Aku masih mengingat kejadian itu, kejadian di mana pandanganku terhadapmu berubah 180
derajat. Kejadian tersebut membuatku bercermin pada diriku sendiri sehingga aku berpikir bahwa aku
tidak boleh melihat seseorang hanya dari penampilan luarnya saja. Aku tidak merasa menilaimu terlalu
tinggi selama ini, aku juga tidak merasa dikecewakan olehmu pada saat itu, namun apa yang kau
lakukan berhasil membuat perasaanku berubah seketika. Perubahan perasaanku itu tidak hanya
berdampak pada bagaimana aku memandangmu sekarang, tetapi juga bagaimana aku berperilaku untuk
masa yang akan datang. Aku tidak tahu kapan aku harus berubah, yang jelas, jika aku move on darimu
setelah kejadian itu, yakinlah bahwa ini adalah satu-satunya move on di mana aku tidak perlu sosok
Kamu telah mengetahui bahwa aku memiliki perasaan padamu yang sangat-sangat amat dalam.
Kamu berhasil memborong semua perasaanku, baik itu cinta, sayang, maupun suka. Tetapi atas apa
yang telah terjadi, dua hal telah sirna dari perasaanku kepadamu. Aku kehilangan rasa cinta dan rasa
suka yang aku miliki padamu untuk saat ini. Aku pula tidak mengerti mengapa ini sedemikian
signifikannya sehingga bisa meluluhlantahkan perasaanku yang kuat menancap selama beberapa waktu
itu yang pada akhirnya memudar. Aku berusaha berpikir alasan logis mengapa hal ini terjadi padaku.
Aku tidak bisa menyuruh apapun untukmu karena itu bukan hakku, tapi aku bisa mengendalikan diriku
agar tetap tenang meskipun apa yang kau lakukan saat itu sangatlah menggangu.
Sungguh, aku masih kaget ketika melihatmu tidak mengenakan jilbab. Ini membuat rasa sukaku
menjadi hilang. Karena ketika awal-awal aku menyukaimu, aku menyukai penampilanmu yang berbeda
dengan penampilan orang-orang lainnya. Selama ini aku sering melihatmu menutup aurat, dan kau
terlihat sangat cantik karena auratmu tertutup. Tapi pada saat itu, apa yang aku lihat sangatlah
mengejutkan. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu dalam keadaan seperti itu. Sungguh,
seandainya aku mengetahui ketika itu kau tidak sedang mengenakan jilbab di dalam rumah, niscaya aku
tidak akan mau masuk ke rumahmu dan tidak akan menemuimu pada saat itu.
Bagaimana tidak, ketika aku melihat kau tidak mengenakan jilbab, yang berdosa itu kita berdua.
Aku pribadi sering melihat rambut teman-teman perempuanku, baik yang non muslim maupun yang
muslim, dan aku sadar bahwa aku dosa. Namun, pada saat aku melihatmu tidak mengenakan jilbab,
rasanya aku merasa sangat rugi karena dosa yang telah didapat. Bukan karena aku merasa suci, sungguh
aku banyak sekali dosanya, tetapi karena engkau menjadi berdosa karena aku. Padahal, engkau tahu
bahwa aku begitu menyayangimu, padahal engkau tahu bahwa aku begitu ingin menjagamu. Sekali lagi,
aku sudah terlampau banyak melakukan dosa, tapi ketika dosa yang aku dapatkan kemudian melibatkan
kamu, dan kamu pun menjadi berdosa, sungguh aku merasa gagal untuk bisa menjagamu.
Kemudian, aku ingat percis bagaimana mimik wajahmu pada saat itu. Sungguh, ekspresimu
pada saat itu adalah ekspresi yang tidak ingin aku lihat dari siapa pun sebagai tuan rumah. Aku tidak
mengerti mengapa aku mendapati ekspresi itu dan aku tidak mengerti mengapa kamu memberikan itu.
Hal itu membuatku benar-benar kehilangan rasa cinta. Jika alasannya adalah pada saat itu kamu sedang
PMS, seharusnya kamu mengatakan hal itu terlebih dahulu sehingga aku tidak bertanya-tanya dan
timbul asumsi yang tidak jelas. Sungguh, ekspresimu membuatku menjadi tidak fokus seketika. Selain
itu, ekspresimu berhasil membuatku menjadi bad mood. Jujur, aku sudah tidak ingin berkata apapun
lagi.
Sekarang, yang tersisa adalah rasa sayangku. Aku tidak punya alasan pasti mengapa aku masih
menyayangimu. Yang jelas, rasa sayang ini tidak akan bisa membuatku kembali seperti yang aku pernah
lakukan kepadamu. Aku akan menunaikan janjiku berupa memperbaiki diri, menambah wawasan, dan
nge-gym. Namun, itu tidak menjamin bahwa diriku akan kembali kepadamu. Saat ini, aku merasa lelah
atas apa yang telah kamu lakukan. Aku berhenti untuk saat ini.
Selain itu, aku sudah memiliki prinsip bahwa aku akan kembali seperti sikapku dulu ke kamu
jika kamu telah melakukan 2 hal berikut yaitu kamu berusaha (gantian) untuk menunjukkan bahwa
kamu mengiginkanku dan kamu berubah menjadi lebih baik. Ini adalah konsekuensi logis yang memang
harus diterima. Namun, jika kamu tidak bisa melakukannya, ya sudah, berarti kita tidak bisa bersama-
sama. Aku telah sadar bahwa cinta yang hakiki bukanlah cinta kepada seseorang yang memiliki semua
kriteria yang kita inginkan, tetapi cinta yang abadi adalah cinta yang diperjuangkan bersama dan