Anda di halaman 1dari 8

Studi Kandungan Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.

) Steeins) Dengan
Menggunakan Berbagai Pelarut Metanol, Etanol, dan n-Hexane

Ayu Ratna Permanasari


Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
Jalan Gegerkalong Hilir, Ds Ciwaruga, Bandung
Ayu.ratna@polban.ac.id

Abstrak. Binahong merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat mulai dari daun, batang, dan
bunganya. Tanaman ini sering digunakan sebagai bahan obat-obatan herbal untuk penyembuhan
banyak jenis luka pada tubuh manusia. Pada daun binahong mengandung banyak senyawa antara lain
alkaloids, steroid, saponin, dan flavonoid. Untuk mengambil senyawa-senyawa tersebut digunakan
metode ekstraksi dengan soxchlet dan menggunakan pelarut antara lain methanol, etanol, dan n-
hexane. Analisa yang dilakukan secara kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
kandungan dari ekstrak daun binahong yaitu, flavonoid, saponin, quinon, steroid, triterpenoid, tannin,
senyawa fenolik, dan kandungan anti-bakterinya. Hasil yang diperoleh adalah ekstrak daun binahong
memiliki kandungan saponin, flavonoid, steroid, triterpenoid, senyawa fenolik, dan hasil uji kandungan
antibakteri menunjukkan bahwa perkembangbiakan e.coli lebih sedikit untuk media pertumbuhan yang
ditambahkan dengan ekstrak daun binahong. Pelarut yang baik digunakan adalah metanol karena dapat
mengekstrak lebih banyak jenis senyawa jika dibandingkan dengan etanol dan n-hexane.

Kata kunci: binahong, ekstraksi, antibakteri, flavonoid, fenolik.

Pendahuluan
Binahong merupakan tanaman yang memiliki banyak fungsi mulai dari daun, batang, dan
bunganya. Tanaman dengan nama latin Andredera cordifolia (Tenore) Steen ini sering digunakan
sebagai obat herbal untuk berbagai macam penyakit mulai dari luka luar pada kulit seperti luka gores,
luka bakar, luka setelah operasi, obat sakit maag, reumatik, kolesterol, sebagai produk kecantikan yaitu
menghilangkan bekas jerawat pada wajah, bahkan untuk pengobatan patah tulang. Namun tanaman
yang memiliki banyak manfaat sebagian besar hanya digunakan secara tradisional dan belum banyak
diolah untuk lebih mudah dikonsumsi. Produk olahan binahong seperti kapsul binahong yang sering
digunakan dalam teknik pengobatan Cina pun memiliki harga jual yang sangat tinggi dan belum
banyak yang mau mengolah tanaman binahong ini untuk menjadi produk-produk kesehatan maupun
kecantikan.
Daun binahong memiliki aktivitas antioksidan, asam askorbat, dan senyawa phenol yang tinggi
(Uchida, 2003), selain itu terdapat juga asam oleanolic sebagai anti inflamasi yang dapat mengurangi
rasa sakit pada luka bakar (Hammond, 2006).
Untuk memperoleh ekstrak daun binahong secara optimum, maka diperlukan pemilihan pelarut
dan kondisi operasi tertentu pada proses ekstrasinya. Pada daun binahong terdapat saponin, yaitu salah
satu senyawa glikosida, steroid dan strukturnya spesifik dengan triterpenoid, senyawa ini seperti
bentuk koloid di dalam air dan berbusa seperti sabun jika campuran air dan saponin ini di kocok
(Konosima, dkk, 1995). Saponin pada daun binahong ini mengandung senyawa antara lain alkaloids,
polyphenol, flavonoid. Selain itu terdapat juga mono polisakarida seperti L-arabinosa, D-galaktosa,
dan L-rhamnosa (Murni, dkk, 2011). Selain senyawa tersebut, binahong juga mengandung senyawa
anti mikroba (Garmana, dkk, 2014) sehingga dapat dimungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai
antiseptik untuk mengobati luka.
Untuk mengekstrak saponin dari pada daun binahong ini maka diperlukan pelarut yang sesuai.
Saponin tidak larut terhadap pelarut non polar karena senyawa yang terkandung di dalamnya seringkali
ditemukan dalam bentuk polar misalnya saja polifenol. Polifenol sering kali ditemukan dalam bentuk
glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar pula (Murni, dkk, 2011). Sehingga untuk
mengekstrak daun binahong ini digunakan pelarut polar seperti alkohol. Dimana alkohol memiliki
banyak rantai mulai dari methanol (C-1), etanol (C-2), propanol (C-3) dan seterusnya dimana pelarut
alkohol ini memiliki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kandungan dari ekstrak daun binahong yaitu
alkaloid, flavonoid, saponin, quinon, steroid/triterpenoid, dan kandungan anti-bakterinya terhadap e-
coli serta membandingkan hasilnya antara ekstrak yang diperoleh dari pelarut metanol, etanol, dan n-
hexane.

Metode
1. Persiapan bahan baku
- Daun binahong yang telah dicuci bersih kemudian dicincang kasar, beberapa daun dijemur
hingga kering dan dihaluskan menjadi bubuk
- 50 gram daun binahong segar dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam
soxchlet ekstraktor.

2. Proses ekstraksi dan distilasi


- Merangkai satu set peralatan ekstraksi (soxchlet) dan peralatan distilasi
- Memasukkan serbuk daun binahong yang telah dibungkus kertas saring kedalam soklet.
- Melakukan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang berbeda-beda yaitu methanol,
etanol, dan propanol dimana volume setiap pelarut adalah 200 mL
- Proses ekstraksi dilakukan kurang lebih selama 3 jam pada suhu 65 C (methanol), 79 C
(etanol), dan 68C (n-hexane). (Garmana, dkk, 2014)
- Ekstrak daun binahong kemudian didisilasi untuk memisahkan antara ekstrak dengan
pelarutnya pada suhu 65 C (methanol), 79 C (etanol), 68C (n-hexane).
- Diperoleh ekstrak binahong pekat.

Skema Peralatan Ekstraksi dan Distilasi

Gambar 1. Skema Peralatan Ekstraksi Gambar 2. Skema Peralatan Distilasi


3. Analisa kandungan ekstrak dan senyawa antibakteri
- Analisa flavonoid: beberapa mL ekstrak binahong ditambahkan 100 mL air, dipanaskan, dan
diikuti dengan filtrasi setelah air mendidih. Filtrat (A) kemudian ditambahkan dengan serbuk
magnesium, HCl pekat, dan amil alkohol. Perubahan warna yang terjadi mengindikasikan
adanya flavonoid.
- Analisa saponin: serbuk binahong dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan
aquades. Dididihkan selama 2-3 menit, selanjutnya didinginkan dan dikocok dengan kuat.
Adanya busa yang stabil selama 5 menit menunjukkan sample mengandung saponin.
- Analisa quinon: 5 mL dari filtrate (A) ditambahkan dengan KOH encer (1 N). Perubahan
warna menjadi merah mengindikasikan adanya anthraquinon.
- Analisa steroid / triterpenoid: sebagian ekstrak daun binahong ditambahkan 0.5 mL asam
asetat unhidrat dan didinginkan 3 menit pada refrigerator. Selanjutnya ditambahkan dengan 0.5
mL klorofom dan tambahkan H2SO4 pekat. Pada tingkat pemisahan 2 larutan akan terbentuk
lingkaran coklat kemerahan, hal ini mengindikasikan adanya steroid.
- Analisa senyawa fenolik: menggunakan reagen FeCl3 5%. Extrak daun dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kurang lebih 5 mL dan kemudian diteteskan dengan reagen FeCl3 5% dan terjadi
perubahan warna menjadi ungu.
- Analisa kandungan tannin: menggunakan reagen FeCl3 1%.
- Analisa kandungan anti bakteri: Siapkan 2 mL suspensi e.coli sebanyak 2 tabung reaksi. 3 mL
extrak daun binahong 1 tabung reaksi. Siapkan nutrient agar yang telah dicairkan sebanyak 2
tabung juga. Campurkan nutrient agar cair, ekstrak binahong, dan suspensi e.coli pada satu
tabung reaksi kemudian tuangkan dalam cawan petri. Sebagai kontrol campurkan nutrient agar
dan suspensi e.coli dan tuangkan ke cawan petri. Inkubasikan cawan petri pada incubator
selama 2 hari dan amati koloni bakteri yang tumbuh.

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik ekstrak daun binahong:


Ekstrak daun binahong dengan pelarut etanol 96% dan metanol berwarna hijau kehitaman,
menggunakan pelarut n-hexane berwarna jernih hijau muda cerah, sedangkan ekstrak dengan pelarut
air berwarna kuning kecoklatan.

Tabel 1. Hasil analisa kandungan daun binahong


Hasil Uji Ekstrak Daun Menggunakan
Metabolit
No Metode Uji jenis pelarut
Sekunder
Air Etanol n-Hexane Metanol
1 Fenolik Pereaksi FeCl3 5% + - +
2 Flavonoid a. Pereaksi HCl pekat + Mg - - -
b. Pereaksi H2SO4 2 N - - +
c. Pereaksi NaOH 10% + - +
3 Steroid + - +
Pereaksi Lieberman - Burchard
4 Triterpenoid - + -
5 Tannin Pereaksi FeCl3 1% - - -
6 Saponin Pereaksi HCl + H2O + - - -
7 Quinon Pereaksi KOH 1 N - - - -
Tidak dilakukan karena pelarut
8 Anti Bakteri Menggunakan biakan e. coli + akan membunuh atau
menghambat pertumbuhan
mikroorganisme

Analisa kandungan saponin dilakukan dengan menggunakan sampel yang telah dikeringkan,
yaitu serbuk daun binahong. Tes yang dilakukan adalah tes pembentukan busa. Bila sample basah yang
dididihkan dengan aquades kemungkinan cairan sel akan membentuk busa bila dikocok, sehingga lebih
baik digunakan sampel kering.
Uji kualitatif adanya saponin dalam ekstrak daun binahong menjelaskan bahwa pada daun ini
mengandung senyawa aktif untuk antibakteri (Harborne, 1973). Saponin merupakan senyawa aktif
permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang
rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba
dan saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil
yang baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam
bidang kesehatan (Robinson, 1991). Analisa saponin memberikan nilai positif untuk pelarut air
sedangkan untuk ekstrak dengan pelarut metanol, etanol, dan n-hexane memberikan hasil negative.
Tidak timbul busa yang konsisten sekitar 5 menit ketika serbuk daun ditambahkan pelarut dan dikocok
dengan kuat. Sehingga untuk mengambil saponin dari daun binahong lebih baik digunakan air sebagai
pelarutnya.
Quinon merupakan senyawa berwarna dan memiliki kromofor dasar seperti kromofor
benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap
karbon-karbon (Harborne, 1973). Pada hasil analisa ekstrak daun binahong ini hasilnya negatif, atau
tidak ditemukan senyawa quinon untuk ekstrak dengan semua pelarut.
Uji adanya flavonoid dilakukan dengan 3 metode, yaitu dengan H2SO4 2N, NaOH 10%, dan
HCl pekat + serbuk Mg. dari ketiga metode tersebut, penambahan reagen NaOH 10% memberikan
hasil positif untuk ekstrak daun dengan pelarut metanol dan etanol. Untuk penambahan reagen H 2SO4
2N hanya menunjukkan hasil positif untuk ekstrak dengan pelarut etanol. Sedangkan penambahan
reagen HCl pekat dan serubuk Mg memberikan hasil negatif untuk ekstrak pada semua pelarut. Dari 3
metode uji tersebut dapat disimpulkan bahwa daun binahong mengandung senyawa flavonoid.

Gambar 3. Struktur dari kelas utama flavonoid (Lakhanpal, 2007)

Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik
memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH) dan gugus – gugus lain penyertanya.
Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan
memiliki gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut polifenol. Dari hasil analisa kualitatif dengan
menggunakan senyawa FeCl3 5% menunjukkan hasil positif untuk ekstrak daun dengan menggunakan
pelarut etanol dan metanol. Uji kandungan flavonoid yang menunjukkan hasil positif dapat digunakan
juga sebagai ajuan bahwa dalam ekstrak daun binahong tersebut mengandung senyawa fenolik dimana
flavonoid adalah salah satu bentuk dari senyawa polifenol.
Tannin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat,
yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk
asam amino dan alkaloid. Namun uji kandungan tannin pada ekstrak daun binahong ini menunjukkan
hasil negatif untuk ketiga ekstrak daun dengan pelarut yang berbeda.
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena, senyawa ini tidak
berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif. Senyawa triterpenoid dapat
dibagi menjadi empat golongan,yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida jantung
(Harborne,1987). Steroid dan triterpenoid relatif non polar. Penggunaan etanol dan metanol panas
akan meningkatkan kelarutan suatau senyawa sehingga diharapkan seluruh steroid, triterpenoid yang
terkandung dalam tumbuhan akan terekstrak ke dalam pelarut. Kemudian ekstrak dilarutkan dengan
eter untuk menarik komponen nonpolar dalam ekstrak kering. Untuk pengujian kandungan triterpenoid
dan streoid dalam sampel daun, ekstrak eter ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard (L-B), yaitu
campuran asam asetat anhidrid dengan asam sulfat pekat (2:1). Indikasi positif steroid ditandai dengan
perubahan warna menjadi biru atau hijau. Sedangkan pada triterpenoid indikasi positif ditandai dengan
perubahan warna menjadi merah, ungu atau coklat. Hasil uji kandungan triterpenoid menunjukkan
positif pada ekstrak daun dengan menggunakan pelarut n-hexane sedangkan untuk uji kandungan
steroid menunjukkan hasil positif untuk ekstrak daun dengan pelarut etanol dan metanol.

Analisa Kandungan Anti Bakteri.

Dari gambar 4. Dapat pada media agar (a) jumlah koloni e. coli lebih padat jika dibandingkan
dengan biakan e.coli pada media agar (b). Ekstrak daun binahong yang digunakan pada uji senyawa
anti bakteri ini menggunakan pelarut air karena bersifat netral terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Jika menggunakan ekstrak daun dengan menggunakan pelarut seperti metanol, etanol, ataupun n-
hexane, maka akan meracuni mikroorganisme itu sendiri sehingga akan sulit diamati apakah
pertumbuhan e. coli terhambat akibat adanya pengaruh senyawa anti bakteri pada ekstrak daun atau
karena adanya resistensi dari pelarut yang digunakan. Dari perbandingan kedua gambar di atas dapat
disimpulkan bahwa ekstrak daun binahong memiliki senyawa antibakteri karena jumlah biakan e. coli
pada media agar dengan campuran ekstrak daun lebih sedikit.
(a) (b)

Gambar 4. Hasil uji senyawa antibakteri pada ekstrak daun binahong (a) biakan e. coli pada agar tanpa
campuran ekstrak daun binahong. (b) biakan e. coli pada agar dengan campuran ekstrak daun
binahong 1:1

Kesimpulan

Ekstrak daun binahong mengandung senyawa antara lain senyawa fenolik, flavonoid, steroid,
triterpenoid, saponin, dan senyawa anti bakteri. Untuk memperoleh senyawa yang diinginkan maka
harus digunakan pelarut yang tepat sehingga diperoleh extrak daun dengan senyawa tersebut secara
optimal.

Daftar Pustaka

Garmana, A.N., Sukandar, E.Y., and Fidrianny, I., Activity of Several Plant Extracts Against Drug-
Sensitive and Drug-Resistant Microbes, Procedia Chemistry 13, 2014.
Hammond, G.B., In Vivo Wound-Healing Activity of Oleanolic Acid Derived from The Acid
Hydrolysis of Anredera diffuse. The Guardian, America, 2006.
Harborne. J.B. (1973). Phytochemical Method, London, Chapman and Hall, Ltd. Pp 49-188.
Robinson’s. Kandungan organik Tumbuhan tinggi diterjemahkan Padnawinata K, Edisi ke-6
Institute Technology Bandung, Bandung, 1995.
Konoshima, Yasudo. T., Kashiwada. Y., Consentino, L., and L.K. Hsiung. Anti aids agent, 21
triterpenoid saponins as anti HIV principle from fruits of Gleditsia japonica and gymnocladus
chine sis, and structure activity correlation, J Nat Prod, 58 (9) 1372-1377, 1995
Lakhanpal, Parul., Rai, Deepak Kumar., QUERCETIN: A VERSATILE FLAVONOID, Internet
Journal of Medical, IJMU, Vol 2, No 2, Jul-Dec 2007
Murni Astuti., Sri, A.M. Sakinah, Mimi., B.M. Andayani, Retno, Risch, Awalludin, Determination of
Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant (Binahong) of Potential
Treatment for Several Disease, Journal of Agricultural Science, Malaysia: 2011.
Robinson’s. Kandungan organik Tumbuhan tinggi diterjemahkan Padnawinata K, Edisi ke-6
Institute Technology Bandung, Bandung, 1995.
Uchida. S., Production of Digital Map of The Hazardous Condition of Soil Erosion for The Sloping
Lands of West Java, Indonesia, using Geograp hic Information System (GIS) JIRCAS,
Indonesia, 2003.
Lampiran (Dokumentasi Uji Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Binahong)

Proses ekstraksi dengan sokhlet dan distilasi

Gambar a. Proses ekstraksi Gambar b. Proses Distilasi

Gambar c. Karakteristik ekstrak daun yang diperoleh dengan variasi pelarut

Analisa kandungan saponin

a. Air b. Metanol c. Etanol d. n-Hexane


Gambar d. Uji pembentukan busa pada ekstrak daun binahong dengan variasi pelarut
Dimana terbentuk busa stabil hanya pada ekstrak dengan pelarut air.
Analisa Quinon

a. Air b. n-Hexane, Metanol, Etanol

Gambar e. Uji kandungan quinon pada ekstrak daun binahong dengan variasi pelarut.
Pada analisa kandungan quinon, tidak terjadi perubahan warna menjadi merah atau pink setelah sample
ditetesi dengan pereaksi yaitu KOH encer 1 N.

Gambar f. Hasil analisa kualitatif untuk setiap metabolit sekunder yang diamati pada ekstrak daun
binahong dengan variasi pelarut.

Anda mungkin juga menyukai