun 2018 sebagian besar dengan kategori normal

sebanyak 19 orang (70,4%) dan sebagian kecil dengan kategori overweight

sebanyak 3 orang (11,1%).

B. SARAN

Saran dalam penelitian ditujukan kepada :

1. STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Diharapkan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dapat melakukan

skrining kesehatan kepada mahasiswa setiap tahunnya sehingga kejadian


51

anemia, dan kurang energi kronik pada mahasiswa dapat terdeteksi secara

dini.

2. Mahasiswa

Bagi mahasiswa yang mengalami anemia dan LILA dengan kategori

KEK diharapkan untuk meningkatkan asupan nutrisi dan protein sedangkan

mahasiswa dengan overweight diharapkan untuk mengubah kebiasaan yang

buruk berupa kurangnya gerakan badan sehingga energi yang diperoleh dari

makanan tidak diubah menjadi lemak dan bertumpuk dibagian perut dan

bagian tubuh lainnya yang dapat berakibat penyakit.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilanjutkan penelitian yang lebih lanjut untuk dapat

mengembangkan penelitian ini dengan melakukan penelitian yang sejenis

dengan menggunakan metode yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai