Pemerintah menghadapi era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan dinamisnya
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Kondisi tersebut membuat institusi
pemerintah harus mengantisipasi secara tepat dengan melakukan reformasi birokrasi,sehingga
menjadi Organisasi Berkinerja Tinggi (OBT), yang dalam waktu cepat dapat bertransformasi
menjadi Birokrasi Berkelas Dunia.
Dalam upaya mewujudkan OBT, Sumber Daya Manusia (SDM) diharapkan dapat menjadi
motor penggerak birokrasi utama. Menteri PAN dan RB bahkan telah mencanangkan untuk
berupaya mewujudkan SDM pemerintah menjadi SMART ASN selambat lambatnya pada tahun
2024. SMART ASN adalah predikat yang diberikan kepada ASNdengan integritas tinggi,
mampu berbahasa asing, mampu menguasai teknologi ,informasi dan komunikasi, berjiwa
melayani, memiliki mentalitas wirausaha, jaringanluas, dan keramahtamahan.
Dalam rangka mewujudkan SMART ASN 2024, maka pemerintah harus melakukan upaya
pengembangan kompetensi yang sistematis. Regulasi mengamanatkan bahwa ASN memiliki hak
mendapat pengembangan kompetensi 20 JP setahun. Kegiatan tersebut menerapkan konsep
10:20:70 model pembelajaran dan pengembangan (learning and development model) terdiri dari
10% klasikal, 20% belajar dengan kolega (Coaching andMentoring), dan 70% dari pengalaman
kerja (action learning). Dari komposisi tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan atasan
langsung dalam pengembangan kompetensi bawahannya sangat besar.
Fokus dari Mentoring adalah pengembangan diri dan karier. Penekanan Mentoring
lebih kepada upaya membangun relasi antara Atasan Langsung dengan pegawai, tidak seperti
Coaching yang menekankan pada pencapaian tujuan. Mentoring juga bisa dimaknai
sebagai hubungan kerja sama saling menguntungkan antara 2 orang yang memberi
kesempatan pembelajaran berdasarkan pada dukungan, kritik membangun, keterbukaan,
penghargaan, dan motivasi untuk saling berbagi.
Secara garis besar perbedaan kalo coaching dapat dilakuakn oleh siapa saja
sedangkan kalo mentoring dilakujan oleh pimpinan kpd bawahanya.
Klasikak dan Non Klasikal : Klasikal secara tatap muka lngsung( Pelatihan
dalam ruangan ) , Non Klasikal (Coaching, MENTORING , Konseling)
JENIS-JENIS KOMPETENSI
Prinsip Kerja Sama Grice Tuturan yang dituturkan penutur kepada mitra tutur agar
mudah dipahami serta relevan dengan situasi tutur yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang
dikenal dengan prinsip kerjasama. Prinsip kerjasama menurut Grice, membagi menjadi
empat maksim, yakni maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim
cara pelaksanaan. Berikut pemaparannya:
2.1.1 Maksim Kuantitas (The Maxim of Quantity) Maksim Kuantitas
menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya yang
dibutuhkan oleh lawan bicaranya dengan singkat, jelas dan tidak menyimpang dari nilai
kebenarannya. Apabila tuturan itu tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh
diperlukan oleh mitra tutur atau mengandung informasi yang berlebihan, maka dikatakan
telah melanggar maksim kuantitas. (Wijana:1996:46). Adapun rumusan yang menyatakan
maksim kuantitas sebagai berikut. “Berikan jumlah informasi yang tepat dengan
memberikan informasi seinformatif yang dibutuhkan serta jangan melebihi yang
dibutuhkan”.
2.1.2 Maksim Kualitas (The Maxim of Quality) Maksim kualitas mewajibkan
setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan
hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai dengan kata lain dapat
menyampaikan sesuatu yang bersifat nyata dan faktual, penutur diharapkan mampu untuk
menguraikan informasi dengan benar dan tidak mengatakan suatu yang diyakini bahwa
tidak benar serta tidak mengatakan suatu bukti- bukti yang kebenarannya kurang
meyakinkan. Suatu proses komunikasi dikatakan berhasil apabila antara Pn dan Pt bertutur
dengan menggunakan maksim kualitas yang berpegang pada bukti yang nyata dan jelas
dalam bertutur.
2.1.3 Maksim Relevansi (The Maxim of Relavance) Pada maksim ini
mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan
masalah pembicaraan. Agar terjalin hubungan kerja sama yang baik antara Pn dan Pt. Jika
kontribusi yang diberikan oleh penutur atau 260 petutur tidak relevan dengan apa yang
dituturkan, maka tuturan tersebut dianggap melanggar maksim relevansi.
2.1.4 Maksim Cara (The Maxim of Manner) Maksim cara pada prinsip kerja sama
ini menyatakan bahwa peserta tutur harus memberikan informasi kepada lawan tutur secara
langsung, jelas, tidak berlebih-lebihan, runtut serta tidak kabur. Dengan kata lain, tuturan
yang diberikan mudah dimengerti dengan menghindari pernyataan-pernyataan yang samar,
taksa, serta ringkas, dan berbicara secara teratur dengan tujuan agar penutur bertutur secara
langsung dan jelas. Jika penutur bertutur secara tidak jelas, maka tuturan tersebut telah
melanggar maksim cara dalam prinsip kerja sama Grice.
1. Teori Karir
a. Teori Karir Menurut John L Holland Berdasarkan teori yang dikembangkan John
L. Holland menguraikan bila sebuah pemiihan pekerjaan maupun posisi adalah hasil dari
interaksi faktor hereditas terhadap seluruh pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua,
orangdewasa yang dinilai berperan pokok. John Holland pun menyusun pula jenis-jenis
kepribadian pada penentuan pekerjaan sesuai persediaan kepribadian yang dirancang sesuai
landasan minat.
Jenis-jenis kepribadian tersebut dipaparkan kedalam sebuah model teori yang
dinamakan dengan model orientasi.
Modelorientasi adalah sebuah urutan tindakan Penyesuaian yang khas. tiap orang
mempunyai
urutan orientasi yang tidak sama, serta hal itulah yang membuat mengapa setiap
orang memiliki
corak hidup yang tidak sama. Urutan orientasi pertama yaitu pada situasi lingkungan
sebuah pekerjaan adalah corak hidup yang pertama serta utama. Urutan model orientasi
kedua pada lingkungan kerja lain adalah corak hidup yang kedua untuk seseorang.
Penempatan urutan corak hidup seseorang begitu tergantung dari jenjang kepandaian dan
penilaiannya pada dirinya sendiri. Semakin jelas kedudukan urutan corak hidupnya
menjadi makin menciptakan pola pilihan yang sesuai untuk seseorang.
Berikut model orientasi yang dipaparkan John L. Holland yaitu sebagai berikut:
1) Realistis jenis model ini mempunyai kecenderungan dalam memutuskan lapangan
pekerjaan yang orientasinya pada aplikasi. Karakteristiknya adalah: mengedepankan
kejantanan, kekuatan otot, keahlian fisik, memiliki kemampuan, serta koordinasi motorik
yang kuat, tidak mempunyai kemampuan verbal, konkrit, bekerja praktis, tidak mempunyai
keahlian sosial dan tidak peka pada hubungan terhadap orang lain. Orang ini pada
lingkungan nyata pasti terlihat dalam tugas-tugas yang konkrit, fisik tegas yang memberi
tantangan untuk penghuni lingkungan tersebut. Agar bisa mengatasi persoalan dengan
semakin efektif biasanya membutuhkan wujud-wujud kecakapan, gerakan, serta suatu
ketahanan. Antara lain kecakapan mekanik, ketahanan serta gerakan fisik dalam berpindah-
pindah serta terkadang berada di luar gedung. Berbagai sifat yang terlihat secara jelas dari
permintaan lingkungan menghasilkan kesuksesan serta kegagalan.
2) Intelektual2 model ini mempunyai kecenderungan dalam memutuskan pekerjaan
yang sifatnya akademik. Karakteristiknya antara lain mempunyai kecenderungan dalam
merenungi dibandingkan menanganinya untuk menyelesaikan sebuah persoalan,
berorientasi terhadap tugas, tidak sosial. Memerlukan pemahaman, menyukai tugas-tugas
yang sifatnya kabur, mempunyai nilai-nilai serta sikap yang kurang konvensional serta
aktivitas yang sifatnya nilai-nilai dan keagamaan. Individu dalam model orientasi
intelektual pada lingkungan sesungguhnya sering ditandai dengan tugas yang
membutuhkan beragam kecakapan abstrak, serta kreatif. Tidak bergantung dengan
observasi pribadinya. Agar bisa mengatasi persoalan yang efektif serta efisien dibutuhkan
intelegensi, imajinasi, dan rasa peka pada beragam persoalan yang sifatnya intelektual serta
fisik. Klasifikasi kesuksesan untuk menjalankan tugas memiliki sifat objektif serta dapat
diukur, namun membutuhkan waktu yang sangat lama serta dengan bertahap. Bahan, alat
dan perlengkapan membutuhkan kemampuan intelektual dari pada kemampuan manual.
Kemampuan menulis mutlak dijaga pada orientasi ini. Misal pekerjaan orang dalam model
orientasi ini yaitu, ahli fisika, ahli biologi, kimia, antropologi, matematika, pekerjaan
penelitian, serta pekerjaan lain yang setipe. 3) Sosial Jenis model ini mempunyai
kecenderungan dalam menentukan lapangan pekerjaan yang sifatnya menolong orang lain.
Karakteristik jenis model ini yaitu mudah bergaul serta berbicara, memiliki sifat responsif,
bertanggung jawab, kemanusiaan, memiliki sifat religius memerlukan perhatian,
mempunyai kemampuan verbal, hubungan antar pribadi, aktivitas yang rapi serta teratur,
menjauhkan wujud penyelesaian persoalan dengan intelektual, orientasinya lebih terhadap
perasaan. Individu dalam model orientasi sosial mempunyai klasifikasi kebutuhan tentang
kecapakan dalam menafsirkan serta merubah tingkah laku manusia, dan minat dalam
melakukan komunikasi terhadap orang lain. biasanya orientasi kerja bisa menumbuhkan
rasa harga diri serta status.3 Contoh pekerja dalam model orientasi ini yaitu guru, pekerja
sosial, konselor, misionari, psikologi klinik, terapis, serta pekerjaan lain yang setipe.
4) Konvensional jenis model ini biasanya mempunyai kecenderungan pada aktivitas
verbal, ia menyukai bahasa yang disusun secara baik, numerical yang tertata, senang
mengabdi, mengenali diri terhadap kekuasaan, memberikan nilai yang tinggi pada
kedudukan serta kenyataan materi, meraih tujuan melalui pengadaptasian dirinya
ketergantungan terhadap pimpinan. Orang model ini orientasinya konvensional terhadap
lingkungan sesungguhnya ditandai dengan bermacammacam tugas serta penanganan
persoalan yang membutuhkan sebuah proses informasi verbal serta matematis dengan
rutin, konkrit, serta sistematis. Suksesnya pada penanganan persoalan yang bisa terlihat
dengan jelas serta membutuhkan waktu yang relatif sedikit. Contoh pekerjaan orang pada
model orientasi ini yaitu, kasir, statistika, pemilik buku, pengawal arsip, pengawal bank,
serta pekerjaan lain yang setipe.
5) Usaha4 jenis model ini mempunyai ciri khas antara lain memakai keahlian
berbagai cara pada keadaan dimana terdapat peluang dalam menguasai orang lain maupun
memberi pengaruh pada seseorang, menilai dirinya terkuat, jantan, mudah dalam
melakukan adaptasi terhadap orang lain, menyukai berbagai tugas sosial yang kabur,
perhatian yang tinggi terhadap kekuasaan, status serta kepemimpinan, agresif pada
aktivitas lisan. Individu model orientasi usaha ditandai dalam bermacam-macam tugas
yang memfokuskan terhadap kemampuan verbal yang dipakai dalam mengarahkan serta
memberi pengaruh pada seseorang. Contoh pekerjaan orang pada model orientasi tersebut
yaitu pedagang, politikus, manager pemimpin eksekutif perusahaan, perwakilan dagang,
serta pekerjaan lainnya yang setipe.
6) Artistik jenis model orientasi ini mempunyai kecenderungan yang berkaitan pada
orang lain dengan tak langsung, sifatnya sosial serta beradaptasi diri. individu model
orientasi artistic ini ditandai dari bermacam-macam tugas serta persoalan yang
membutuhkan penafsiran maupun kreasi wujud-wujud artistic dengan cita rasa, perasaan
serta imajinasi. Bisa dikatakan, orientasi artistik semakin menitik beratkan menemui
kondisi sekeliling yang dilaksanakan lewat ekspresi diri serta mencegah kondisi yang
sifatnya interpersonal, keteraturan, maupun kondisi yang menurut keahlian fisik. Contoh
pekerjaan pada model orientasi tersebut yaitu ahli musik, ahli kartun, ahli drama, pencipta
lagu, penyair, serta pekerjaan lainnya yang setipe.
Khairul Maddy, dalam Buku Hakikat dan Pengertian Pelayanan Prima, Service
Excellence merupakan layanan terbaik yang diberikan kepada pelanggan dalam memenuhi
harapan dan kebutuhan mereka
Berikan Contoh SERVICE EXCELLENCE dalam kehidupan Sehari-Hari
Memberikan Sapa
Memberikan Saran terbaik
Mengucapkan Terimakasih
Memberikan bantuan
Mau Mengalah
Mendengarkan saat Orang Lain Berbicara
Menunjukkan Sesuatu yang Lebih Baik
SERVICE EXCELLENCE
SecaraUmumService Excellence bisa kita definisikan sebagai Strategi Melayani Sesuai SOP
dengan Tujuan MemenuhiHarapan dan Kebutuhan Pelanggan
self control adalah pengendalian diri dalam emosional secara individu. Self control
memiliki makna yakni “mengontrol diri”. self control merupakan suatu kemampuan untuk
mengatur,membimbing,serta mengarahkan segala tindakan dalam diri untuk menuju ke tindakan
yang positif. Dengan kata lain self control berarti membentuk pengendalian emosi dalam diri
individu.
Adapun 3 aspek yang biasa digunakan untuk mengukur self control pada diri sendiri agar
memiliki kemampuan diri dalam mengontrol diri dengan baik, diantaranya:
Cara kerjanya dengan informasi atau data yang dimiliki oleh individu dapat
memperhitungkan keadaan yang tidak baik atau tidak menyenangkan, kemudian memberi
tanggapan dengan segala pertimbangan. Sedangkan dengan melakukan evaluasi pada
individu,mampu memberi nilai dengan mengartikan suatu kejadian dengan cara
memperhatikan segala perspektif, baik perspektif positif maupun negatif,tetapi lebih
condong ke perspektif positif.
Decisional control adalah kebolehan individu dalam mengatur atau mengontrol diri untuk
menetapkan atau memutuskan suatu langkah berdasarkan suatu yang ditetapkan atau
dipercayai individu.
Decision control suatu individu dalam menetapkan pilihan baik di suatu kesempatan
maupun kebebasan pada individu tersebut untuk memutuskan dan menetapkan berbagai
kemungkinan perbuatan.
Manfaat Menerapkan Self Control dalam Kehidupan Sehari-hari
Self control dimiliki oleh individu tentunya akan memiliki manfaat dan berdampak baik
bagi kehidupan individu. Selain mampu untuk menghadapi berbagai situasi yang akan
terjadi dikemudian hari, rupanya self control yang ditanam pada diri individu juga
memiliki segudang manfaat yang tidak dapat dijelaskan di penjelasan secara satu persatu.
artikel ini dapat menjelaskan beberapa manfaat secara umum dalam menerapkan self
control di kehidupan sehari-hari. simak penjelasannya.
Menerapkan Self control di kehidupan sehari-hari dapat berdampak pada individu dalam
menunda keputusan untuk dirinya sendiri. Dengan kata lain self control mampu mengatur
atau mengendalikan diri individu dalam menentukan mana kepentingan yang harus
didahulukan dan mana yang tidak. bagi individu yang menerapkan self control pada
dirinya sendiri akan lebih condong kedepan untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri
hanya saja ia menunda kepentingan pribadinya dan mendahulukan kepentingan bersama.
Akan tetapi individu tersebut sering menerapkan self control di kehidupan sehari-hari
lambat laun inisiatif tersebut akan tumbuh dalam dirinya sehingga ia mampu
menyelesaikan suatu masalah dengan cara yang tepat.
Menerapkan self control pada kehidupan memang akan berpengaruh pada kejelasan
tujuan hidup individu tersebut. Ia mampu untuk memberikan suatu arahan yang jelas
keterkaitan tujuan kedepannya.
Kembali lagi pada hakikat self control yang memang bertujuan untuk mengendalikan diri,
individu tersebut akan mudah mengontrol dirinya terhadap berbagai kemungkinan
tersebut dengan berbagai tujuan yang telah ia tetapkan.
Masih berhubungan dengan sebelumnya. Selain mampu memberikan arahan tujuan yang
jelas, individu yang memiliki self control dengan baik akan lebih mudah meraih tujuan
atau goals dalam kehidupan. Hal itu karena ia mengerti kapan saat dirinya harus terus
bergerak dan kapan saatnya harus rehat sementara.
Tidak hanya itu, individu yang memiliki kemampuan self control dengan baik, condong
lebih terarah dan tertata serta tahu apa yang harus dilakukan dan jangan dilakukan. Oleh
karena itu, individu tersebut akan lebih mudah dalam meraih dan mewujudkan goals
dalam hidupnya.
Mungkin setiap individu akan merasa kesulitan dalam mengendalikan emosi yang pernah
atau sedang dialami olehnya. Akan tetapi tidak bagi individu yang menerapkan self
control bagi dirinya.
Individu tersebut dapat menjangkau dan menguasai dirinya sendiri sehingga mampu
untuk mengendalikan emosi serta frustasi yang ada pada dirinya. Dengan kata lain,
individu tersebut baik dalam melakukan kontrol diri.
Beberapa tolok ukur tersebut, yang pertama adalah :
digital skills yaitu kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari.
Kedua digital ethics, yaitu kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola
etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, digital culture yaitu kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat yaitu digital safety yaitu kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital
dalam kehidupan sehari-hari.
Manajemen Organisasi terdiri dari 2 kata, yaitu Manajemen dan Organisasi. Manajemen sendiri
berarti pemrograman, cara, ataupun perencanaan terhadap sesuatu. Sedangkan Organisasi
merupakan suatu perkumpulan dengan tujuan tertentu. Sehingga jika digabungkan maka
Manajemen Organisasi adalah suatu perencanaan pada suatu perkumpulan untuk mencapai
tujuannya.
Biasanya Manajemen Organisasi dapat ditemui di perusahaan yang bergerak pada bidang sumber
daya. Karena memang perencanaan dalam manajemen ini untuk mengarahkan manusia, untuk
mencapai tujuan organisasi.Dimana, dengan keberadaan manajemen ini diharapkan kinerja yang
diberikan SDM dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan organisasi.Dengan keberadaan
manajemen ini juga diharapkan dapat membentuk kerja sama yang baik sehingga tujuan
organisasi lebih cepat tercapai.
Fungsi Manajemen Organisasi
Fungsi dari manajemen ini terbagi menjadi beberapa tahapan. Dimana tahapan-tahapan tersebut
tentunya memiliki fungsi tersendiri untuk tercapainya tujuan. Berikut dibawah adalah berbagai
fungsi dari manajemen dalam sebuah organisasi.
1. Planning
Planning juga sering disebut dengan fungsi perencanaan yang menyiapkan kegiatan
dalam organisasi. Bagian satu ini cukup penting, karena memang sebuah rencana harus
digarap dengan matang. Hal itu untung menghindari terjadinya kebingungan akan tujuan
di masa yang akan datang. Fungsi perencanaan ini juga sangat berguna untuk
menentukan anggaran dari sebuah kegiatan organisasi. Baik itu untuk kegiatan yang rutin
maupun kegiatan yang tidak rutin.
2. Lead
Lead memiliki arti sebagai fungsi pengarahan. Setelah memiliki fungsi perencanaan,
manajemen satu ini juga memiliki fungsi pengarahan. Fungsi satu ini sangat bermanfaat
untuk mengarahkan rencana yang sudah dibuat sebelumnya. Sehingga apapun yang
dilakukan terarah dan tidak keluar dari apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Selain
itu, fungsi satu ini juga akan semakin mempermudah dalam mencapai tujuan, karena
semua kegiatannya terarah.
3. Controlling
Tentunya yang satu ini bisa juga disebut dengan sebutan fungsi kontrol. Tidak jauh
berbeda dengan fungsi pengarahan sebelumnya. Fungsi satu ini berguna untuk
mengawasi setiap kegiatan agar selalu sesuai arahan. Sehingga jika sewaktu-waktu terjadi
hal di luar arahan, maka akan lebih cepat tertangani. Jika terjadi kesalahan yang tidak
diinginkan pun ketua organisasi dapat segera mengambil tindakan. Sehingga fungsi satu
ini juga sangat dapat menipiskan tingkat terjadinya kesalahan.
4. Organizing
Fungsi Pengorganisasian adalah sebutan lain untuk fungsi organizing. Dalam fungsi ini
diharapkan pemimpin organisasi dapat merencanakan dan memberikan kebijakan yang
efektif. Sehingga membuat kinerja para sumber daya manusia juga menjadi lebih baik.
Dengan kata lain, kebijakan yang dibuat harus sesuai dengan kriteria yang dimiliki
dengan sumber daya manusia. Misalnya ingin membuat kegiatan yang bersifat
memasarkan, maka bagian yang ditunjuk adalah bagian pemasaran. Jika
pengorganisasian dilakukan dengan baik, maka kemungkinan hasilnya pun juga akan
baik.
5. Motivation
Motivasi tentunya juga sangat turut mengambil andil yang sangat besar untuk sebuah
keberhasilan organisasi. Karena dengan sumber daya manusia yang termotivasi, maka
akan semakin meningkatkan kinerjanya. Motivasi tersebut dapat berupa pemberian
penghargaan pada anggota yang terbaik. Maka hal tentunya akan membuat anggota lain
menjadi semakin termotivasi untuk menjadi yang terbaik. Karena semua anggota
berlomba-lomba menjadi yang terbaik, maka tentunya akan mempermudah tercapainya
suatu tujuan dalam organisasi.
6. Staffing
Fungsi satu ini juga disebut dengan fungsi kepegawaian. Dimana fungsi ini berguna pada
saat merekrut anggota yang baru. Fungsi ini juga berguna untuk membentuk suasana
kerja yang nyaman. Karena dengan suasana yang nyaman maka kemungkinan akan
berdampak baik untuk kinerja anggota.
7. Time Management
Selain itu, manajemen waktu juga sangat penting. Karena dengan memanajemen waktu,
diharapkan dapat menghasilkan kinerja yang efektif dari para anggota. Selain itu, supaya
tujuan dari sebuah organisasi tercapai tepat pada waktunya. Tentunya juga melatih
anggota agar menjadi pribadi yang tepat waktu.
Sama seperti fungsinya, manajemen satu ini juga memiliki berbagai tujuan. Namun pada
dasarnya tujuan dari manajemen ini adalah untuk mencapai tujuan organisasi dengan efisien.
Sehingga dalam eksistensi organisasi tersebut dapat berjalan lancar dalam kurun waktu tertentu.
Karena tanpa adanya manajemen organisasi maka sebuah organisasi bisa mengalami berbagai
kesulitan. Berikut dibawah ini adalah beberapa tujuan dari manajemen ini.
1. Membentuk Koordinasi Yang Baik Tentu untuk mencapai tujuan dengan efisien dan efektif,
diperlukan koordinasi yang baik. Koordinasi yang baik dapat didapatkan dengan adanya
manajemen dalam sebuah organisasi. Karena, dengan adanya manajemen maka semua pekerjaan
akan lebih terarah dan terkoordinasi. Selain itu, dengan membentuk koordinasi yang baik antar
individu maupun divisi, juga dapat melancarkan jalannya sebuah organisasi.
Sama seperti tujuan dasarnya, yaitu mewujudkan tujuan organisasi dengan efektif. Untuk
mewujudkan tujuan dengan efektif maka juga diperlukan kinerja yang efektif pula. Dengan
kinerja yang efektif dan terarah maka tujuan dari organisasi juga akan lebih mudah tercapai.
3. Membuat Lingkungan Yang Nyaman Untuk membuat kinerja yang efektif maka harus
diciptakan lingkungan yang nyaman. Karena dengan lingkungan yang nyaman dapat membuat
anggota menjadi semangat untuk melakukan pekerjaannya. Selain itu, lingkungan yang nyaman
juga membuat segala permasalahan dapat didiskusikan dengan baik.
Dengan adanya manajemen organisasi dapat membantu semua pekerjaan lebih terarah dan lebih
efisien. Untuk mempermudah usaha Anda, Anda perlu software akuntansi yang dapat memantau
keuangan usaha Anda kapanpun dan dimanapun.
Pengorganisasian merupakan dasar pijakan agar tujuan penyelenggaraan organisasi tercapai.
Pemahaman yang benar terhadap pengorganisasian sangat diperlukan, mengingat tujuan dari
struktur organisasi adalah pengendalian perilaku, menyalurkan dan mengarahkan perilaku untuk
mencapai apa yang menjadi tujuan dari organisasi. Proses pencapaian tujuan organisasi dalam
pengertian ini adalah tujuan kelembagaan pemerintah yang dilaksanakan oleh aparatur
pemerintah yang diatur dan dikendalikan atas dasar struktur organisasi yang telah ditentukan
sebagai acuan, pedoman, wadah dan ikatan formal.
Prinsip-prinsip pengorganisasian
4. Prinsip koordinasi
5. Prinsip keberlangsungan.
6. Prinsip proporsionalitas.
7. Prinsip keluwesan.
2 Keberlangsungan tugas.
6.Kejelasan pembaganan
Prinsip one stop services, independent, check and balances, built in control merupakan prinsip
penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip-prinsip di atas menekanka bahwa setiap
pengorganisasian organisasi penyelenggara negara harus didasarkan pada ketentuan hukum yang
ada dan ditetapkan dalam yang perlu yang perlu ditambahkan dalam peraturan perundang-
undangan sehingga kewenangan operasionalnya memiliki landasan hukum yang jelas dan tegas.
W. Hogwood dan Lewis A.Gunn (1984) tentang kategorisasi 10 macam penggunaan istilah
'polley, yaitu
1 Policy as a label for afield of activity. Kebijakan sebagai sebuah sebutan untuk medan atau
wilayah kegiatan tertentu. Kita ambil contoh misalnya "Kebijakan Upah Minimal Regional",
"Kebijakan Perumahan "Kebijakan Kesehatan"; "Kebijakan Wilayah Tangkap Ikan": "Kebijakan
Transportasi, dan lain-lain adalah merupakan wilayah kegiatan dan keterlibatan pemerintah
dalam proses kebijakan.
3. Policy as specific proposals. Kebijakan publik dipandang sebagai usulan kegiatan atau
tindakan yang akan diambil oleh pemerintah. Usulan kegiatan ini bisa bersifat adhoc (sementara)
ataupun berupa representasi atau bagian dari cara yang ditempuh pemerintah untuk mencapai
tujuan yang lebih besar. Pemerintah mengusulkan "Pendidikan Dasar dan Menengah Gratis";
"Pembangunan Jembatan Selat Bali", "Peningkatan Produksi Terigu"; "Penetapan Harga Eceran
Tertinggi beras Impor", dan sebagainya.
4 Policy at decisions of government Kebijakan publik sebagai keputusan yang dibuat oleh
pemerintah. Kebijakan publik sebagian besar merupakan usulan pemerintah setelah
memperhatikan dengan seksama adanya masalah yang sangat urgen dan menyentuh kepentingan
rakyat banyak. Pemerintah mempunyai tanggung jawab membuat pilihan tindakan berupa
keputusan / kebijakan publik. Misalnya keputusan di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya,
teknologi, informasi, keamanan, pertahanan, dan sebagainya.
5. Policy as formal authorization. Kebijakan publik adalah merupakan salah satu bentuk produk
dari kewenangan formal pemerintah untuk merumuskan, melaksanakan dan menilai kebijakan
tersebut. Pemerintah memang diberi otoritas formal berupa wewenang dan tanggung jawab untuk
merumuskan, melaksanakan dan menilai kebijakan publik dalam rangka untuk meningkatkan
kesejahteraan kepada rakyatnya. Misalnya pemerintah membuat dan melaksanakan kebijakan
tentang alat transportasi massa yang murah (mass rapid transportation policy), hal ini memang
telah menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya.
6. Policy as programme. Kebijakan publik sebagai program mempunyai arti bahwa kebijakan itu
terdiri dari banyak program, atau dikatakan dengan kata lain bahwa program itu bagian dari
kebijakan. Misalnya program "menanam sejuta pohon" adalah merupakan bagian dari "kebijakan
lingkungan hidup yang sehat.
7. Policy as output. Kebijakan publik sebagai keluaran. Hal ini berarti bahwa kebijakan itu
adalah merupakan produk dari proses mengubah "masukan" menjadi "keluaran", yaitu tindakan
yang dilakukan pemerintah untuk membuahkan masalah tertentu. Misalnya "pemberian kredit
lunak atau tanpa bunga" bagi para pengusaha mikro dan kecil. "pendirian badan layanan umum",
"reformasi birokrasi di tingkat pusatdan daerah" dan seterusnya &
8.Policy as outcome. Kebijakan publik sebagai dampak. Artinya, bahwa kebijakan publik yang
telah dilaksanakan membuahkan dampak (pengaruh) baik yang positif maupun negatif kepada
pihak yang menjadi sasaran kebijakan tersebut. Misalnya pelaksanaan kebijakan "pengentasan
kemiskinan" berdampak pada semakin berkurangnya Jumlah penduduk miskin atau semakin
bertambah jumlah penduduk yang pendapatannya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Policy
as a theory or model. Semua kebijakan mengandung asumsi tentang apa yang dilakukan
pemerintah dan apa konsekuensi ( dampak ) dari tindakan pemerintah tersebut Dan asumsi-
asumsi tersebut membentuk teori kausalitas atau model sebab-akibat Misalnya kebijakan "
menanam pohon" diasumsikan bahwa bila kita telah berhasil menanam satu miliar pohon maka
lingkungan hidup kita menjadi lebih sehat, teduh, dingin, nyaman, indah dan seterusnya
10. Policy as process. Kebijakan publik sebagai proses. Artinya, setiap kebijakan itu terdiri dari
bermacam-macam kegiatan yang prosesnya menyangkut waktu yang panjang dan sangat
kompleks. Proses kebijakan yang meliputi kegiatan merumuskan, melaksanakan dan menilai
kebijakan pastilah melibatkan unsur waktu yang tidak sedikit dan tingkat kerumitan yang sangat
tinggi. Satu kegiatan merumuskan kebijakan, katakanlah membuat UU atau peraturan hukum,
banyak sekali waktu yang dibutuhkan, aktor yang terlibat, dana, berbagai kepentingan, prosedur
yang melelahkan, dan sebagainya. Belum lagi proses pelaksanaannya dan menilai dampak
kebijakan tersebut terhadap masyarakat yang menjadi sasaran kebijakan dan seterusnya. Saudara
tentunya bisa membayangkan betapa kompleksnya proses kebijakan tersebut.
Guna mempercepat upaya-upaya mewujudkan birokrasi yang diharapkan itu, maka
Aparatur Sipil Negara diwadahi dalam wadah sebuah korps. Undang- Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pasal 126 ayat (1) mengamanatkan bahwa
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Pasal 126 ayat (2) secara eksplisit menyebutkan dua tujuan Korps Profesi ASN RI yaitu:
(a) Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN serta (b) Mewujudkan jiwa
Korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004
tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Jiwa Korps PNS adalah rasa kesatuan dan persatuan, kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab,
dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan dan rasa memiliki organisasi PNS dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Mengenai organisasi PNS sendiri diatur dalam Keputusan
Presiden Nomor 24 tahun 2010 yaitu organisasi KORPRI.
Selanjutnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 pasal 126 ayat (2) secara eksplisit
menyebutkan 4 fungsi Korps Profesi ASN RI (KORPRI) yaitu :
3. Memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi ASN
Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran Sistem Merit dan mengalami masalah
hukum dalam melaksanakan tugas.