) Steeins) Dengan
Menggunakan Berbagai Pelarut Metanol, Etanol, dan n-Hexane
Abstrak. Binahong merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat mulai dari daun, batang, dan
bunganya. Tanaman ini sering digunakan sebagai bahan obat-obatan herbal untuk penyembuhan
banyak jenis luka pada tubuh manusia. Pada daun binahong mengandung banyak senyawa antara lain
alkaloids, steroid, saponin, dan flavonoid. Untuk mengambil senyawa-senyawa tersebut digunakan
metode ekstraksi dengan soxchlet dan menggunakan pelarut antara lain methanol, etanol, dan n-
hexane. Analisa yang dilakukan secara kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
kandungan dari ekstrak daun binahong yaitu, flavonoid, saponin, quinon, steroid, triterpenoid, tannin,
senyawa fenolik, dan kandungan anti-bakterinya. Hasil yang diperoleh adalah ekstrak daun binahong
memiliki kandungan saponin, flavonoid, steroid, triterpenoid, senyawa fenolik, dan hasil uji kandungan
antibakteri menunjukkan bahwa perkembangbiakan e.coli lebih sedikit untuk media pertumbuhan yang
ditambahkan dengan ekstrak daun binahong. Pelarut yang baik digunakan adalah metanol karena dapat
mengekstrak lebih banyak jenis senyawa jika dibandingkan dengan etanol dan n-hexane.
Pendahuluan
Binahong merupakan tanaman yang memiliki banyak fungsi mulai dari daun, batang, dan
bunganya. Tanaman dengan nama latin Andredera cordifolia (Tenore) Steen ini sering digunakan
sebagai obat herbal untuk berbagai macam penyakit mulai dari luka luar pada kulit seperti luka gores,
luka bakar, luka setelah operasi, obat sakit maag, reumatik, kolesterol, sebagai produk kecantikan yaitu
menghilangkan bekas jerawat pada wajah, bahkan untuk pengobatan patah tulang. Namun tanaman
yang memiliki banyak manfaat sebagian besar hanya digunakan secara tradisional dan belum banyak
diolah untuk lebih mudah dikonsumsi. Produk olahan binahong seperti kapsul binahong yang sering
digunakan dalam teknik pengobatan Cina pun memiliki harga jual yang sangat tinggi dan belum
banyak yang mau mengolah tanaman binahong ini untuk menjadi produk-produk kesehatan maupun
kecantikan.
Daun binahong memiliki aktivitas antioksidan, asam askorbat, dan senyawa phenol yang tinggi
(Uchida, 2003), selain itu terdapat juga asam oleanolic sebagai anti inflamasi yang dapat mengurangi
rasa sakit pada luka bakar (Hammond, 2006).
Untuk memperoleh ekstrak daun binahong secara optimum, maka diperlukan pemilihan pelarut
dan kondisi operasi tertentu pada proses ekstrasinya. Pada daun binahong terdapat saponin, yaitu salah
satu senyawa glikosida, steroid dan strukturnya spesifik dengan triterpenoid, senyawa ini seperti
bentuk koloid di dalam air dan berbusa seperti sabun jika campuran air dan saponin ini di kocok
(Konosima, dkk, 1995). Saponin pada daun binahong ini mengandung senyawa antara lain alkaloids,
polyphenol, flavonoid. Selain itu terdapat juga mono polisakarida seperti L-arabinosa, D-galaktosa,
dan L-rhamnosa (Murni, dkk, 2011). Selain senyawa tersebut, binahong juga mengandung senyawa
anti mikroba (Garmana, dkk, 2014) sehingga dapat dimungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai
antiseptik untuk mengobati luka.
Untuk mengekstrak saponin dari pada daun binahong ini maka diperlukan pelarut yang sesuai.
Saponin tidak larut terhadap pelarut non polar karena senyawa yang terkandung di dalamnya seringkali
ditemukan dalam bentuk polar misalnya saja polifenol. Polifenol sering kali ditemukan dalam bentuk
glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar pula (Murni, dkk, 2011). Sehingga untuk
mengekstrak daun binahong ini digunakan pelarut polar seperti alkohol. Dimana alkohol memiliki
banyak rantai mulai dari methanol (C-1), etanol (C-2), propanol (C-3) dan seterusnya dimana pelarut
alkohol ini memiliki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kandungan dari ekstrak daun binahong yaitu
alkaloid, flavonoid, saponin, quinon, steroid/triterpenoid, dan kandungan anti-bakterinya terhadap e-
coli serta membandingkan hasilnya antara ekstrak yang diperoleh dari pelarut metanol, etanol, dan n-
hexane.
Metode
1. Persiapan bahan baku
- Daun binahong yang telah dicuci bersih kemudian dicincang kasar, beberapa daun dijemur
hingga kering dan dihaluskan menjadi bubuk
- 50 gram daun binahong segar dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam
soxchlet ekstraktor.
Analisa kandungan saponin dilakukan dengan menggunakan sampel yang telah dikeringkan,
yaitu serbuk daun binahong. Tes yang dilakukan adalah tes pembentukan busa. Bila sample basah yang
dididihkan dengan aquades kemungkinan cairan sel akan membentuk busa bila dikocok, sehingga lebih
baik digunakan sampel kering.
Uji kualitatif adanya saponin dalam ekstrak daun binahong menjelaskan bahwa pada daun ini
mengandung senyawa aktif untuk antibakteri (Harborne, 1973). Saponin merupakan senyawa aktif
permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang
rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba
dan saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil
yang baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam
bidang kesehatan (Robinson, 1991). Analisa saponin memberikan nilai positif untuk pelarut air
sedangkan untuk ekstrak dengan pelarut metanol, etanol, dan n-hexane memberikan hasil negative.
Tidak timbul busa yang konsisten sekitar 5 menit ketika serbuk daun ditambahkan pelarut dan dikocok
dengan kuat. Sehingga untuk mengambil saponin dari daun binahong lebih baik digunakan air sebagai
pelarutnya.
Quinon merupakan senyawa berwarna dan memiliki kromofor dasar seperti kromofor
benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap
karbon-karbon (Harborne, 1973). Pada hasil analisa ekstrak daun binahong ini hasilnya negatif, atau
tidak ditemukan senyawa quinon untuk ekstrak dengan semua pelarut.
Uji adanya flavonoid dilakukan dengan 3 metode, yaitu dengan H2SO4 2N, NaOH 10%, dan
HCl pekat + serbuk Mg. dari ketiga metode tersebut, penambahan reagen NaOH 10% memberikan
hasil positif untuk ekstrak daun dengan pelarut metanol dan etanol. Untuk penambahan reagen H 2SO4
2N hanya menunjukkan hasil positif untuk ekstrak dengan pelarut etanol. Sedangkan penambahan
reagen HCl pekat dan serubuk Mg memberikan hasil negatif untuk ekstrak pada semua pelarut. Dari 3
metode uji tersebut dapat disimpulkan bahwa daun binahong mengandung senyawa flavonoid.
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik
memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH) dan gugus – gugus lain penyertanya.
Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan
memiliki gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut polifenol. Dari hasil analisa kualitatif dengan
menggunakan senyawa FeCl3 5% menunjukkan hasil positif untuk ekstrak daun dengan menggunakan
pelarut etanol dan metanol. Uji kandungan flavonoid yang menunjukkan hasil positif dapat digunakan
juga sebagai ajuan bahwa dalam ekstrak daun binahong tersebut mengandung senyawa fenolik dimana
flavonoid adalah salah satu bentuk dari senyawa polifenol.
Tannin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat,
yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk
asam amino dan alkaloid. Namun uji kandungan tannin pada ekstrak daun binahong ini menunjukkan
hasil negatif untuk ketiga ekstrak daun dengan pelarut yang berbeda.
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena, senyawa ini tidak
berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif. Senyawa triterpenoid dapat
dibagi menjadi empat golongan,yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida jantung
(Harborne,1987). Steroid dan triterpenoid relatif non polar. Penggunaan etanol dan metanol panas
akan meningkatkan kelarutan suatau senyawa sehingga diharapkan seluruh steroid, triterpenoid yang
terkandung dalam tumbuhan akan terekstrak ke dalam pelarut. Kemudian ekstrak dilarutkan dengan
eter untuk menarik komponen nonpolar dalam ekstrak kering. Untuk pengujian kandungan triterpenoid
dan streoid dalam sampel daun, ekstrak eter ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard (L-B), yaitu
campuran asam asetat anhidrid dengan asam sulfat pekat (2:1). Indikasi positif steroid ditandai dengan
perubahan warna menjadi biru atau hijau. Sedangkan pada triterpenoid indikasi positif ditandai dengan
perubahan warna menjadi merah, ungu atau coklat. Hasil uji kandungan triterpenoid menunjukkan
positif pada ekstrak daun dengan menggunakan pelarut n-hexane sedangkan untuk uji kandungan
steroid menunjukkan hasil positif untuk ekstrak daun dengan pelarut etanol dan metanol.
Dari gambar 4. Dapat pada media agar (a) jumlah koloni e. coli lebih padat jika dibandingkan
dengan biakan e.coli pada media agar (b). Ekstrak daun binahong yang digunakan pada uji senyawa
anti bakteri ini menggunakan pelarut air karena bersifat netral terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Jika menggunakan ekstrak daun dengan menggunakan pelarut seperti metanol, etanol, ataupun n-
hexane, maka akan meracuni mikroorganisme itu sendiri sehingga akan sulit diamati apakah
pertumbuhan e. coli terhambat akibat adanya pengaruh senyawa anti bakteri pada ekstrak daun atau
karena adanya resistensi dari pelarut yang digunakan. Dari perbandingan kedua gambar di atas dapat
disimpulkan bahwa ekstrak daun binahong memiliki senyawa antibakteri karena jumlah biakan e. coli
pada media agar dengan campuran ekstrak daun lebih sedikit.
(a) (b)
Gambar 4. Hasil uji senyawa antibakteri pada ekstrak daun binahong (a) biakan e. coli pada agar tanpa
campuran ekstrak daun binahong. (b) biakan e. coli pada agar dengan campuran ekstrak daun
binahong 1:1
Kesimpulan
Ekstrak daun binahong mengandung senyawa antara lain senyawa fenolik, flavonoid, steroid,
triterpenoid, saponin, dan senyawa anti bakteri. Untuk memperoleh senyawa yang diinginkan maka
harus digunakan pelarut yang tepat sehingga diperoleh extrak daun dengan senyawa tersebut secara
optimal.
Daftar Pustaka
Garmana, A.N., Sukandar, E.Y., and Fidrianny, I., Activity of Several Plant Extracts Against Drug-
Sensitive and Drug-Resistant Microbes, Procedia Chemistry 13, 2014.
Hammond, G.B., In Vivo Wound-Healing Activity of Oleanolic Acid Derived from The Acid
Hydrolysis of Anredera diffuse. The Guardian, America, 2006.
Harborne. J.B. (1973). Phytochemical Method, London, Chapman and Hall, Ltd. Pp 49-188.
Robinson’s. Kandungan organik Tumbuhan tinggi diterjemahkan Padnawinata K, Edisi ke-6
Institute Technology Bandung, Bandung, 1995.
Konoshima, Yasudo. T., Kashiwada. Y., Consentino, L., and L.K. Hsiung. Anti aids agent, 21
triterpenoid saponins as anti HIV principle from fruits of Gleditsia japonica and gymnocladus
chine sis, and structure activity correlation, J Nat Prod, 58 (9) 1372-1377, 1995
Lakhanpal, Parul., Rai, Deepak Kumar., QUERCETIN: A VERSATILE FLAVONOID, Internet
Journal of Medical, IJMU, Vol 2, No 2, Jul-Dec 2007
Murni Astuti., Sri, A.M. Sakinah, Mimi., B.M. Andayani, Retno, Risch, Awalludin, Determination of
Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant (Binahong) of Potential
Treatment for Several Disease, Journal of Agricultural Science, Malaysia: 2011.
Robinson’s. Kandungan organik Tumbuhan tinggi diterjemahkan Padnawinata K, Edisi ke-6
Institute Technology Bandung, Bandung, 1995.
Uchida. S., Production of Digital Map of The Hazardous Condition of Soil Erosion for The Sloping
Lands of West Java, Indonesia, using Geograp hic Information System (GIS) JIRCAS,
Indonesia, 2003.
Lampiran (Dokumentasi Uji Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Binahong)
Gambar e. Uji kandungan quinon pada ekstrak daun binahong dengan variasi pelarut.
Pada analisa kandungan quinon, tidak terjadi perubahan warna menjadi merah atau pink setelah sample
ditetesi dengan pereaksi yaitu KOH encer 1 N.
Gambar f. Hasil analisa kualitatif untuk setiap metabolit sekunder yang diamati pada ekstrak daun
binahong dengan variasi pelarut.