Anda di halaman 1dari 3

Kasus Pelanggaran Privasi

Nama Kelompok :

Nuzul Lailatus Syaban

Tri Astuti Nia Ramadzani

Kasus :

Pembobolan Wifi Tetangga

Penjelasan :

Di zaman yang serba canggih ini, internet sudah menjadi hal yang tak bisa dilepaskan di kehidupan
sehari-hari. Namun tentu saja, mengingat tak ada yang gratis di dunia ini, akses internet pun
membutuhkan biaya. Harganya tentu saja tak murah, untuk internet menggunakan paket data, biaya
yang dibutuhkan kira-kira sekitar Rp70.000 untuk kuota sebesar 20 GB. Atau juga bisa memasang wifi di
rumah dengan biaya mulai dari Rp300.000 untuk 10 mbps.

Biaya yang lumayan kan? Sayangnya, pengeluaran untuk internet tak bisa dihindari mengingat untuk
mendapatkan segala informasi, kita membutuhkan internet. Untuk mengatasi ini, banyak orang yang
“nakal” mencuri koneksi wifi milik tetangga untuk bisa internetan secara gratis. Parahnya lagi, banyak
tips-tips mencuri internet tetangga yang tersebar , tindakan satu ini merupakan tindakan ilegal, dan
pelakunya bisa dijerat pidana! Berikut detail mengenai aturan pencurian wifi tetangga

Menurut Pasal 1 angka 11 UU Telekomunikas, pelanggan yang dimaksud adalah perseorangan, badan
hukum, instansi pemerintah, yang menggunakan jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi
berdasarkan kontrak. Pemakai adalah perseorangan, badan hukum, instansi pemerintah, yang
menggunakan jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi yang tidak berdasarkan kontrak.

Adapun aturan mengenai pencurian wifi diatur dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi mengatur:

Setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hal tidak sah, atau manipulasi :

1. Akses ke jaringan telekomunikasi

2. Akses ke jasa telekomunikasi

3. Akses ke jaringan telekomunikasi khusus


Pasal 50 UU Nomer 36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi memberikan sanksi pidana dengan pidana
penjara paling lama 6 tahun atau denda paling banyak Rp 600 juta terhadap pelanggaran atas ketentuan
pasal 22 UU Telekomunikasi

Contoh :

Modus operandi pencurian internet Wi-Fi di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda

Aceh adalah dengan cara pelaku menggunakan laptop atau handphone lalu mendonwload beberapa
software atau aplikasi tertentu yang mereka perlukan untuk

menerobos sistem keamanan dan memperoleh username (nama) dan password (kata

sandi) untuk digunakan pada Wi-Fi yang ingin didapatkan akses internetnya.

Sedangkan motif yang melatar belakangi pencurian internet Wi-Fi di Kecamatan

Syiah Kuala Kota Banda Aceh adalah pertama, karena rasa ingin tau yang tinggi

terhadap cara dari pencurian internet Wi-Fi dan akhirnya mempraktekkakanya.

Kedua karena faktor ekonomi untuk menghemat pengeluaran uang dan karena

ingin mendapatkan jaringan secara gratis tanpa berbayar. Kebanyakan dari mereka

melakukan aksinya di warkop-warkop dan perumahan. Pencurian atau pembobolan internet Wi-Fi di
Kecamatan Syiah Kuala Kota

Banda Aceh dapat dipidana dengan Pasal 30 ayat (1), (2) dan (3) jo Pasal 46 ayat

(1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik. Karena tindakan tersebut termasuk illegal access dan

berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda

Aceh, yaitu dengan mewawancarai beberapa orang pelaku pencurian atau

pembobolan internet Wi-Fi, hampir semua sama jawabanya .

Pencurian atau pembobolan internet Wi-Fi yang dilakukan di Kecamatan Syiah

Kuala Kota Banda Aceh dalam perspektif hukum Islam adalah jelas tidak boleh

(haram). Karena telah menggunakan sesuatu yang bukan haknya atau yang bukan

miliknya. Dimana pemilik Wi-Fi mengunci jaringannya dengan menggunakan


password yang sedemikian rupa, tapi pelaku malah meng-hack atau mencuri

jaringannya dengan mendonwload berbagai softwere atau aplikasi tertentu dan

bahkan ada yang mengganti password pemilik Wi-Fi tanpa sepengetahuannya.

Anda mungkin juga menyukai