Anda di halaman 1dari 18

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian tentang hubungan status gizi

dengan menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap

tahun 2018. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 5-6 Juni 2018. Jumlah

responden yang digunakan dalam penelitian ini dan telah memenuhi kriteria inklusi

adalah sebanyak 64 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Hasil

penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan tekstual yang didasarkan pada hasil

analisa univariat tentang karakteristik responden, status gizi dan menarche dini

sedangkan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan secara parsial

antara variabel status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan

02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018.

A. ANALISA UNIVARIAT

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah suku dan

pendapatan orang tua pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad

Cilacap tahun 2018 yang dapat mempengaruhi status gizi dan menarche dini.

Karakteristik responden disajikan pada tabel 5.1 di bawah ini.

36
37

Tabel 5.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Suku dan Pendapatan Orang Tua
pada Siswi Kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018

f %
No Karakteristik Responden
(64) (100%)
1. Suku:
Jawa 63 98,4
Non Jawa 1 1,6
2. Pendapatan Orang tua:
≥ Rp. 1.830.000,- 64 100
< Rp. 1.830.000,- 0 0
Sumber : Data primer diolah tahun 2018

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik siswi kelas

IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018 sebagian besar orang

tua berasal dari suku Jawa sebanyak 63 orang (98,4%) dan semua orang tua

siswi berpendapatan ≥ Rp. 1.830.000,-(100%).

2. Status Gizi

Distribusi frekuensi status gizi siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al

Irsyad Cilacap tahun 2018 disajikan dalam tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswi Kelas IV-V di SD 01 dan 02
Al Irsyad Cilacap Tahun 2018

No Status Gizi f %
1 Sangat kurus 2 3,1
2 Kurus 5 7,8
3 Normal 45 70,3
4 Gemuk 12 18,8
Jumlah 64 100,0
Sumber: Data primer diolah tahun 2018

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa status gizi siswi kelas IV-V

di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018 sebagian besar dengan kategori


38

normal yaitu sebanyak 45 anak (70,3%) dan sebagian kecil dengan kategori

sangat kurus yaitu sebanyak 2 anak (3,1%).

3. Menarche Dini

Distribusi frekuensi menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02

Al Irsyad Cilacap tahun 2018 disajikan dalam tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Menarche Dini pada Siswi Kelas IV-V
di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018

No Menarche Dini f %
1 Normal (12-15 tahun) 49 76,6
2 Menarche dini (< 12 tahun) 15 23,4
Jumlah 64 100,0
Sumber: Data primer diolah tahun 2018

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa siswi kelas IV-V di SD 01

dan 02 Al-Irsyad Cilacap tahun 2018 sebagian besar mengalami menarche

pada usia 12-15 tahun atau dengan kategori normal sebanyak 49 anak (76,6%)

dan sebagian kecil mengalami menarche dini pada usia < 12 tahun atau

dengan kategori menarche dini sebanyak 15 anak (23,4%).

B. ANALISIS BIVARIAT

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dua variabel

dengan melakukan pembuktian analitik mengenai hubungan atau perbedaan dua

variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010, h.183). Dalam penelitian ini analisis

bivariat digunakan untuk membuktikan apakah terdapat hubungan status gizi

dengan menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap

tahun 2018. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik
39

korelasi Spearman Rank dengan tingkat kemaknaan  = 0,05. Tabulasi silang

status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al

Irsyad Cilacap tahun 2018 disajikan dalam tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4
Tabulasi Silang Status Gizi Dengan Menarche Dini pada Siswi Kelas IV-V
di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap Tahun 2018

Menarche Dini Jumlah


No Status Gizi Normal Menarche Dini
f % f % f %
1 Sangat kurus 2 100 0 0 2 100
2 Kurus 5 100 0 0 5 100
3 Normal 39 86,7 6 13,3 45 100
4 Gemuk 3 25 9 75 12 100
Jumlah 49 76,6 15 23,4 64 100
Uji Statistik :  = 0,544 p value = 0,000
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2018

Berdasarkan Tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 12 siswi

kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al-Irsyad Cilacap tahun 2018 dengan status gizi

gemuk sebagian besar mengalami menarche dini (< 12 tahun) sebanyak 9

anak (75%) sedangkan dari 39 siswi dengan status gizi normal sebagian besar

mengalami menarche di usia 11-15 tahun atau dengan kategori normal

(86,7%) dan sebagian kecil mengalami menarche dini (< 12 tahun) sebanyak 6

anak (13,3%).

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan rank spearman

didapatkan pv = 0,000 dan jika  = 0,05 maka pv <  (0,000 < 0,05), sehingga

Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat hubungan yang

signifikan antara status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas IV-V di

SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018.


BAB VI
PEMBAHASAN

Bab ini memuat pemikiran peneliti untuk memberikan penjelasan dan

interpretasi atas hasil penelitian yang telah dianalisis guna menjawab rumusan

masalah dalam penelitian ini. Uraian mengenai pembahasan ini dikaitkan dengan

hasil kajian teori dan hasil-hasil penelitian lain yang relevan.

A. INTERPRETASI DAN DISKUSI HASIL

Interpretasi dan diskusi hasil dalam penelitian ini meliputi status gizi dan

menarche dini serta hubungan antara status gizi dengan menarche dini pada siswi

kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018.

1. Status gizi siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi siswi kelas IV-V di

SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018 sebagian besar dengan kategori

normal yaitu sebanyak 45 anak (70,3%). Hal ini disebabkan karena orang tua

siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018 semuanya

berpenghasilan diatas UMK yang dapat diasumsikan keluarga dapat

memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Pendapatan keluarga sangat

mempengaruhi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dan apabila

pendapatan rendah maka makanan yang dikonsumsi tidak mempertim-

bangkan nilai gizi, tetapi nilai materi lebih menjadi pertimbangan.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Amaliah &

Pujonarti (2013, h.8) bahwa status gizi adalah keadaan tubuh individu atau

40
41

masyarakat yang dapat mencerminkan hasil dari makanan yang dikonsumsi,

kemudian dicerna, diserap, didistribusikan, dimetabolisme dan selanjutnya

digunakan atau disimpan oleh tubuh. Oleh karena itu status gizi seseorang

sangat tergantung pada zat gizi yang berasal dari makanan.

Ahmad (2013, h.62) juga menjelaskan bahwa status sosial ekonomi

yang yang baik akan sangat mendukung kehidupan seseorang atau keluarga

untuk menerapkan kehidupan yang lebih baik, dengan perilaku hidup sehat

tentu saja mendukung status gizi anak. Tingkat sosial ekonomi yang baik

membantu kebutuhan asupan makan yang baik dan bergizi dapat terpenuhi,

sehingga dengan hal tersebut secara tidak langsung status gizi anak juga

akan menjadi baik, karena segala zat kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh

dapat tercukupi. Meskipun demikian dalam hal ini status gizi anak yang baik

tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh status sosial ekonomi orang tua, akan

tetapi orang tua yang mempunyai status sosial ekonomi lebih baik tentu

dapat dengan mudah mencukupi kebutuhan khusunya asupan makanan yang

sehat dan seimbang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lutviana dan Budiono (2010) yang menunjukkan adanya hubungan antara

tingkat pendapatan dengan status gizi. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Pahlevi dan Indarjo (2011) juga menunjukkan adanya hubungan antara

pendapatan keluarga dengan status gizi pada anak kelas 4, 5, dan 6 di SD

Negeri Ngesrep 02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.


42

Hasil penelitian menunjukkan terdapat siswi kelas IV-V di SD 01 dan

02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018 yang mempunyai status gizi dengan

kategori gemuk (18,8%). Hasil penelitian ini sesuai dengan angka prevalensi

status gizi menurut Riskesdas (2013) yang menunjukkan bahwa prevalensi

gemuk pada anak usia sekolah sebesar 18,8%. Hal ini dapat disebabkan

karena pola makan yang tidak seimbang. Anak cenderung mengkonsumsi

makanan modern sehingga asupan nutrisi tidak seimbang.

Hal ini sesuai dengan pendapat Atmasari (2016) yang menyebutkan

bahwa anak-anak lebih senang mengonsumsi makanan modern atau junk

food, sehingga hal tersebut yang menjadi alasan asupan nutrisi tidak

seimbang pada anak usia sekolah karena rendah terhadap zat gizi sementara

kandungan lemak jenuhnya, kolesterol dan natirumnya tinggi.

Rahmawati dan Marfuah (2016) menegaskan bahwa beberapa faktor

penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan berlebih yang

berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink,

makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan

makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai makanan. Selain itu,

obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan

mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi menggunakan susu formula dengan

jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak. Akibatnya,

anak akan mengalami kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun. Hal ini

diperparah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang


43

sehat dengan kandungan kalori tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan

buah yang cukup sebagai sumber serat.

Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat sebagian kecil siswi kelas

IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018 yang mempunyai status

gizi dengan kategori sangat kurus (3,1%). Hal ini dapat disebabkan karena

saat dilakukan penelitian, peneliti mendapatkan informasi dari orang tua

anak bahwa anak sering sakit-sakitan sehingga mempengaruhi nafsu makan

anak.

Hal ini sejalan dengan pendapat Julia (2010), penyebab langsung

timbulnya gizi kurang pada anak adalah konsumsi makanan dan penyakit

infeksi, kedua penyebab tersebut saling berpengaruh. Dengan demikian

timbulnya gizi kurang tidak hanya karena kurang makanan tetapi juga karena

adanya penyakit infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernafasan akut.

Anak yang mendapatkan makanan yang cukup baik tetapi sering terserang

demam atau diare, akhirnya akan dapat menderita gizi kurang, sebaliknya

anak yang tidak memperoleh makanan cukup dan seimbang daya tahan

tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan ini anak akan mudah terserang

penyakit dan kurang nafsu makan sehingga anak kekurangan makanan.

Akhirnya berat badan anak menurun, apabila keadaan ini terus berlangsung

anak akan menjadi kurus dan timbullah masalah kurang gizi.

Hidayat (2011, h.12) menambahkan bahwa anak yang berada dalam

kondisi sehat dan sejahtera, maka percepatan untuk tumbuh kembang

menjadi sangat mudah dan sebaliknya. Sebagai contoh, pada saat tertentu
44

anak seharusnya mencapai puncak dalam pertumbuhan dan perkembangan,

namun apabila saat itu pula terjadi penyakit kronis yang ada pada diri anak

maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan

terhambat karena anak memiliki masa kritis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suhendri

(2009) bahwa di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten

Tangerang tahun 2009 persentase balita yang menderita penyakit infeksi

berat sebanyak 14 balita (13.1%) dan yang menderita penyakit infeksi ringan

sebanyak 93 balita atau sebesar (86.9%) sehingga dapat dijelaskan bahwa

apabila anak menderita penyakit infeksi, maka gangguan pertumbuhan dan

perkembangan semakin besar.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada maka dapat

disimpulkan bahwa status sosial ekonomi yang baik akan sangat mendukung

kehidupan seseorang atau keluarga untuk menerapkan kehidupan yang lebih

baik, dengan perilaku hidup sehat tentu saja mendukung status gizi anak.

2. Gambaran menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad

Cilacap tahun 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02

Al-Irsyad Cilacap tahun 2018 sebagian besar mengalami menarche pada usia

12-15 tahun atau dengan kategori normal (76,6%) dan sebagian kecil

mengalami menarche dini pada usia < 12 tahun atau dengan kategori

menarche dini (23,4%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Puspitasari et.al. (2016) di SMP N 30 Semarang


45

menunjukkan bahwa angka yang tidak jauh berbeda yaitu sebesar 23,6%

siswi mengalami menarche di bawah usia 12 tahun.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Lakshman et al., (2009) bahwa menarche dini adalah menstruasi awal pada

remaja putri yang terjadi sebelum usia 12 tahun. Menurut Amaliah &

Pujonarti (2013, h.8) bahwa menarche rata-rata terjadi pada usia 12 tahun.

Namun tidak berarti semua anak perempuan akan mendapat menstruasi

pertama pada usia tersebut. Seorang anak perempuan bisa saja sudah

mendapat menstruasi pertama pada usia 8 tahun bahkan bisa juga baru

mendapat menstruasi pada usia 16 tahun. . Menstruasi tidak akan terjadi

sampai semua organ tubuh berperan dalam sistem reproduksi matang dan

siap bekerja bersama. Menarche terjadi setelah periode pertumbuhan yang

sangat cepat, saat berat badan mencapai 47 kg dan simpanan lemak tubuh

mencapai 20% dari total berat badan.

Fidrin (2014) menjelaskan bahwa menarche dini dapat berpengaruh pada

perubahan secara cepat dan mendadak yang mempengaruhi psikologi karena

anak belum siap menerima kedatangan menstruasi. Masalah fisik yang

mungkin timbul adalah kurangnya kebersihan diri (personal hygiene)

sehingga dapat berisiko terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK).

Swart (2011) juga menjelaskan bahwa menarche dini juga dikaitkan

dengan faktor risiko terjadinya gangguan kesehatan. Penurunan usia

menarche akan berdampak pada kesehatan reproduksi wanita, khususnya

kesehatan reproduksi remaja. Semakin cepat remaja mendapatkan menarche,


46

maka akan semakin cepat mengenal kehidupan seksual dimulai dari

munculnya ketertarikan pada lawan jenis, dorongan untuk mengetahui dan

melakukan aktivitas seksual. Percepatan usia menarche juga dapat

memperbesar peluang terjadinya hiperplasia endometrium, kanker uterus dan

kanker payudara yang dihubungkan dengan menarche dini dengan alasan

hormonal, dalam hal ini lebih didominasi oleh estrogen.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada maka dapat disimpulkan

bahwa siswi yang mengalami menarche dini pada usia < 12 tahun akan

berpengaruh terhadap gangguan kesehatan. Masalah fisik yang mungkin

timbul adalah kurangnya kebersihan diri (personal hygiene). Percepatan usia

menarche juga dapat memperbesar peluang terjadinya hiperplasia

endometrium, kanker uterus dan kanker payudara.

3. Hubungan status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01

dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan

02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Indaryani dkk. (2010) bahwa nutrisi mempengaruhi

kematangan seksual pada gadis remaja. Sebaliknya pada gadis yang

menstruasinya terlambat, berat badannya lebih ringan daripada yang

menstruasinya lebih dini pada usia yang sama, walaupun tinggi badan mereka

sama. Pemenuhan nutrisi dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi. Keluarga

dengan sosial ekonomi yang cukup berhubungan dengan kemudahan untuk


47

mendapatkan bahan makanan yang berkualitas, diantaranya protein hewani

dan lemak jenuh. Makanan sumber protein pada awal kehidupan dapat

mempengaruhi waktu pubertas karena rasio yang tinggi antara protein hewani

dan nabati pada usia 3-5 tahun berhubungan dengan terjadinya menarche dini.

Aishah (2011) menambahkan bahwa remaja yang memiliki IMT yang

lebih tinggi cenderung mendapatkan menstruasi pertamanya terlebih dahulu,

karena kadar leptin yang disekresikan oleh kelenjara diposa. Boenga (2011)

mengatakan bahwa leptin memengaruhi kadar neuropeptida Y yang

memengaruhi GnRH. Lalu, berubahnya kadar GnRH yang disekresikan juga

mengubah kadar sekresi LH. Selain itu, leptin berpengaruh pada maturasi

oosit yang merangsang pematangan ovum yang dihasilkan oleh ovarium.

Maka dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki status gizi tinggi akan

mengalami menarche di usia yang lebih cepat dibanding mereka yang

memiliki status gizi rendah, karena perbedaan jumlah kelenjar adiposa

sehingga menghasilkan jumlah sekresi kadar leptin yang berbeda pula.

Remaja putri yang memiliki status gizi tinggi atau di atas normal akan

mendapat menarche di usia yang terlalu cepat, sedangkan mereka yang

memiliki status gizi rendah atau di bawah normal mengalami menarche di

usia yang terlalu lambat. Lalu, mereka dengan status gizi yang normal

mengalami menarche di usia yang juga normal (Aishah, 2011).

Gad & El-Ghany (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

status sosial ekonomi terbukti berhubungan dengan status menarche pada

remaja putri. Remaja putri yang memiliki tingkat sosial-ekonomi tinggi akan
48

lebih cepat mengalami menarche. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Indaryani (2010) menunjukkan terdapat perbedaan status ekonomi antara

subjek penelitian di pedesaan dan perkotaan (p<0,001), sesuai dengan data

Badan Pusat Statistik pada bulan Maret 2008 bahwa sebagian besar (63,47%)

penduduk miskin berada di pedesaan. Perbedaan status ekonomi dan status

gizi antara anak perempuan di daerah perkotaan dan pedesaan menyebabkan

perbedaan bermakna usia menarche.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 39 siswi dengan status

gizi normal terdapat 6 anak (13,3%) mengalami menarche dini (< 12 tahun).

Hal ini dapat disebabkan faktor lain antara lain faktor aktivitas fisik dan

keterpaparan terhadap media porno.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswi didapatkan hasil

bahwa aktivitas siswi di SD 02 Al Irsyad Cilacap selama belajar cukup tinggi.

Kegiatan belajar mengajar mulai jam 07.00 WIB sampai dengan Jam 16.00

WIB dan setiap hari Selasa mengikuti ekstrakulikuler panahan dari jam 16.00

sampai dengan jam 17.00 WIB dan olah raga dilakukan setiap satu minggu

sekali.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fitriyah (2015)

menjelaskan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik maka usia menarche akan

semakin lambat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dina

(2013) dan Wulandari (2012) yang menunjukkan adanya hubungan kebiasaan

olahraga dengan usia menarche remaja puteri.


49

Yuliasari (2016) menambahkan bahwa paparan media pada remaja akan

meningkatkan banyak aspek yang berhubungan dengan pematangan seksual

anak-anak gadis. Rangsangan-rangsangan kuat dari luar yang berupa film-

film seks (blue film), buku-buku atau majalah yang bergambar tidak senonoh

(porno), godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung

terhadap perbuatan seksual, masuk ke pusat pancaindera diteruskan melalui

striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan

yang terus menerus, kemudian menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju

hipofise pars anterior, melalui sistem portal. Hipofise anterior mengeluarkan

hormon yang merangsang kelenjar indung telur untuk mengeluarkan hormon

spesifik, yaitu hormon estrogen dan progesteron. Hormon yang dikeluarkan

kelenjar indung telur tersebut memberikan umpan balik ke pusat pancaindera

dan otak serta kelenjar induk hipotalamus dan hipofise, sehingga

mengeluarkan hormon berfluktuasi. Dengan dikeluarkannya hormon tersebut

mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi, sehingga semua hal

tersebut mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat pada diri anak

(.

SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap merupakan sekolah pilihan dan rata-

rata orang tua siswi mempunyai pendapatan diatas UMK Kabupaten Cilacap

tahun 2018 sehingga orang tua dapat mencukupi kebutuhan gizi anak. Remaja

putri dengan status sosial ekonomi yang tinggi cenderung mempunyai status

gizinya yang baik dibandingkan dengan remaja putri dengan statsus sosial

yang rendah. Status gizi pada remaja putri yang baik atau lebih cenderung

remaja putri mengalami menarche pada usia < 12 tahun. Status gizi tinggi
50

akan mengalami menarche di usia yang lebih cepat dibanding mereka yang

memiliki status gizi rendah, karena perbedaan jumlah kelenjar adiposa yang

mereka punya menghasilkan jumlah sekresi kadar leptin yang berbeda.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan penelitian yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah

dalam penelitian ini peneliti tidak mengontrol sampel dengan terpaparnya media

porno sehingga dimungkinkan data menjadi bias.

C. IMPLIKASI PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka implikasi untuk keperawatan untuk

Hubungan status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan

02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018 adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif bagi ibu untuk tetap

memberikan gizi yang seimbang kepada anak usia sekolah dan memberikan

informasi-informasi kepada remaja perempuan terkait dengan perubahan

pada masa pubertas dan tanda-tanda menarche.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif bagi sekolah agar

dapat memberikan wawasan kepada siswi putri tentang kesehatan reproduksi

wanita sehingga siswi dapat memahami dan siap saat mengalami menstruasi.

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif pada peneliti

selanjutnya yang melakukan penelitian yang sejenis agar dapat

menggunakan melakukan penelitian dengan menggunakan variabel lain


51

seperti keterpaparan media porno atau faktor lain yang mempengaruhi

menarche dini.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka simpulan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Status gizi siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018

sebagian besar dengan kategori normal (70,3%) dan sebagian kecil dengan

kategori sangat kurus (3,1%).

2. Siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al-Irsyad Cilacap tahun 2018 sebagian

besar mengalami menarche pada usia 12-15 tahun atau dengan kategori

normal (76,6%) dan sebagian kecil mengalami menarche dini pada usia < 12

tahun (23,4%).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan menarche dini

pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018 dengan

nilai p value = 0,000 < α = 0,05.

B. SARAN

1. STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Diharapkan penelitian ini dapat menambah kepustakaan khususnya

tentang hubungan yang signifikan antara status gizi dengan menarche dini

pada siswi kelas IV-V dan dapat sebagai bahan referensi bagi peneliti

selanjutnya.

52
53

2. SD 01 dan 02 Al-Irsyad Cilacap

Diharapkan sekolah dapat menambahkan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi wanita pada saat pelajaran IPA di kelas sehingga siswi

dapat memahami dan siap saat mengalami menstruasi.

3. Guru

Diharapkan guru dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan

kajian untuk memberikan wawasan kepada siswinya khususnya yang

mengalami menarche sehingga siswi dapat mengetahui kesehatan reproduksi

saat mengalami menstruasi sedangkan siswi yang belum mengalami

menarche dapat sebagai persiapan saat nanti mengalami menarche.

4. Orang tua

Orang tua pada siswi yang sudah mengalami menarche dapat

memberikan perhatian khusus dengan memberikan pengertian tentang

menarche seperti memberikan pemahaman tentang wanita yang sudah

mengalami menstruasi dalam mengalami kehamilan dan infeksi saluran

kencing sehingga siswi dapat menjaga kesehatan resproduksinya sedangkan

orang tua pada siswi yang belum mengalami menarche diharapkan orang tua

dapat memberikan dukungan informasi sehingga remaja putri saat

mengalami menarche sudah siap menjalaninya.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai

referensi yang relevan dan membantu penelitian sejenis terkait dengan

kejadian menarche dini.

Anda mungkin juga menyukai