SAMPLING
MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SAMPLING
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal dan mengetahui
tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi dasar dalam dunia
pertabangan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini, yaitu agar:
a. Mempelajari teknik-teknik Sampling dan reduksi jumlahnya.
b. Menguasai data-data statistika yang digunakan pada sampling.
1.3.1 Alat
a. Riffler
b. Alat Pelindung Diri
c. Timbangan
d. Alat Tulis Menulis
e. Talang
f. Mistar
g. Sekop.
1.3.2 Bahan
a. Pasir
b. Tabel Data Pengamatan
c. Kantong Sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Chip Sampling, (contoh tetahan) adalah salah satu metode Sampling dengan
cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur
yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat. Diambil
pada batuan yang masih segar/mineralisasi mengandung logam berharga. Banyak + 1
Kg. (Tim Asisten, 2023)
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan ditarik
kesimpulan. Penelitian dengan menggunakan sampel lebih menguntungkan
dibandingkan dengan penelitian menggunakan populasi, karena penelitian dengan
menggunakan sampel lebih menghemat biaya, waktu dan tenaga. Dalam menentukan
sampel langkah awal yang harus ditempuh adalah membatasi jenis populasi atau
menentukan populasi target. Sample ini mewakili penampang batubara menurut
ketebalannya. Ada beberapa kekeliruan yang mengkibatkan biasa dalam penarikan
sampel, antara lain:
a. Dalam menentukan populasi target
b. Karakteristik sampel yang diambil tidak mewakili karakteristik populasi target
c. Salah dalam menentukan wilayah
d. Jumlah sampel yang terlalu kecil, tidak proporsional dengan jumlah
populasinya
Sampel atau contoh secara sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari
populasi yang mewakili secara keseluruhan sifat dan karakter dari populasi. Dalam
menentukan sampel langkah awal yang harus ditempuh adalah membatasi jenis
populasi atau menentukan populasi target. Sebagai gambaran sederhana sampel
dibutuhkan sebagai acuan untuk memberi gambaran sederhana seperti seseorang yang
membeli rambutan. Seorang pembeli yang pintar biasanya akan memilih secara
rambang-rambutan yang dijajakan untuk menghindari kecurangan yang dilakukan oleh
pedagang.
Dalam penelitian pendidikan objek penelitian biasanya akan berlaku pada
peserta didik, mahasiswa, guru atau lembaga pendidikan. Kumpulan dari objek
biasanya memiliki volume cukup besar selanjutnya disebut populasi penelitian.
Volume yang cukup besar ini kemudian dapat diamati dengan menarik sampel yang
mewakili populasi dengan alasan yang berbagai macam tentu saja dengan tujuan yang
utama adalah terlaksana sebuah penelitian dengan benar sehingga jika desain dari
sebuah penelitian mengharuskan penggunaan populasi, maka pengambilan sampel ini
tidak diperbolehkan dan begitu pula sebaliknya, sehingga penelitian yang tidak
memperbolehkan melakukan treatment pada seluruh populasi maka pengambilan
sampel penelitian adalah sebuah keharusan.
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari
populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian dengan
kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari populasi dengan kata
representatif. jumlah dari sampel tidak selalu besar dan juga tidak selalu kecil, hal ini
bergantung pada pada keterwakilan karakter dari sampel. Sebagai contoh pada
penelitian mengenai golongan darah, tentu saja tidak perlu memasukkan seluruh darah
dari seseorang ke dalam laboratorium karena 2 ml darah sudah cukup untuk digunakan
untuk mengetahui golongan darah yang ada di bagian kaki, kepala atau tangan dari
pasien .
Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah harus terpenuhi sehingga
ada aturan baku mengenai sampel minum yang harus diambil dalam sebuah penelitian.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas dari sampel yang diambil. Sebagai
contoh sebuah penelitian mengenai daya beli di kabupaten Gowa. mengambil lima
orang sampel sebagai wakil dari populasi tidak cukup untuk mewakili seluruh
populasi. Selain dari kualitas, pada sebuah penelitian yang membutuhkan statistik
inferensi, jumlah sampel minimal harus disesuaikan dengan jenis analisis statistik yang
digunakan terutama untuk distribusi data dari sampel.
Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari sampel
selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi. Namun dalam penelitian
yang bersifat psikologi seperti pada penelitian pendidikan, Semakin besar jumlah akan
menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari karakteristik peneliti juga harus
mempertimbangkan jumlah data yang dibutuhkan untuk keperluan analisis Statistik.
Sebagai contoh jika penelitian yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan dua
bua grouph dengan satu variabel pembanding, analisis yang dilakukan untuk data yang
terdistribusi normal adalah untuk distribusi mengharuskan minimal jumlah data terdiri
dari 30 data karena kurang dari itu tidak menghasilkan analisis yang baik dan tidak
lebih dari 60 data (Arif, A. Taufik, 2014).
kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah
terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan. Teknik ini biasanya digunakan dan
didesain untuk penelitian yang menginginkan sedikit sampel.
c. Sampling Aksidental
Samping aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai
sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas
ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai tingkat paut yang erat dengan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain, unit sampel yang
disesuaikan dengan kriteria tertentu yang diterapkan.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasinya relatif
kecil, kurang dari 30 orang. Sampel jenuh disebut juga dengan istilah sensus, dimana
semua anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang awal mula jumlahnya
kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel.
Dan begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel makin lama makin banyak, makin
lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive
dan snowball (Anwar Hidayat, 2017).
cara untuk estimasi data ini adalah melihat standar deviasi dari data yang ada. Sampel
yang digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas. Sebagai contoh rata-rata
penghasilan di perumahan A adalah Rp 25.500.000 yang didapatkan dari dua orang
sampel dengan penghasilan sampel X sebanyak Rp 50.000.000 dan sampel Y sebanyak
1.000.000. Kesimpulan rata-rata dari perumahan berdasarkan operasi matematis sudah
benar namun pada kajian statistik dan kesimpulan tentu saja tidak benar. Penambahan
jumlah sampel adalah salah satu cara untuk mengurangi kesalahan analisis data.
1. Akurasi
Akurasi mengacu kepada sifat dan karakter dari sampel yang digunakan.
Sebuah populasi yang homogen hanya terdapat pada kasus yang bersifat teoritik. Sifat
dan karater dari sampel yang diambil terkadang tidak sesuai dengan keadaan populasi
karena pengaruh banyak hal. Peneliti harus memiliki kemampuan untuk mengetahui
secara detail karakter setiap sampel yang digunakan dari populasi.
Beberapa kasus mungkin saja mengurangi akurasi dari pengambilan sampel
seperti kasus penelitian terhadap pengaruh jam belajar di luar jam sekolah. Sebuah
sekolah khusus seperti proyek pemerintah tidak boleh dimasukkan karena adanya
karakter yang berbeda dari populasi secara keseluruhan (Burt, R.O, 1984).
dihasilkan melalui cara ini mempunyai representativitas yang lebih tinggi. Untuk
mengambil sampel dengan sampling peluang terdapat tiga langkah yang harus
dilakukan yaitu menentukan tingkat kesalahan sampling, menentukan ukuran sampel,
dan mengambil sampel dengan teknik yang tepat. Tingkat kesalahan ditetapkan untuk
menentukan ukuran sampel yang akan diteliti. kesalahan yang lebih kecil menuntut
ukuran sampel yang lebih besar. Makin besar ukuran sampel makin baik karena makin
dekat ciri populasi dengan sampelnya. Namun ukuran sampel yang besar tidak dapat
menjadi estimasi yang baik untuk populasi bila teknik pengambilannya tidak dapat
dipertanggung jawabkan. Untuk itu, sampel harus diambil dengan teknik yang tepat.
a. Menentukan kesalahan sampling
Penelitian yang hanya dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data
yang diambil dari sampel bisa menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan.
Melakukan penelitian hanya atas sampel mengandung resiko kesalahan karena tidak
meneliti seluruh elemen atau individu dalam populasi. Kesalahan yang disebabkan
tidak meneliti seluruh populasi dan hanya meneliti sampel disebut kesalahan sampling
(sampling error). Kesalahan sampling adalah kekeliruan yang disebabkan oleh
kenyataan adanya pemeriksaan yang tidak lengkap terhadap populasi. Kekelirun
sampling adalah perbedaan antara hasil sampel dan hasil yang akan dicapai jika
prosedur yang sama digunakan dalam sensus. Kesalahan sampling tidak dapat
dihindari apabila penelitian dilakukan hanya atas sampel. Namun begitu kesimpulan
hasil penelitian sampel masih dapat diterima apabila tingkat kesalahannya masih dalam
taraf yang dapat ditoleransi (bound of errror). Misalnya taraf kesalahan 5% maka
kesimpulan dari hasil penelitian sampel ini dapat diterima tetapi mengandung
kesalahan maksimal 5% karena hanya sampel yang diteliti. Tingkat kesalahan
berhubungan dengan resiko pengambilan keputusan. Untuk mengukur,
memperhitungkan dan mengontrol kekeliruan sampling maka dilakukan upaya
memperbesar ukuran sampel dan menggunakan sampling acak. Tingkat kesalahan
yang dapat ditoleransi berhubungan dengan ukuran sampel yang akan diambil. Apabila
sampel diambil 100% dari populasi maka sampel 100% mewakili populasi dan tidak
ada kesalahan sampling. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi maka peluang
kesalahan makin kecil. Ukuran sampel ditentukan sehubungan dengan kemampuannya
meramalkan ciri-ciri populasi dalam sampel. Semakin besar ukuran sampel maka
semakin dekat sampel dengan populasi dan semakin baik sampel meramalkan ciri
populasi. Oleh karenanya, bila menerima resiko yang lebih kecil maka ukuran sampel
yang diambil harus lebih besar, dan sebaliknya. Pengambilan sampel secara acak juga
dapat mengurangi kesalahan sampling. Sampling acak membuat terambilnya seluruh
ciri anggota populasi ke dalam sampel terpilih. Sampel yang terambil akan saling
mengkompensasi satu sama lain sehingga pada keseluruhan sampel yang terambil akan
memiliki rata-rata dan simpangan deviasi yang sama dengan populasi.
b. Menentukan ukuran sampel
Kesalahan sampling yang ditentukan akan mempengaruhi ukuran sampel yang
akan diteliti. Ukuran sampel merupakan jumlah tertentu dari sampel yang dengan
tingkat kesalahan sampling tertentu masih diterima sebagai sampel yang representatif.
Di samping berdasarkan toleransi tingkat kesalahan, ukuran sampel juga sangat
tergantung kepada homogenitas sampel. Sampel pada ukuran yang kecil cukup diambil
pada populasi yang relatif homogen, sedang sampel yang sangat heterogen
membutuhkan sampel yang lebih besar. Prinsip dalam penentuan ukuran sampel adalah
semakin besar sampel, maka semakin dekat sampel dengan populasi, sehingga tingkat
kesalahan semakin kecil. Bila sampel dekat dengan populasi maka data yang diambil
dari sampel makin akurat untuk meramalkan kesimpulan atas populasi. Dengan kata
lain, kalau diinginkan tingkat kesalahan kecil atau tingkat kepercayaan yang besar
maka dibutuhkan sampel yang jumlahnya besar. Dalam penelitian ilmu sosial biasanya
mengambil tingkat kesalahan 1% bila diinginkan resiko kecil, dan 5% resiko besar.
Semakin besar sampel, maka akan semakin besar kemungkinan dapat mencerminkan
populasinya, sebab mean dan standar deviasi yang diperoleh pada sampel mempunyai
probabilitas yang tinggi untuk menyerupai mean dan standar deviasi populasi. Dalam
hubungannya dengan pengujian hipotesis statistik, semakin besar sampel maka
semakin kecil kemungkinan untuk menerima hipotesis nol bila sebenarnya palsu.
Sebagai pedoman dalam menentukan ukuran sampel, Krectjie menyusun tabel yang
mendaftar ukuran sampel (S) minimal yang harus diambil dari ukuran populasi tertentu
(N) pada kesalahan sampling 5%. Misalnya pada N populasi 100 maka sampelnya
adalah 80. Namun untuk menentukan berapa jumlah sampel agar mencerminkan
populasi, seorang peneliti harus pula memperhatikan penelitian, hipotesis, keterbatasan
dana, kadar pentingnya penelitian, jumlah variabel, metode pengumpulan data, akurasi
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
5. Setelah itu, membuat matriks 3x3 padan sebuah kertas. Kemudian tuangkan
sampel pada kertas tersebut dan hitung secara acak material yang berwarna
hitam (konsentrat) dan putih (tailing) pada kertas tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
KOTAK 1
90
80 76.5
70 64
60
50
40
30 23.4
20
10
0
hitam + putih presentase hitam presentase putih
KOTAK 2
120
102
100
78.4
80
60
40
21.5
20
0
hitam + putih presentase hitam presentase putih
KOTAK 3
100
88
90
80
70 64.7
60
50
40 35.2
30
20
10
0
hitam + putih presentase hitam presentase putih
KOTAK 4
180 168
160
140
120
100
80 71.4
60
40 28.5
20
0
hitam + putih presentase hitam presentase putih
KOTAK 5
120
100 96
80 72.9
60
40
27.8
20
0
hitam + putih presentase hitam presentase putih
2. Kotak 2
a. Hitam + Putih = 80 + 22 = 102
80
b. Persentase Hitam = x 100 % = 78,4%
102
22
c. Persentase Putih = x 100 % = 21,5%
102
3. Kotak 3
a. Hitam + Putih = 57 + 31 = 88
57
b. Persentase Hitam = x 100 % = 64,7%
88
31
c. Persentase Putih = x 100 % = 35,2%
88
4. Kotak 4
a. Hitam + Putih = 120 + 48 = 168
120
b. Persentase Hitam = x 100 % = 71,4%
168
120
c. Persentase Putih = x 100 % = 28,5%
168
5. Kotak 5
a. Hitam + Putih = 70 + 26 = 96
79
b. Rata-rata Hitam = x 100 % = 72,9%
96
26
c. Rata-rata Putih = x 100 % = 27,8%
96
4.2 Pembahasan
dan 48 tailing pada kotak 4. 70 konsentat dan 26 tailing pada kotak 5. Dengan hasil
pengolahan data sebagai berikut:
4.2.1 Kotak pertama
Kegiatan praktikum mataacara sampling pada kotak pertama mendapatkan
hasil pengamatan dan perhitungan yaitu, hitam 49 dan putih 15, mendapatkan jumlah
hitam dan putih 64, dengan rata – rata hitam 76,5% dan rata-rata putih 23,4%.
4.2.2 Kotak kedua
Kegiatan praktikum mataacara sampling pada kotak kedua mendapatkan hasil
pengamatan dan perhitungan yaitu, hitam 80 dan putih 22, mendapatkan jumlah hitam
dan putih 102, dengan rata – rata hitam 78,4% dan rata-rata putih 21,5%.
4.2.3 Kotak ketiga
Kegiatan praktikum mataacara sampling pada kotak ketiga mendapatkan hasil
pengamatan dan perhitungan yaitu, hitam 57 dan putih 31, mendapatkan jumlah hitam
dan putih 88, dengan rata – rata hitam 64,7% dan rata-rata putih 35,2%.
4.2.4 Kotak keempat
Kegiatan praktikum mataacara sampling pada kotak ketiga mendapatkan hasil
pengamatan dan perhitungan yaitu, hitam 120 dan putih 48, mendapatkan jumlah
hitam dan putih 168, dengan rata – rata hitam 71,4% dan rata-rata putih 28,5%.
4.2.5 Kotak kelima
Kegiatan praktikum mataacara sampling pada kotak ketiga mendapatkan hasil
pengamatan dan perhitungan yaitu, hitam 70 dan putih 26, mendapatkan jumlah hitam
dan putih 96, dengan rata – rata hitam 72,9% dan rata-rata putih 27,8%.