Anda di halaman 1dari 17

Gaze Puisi “At Ta’syirah” Hisyam Al Jakh

Hisyam Al Jakh’ s Gaze in At Ta’syirah

M. Hafidzulloh S. Ma*, Aprinus Salamb*

* Magister Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Jalan Sosiohumaniora,
a

Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia, Telepon (0274) 5035676, Pos-el:


hafidzulloh@mail.ugm.ac.id

* Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Jalan Sosiohumaniora, Bulaksumur,


b

Yogyakarta 55281, Indonesia, Telepon (0274) 5035676, Pos-el: aprinus@ugm.ac.id

Abstract : This paper discusses the Gaze concept through Slavoj Zizek’s perpective. The critism of
Gaze in literary work revealed the subject of author that write simbolic exteriority. Representation
of the other indentified that there is a certain ideology from the author which already constructed
sistematically and it is represented trough the explanation. The simbolic embodiment of the other
towards author ideology made lying down on simbolic order. Then, it made the other effect on
desire of object. In this research, Gaze showed how the author did to show up the subjectivity raise
the Real posisition. Interpellation of the other towards author subjek that is potrayed on the poem
of At Tasyirah works from Hisyam Al Jakh which ilustrated of simbolic contruction from the
external author. This paper shows that the Gaze did to construct author ideology which is simbolic
meeting that represented the external, so it described the text is the form of simbolic order.

Keywords: Gaze, subjectivity, symbolic construction, At Ta’syirah, Slavoj Zizek.

Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis konsep Gaze Hisyam Al Jakh dalam
perspektif Slavoj Zizek. Diskursus mengenai Gaze dalam karya sastra menyangkut perihal subjek
pengarang menarasikan representasinya dari eksterioritas simboliknya. Representasi dari The
Other ini mengindikasikan bahwa adanya ideologi tertentu pada pengarang yang sudah
terkonstruk secara sistemik dan direpresentasikan melalui uraiannnya. Penjelmaan simbolis The
Other terhadap ideologi pengarang membuatnya terjerembab pada tataran simbolik, kemudian
menjadikannya sebagai objek penyebab hasrat. Dalam konteks penelitian ini, Gaze
memperlihatkan bagaimana upaya yang dilakukan pengarang untuk memperlihatkan
subjektifitasnya menuju posisi The Real. Interpelasi The Other terhadap subjek pengarang
diperlihatkan dalam puisi “At-Ta’syirah” karya Hisyam Al-Jakh yang mengilustrasikan adanya
konstruksi simbolis dari eksternal pengarang. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya Gaze
berhasil mengkonstruksi ideologi pengarang dengan perjumpaan simbolik yang
merepresentasikan eksternalnya sehingga menunjukkan bahwa tulisan itu adalah representasi
dari tatanan simboliknya.

Kata Kunci: Gaze, Subjektifitas, Konstruksi Simbolik, At-Ta’syirah, Slavoj Zizek

PENDAHULUAN menjalani kehidupan di lingkungannya.


Interaksi dan relasi yang dibangun oleh
Manusia sebagai bagian dari masyarakat manusia merupakan suatu hal yang
tentu akan melakukan interaksi dengan mendasar. Melalui faktor ini, semua
lingkungannya. Hal ini didasari bahwa manusia akan mengalami simbolisasi
secara esensial manusia merupakan dalam menjalani kehidupan bersama
makhluk sosial yang akan selalu masyarakat. Proses simbolisasi
membutuhkan dukungan dalam darifaktor eksterior ini dapat dilihat

1
pada konstruksi ideologi seorang kepercayaan akan wacana yang tersebar
sastrawan dalam karya sastranya. luas dalam masyarakat. Keberadaan
Penyematan konstruksi simbolis pengarang dalam menyodorkan
terhadap subjek adalah upaya untuk karyanya melibatkan penciptaan
membentuk citra dan cara pandang karakter-karakter yang bervariasi dan
subjek terhadap realita sosial. Proses dihadirkan dalam praktik narasinya.
pembentukan jatidiri pada subjek Dilihat dari kondisi demikian, kehadiran
dengan menanamkan simbol-simbol tokoh yang membawakan ciri khas dari
tersebut akan menjadi paradigma subjek karakter tersebut akan selalu berada
dalam menjalani kehidupan sosialnya dalam lingkup pengarang, dan secara
sebagai individu. Dengan kata lain, otomatis apa yang diperankan dan
bahwa konstruksi simbolis telah dibawakan oleh tokoh dalam karya
menjadikan subjek terperangkap dalam sastra selalu berhubungan dengan
jejaring simbol-simbol yang berlaku konstruksi simbolis yang terkonstruk
dalam kehidupan sosial dan selalu dalam diri pengarang dan
dijadikan landasan untuk bertindak memperlihatkan bagaimana peranan
sesuai dengan interpelasi konstruksi pengarang menata dan mengatur tokoh
simbolisnya yang berasal dari eksternal dalam karya sastra sesuai dengan
dirinya. konstruksi simbolis. Zizek dalam
Pertemuan ideologi dengan ideologi bukunya The Neighbor: Three Inquiries
seperti ini akan menimbulkan fantasi in Political Theology (2006: 138)
dari pengarang dan internalisasi mengatakan:
ideologinya dalam beberapa narasinya. When I reconstruct my life in a narrative, I
Fantasi ideologi hadir karena adanya always do it within a certain
Gaze dalam diri pengarang yang intersubjective context, answering the
menjelma dan menjadikan pengarang Other‘s call-injunction, addressing the
Other in a certain way. This background,
menatap apa yang sedang menatapnya.
including the (unconscious) motivations
Disini Gaze dalam bentuk konstruksi
and libidinal investments of my narrative,
simboliknya telah hadir dalam diri cannot ever be rendered fully transparent
pengarang dan mampu merubah within the narrative. To fully account for
paradigma pengarang dalam ideologi oneself in a symbolic narrative is a priori
tertentu. Pandangan dari konstruksi impossible; the Socratic injunction, ―know
sosial ini kemudian menjadikan thyself,‖ is impossible to fulfill for a priori
pengarang akan selalu memberikan structural reasons. My very status as a
narasi yang seolah menggambarkan dari subject depends on its links to the
apa yang dirasakannya dalam realitas substantial Other: not only the regulative-
sosial. symbolic Other of the tradition in which I
Permasalahan mengenai Gaze am embedded, but also the bodily-desiring
substance of the Other, the fact that, in the
tersebut tergambarkan dalam puisi “At-
core of my being, I am irreducibly
Ta’syirah” karya Hisyam Al-Jakh yang vulnerable, exposed to the Other(s).
secara eksplisit dan implisit
mengindikasikan adanya konstruksi Konstruksi simbolis yang berasal
simbolik akan citra diri dari seorang dari unsur eksterioritas pengarang
pengarang. Puisi ini seolah-olah menjadikan narasinya berupa konstruksi
mengilustrasikan suatu tujuan terhadap ideologi yang seolah menjadikan
konstruksi simbolis yang ada pada pengarang menjawab persoalan The
masyarakat Arab. Konstruksi tersebut Other yang menatap pengarang. Hal ini
berupa ideologi yang bermuara pada menjadikan subjek pengarang

2
bergantung dari apa yang mengkonstruk simbolik yang ada dalam diri pengarang
ideologinya sebagai subjek yang hadir dan lebih jauh konstruksi simbolis yang
dari tatanan simbolik. Subjek pengarang terdapat pada kehidupan sosialnya.
hadir tidak hanya berasal dari konstruksi Hubungan antara pengarang dan
simboliknya, melainkan proses pembaca melalui sudut pandang yang
memenuhi hasrat The Other yang telah berbeda, di satu sisi untuk mengamati
menjelma dalam diri pengarang serta alur cerita dan di sisi lain untuk
menjadikannya sebagai objek penyebab mengetahui bagaimana pengarang
hasrat. Dengan demikian, karya sastra menyajikan cerita dengan tokoh-tokoh
yang ditulis oleh subjek pengarang akan yang dinarasikan secara langsung atau
selalu menarasikan kekurangan (lack) tidak dari tatapan pengarang terhadap
dan melakukan interpelasi dari konstruksi simbolisnya (Stam dan
eksterioritasnya (the other). Dalam hal Raengo, 2004: 72).
ini, Zizek (2006) menggambarkan Dalam hubungan subjek pengarang
kondisi ini seperti subjek memandang dengan tokoh yang diuraikan dalam
sesuatu yang hilang dari diri subjek. narasinya, maka yang terjadi adalah
I myself am included in the picture pengarang akan berposisi sebagai subjek
constituted by me-it is this reflexive short yang terjerembab dalam tatanan
circuit, this necessary redoubling of myself simbolisnya dan melakukan proses
as standing both outside and inside my materialisasi melalui tokoh yang
picture, that bears witness to my “material
dinarasikan. Hal ini kemudian membuat
existence”. Materials means that the reality
pengarang terjebak dalam ideologi yang
I see never “whole”-not because a large
part of it eludes me, but because it contains terkonstruk dalam dirinya dan tokoh
a stain, a blind spot, which indicates my yang diciptakan oleh pengarang soalah
inclusion in it. menarasikan dirinnya, namum, yang
terjadi adalah sebenarnya bukan dirinya.
Dalam konteks sastra, sudut Karena dengan demikian subjek
pandang merupakan narasi pengarang adalah individu yang telah
kepengarangan yang kemudian ditaklukkan oleh konstruksi simbolisnya.
diinternalisasikan terhadap tokoh dalam Melalui hal tersebut, pada dasarnya
uraiannya. Hal ini memungkinkan Zizek berusaha membongkar manipulasi
adanya subjektifitas pengarang yang tatanan simbolik. Dalam hal ini, Zizek
akan membentuk tatanan ideologi pada bertujuan untuk melihat peluang atau
tokoh. Kehadiran konstruksi simbolis kesempatan subjek keluar atau
yang dibawakan oleh tokoh dalam karya menembus tatanan simbolik. Hal
sastra mngindikasikan adanya dualitas tersebut dicapai ketika subjek berada
sudut pandang antara subjek pengarang dalam momen kekosongan sehingga
dan pembaca. Dualitas tersebut hadir subjek menjadi subjek kosong—tidak
secara langsung untuk lebih jauhnya teridentifikasi oleh tatanan simbolik,
menyelidiki subjektifitas pengarang dari tidak diketahui keberadaannya. Dalam
apa yang hadir dalam kehidupan momen tersebut, subjek berpeluang
sosialnya. Fenomena ini menjadikan melakukan tindakan radikal sebagai
pembaca akan mengetahui upaya menyentuh Yang Riil (Zizek,
bahwasannya subjek pengarang akan 2000:150). Pada akhirnya, ketika subjek
selalu terikat dengan tatanan disingkirkan atau dikeluarkan dari
simboliknya dari proses pembacaan komunitasnya sebenarnya subjek tidak
karya sastra. Demikian pula pembaca terusir dari kehidupan sosialnya. Selain
akan mengetahui bagaimana tatanan

3
itu, subjek justru terusir atau keluar dari studi interdisipliner mengenai sastra,
Yang Simbolik (Zizek, 1992:36). semisal kajian sosiologi sastra. Studi
Konstruksi sombolis yang terus mengenai sosiologi sastra, baik kritik
menerus menatap subjek pengarang maupun analisis, sebagian besar
akan selalu ada dan akan selalu bertumpu pada kritik ideologi yang
dirasakan oleh subjek. Realitas eksternal bersifat materialistik Marxisme. Metode
yang terkonstruk di dalam subjek seolah ini dilatarbelakangi adanya gejala sosial,
menjadi kamera pengintai pada semua politik, ekonomi yang terjadi di
tindakan subjek, seperti dalam sastra masyarakat.
bagaimana pengarang menguraikan
narasinya. Di dalam momentum ini, Alhasil, metode ini mengkaji
subjek akan berusaha merealisasikan persoalan sosial yang mengindikasikan
simbolisnya kedalam struktur narasi bahwa adanya dominasi material dari
yang dikarangnya. Dari sini kelas penguasa. Karena dominasi dari
memunculkan sensasi bagi subjek kelas dominan, maka akan muncul gejala
pengarang dalam bentuk fantasi ideologi seperti symptomatic, yaitu dimana
dan berakhir pada subjektifitasnya masyarakat mengalami gejala dominasi
sebagai pengarang. Subjektifitas dan menyembunyikan realita
dihadirkan oleh pengarang tidak lain sebenarnya kemudian menjadikannya
karena adanya interpelasi The Other hal yang diakui sebagaimana adanya.
yang selalu menatapnya dan The Sinthome, focuses precisely on the
menjadikannya sebagai hasrat yang promise of the literary relation to
berasal dari fantasi sehingga upaya language, a new dimension of or space for
mencapai riil yang diinginkan subjek the subject of the Symbolic, whose impetus
pengarang tidak bisa tercapai. is a different constellation of
Karena subjek pengarang telah symbolizations of the Real (Russel
terkonstruk oleh tatanan simbolis, maka Sbriglia, 2017: 55).
peranan Gaze adalah upaya untuk METODE
mengetahui dari mana dan bagaimana Metode penelitian yang digunakan
konstruksi itu tercipta dan karenanya adalah metode kualitatif deskriptif.
membuat pengarang terjerembab dalam Untuk menjawab permasalah di atas,
tatanan simbolis tersebut, sehingga puisi “At Ta’syirah” karya Hisyam Al Jakh
posisi kepengarangan menunjukkan merupakan sumber utama penelitian ini.
bahwa narasinya telah terstruktur dari Sementara sumber data sekunder adalah
faktor eksterioritasnya. Oleh karena itu, berbagai tulisan baik berupa artikel, esai,
Gaze merupakan salah satu bagian dari makalah, atau buku yang membahas
karya sastra yang dianalisis melalui mengenai biografi dan tulisan-tulisan
uraian subjek pengarang berdasarkan berkaitan dengan pengarang, serta
sudut pandang, dan eksistensi subjek tulisan-tulisan mengenai fakta sosial-
tereduksi oleh unsur eksterioritas politik masyarakat Arab. Teknik
kemudian menarasikannya dalam karya pengumpulan data dilakukan dengan
sastra. mengumpulkan satuan-satuan linguistik
Sudah menjadi pandangan umum berupa kata, kalimat, klausa, dan
bahwa sastra merupakan gambaran dari paragraf dalam puisi tersebut yang
realitas sosial, terlebih lagi digunakan berkaitan dengan gagasan-gagasan
untuk kontemplasi akan realitanya. mengenai gaze pengarang, yang
Defenisi umum mengenai sastra tersebut kemudian dihimpun, dikelompokkan,
menjadi landasan untuk melakukan dan divalidasi dengan data-data yang

4
berasal dari sumber sekunder. Metode konsepsi kenegaraan yang sesuai untuk
analisis data dilakukan, pertama, melalui negara-negara Arab menjadi pemicu
analisis tekstual terhadap satuan-satuan utama untuk menjalani kehidupan
bahasa dalam puisi “At Ta’syirah”, sebagaimana mestinya yang
kemudian kedua, dilakukan penentuan diartikulasikan dari tatanan simbolis.
gaze pengarang melalui identifikasi Wilayah semenanjung jazirah Arab
terhadap konstruksi simbolik yang selama ini terkenal dengan wilayah
berupa fakta sosial masyarakat Arab, dengan kondisi sosial politik yang panas.
ideologi, dan subjektivitas pengarang. Hal ini berkaitan dengan berbagai
konflik yang terjadi di berbagai negara
HASIL DAN PEMBAHASAN Arab. Pertarungan antar negara Arab
Berdasarkan pemaparan di atas, hasil yang telah banyak memakan korban jiwa
penelitian ini menunjukkan bahwa gaze dan akan terus bertambah bilamana
Hisyam Al Jakh diketahui melalui tidak adanya rasa sentiment
beberapa hal, yakni konstruksi simbolik persaudaraan bahwa bangsa Arab yang
masyarakat Arab, ideologi, dan tunggal. Untuk mencapai titik persatuan
subjektivitas. Arab yang menjadi dambaan tiap bangsa
Arab juga tidak lekang dari problematika
Konstruksi Simbolik Puisi “At- yang terus menerus muncul di
Ta’syirah” permukaan. Demikian upaya untuk
Kontruksi Sosial Masyarakat Arab. mencapai kesejahteraan dan
Semenanjung jazirah Arab yang meliputi kenyamanan dalam bangsa Arab hanya
berbagai wilayah dengan berbagai menjadi fantasi dari tiap pemikir,
kesukuan serta memiliki bahasa lokal sastrawan yang berasal dari negara Arab.
niscaya akan melahirkan ciri khas Terjadinya konflik internal di negara
darinya. Wilayah jazirah Arab terletak di Arab seperti Arab Spring, maraknya
Asia Barat Daya pada persimpangan golongan radikal yang mewabah seperti
Afrika dan Asia. Dari banyaknya negara ISIS, peperangan ideologi antara Yaman
yang termasuk dalam wilayah jazirah dan Saudi dan dibingkai menjadi konflik
arab dipastikan memiliki latar belakang Syiah dan Sunni adalah bukti nyata
akan keragaman budaya, sosial, adat bahwa persatuan Arab masih dalam
istiadat dan agama yang telah tataran imajiner. Hal lain yang menjadi
terstruktur pada masyarakat Arab. The Other untuk menuju perdamaian
Perjalanan masyarakat Arab sampai adalah karena adanya intervensi dari
saat ini telah meninggalkan jejak yang dunia luar selain negara-negara Arab
inheren dengan lika-liku dan yang juga memicu terjadinya konflik,
problematika yang menghampirinya. karena hal ini tidak lepas dari
Demikian pula yang membentuk kepentingan politik yang berorientasi
konstruksi simbolis masyarakat Arab. pada perihal materialistis atau profit
Tatanan akan konstruksi sombolis yang oriented. Koalisi negara Arab dengan
melekat pada budaya Arab melahirkan dunia luar akan selalu menyulut api
karakter tersendiri bagi bangsa Arab. peperangan internal bangsa Arab. Hal
Dari sekian banyaknya negara yang ini sangat erat kaitannya dengan teori
termasuk dalam wilayah semenanjung sosial-politik yang berargumen bahwa
Arab selalu berpotensi memiliki ciri khas apabila negara lemah, tidak bisa menjaga
dan ketentuan yang bersifat regional. stablitas politik dan keamanan, maka
Berbagai usaha yang dilakukan oleh para akan muncul aktor non-negara yang
pemikir Arab untuk menemukan berusaha untuk mengkonsolidasikan

5
massa untuk tujuan tertentu seperti ‫ونْس رُح في الحكاياِت التي تروي‬
menguasai wilayah yang vakum dari
kekuasaan negara (Azra, 2016: 248). ‫بطولَتَنا‬
Fenomena ini yang kemudian (Terlena dengan dongeng yang
melahirkan gerakan separatis di negara menceritakan kepahlawanan)
Arab.
Usaha untuk mencapai persatuan
untuk seluruh negara Arab ini menjadi Pada bait ini menjelaskan bahwa
sangat sulit untuk ditempuh. Perihal adanya konstruksi simbolis yang telah
bahwa sekterianisme religio-politik yang ditanamkan kepada anak-anak semenjak
selalu membayangi tiap perjalanan masa sekolah di negara Arab. Konstruksi
menuju persatuan tersebut. Imajinasi simbolis yang ditanamkan terhadap para
akan persatuan bangsa Arab yang selalu pelajar ini bertujuan untuk membentuk
digaungkan oleh beberapa kelompok paradigma bahwa seluruh negara Arab
atau perseorangan tidak bisa berjalan menginginkan adanya persatuan
mulus bilamana konflik-konflik domestik kembali dan mengakhiri gejolak internal
masih berlangsung. yang sedang terjadi. Namun yang terjadi
malah berbalik dengan kenyataan,
‫ِس‬
‫وكّنا في مدار َنا ُنرّدُد بعَض‬ tuntutan The Other yang dialami oleh
bangsa Arab hanya menjadikannya
‫ألحاِن‬ sebagai hal yang sukar ditempuh.
(Ketika masih sekolah, kami selalu Dengan demikian bahwa untuk
mendendangkan sajak-sajak ) mencapai tujuan tertentu akan menjadi
fantasi yang terus menerus membayangi.
‫ُنغّني بيننا مثاًل‬
Pada bait ini juga terlihat
(Yang kami nyanyikan seperti:) bagaimana peranan orang lain pada
“..‫بالُد الُعْرِب أوطاني‬ upaya konstruksi pada bangsa Arab yang
saat ini hanya terngiang-ngiang akan
‫”وكُّل الُعْرِب إخواني‬ keistimewaan para pendahulunya.
(Arab adalah tanah airku..dan semua bangsa Gambaran orang Arab yang bersahaja
Arab adalah saudaraku) adalah imajinasi bahwa kondisi bangsa
‫وكّنا نرس العرب ممشوًقا بها ِتِه‬ Arab saat ini tidak sejalan dengan realita
‫َم‬ ‫ُم َّي‬ sosial di masa lampau. Fenomena
(Kami menggambarkan orang Arab yang
tinggi dan bermahkota)
tersebut adalah usaha pengarang untuk
menuju posisi ideal yang harusnya
diperankan oleh seluruh bangsa Arab.
..‫َلُه صدٌر يُصُّد الريَح إْذ تعِوي‬ Cerita tentang bangsa Arab yang heroic
‫ها ا في عبا ِتِه‬ menjadikan pengarang menjadi subjek
‫َء‬ ‫ُم ًب‬ yang berkeinginan citra dan marwah
(Dadanya melawan angin yang bangsa Arab yang sangat bersahaja.
menghembus..segan dengan mantelnya) Namun dalam praksisnya, cerita atau
dongeng tersebut semakin sulit
‫وكّنا َمْحَض أطفاٍل ُتَحّرُك َنا‬ dikembalikan karena perpecahan yang
tiada hentinya. Phillip K. Hitti dalam
‫مشاعُرنا‬ bukunya History of Arab (2002)
(Kami hanyalah anak kecil yang terus menjelaskan bahwa tidak ada bangsa
bergerak mengikuti perasaan) yang mampu menandingi bangsa Arab
dalam persoalan syair. Pernyataan

6
tersebut mengindikasikan bahwa ‫ِد‬
kemewahan bangsa Arab dengan ‫ألستم من تعّلمنا على ي ُك ْم‬
kepandaiannya melantunkan syair-syair (Bukankah kalian yang telah mengajarkan
kami dengan tangan kalian)
dan menjadikannya bangsa yang
memiliki kebudayaan yang maju.
Selanjutnya hal ini tidak bisa ditemui ‫بأَّن الثعلَب المّك اَر منتِظٌر سيأكُل نعجَة‬
lagi, karena konflik sekterian yang masih ‫الحمقى إذا للنوِم ما َخ َلُد وا؟‬
kontinyu.
(Bahwa serigala licik sedang menunggu
Masyarakat Ideal Bangsa Arab: untuk makan seekor domba bodoh jika tetap
Menuju Persatuan Arab. terlelap?)
Persoalan persatuan Arab akan selalu ‫ِد‬
menjadi perbincangan hangat bagi ‫ألستم من تعّلمنا على ي ُك ْم‬..
seluruh bangsa Arab, terlebih pada (Bukankah kalian yang telah mengajarkan
negara Arab sendiri. Persatuan Arab kami dengan tangan kalian)
adalah usaha untuk menjadikan negara-
negara Arab tidak lagi terjebak akan ‫ ضعيٌف حين َيْنَفِرُد؟‬..‫بأَّن العوَد محمٌّي بحزمِتِه‬
konflik internal dan mampu bergerak (Bahwa lidi akan bertahan dalam ikatannya,
sesuai dengan tujuan masing-masing. dan lemah ketika sendiri?)
Perlu dicatat bahwa kondisi bangsa Arab
yang telah lama mengalami perpecahan ‫لماذا الُفْرَقُة الحمقاُء تحكُم نا؟‬
tidak mudah untuk menyatukannya
(Lalu kenapa perpecahan bodoh ini
kembali. Persatuan negara Arab yang
menguasai kami?!)
bertujuan untuk mengembalikan
marwah dan kebebasan dalam
berekspresi tanpa kekangan pihak lain ‫ألستم من تعّلمنا على يِدكم أن “اعتصموا‬
merupakan sebuah keniscayaan akan
persatuan yang diinginkan.
‫بحبِل اللِه” واّتحُد وا؟‬
(Bukankah kalian yang telah mengajarkan
‫ُتقاِتُلنا طفولُتنا‬ kami dengan tangan kalian untuk berpegang
teguhlah pada tali Allah dan bersatulah.)
(Masa kanak-kanak memerangi kami)
Pada penggalan bait diatas
‫وأفكاٌر تعَّلمنا مبادَءَه ا على يِدكم‬ dijelaskan bahwa posisi untuk menuju
(Padahal kami telah pelajari ideologi- yang real adalah sebuah perjuangan
ideologi dari tangan kalian) yang tida henti. Ditunjukkan dengana
adanya pembelajaran dari kurikulum
‫َأَيا حكاَم أّمِتنا‬ yang ada di lembaga pendidikan dan
transformasi keilmuan. Sedangkan hal
(Wahai para penguasa bangsa kami)
ini berbalik dnegan realita yang ada,
bahwa para elit tidak hanya berusaha
‫ألستم من نشأنا في مدارِس ُكم؟‬ mengeksploitasi, namun juga memecah
(Bukankah kalian yang telah membesarkan belah bangsa Arab dengan motif
kami di sekolah-sekolah kalian) tertentu. Artinya bahwa setiap usaha
yang dilakukan oleh bangsa Arab akan
‫تعَّلمنا مناهَج ُك ْم‬ bersifat imajiner karena akan selalu
(Kami telah belajar kurikulum-kurikulum memenuhi tuntutan simbolisnya.
kalian) Konstruksi akan pembelajaran di
instansi pendidikan tidak lain bertujuan

7
untuk melanggengkan kekuasaan dan agama dan ras. Albert Hourani dalam
hal itu menjadikan bangsa Arab memikir bukunya Arabic thought in the Liberal
ulang bahwa itu semua adalah fantasi Age (1983) mengatakan bahwa bangsa
yang tidak akan pernah selesai. Arab adalah bangsa yang memiliki
Faktanya, bangsa Arab masih kesadaran tinggi terhadap bahasanya,
terjerembab pada pertikaian yang masih dibandingkan dengan bangsa-bangsa
terus berlangsung, sehingga tujuan awal lain di dunia ini. Gagasan ini mampu
akan persatuan tersebut terlupakan dan mempengaruhi bangsa Arab mengenai
mengalami disorientasi dari tujuan awal. konsepsi persaudaraan bangsa Arab.
Posisi ideal yang didambakan oleh Pernyataan diatas menunjukkan
seluruh bangsa Arab tidak hanya bahwa kekuatan bahasa sebagai alat
berkutat pada aspek kemajuan dan komunikasi memiliki posisi dan peran
kestabilan tiap negara, melainkan yang sangat stratergis. Hal ini dibuktikan
menyadarkan bahwa persaudaraan dan bahwa kebanggaan bangsa Arab akan
perdamaian antar negara adalah kunci bahasa yang mereka tuturkan
utama untuk meraih posisi ideal, yakni menjadikan bahasa Arab sebagai
bersatu padu meraih persatuan yang sentiment nasional pada seluruh negara
kolektif. “Bahwa lidi akan bertahan Arab. Sentimen nasional berdasar aspek
dengan ikatannya, dan lemah ketika bahasa merupakan salah satu cara
sendiri” adalah suatu dambaan bagi bahwa bahasa adalah sesuatu yang
orang Arab yang tengah dilanda konflik sangat kompleks. Kompleksitas bahasa
internal. Konflik regional tersebut selalu Arab disini ditandai dengan adanya
dihadapi oleh negara-negara yang hanya kesamaan bahasa yang digunakan pada
terkena konflik. Dengan kata lain bahwa seluruh bangsa Arab. Sering dinyatakan
bila seluruh bangsa Arab adalah saudara bahwa orang Arab menggunakan bahasa
yang mana dalam hal ini faktor bahasa Arab sebagai bahasa ibu mereka dan
ibu adalah hal utama untuk oleh karenanya mereka merasa sebagai
mengelompokkan bahwa yang anggota sebuah bangsa yang sama tanpa
berbahasa Arab adalah saudara. memandang ras, agama, suku atau
Persaudaraan berdasar kesamaan kawasan (Barakat, 2012: 45).
bahwa inilah kemudian berperan Kesadaran bangsa Arab mengenai
penting untuk saling menguatkan antara kesamaan bahasa yang mereka gunakan
satu negara Arab dengan negara Arab berdampak pada munculnya
yang lain. pembentukan identitas nasional. Dengan
pembentukan identitas yang
Bahasa sebagai Instrumen berdasarkan penggunaan bahasa
Persaudaraan Arab merupakan buah daripada kesadaran
Identifikasi masyarakat Arab yang individu atau kelompok mengenai
mengakui kesamaan sejarah, persatuan dan persaudaraan bangsa
kebudayaan dan bahasa ialah cara untuk Arab. Dalam konteks ini, peranan bahasa
mengetahui lebih dalam tentang internal sebagai pembentuk identitas
bangsa Arab. Kesamaan dari anasir persaudaraan Arab juga tidak
tersebut akan menjadi titik tolak meniadakan faktor lain seperti ekonomi,
daripada tantangan yang akan dihadapi geografi, agama. Karena menurut Abdul
bersama, baik tantangan internal Aziz Duri dalam bukunya Al-Juzur At-
maupun eksternal. Bahasa Arab adalah Tarikhiyyah Lil-Qoumiyyati Al-Arabiyyah
bahasa yang digunakan oleh seluruh (1960) menjelaskan bahwa bahasalah
bangsa Arab, tanpa melihat siapa yang yang secara historis memberi kontribusi
menjadi lawan bicara, terlepas dari suku,

8
pada pertumbuhan kesadaran Arab ini juga mampu menjadi semangat untuk
sebelum kelahiran Islam. menyamakan persepsi akan keutuhan
Pernyataan ini kemudian diperjelas wilayah Arab yang telah terbagi menjadi
oleh ilmuwan asal Irak Sati’ Al-Husri berbagai negara, etnis, suku, agama dan
(1959) yang menganggap bahwa budaya.
elemen-elemen lain tidak relevan lagi
dalam pembentukan identitas bangsa Dimensi Simbolik Bangsa Arab
Arab. Baginya, bahwa bahasa dan Bangsa Arab yang heterogen memiliki
sejarahlah yang bisa mendefinisikan varian kecenderungan dalam menjalani
identitas nasional, bahwa bahasa adalah kehidupannya. Bermacam-macam latar
jiwa dan hati bangsa dan sejarah adalah belakang sosialnya menjadi simbol bagi
ingatan dan perasaan, selanjutnya seluruh masyarakat Arab. Dengan
adalah bahwa orang-orang yang kondisi demikian, beberapa prinsip yang
menggunakan bahasa yang sama harus harus dipegang, dan terutama, adalah
memiliki jiwa yang sama dan menjaga persaudaraan Arab dan
membentuk suatu identitas secara berusaha menangkis agitai-agitasi yang
kolektif. selalu menjelma di tataran kehidupan
Meskipun bangsa Arab memiliki bangsa Arab. Penolakan terhadap
kesamaan dalam penggunaan bahasa, intervensi dari eksternal akan
bangsa Arab menemukan berbagai membangun tatanan persaudaraan yang
rintangan untuk meraih rasa sentiment utuh dan tidak mudah untuk
persaudaraan Arab. Dalam fenomena ini dikendalikan oleh konstruksi simbolik
berkaitan erat dengan ketegangan baik dari unsur eksterior.
antar individu, kelompok dan negara. Langkah seperti ini merupakan
Semakin lebarnya jarak yang sebuah upaya untuk selalu berusaha
memisahkan antar bangsa Arab membendung dogma-dogma yang
menjadikannya sebagai alasan bahwa bertujuan untuk menggulingkan
ketegangan di Timur Tengah telah persaudaraan Arab. Selama konstruksi
memasuki ranah personal. Dengan ideologi ini bertahan, alhasil
demikian peranan negara sebagai persaudaraan akan tetap berjalan
penggerak aktor internalnya sangat dengan baik. Term dan jargon mengenai
penting dalam melakukan mobilisasi persaudaraan Arab menjadi kunci untuk
massa. Artinya bahwa rasa persaudaraan membebaskan bangsanya dari belenggu
Arab akan semakim rumit bila negara kekuatan eksternal. Namun, hal ini sulit
Arab hanya bersikap eksklusif terhadap dicapai karena semua masyarakat Arab
sesama bangsa Arab. Eksklufitas ini akan telah terjejali oleh adanya intervensi
menyebabkan keterpisahan baik negara yang menggunakan simbol-simbol
dan bangsa yang diakomodir oleh kegamaan, politik dan ekonomi.
peranan kapitalisme global. Kesenjangan Senada dengan hal itu, hampir
tidak bisa dilepaskan akibat sikap semua perpecahan itu bermuara pada
eksklusif negara-negara Arab. upaya untuk menciptakan struktur
Oleh karena itu, perlunya meninjau ekonomi global yang mengharuskan
kembali akar dari persaudaraan Arab seluruh negara di dunia mengikuti
yang dilatarbelakgni oleh bahasa Arab alurnya. Berbagai perubahan itu,
sebagai instrument sentiment persatuan sebagian besar diakibatkan oleh arus
Arab. Harapan dari peninjauan ini akan modernisasi, selain menimbulkan
menemukan kembali defenisi yang pertumbuhan ekonomi, juga
sesuai akan perkembangan zaman. Hal menimbulkan perubahan lain, dalam hal

9
ini, yang paling mencolok ialah kultural masyarakat Arab (Barakat,
terkikisnya nilai-nilai tradisional 2012: 15).
masyarakat Arab. Akibatnya, terjadi Proses simbolisasi wacana terhadap
persaingan-persaingan yang membawa bangsa Arab akan mengakibatkan
efek pada perpecahan, bahkan bangsa konstruksi ideologi tertentu yang akan
Arab hanya menjadi alat pendukung dijalani. Internalisasi unsur simbolis
kapitalisme. menjadikan bangsa Arab terbelah
karena harus menginterpelasi keinginan
‫لماذا تحجبوَن الشمَس باَألعالْم؟‬ dari tatanan simbolisnya. Interpelasi
(Kenapa kalian menutupi matahari itu bangsa Arab terhadap terciptanya tali
dengan bendera-bendera itu?) persaudaraan yang tidak lekang oleh
unsur apapun hanyalah sebuah fantasi.
‫ِص‬ Oleh karena itu, persaudaraan Arab akan
‫تقاسمُتم عروبَتَنا وَدَخ اًل بينكم رنا َك َم ا األنعاْم‬ semakin sulit dicapai bila masyarakat
(Kalian membagi ke-Arab-an dan kekayaan Arab masih berputar pada sektor
kami, sementara kami hanya menjadi sektarian agama, ekonomi dan politik.
binatang peliharaan kalian)
Ideologi dan Subjektivitas Hisyam Al-
Jakh
‫سيبقى الطفُل في صدري يعاديُك ْم‬ Faktanya, bangsa Arab yang terdiri dari
(Anak kecil di hatiku akan selalu memusuhi berbagai suku, agama dan budaya yang
kalian) menjadi bagian internal di seluruh
‫ِد‬ negara-negara Arab. Keutuhan jiwa
‫تقّسْم نا على ي كم فتَّبْت كُّل أيديُك ْم‬ orang Arab sudah tidak lagi
(Kami terpecah belah dengan tangan/ulah menunjukkan eksistensinya. Hal ini
kalian, sungguh celakalah tangan kalian disebabkan oleh banyaknya hambatan
semua) yang selalu menghampiri kehidupan
bangsa Arab. Berbagai faktor tersebut
Dunia Arab yang terdiri dari
bisa jadi akan membuat bangsa Arab
berbagai negara menghadirkan
tidak lagi merasakan persaudaraan yang
pertanyaan apakah bangsa Arab mampu
dilandasi dengan persamaan
membuat cita-cita kolektif yang
penggunaan bahasa atau afirmasi
berangkat dari perbedaan latar belakang
tentang bahasa Arab adalah bahasa ibu
sosio-geografis. Hal ini kemudian
bagi semua orang Arab. Sementara itu,
menimbulkan pandangan skeptis
pembagian geografis yang syarat akan
terhadap persaudaraan Arab yang begitu
administratif menampakkan
kental dari aspek sosio-historisnya.
keterpisahan itu semakin jelas. Kendati
Pandangan mengenai dunia Arab dari
demikian pengakuan kewilayahan
berbagai negara tersebut selalu
semakin marak dan selalu memunculkan
menegaskan perbedaan, ciri khas dan
semangat sekterian yang terus menjadi
keterpisahan identitasnya untuk
isu utama dalam pembahasan
menggambarkan berbagai konflik intra
persaudaraan Arab.
Arab. Hal inilah yang membuat sebagian
negara Arab memandang batas-batas
kewilayahan tiap negara adalah
‫وكنُت أخِّبُئ األلحاَن في صدري ووجداني‬
konfigurasi politik untuk bersikap (Aku menyembunyikan sajak-sajak di dalam
tertutup dengan sekelilingnya dan tidak hati dan jiwaku)
melihat pada keterikatan sosial dan
"‫ وكُّل الُعْرِب إخواني‬..‫"بالُد الُعْرِب أوطاني‬

10
(Arab adalah tanah airku dan.. semua bangsa persaudaraan yang terus
Arab adalah saudaraku) dikontekstualisasikan dalam ruang dan
waktu. Dalam kerangka ini, bentuk-
‫ٍة‬
‫ لم أحصْل على تأشير للبحْر‬.. ‫وحين كبرُت‬ bentuk masyarakat Arab dimasa depan
berkaitan dengan masa lampau, meski
(Saat aku sudah dewasa.. Aku tidak
mendapatkan visa untuk berlayar) didalamnya terdapat perubahan-
perubahan penting. Artinya
‫ِح‬ perkembangan zaman bukanlah alasan
‫لم ُأْب ْر‬ untuk memutus persaudaraan Arab dan
(Maka aku pun tidak berlayar) mengeksklusifkan diri antar masyarakat
Arab. Dengan demikian, persaudaraan
‫وأوقَف ني جواٌز غيُر مختوٍم على الشّباْك‬ dalam pandangan masyarakat Arab,
eksistensi bangsa Arab harus tetap
(Aku terhenti pada sebuah paspor yang
tumbuh meski telah memasuki era
berstempel di loket)
kontemporer. Persaudaraan Arab, dalam
‫لم أعُبْر‬ hal ini, dipandang sebagai tujuan dalam
(Aku pun tidak menyebrang) jangka panjang. Meskipun didalamnya
mengalami berbagai hambatan,
‫حين كبرُت‬ terutama mengenai alienasi dari
(Saat aku sudah dewasa) pandangan duia, Persaudaraan Arab,
‫ وهذا الطفُل لم يكُبْر‬..‫كُبرُت أنا‬ perlu adanya kompatibilitas untuk selalu
(Aku sudah dewasa.. tapi anak-anak kecil itu menyesuaikan dari berbagai tantangan
belum dewasa) dunia.

Kutipan bait puisi diatas ‫هَو الجمهوُر ال أنتْم‬


menunjukkan adanya upaya penolakan (Dialah rakyat, bukan kalian)
terhadap seluruh negara Arab yang
secara eksklusif menjaga kedaulatan
negaranya, hal ini didasari oleh ‫هَو الحّك اُم ال أنتْم‬
eksklusifitas antar negara Arab. Disisi (Dialah penguasa, bukan kalian)
lain, jika ditarik pada konteks
historisnya, seluruh negara Arab adalah
satu kesatuan yang tidak mengenal sekat ‫أتسمُعني َجَح اِفُلُكْم ؟‬
antar negara. Penolakan terhadap sekat (Apakah kalian semua mendengarkau?)
tersebut diperlihatkan dalam puisi di
atas dengan ilustrasi menyebrangi lautan ‫أتسمُعني دواويُن المعاقِل في حكومِتُك ْم ؟‬
Arab. Akan tetapi keinginan itu pupus
(Apakah para dewan pertahanan dalam
karena faktor administratif pada tiap pemerintahan kalian mendengarku?)
negara, yaitu yang berkaitan dengan visa
atau paspor.
Dari sini bisa dilihat bahwa negara- ‫هَو الجمهوُر ال أنتْم‬
negara Arab telah mengalami perubahan (Dialah rakyat, bukan kalian)
yang ditandai dengan sikap tertutup dan
seolah meniadakan persaudaraan Arab, ‫وال أخشى لكْم أحَد ا‬
kemudian yang menjadi problem ialah (Dan aku tidak takut pada kalian)
tercerai-berainya seluruh bangsa Arab.
Kendati demikian, hal yang harus
dipegang adalah aktualisasi ‫هو اإلسالُم ال أنتْم فُكّفوا عن تجارتُك ْم‬

11
(Dialah yang islam, bukan kalian maka untuk memecah belah persaudaraan
hentikan bisnis kalian) Arab, misalnya konflik sektarianisme
agama yang melibatkan konflik antara
‫وإاّل صاَر ُمْرَتَّدا‬ Syiah dan Sunni, radikalisme atas nama
(Jika tidak, dia akan membangkang) agama dengan alibi modernisasi
berdampak negatif terhadap esensi
keagamaan. Dalam kasus ini, agama
Sejak dulu, kawasan Timur Tengah memiliki peranan penting untuk
menjadi salah satu daerah strategis yang mengetahui kondisi sosio-religi bangsa
diperebutkan banyak negara untuk Arab. Berangkat dari sini, ada
menguasainya dengan tujuan pergeseran makna yang semula politik
memperoleh sumber daya alam yang Islam menjadi Islam politik. Artinya,
ada di kawasan tersebut, barang siapa Islam yang menjadi agama mayoritas
yang menguasainya, maka akan menjadi bangsa Arab digunakan sebagai dasar
negara yang menguasai dan memiliki untuk melakukan gerakan invansi dan
kedudukan strategis di dunia. Kenyataan berujung pada gerakan populisme Islam.
ini mengemuka semenjak berbagai Alih-alih mengobarkan panji keislaman,
upaya yang dilakukan oleh pihak luar namun masih terjebak dengan sikap
Arab agar bisa menguasai daerah Timur fanatisme keagamaan.
‫ِت‬ ‫ِئ‬
‫َس ْم نا من تشُّت َنا وكُّل الناِس تكَّتْل‬
Tengah, seperti Amerika dan negara
Eropa lainnya.
(Kami bosan bercerai-berai, sementara
Dengan demikian, kemunculan
semua orang bersatu)
pihak luar untuk menguasai sumber
daya alam di kawasan timur tengah
sebagai sebuah fenomena yang akan ‫َمْأَلُتْم ديَنَنا َك ِذًبا وتزويًرا وتأليَفا‬
menyita pandangan dunia, tidak hanya (Agama kami kalian jejali dengan
itu, jelas merupakan invansi dari sektor kebohongan, kepalsuan dan dongeng)
kekayaan alamnya. Para elit
pemerintahan di kawasan Timur Tengah )‫ وُتْبِعُدَنا يُد (الفيفا‬..‫أتجمُعنا يُد اللِه‬
seolah tidak menghiraukan apa yang
akan terjadi dimasa depan, mereka (Apakah ikatan Tuhan.. akan menyatukan
hanya sibuk dengan urusan internal. kaita dan tangan FIFA memecah kita)
Disisi lain, adanya eksploitasi sumber
daya alam ini juga membawa arus ) ‫َه َجْرنا ديَنَنا َعْم ًد ا َفُعدنا (اَألْو َس ) و(الخزرْج‬
modernisasi. Dimana modernisme ini
memunculkan rezim yang represif dan (Dengan sengaja kami meninggalkan agama
otoriter yang tidak jarang melakukan maka kami kembali pada kehidupan (Aus)
dan (Khazraj))
manipulasi sistem dan representasi
untuk kepentingan politik mereka
sendiri. Dengan nama persaudaraan, ‫ وننتظُر الَغَبا َمخرْج‬..‫ُنَوِّلي جْه َلَنا فينا‬
massa dijadikan alat untuk jaringan (Kami membuat kebodohan berkuasa dan
politisasi supaya konvergensi tercipta di menunggu kematian tiba)
tengah kehidupan masyarakat Arab.
Selain dari faktor politik, instrumen ‫َأَيا حّك اَم أّمِتنا سيبقى الطفُل في صدري‬
yang digunakan untuk menduduki
kawasan Timur Tengah adalah sektor ‫ يقاضيُك ْم‬.. ‫يعاديُك ْم‬
agama. Agama dipandang sebagai (Anak kecil di hatiku akan tetap memusuhi
sesuatu yang menarik dan dijadikan alat kalian.. menggugat kalian)

12
Pembedaan antara agama dan sekte hal ini seakan ditolak bahwa seluruh
merupakan hal yang esensial untuk negara Arab tidak bisa terbagi dalam
mendalami peranan agama dalam dimensi pembatasan geografis.
membentuk kebudayaan masyarakat
Arab. Disini, agama dipandang sebagai
ajaran, dogma, kepercayaan dan ritus
‫أنا العربُّي ال أخجْل‬
(Aku adalah orang Arab, saya tidak malu)
yang diasosiasikan dalam kehidupan
bermasyarakat. Sementara itu sekte ‫ِء‬ ‫ِل‬
ialah kelompok kecil yang lahir dari ‫ُو دُت بتونَس الخضرا من أصٍل ُعَم انٍّي‬
kehidupan sosial. Seperti yang (Aku dilahrikan di Tunisia nan hijau dari
nenek moyang Oman)
disebutkan pada bait di atas, Aus dan
Khazraj adalah metafora dari beberapa ‫ٍف‬
sekte yang ada di masyarakat Arab. ‫وُعمري زاَد عن أل وأمي لم تزْل تحَبْل‬
Singkatnya, sekte merupakan kelompok (Usiaku lebih dari seribu tahun dan ibuku
kecil yang berasal dari golongan besar masih mengandung)
dan biasanya lahir dari suatu agama.
Sektarianisme muncul dalam berbagai ) ‫ وفي (السوداِن‬،‫ في (بغداَد) لي نخٌل‬، ‫أنا العربُّي‬
bentuk di wilayah Timur Tengah, seperti
perilaku kebijakan politik dari elit agama
‫شرياني‬
yang mengandung sektarianisme. (Aku orang Arab, yang memiliki pohon
Semangat sektarianisme mengakibatkan kurma di Baghdad, dan urat nadiku berada
gejolak sosial, politik dan agama yang di Sudan)
tidak terpecahkan dan sukar untuk
diatasi, bahkan terus menelan banyak ) ‫أنا ِم صرُّي (موريتانيا) و(جيبوتي) و(َعَّم اِن‬
korban jiwa, harta dan benda. (Aku orang Mesir, Djibouti dan Oman)

Gaze Hisyam Al-Jakh: Perjumpaan Ideologi yang terkonstruk dalam


Ideologi dan Negosiasi Tatanan diri pengarang mengenai rasa
Simbolik Pengarang. persaudaraan Arab diperlihatkan
Kondisi sosial-politik pengarang saat melalui bait di atas. Penyebutan
puisi ini ditulis sekaligus menjadi kritik beberapa negara Arab pada penggalan
terhadap situasi dan kondisi sosial puisi ini menjelaskan secara implisit
masyarakat Arab yang mengalami bahwa pengarang telah terkonstruk
konflik internal, sosial, ekonomi, politik dalam ideologi yang meyakini bahwa
dan agama menjadi alasan utamanya. persaudaraan Arab ialah tidak mengenal
Berangkat dari latar belakang demikian, latar belakang bangsa Arab. Prinsip
puisi ini menunjukkan adanya upaya persaudaraan Arab yang ditulis
untuk menyatukan masyarakat Arab pengarang adalah konstruksi ideologi
yang telah lama kehilangan identitasnya yang menolak perbedaan berdasarkan
menjadi saudara. Subjek pengarang pada sosio-geografis. Keyakinan pengarang
posisi ini memiliki ideologi terkait mengenai persaudaraan Arab ini masih
persaudaraan Arab. Hal ini ditunjukkan perlu dielaborasi lebih jauh lagi, bahwa
bahwa subjek pengarang yang ideologi kolektif bangsa Arab terus
berkebangsaan Mesir ini menyebut berusaha mewujudkan persatuan dan
beberapa negara Arab secara eksplisit. perubahan agar bisa mencapai bentuk
Dengan demikian terlihat jelas bahwa negara sejati (Barakat, 2012: 63). Tujuan
meski tanah kelahiran subjek pengarang dari penyebutan negara-negara tidak
termasuk dalam benua Afrika, namun bermaksud untuk memperjelas jarak
yang terpisah oleh kondisi geografis,

13
melainkan bentuk upaya untuk
memandang bahwa persaudaraan Arab
‫فال (السوداُن) ُمنقسٌم وال (الجوالُن) ُمْح َتٌّل‬
tidak terbatas oleh negara. (Sudan tidak lagi terbelah dan Golan tidak
lagi terjajah)
Selain itu, penyebutan beberapa
negara dalam puisi ini bermotif agar
perselisihan antar negara Arab bisa
‫وال (لبناُن) منكِس ٌر ُيداوي الُجْرَح منفرَدا‬
segera diakhiri, karena hal ini akan (Libanon tidak lagi terpecah sendirian untuk
menyulut konflik berkepanjangan dan mengobati lukanya)
mengundang perhatian dunia. Subjek
pengarang dengan ideologinya berusaha ) ‫سيجمُع لؤلؤاِت خليِج نا العربِّي في (السوداِن‬
untuk melakukan negosiasi dengan
konstruksi simbolisnya, bahwa dengan
‫يزرُعَه ا‬
kondisi lingkungan yang rawan konflik (Mutiara-mutiara Arab akan bersatu di
ini adalah penyelewengan terhadap Sudan dan tumbuh disana)
persatuan bangsa Arab. Ilustrasi
mengenai tokoh “Aku” adalah bentuk ‫فَينُبُت َح ُّبَه ا في المغرِب العربِّي قمًح ا‬
manifestasi dari kondisi masyarakat (Bibit akan tumbuh menjadi gandum di
Arab yang tengah dilanda peperangan. Maroko)
Narasi yang terdapat pada tokoh “Aku”
juga sebagai bentuk kritik secara politik ‫يع روَن النا زيًتا في فلسطي األب ِة‬
‫َن ّي‬ ‫ُس‬ ‫ُص‬
terhadap seluruh elit politik yang (Orang-orang yang mengeksploitasi minyak
menurut Zizek usaha tersebut untuk di Palestina yang gagah dan berani)
memenuhi tuntutan The Big Other. Zizek
memahami bahwa subjek dapat ‫يشربوَن األهُل في الصومال أبًد ا‬
didefinisikan melalui keterkaitannya
(Keluarga-keluarga di Somalia dapat minum
dengan konsep segitiga Lacan, yakni
air selamanya)
Yang Riil, Yang Simbolik, dan Yang
Imajiner. Yang Riil dapat dipahami
sebagai dunia yang belum terbahasakan, ‫سُيشعُل من جزائِرنا مشاعَل ما لها َوَه ُن‬
sedangkan Yang Simbolik dipahami (Menerangi pulau-pulau kami dengan
sebagai dunia yang telah terbahasakan. cahaya yang tidak pernah redup)
Sementara itu, Yang Imajiner adalah
segala hal yang gagal diterjemahkan ke )‫إذا (صنعاُء) تشكونا فكُّل بالِدنا (َيَمُن‬
dalam bahasa yang tampil dalam fantasi (Ketika Shana mengeluh kepada kami, maka
(Zizek, 1989:182—183). Interpelasi tanah kami adalah Yaman)
untuk memenuhi hasrat akan
persaudaraan Arab yang terkonstruk Kutipan bait puisi di atas
dalam diri subjek pengarang dan memperlihatkan bagaimana struktur
diartikulasikan melalui narasinya akan eksterior pengarang yang selalu
menjadi objek dari hasrat. Singkatnya menatap pengarang untuk
persaudaraan Arab akan menjadi fantasi menjadikannya bertindak seperti apa
bagi bangsa Arab jika konflik tidak bisa yang dilihat. Perjumpaan ideologi antara
dihentikan. subjek pengarang dengan eksternalnya
merupakan upaya untuk
‫وُيعلُن شعَبنا العربَّي ُمَّتِح َد ا‬ memperlihatkan bahwa seluruh bangsa
Arab bersifat sepenanggungan. Disini,
(Bangsa Arab mendeklarasikan dirinya subjek pengarang menarasikan akan
bersatu)
perselisihan yang ada di Sudan. Dengan
hal ini, subjek menjadi terbelah karena

14
adanya simbolisasi terkait persaudaraan tersebut, mengenai pandangannya
Arab yang menolak dan berkeinginan terhadap persaudaraan arab, juga
untuk mengakhiri konflik. Pada tahun termasuk dalam gaze atau pandangan
2011 adalah sejarah bangsa Sudan yang pengarang yang dinegosiasikan dalam
pada saat itu referendum mengenai karya yang ditulisnya. Penyebutan
pemisahan negara antara Sudan dengan beberapa negara Arab dalam puisi ini
Sudan bagian selatan. Oleh karena itu, mengisyaratkan tentang bagaimana
perjumpaan konstruksi simbolis subjek konflik berkepanjangan yang terjadi di
pengarang akan memunculkan gaze dunia Arab dan secara implisit menolak
dalam bentuk persatuan seluruh negara adanya batas negara yang hanya
Arab. berujung pada isu fanatisme.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Konstruksi simbolis dari kehidupan Al-Husri, Sati’. (1959). Ma hiya al-
sosial subjek pengarang akan qoumiyyah? (Apakah Nasionalisme
membuatnya menjadi subjek yang selalu Itu?). Beirut: Dar al-im li al-
berusaha untuk menuju posisi yang riil. malayyin.
Unsur eksterior yang tercipta dari
kehidupan sosialnya akan membuat diri Azra, Azyumardi. (2016). Transformasi
pengarang masuk dalam ranah simbolis Politik Islam: Radikalisme,
tertentu. Gambaran keseluruhan Khilafatisme, dan Demokrasi.
dimensi simbolis subjek pengarang Jakarta: PT Fajar Interpratama
dalam narasinya membentuk identitas Mandiri.
yang secara khusus, langsung atau tidak Barakat, Halim, (2012). Dunia Arab:
langsung, berasal dari unsur ekteriornya. Masyarakat, budaya, dan negara
Dengan konstruksi simbolis tersebut, terj. Irfan/Zakkie. Bandung:
subjek pengarang berusaha untuk Penerbit Nusa Media.
memenuhi hasratnya yang tercipta
karena tuntutan the other sebagai Duri, Abdul Aziz. (1960). Haula at-
panoptik terhadap konstruksi tatawur al-tarikhi lil ummah
ideologinya. Dengan kata lain, pengarang al-‘arabiyyah (Perkembangan
dalam menarasikan cerpen ini juga Histori Bangsa Arab). Beirut: Center
mengafirmasi teori subjektifitas dari For Arab Unity Studies.
Slavoj Zizek bahwa setiap manusia tidak
akan bisa menjadi subjek radikal atau Hitti, K. Phillip. (2006). History of The
menuju posisi the real ketika masih ada Arabs; From the Earliest Times to
tatanan simbolik yang mengikatnya. the Present terj. R. Cecep/Dedi.
Melalui keseluruhan analisis pada Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
puisi At-Ta’syirah diketahui rangkaian
Hourani, Albert. (2004). Pemikiran
konstruksi simbolis pengarang dalam
Liberal Di Dunia Arab terj. Suparno
narasinya yang dipengaruhi oleh
dkk. Bandung: PT Mizan Pustaka.
pandangan pengarang terhadap konflik
di kawasan timur tengah. Gambaran Sbriglia, Russel. (2017). Everything You
mengenai kondisi masyarakat Arab yang Always Wanted to Know about
tidak pernah adem-ayem Literature but Were Afraid to Ask
mengindikasikan bagaimana hasrat dari Zizek. London: Duke University
subjek pengarang yang dinegosiasikan Press.
melalui konstruksi simbolis dalam karya
sastra. Konstruksi simbolis pengarang

15
Stam, Robert & Alessandra Raengo (ed.).
(2004). A Companion Literature and
Film. Oxford: Blackwell Publishing.

Žižek, Slavoj. (2006). The Parallax View.


Cambridge & London: The MIT
Press.

___________. (1989). The Sublime Object of


Ideology. New York: Verso.

__________. (1992). Looking Awry: An


Introduction to Jacques Lacan
Through Popular Culture.
Cambridge: MIT Press.

__________. (2000). The Fragile Absolute.


New York: Verso.

16
17

Anda mungkin juga menyukai