Anda di halaman 1dari 8

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

TUGAS FORUM

AQIL FIRMANSYAH – 44322120016

JURNAL NASIONAL

TERDAFTAR: SINTA, JURNAL KOMUNIKASI, TERAKREDITASI


SINTA 2
TEMA: DINAMIKA KOMUNIKASI DALAM MENYELESAIKAN TUGAS
YANG TIDAK JELAS DALAM TIM
TAHUN JURNAL: 2023

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


JURUSAN MARKETING COMMUNICATION
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN 2023
Memetakan Pola Komunikasi Dinas Tenaga Kerja Dalam Memediasi Konflik
Industrial di Kabupaten Mandailing Natal

Aqil Firmansyah
Universitas Mercu Buana, Indonesia
Email: aqilforcareer@gmail.com

PENDAHULUAN
Hubungan tenaga kerja pada era pasar modern ini harus memunculkan
adanya kerhamonisan antara karyawan dan pengusaha. Namun, pada dasarnya
hubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha tidak menutup kemungkinan akan
terjadi perselisihan yang akan merugikan perusahaan tersebut. Hubungan yang
terjadi antara karyawan dan pengusaha harus diciptakan secara harmonis, yang di
mana akan meningkatkan transparasi dalam hal pengertian satu sama lain di antara
karyawan dan pengusaha. Dengan terciptanya suatu hubungan yang harmonis,
potensial yang dapat merugikan suatu perusahaan lebih bisa diminimalisir. Oleh
karenanya, komunikasi antara kedua belah pihak menjadi penting dalam peran ini.
Sehingga dalam membangun hubungan industrial yang hamonis adalah masalah
yang nyata dan tidak dapat dihindari.
Komunikasi dua arah harus terjalin baik dan kuat antara karyawan dan
pengusaha, jika komunikasi tidak terjalin maka akan terjadi suatu konflik yang
dapat merugikan bagi kedua belah pihak. Maka, inilah yang menjadi bahan
penulisan bagi penulis dalam membangun pola komunikasi yang terjadi pada
tenaga kerja dengan perusahaan yang terjadi di Kabupaten Mandailing Natal.
Dalam beberapa kasus yang ditemukan pada PT. RMM di Mandailing, karyawan
melakukan demonstrasi karena adanya pemberhentian tenaga kerja tanpa adanya
pesangon yang diberikan.
Lalu, dalam menyelesaikan konflik ini ada beberapa cara yang biasa
digunakan untuk menyelesaikan perselisihan. Yaitu, dengan dibuatnya pengadilan
hubungan industrial dan mediasi. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Bab II Bagian Kesatu, ada
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi. Langkah-langkah yang harus diikuti adalah dengan penyelesaian melalui
Bipartit, apabila langkah awal tidak menemukan hasil maka Kementrian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi akan menganjurkan pada penyelesaian dalam bentuk
sengketa. Begitu pula pada tawaran yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, yang di mana penyelesaian hubungan industrial menggunakan cara
dengan arbritase dan konsiliasi. Konsiliasi dalam hal ini adalah adanya satu
perkumpulan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk menemukan antara
karyawan dan pengusaha agar menyelesaikan perselisihan berdasarkan
musyawarah untuk di mediasi.
Dari ketentuan-ketentuan yang sudah dijelaskan diatas, mekanisme itu
dipertemukan lagi dengan adanya alur komunikasi yang dilakukan oleh Disnaker
dengan pihak-pihak yang berselisih dalam hubungan industrial. Hubungan
komunikasi ini terdapat dalam model komunikasi interpersonal dan Islam.
Komunikasi interpersonal jika dilihat lebih dalam yaitu komunikasi yang dapat
meredam emosi para pihak yang berselisih sehingga dapat ditemukan titik tengah
dan melakukan kesepakatan antara kedua belah pihak. Jika dilihat dalam perspektif
Islam, komunikasi merupakan tata cara komunikasi yang dilandaskan pada Al-
Qur’an dan Hadis. Sebagaimana komunikasi itu sendiri dipandang sebagai salah
satu bentuk pendekatan diri kepada Allah Swt. ataupun secara manusia pada
manusia. Al-Qur’an pun menyertakan sejumlah etika dalam implementasi
komunikasi yang di mana menurut Nazaruddin dan Alfiansyah penggambaran etika
komunikasi harus diawali dengan adanya kebenaran dan kesabaran. Segala macam
informasi yang diterima juga harus dilakukan secara rinci, sehingga tidak terjadi
interprestasi pada informasi-informasi yang diterima. Komunikasi yang berbeda
pandangan juga harus diterima selama perbedaan itu menggunakan cara dan bahasa
yang baik untuk menghasilkan nilai-nilai kebaikan.
Berdasarkan dengan apa yang ingin dibahas tentang Memetakan Pola
Komunikasi Dinas Tenaga Kerja terdapat beberapa studi kasus yang terjadi pada
perusahaan yang kurang menggunakan komunikasi secara interpersonal maupun
menggunakan komunkasi Islam. Dalam hal ini, maka tujuan penelitian ini adalah
agar komunikasi dapat digunakan dalam berbagai bentuk perselisihan dan
diharapkan dapat menutup kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara karyawan
dan perusahaan. Tujuan penelitian ini juga agar komunikasi Islam lebih diutamakan
dalam penyelesaian perselisihan yang terjadi oleh Dinas Tenaga Kerja di
Mandailing Natal agar kandungan unsur-unsur keislaman akan melahirkan
perpaduan antara model komunikasi secara umum dan metode komunikasi Islami.
TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan Industrial
Perkembangan yang harus dilakukan dalam menjalin hubungan industrial
menjadi kepentingan bagi semua pihak yang terlibat. Tujuan ini juga sebagai bentuk
pembinaan dan pengembangan bagi hubungan industrial untuk menciptakan
hubungan yang aman dan harmonis antara pihak-pihak yang ada sehingga dapat
menaikan tingkat produktivitas usaha. Di mana hubungan industrial bisa diartikan
sebagai hubungan semua pihak yang terlibat dalam kepentingan-kepentingan dari
proses produksi barang atau jasa di suatu perusahaan.
Sehingga jika diteliti lebih dalam lagi, hubungan industrial adalah hubungan
dalam industri yang melahirkan antara sikap dan pendekatan yang beragam dan
kompleks. Baik dari atasan maupun karyawan, sikap-sikap inilah yang akan
mengacu pada keadaan mental seseorang dalam melakukan pekerjaannya.
Hubungan ini juga menekankan pada proses akomodasi dari kedua belah pihak
yang pastinya mengembangkan keterampilan dan metode-metode lainnya untuk
menyesuaikan diri dan berkerja sama satu sama lain.
Komunikasi Islam
Komunikasi Islam adalah sistem komunikasi umat Islam yang berfokus pada
sistem yang melatarbelakangi filosofi yang berbeda dengan pandangan komunikasi
non Islam. Komunikasi ini juga berfokus pada teori-teori yang hanya
dikembangkan oleh para ahli Muslim. Adapun dalam tujuannya, komunikasi Islam
ini menjadikan komunikasi sebagai alternatif yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan yang sesuai dengan pencipta manusia. Sehingga dalam pandangan
komunikasi Islam, yaitu proses penyampaian atau bertukarnya pikiran yang
menggunakan prinsip dan kaidah komunikasi dalam Al-Qu’an.
Komunikasi Islam juga mempunyai beberapa sasaran yang harus dilakukan
oleh manusia yaitu senantiasa berusaha mengubah perlakuan buruk individu atau
khalayak lainnya. Sasaran lainnya ada pada diri sendiri, dengan orang lain, dan
dengan Allah SWT.
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi ini dapat diartikan sebagai komunikasi antara dua orang secara
tatap muka, yang di mana disetiap pertemuan akan menangkap reaksi orang lain
secara langsung baik verbal maupun non-verbal. Komunikasi interpersonal ini juga
bisa disebut sebagai komunikasi antarpribadi, di mana komunikasi ini terjadi antara
dua orang yang mempunyai hubungan atau menjalin hubungan sehingga akan
terlihat jelas antara satu sama lain. Dalam definisi lain, komunikasi ini baru
dipandang ketika dijelaskan sebagai bahan-bahan yang teritegrasi dalam tindakan
komunikasi antarpribadi.
Pentingnya suatu komunikasi antarpribadi adalah karena prosesnya yang
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi
interpersonal yang memperlihatkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat
dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, diantara kedua belah pihak menjadi
pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis
nampak adanya usaha dari para pelaku komunikasi secara bersama (Mutual
Understanding) dan empati. Dari proses ini terjadi rasa saling menghormati bukan
disebabkan status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-
masing adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar, dihargai dan
dihormati sebagai manusia.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dibuat dengan cara sistematis, akurat, serta mempunyai fakta
mengenai segala sesuatu yang mempunyai kaitan dengan adanya populasi-populasi
yang ada di Mandailing Natal mengenai Pola Komunikasi Dinas Tenaga Kerja
Dalam Memediasi Konflik Industrial. Sehingga penulis menggunakan pendekatan
secara kualitatif dan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.
Adapun penelitian ini dilakukan secara berjangka dan melakukan
pengetahuan lebih dalam, dengan menggunakan cara wawancara kepada pihak
terkait. Wawancara yang sudah dilakukan menghubungkan kepada beberapa
karyawan yang memiliki konflik industrial dan tidak luput untuk meyakini adanya
kebenaran dalam melakukan penelitian ini, data penelitian ini dilengkapi melalui
observasi dan dokumentasi. Sehingga dalam menjelaskan data-data yang sudah
terkumpul peneliti menggunakan metode analisis data berdasarkan metode
deskriptif, model ini digunakan dengan tujuan memahami bagaimana mekanisme
yang dipergunakan dalam komunikasi Islam Dinas Tenaga Kerja untuk memediasi
perselisihan antara pengusaha dan karyawan yang tidak memeliki hubungan
harmonis.
Teori dasar yang digunakan adalah Watasha yang ditafsirkan oleh At-Tabari,
Ibnu Katsir dan Al-Azhar. Di mana Watasha yang bisa disebut juga dengan
Watashiyah dalam hal ini dapat dipahami bahwa adanya penekanan kesimbangan
dalam proses kehidupan dan juga bisa artikan sebagai pengertian yang keras tanpa
kompromi sehingga bisa melonggarkan batas garis kebenaran.

HASIL PENELITIAN
Pada dasarnya, pandangan ini dapat dilihat dari berbagai sisi dalam
menghadapi segala bentuk konflik yang terjadi. Jika dilihat dalam penelitian ini
maka konflik yang terjadi berupa Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh
perusahaan dengan tidak adanya penengah yang dapat membaca situasi dalam
memberikan suatu saran atau solusi yang baik untuk karyawan dengan perusahaan.
Adapun hasil data yang didapat melalui wawancara kepada informan yang bekerja
sebagai mediator relasi industri, titik pokok permasalahan ini dilatar belakangi
dengan adanya perselisihan pihak perusahaan dan karyawan yang mulai mangkir
kerja atas dasar keluhan terhadap pesangon yang tidak mendapatkan kesepakatan
akan perjanjian pihak perusahaan terhadap karyawan.
Sehingga dalam beberapa tahun lalu tepatnya pada tahun 2018 hingga 2019
Pemutusan Hubungan Kerja di Mandailing Natal hampir tidak adanya pesangon
yang didapatkan secara menyeluruh untuk karyawan dengan keterangan yang
berbeda-beda. Namun, dalam hal ini ketika terjadi perselisihan maka pihak
mediator akan melakukan proses mediasi yang mana paling lama pekerjaan mediasi
ini selama 30 hari kerja. Mediasi dapat digunakan sekedar memberi saran atau
membaca hasil Resume yang terjadi antara pihak perusahaan dan pihak karyawan.
Apabila dalam melakukan mediasi ini tidak tercapai kesepakatan, maka langkah
yang harus diambil adalah membawa permasalahan ini ke Tripartit atau pengadilan.
Para pekerja mediator yang berada dilingkungan industri ini biasanya akan
melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam proses mediasi yang akan dijalaninya
sehingga terjadi potensi yang baik bagi kedua belah pihak. Adapun dalam menjalani
mediasi ini para mediator akan menjembatani segala permasalahan yang terjadi
antara tenaga kerja dengan perusahaan. Langkah-langkah yang dipakai juga harus
berkekuatan hukum di Indonesia, antara lain harus sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku untuk mencapai kesepakatan yang diinginkan antara kedua belah
pihak dan harus bersikap netral dalam menjalani proses mediasi ini.
Dalam hal lain, mediator juga menggunakan komunikasi dalam
penyelesaian konflik yang ada pada hubungan industrial ini. Adapun komunikasi
yang digunakan adalah komunikasi secara interpersonal, yang di mana dalam hal
ini sangat penting bagi mediator untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Namun
pada dasarnya penyelesaian konflik yang terjadi antara karyawan dan perusahaan
tidak melulu terselesaikan, karena mediator juga selalu mendapatkan satu
permasalahan yang tidak menemui titik tengah antara karyawan dan perusahaan
sehingga akan dibawa kepada institusi yang lebih bertanggung jawab dalam
penyelesaian masalah ini. Peran yang dilakukan oleh mediator dalam memediasi
perselisihan ini adalah dengan mengklarifikasi argumen-argumen yang ada antara
kedua belah pihak, sehingga didalam argumen itu sendiri peran mediator juga
mendapatkan hambatan selama proses mediasi dilakukan. Hambatan yang terjadi
ketika mediasi dilakukan bisa didapatkan dari sisi pekerja ataupun perusahaannya.
Hambatan-hambatan yang terjadi biasanya terjadi pada keluhan biaya yang
dipermasalahkan sehingga tidak memiliki biaya transportasi. Namun, hambatan
yang terjadi pada perusahaan adalah dengan tidak adanya disnaker yang dibangun
dekat dengan wilayah tersebut sehingga tidak akan terjadi pertemuan dalam
menjalani proses mediasi.
Pada intinya, penelitian ini menemukan cara mediasi yang digunakan oleh
mediator dengan pola komunikasi interpersonal. Pola komunikasi interpersonal
yang dilakukan oleh mediator sebagai penengah terbukti efektif untuk menguraikan
suatu masalah yang terjadi pada perusahaan dan karyawan. Terbukti dengan adanya
pendalaman yang dilakukan oleh mediator pada saat melakukan interogasi dan
pemeriksaan tercipta adanya penyampaian yang dilakukan antara kedua belah pihak
sehingga mediator mendapatkan hasil Resume dari pertemuan kedua belah pihak.
Peran mediator dalam hal ini sangatlah penting jika menjembatani
perselisihan yang terjadi di hubungan industrial ini. Persoalan konflik hubungan
industrial ini merupakan kasus yang menarik untuk dijadikan kajian khususnya
dalam hal penanganan konflik menurut perspektif komunikasi yang berlandaskan
pada nilai-nilai Islam. Kajian ini penting dikembangkan di masa datang karena
konteks masyarakat yang bersifat khas, yang berbeda dengan Barat di mana teori-
teori komunikasi banyak dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai