Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN

PROSES PEMBELAHAN SEL MITOSIS DAN MEIOSIS


(EVA NUR AULIA)

A. MITOSIS
Mitosis merupakan proses pembagian genom yang telah digandakan oleh dua sel
yang dihasikan melalui pembelahan sel. Pada umumnya mitosis diikuti oleh sitokenesis yang
membagi antara sitoplasma dan membran sel. Proses mitosis hanya terjadi didalam sel
somatik yang bersifat maristematik dengan menghasilkan dua sel anak yang identik sebab
mendapat komponen genetik yang sama dari sel induknya. Tujuan dari proses mitosis yaitu
untuk mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan sel inti secara
berturut-turut (Novel dkk, 2010). Hasil kedua sel anak dari proses mitosis ini akan memiliki
jumlah kromosom yang sama banyak yaitu 46 dengan kromatid yang berjumlah sama yaitu
46 (Naully, 2019).

Gambar 1. Proses Pembelahan Mitosis

Pembelahan proses mitosis dengan cara bergantian, dimana interfase mencapai 90%
dari siklus sel. Pada fase G1 membutuhkan waktu sekitar 12 – 24 jam dengan mengambil
30% - 50% dari interfase, dimana tahap G1 tempat terjadinya metabolisme dan sintesis
berbagai komponen sel serta pertumbuhan sel. Kemudian dilanjut tahap fase S yang
berlangsung selama 10 jam dengan mengambil 35% - 45% dari interfase, siklus ini menjadi
tempat terjadinya replikasi DNA kromosom dan sintesis histon. Lalu dilanjut dengan tahap
fase G2 yang membutuhkan waktu sekitar 1 – 2 jam dengan mengambil 10% - 20% dari
interfase, dimana proses G2 ini merupakan siklus pertumbuhan sel dan metabolisme
berlanjut sampai terjadi mitosis (Suryo, 1995).
Fase mitosis terdiri dari beberapa tahapan, dimana tahapan ini memiliki waktu
pembelahan yang berbeda-beda tergantung pada jenis sel yang membelah (Heddy, 1987).
Gambar 2. Proses Interfase

Beberapa tahapan fase mitosis, yaitu:


1. Profase; tahapan pembelahan sel yang membutuhkan energi paling besar dengan
waktu sekitar 30 – 60 menit (Heddy, 1987). Pada proses ini kromosom akan
memadat membentuk kromosom mitotik, dimana dua kromatid yang berasal dari
kromosom akan terikat bersama sentromer sehingga benang mitotik akan terbentuk.
Proses ini dibantu oleh protein kohesin dan kondensin (Naully, 2019). Kemudian
membran inti hancur, kromosom memendek, sentriol bereplikasi dan berpisah, serta
nukleolus menghilang (Djumhana, 2007).
Gambar 3. Fase Profase

2. Metafase; tahapan sel yang membutuhkan waktu sekitar 2 – 6 menit, dimana


kromosom menyusun diri secara acak pada satu bidang ekuator atau tengah-tengah
sel sehingga sentromer terbagi menjadi dua (Heddy, 1987). Mikrotubula kromosomal
terikat pada kinetokor, kemudian kromosom bergerak menuju ekuator spindle
dengan bantuan protein yang ada pada kinetokor. Mikrotubula pun terbagi atas tiga,
yaitu (Naully,2019) :
a) Astral; untuk membantu sitokinesis
b) Kromosomal (kinetokor); menarik kromatid
c) Polar yang membentuk keranjang; menjaga integritas mikrotubula

Gambar 4. Fase Metafase Gambar 5. Mikrotubula


3. Anafase; tahapan yang membutuhkan waktu sekitar 3 – 5 menit, dimana fase ini
ditandai dengan sobeknya sentromer yang menyebabkan kromatid menjadi terpisah.
Kromosom akan bergerak ke kutub spindle yang berlawanan, akibatnya kutub
spindle akan menjauh sehingga akan terlihat seperti dua kromosom (Naully, 2019).

Gambar 6. Fase Anafase

4. Telofase; tahapan yang membutuhkan waktu sekitar 30 – 60 menit, dimana terjadi


kariokinesis dan sitokinesis maksudnya pembelahan sel pada fase ini telah selesai
dengan hasil dua sel anakan yang mengandung 4 kromosom yang sama (Heddy,
1987). Kromosom juga telah berada pada kutub yang berlawanan dan mulai
memanjang, benang gelendongnya menyusut serta membran inti terbentuk kembali
(Naully, 2019).
Gamabar 7. Fase Telofase

B. MEIOSIS
Meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan sel anak dengan jumlah
kromosom setengah dari induknya yaitu 23 kromosom. Pembelahan proses meiosis disebut
pembelahan reduksi sebab dalam proses pembelahannya terjadi pengurangan atau reduksi
jumlah kromosom akibat pembagian. Pengurangan kromosom bertujuan memelihara
jumlah kromosom agar tetap dalam satu spesies (Mubarok, 2014). Proses meiosis terjadi di
sel atau jaringan nutfah pada saat pembentukkan sel gamet, dimana sebelum terjadi
pemisahan kromatid pasangan kromosom holomog sudah terpisah (Jusuf, 2008).
Pembelahan secara meiosis juga hanya dialami sel sperma dan ovum saja yang
melibatkan dua tahap (Naully, 2019). Pada pembelahan meiosis tahap I ini disertai dengan
profase sehingga terjadi pencampuran kromosom yang homolog, dimana pembelahan
reduksi terjadi faktor hereditas menghasilkan dua sel anak yang haploid. Sedangkan pada
tahap meiosis II sel haploid mengalami pembelahan secara mitosis dan menghasilkan empat
sel anak yang masing-masing haploid (Mubarok, 2014).

Gambar 8. Proses Meiosis I dan II

B.1. Meiosis Tahap I


Tahapan ini berawal dari nukleus yang membesar sehingga menyebabkan
penyerapan air dari sitoplasma oleh inti sel meningkat sampai tiga kali lipat.
Perubahan inilah yang merupakan proses profase I. Proses meiosis tahap I terdiri dari
beberapa bagian, yaitu:
a) Profase I; dimana benang kromatin akan memendek dan menebal sehingga
membentuk kromosom. Dua kromatin pada setiap kromosom akan
bergabung dengan homolognya, sehingga disebut proses sinapsi. Pasangan
kromosom yang homolog memiliki empat kromatid yang biasa disebut tetrad.
Pada pembentukkan tetrad terjadi proses pertukaran dibagian kromatid,
yaitu terjadi pindah silang atau crossing over. Saat benang spindel terbentuk
akibat inti menghilang, maka tetrad akan dibawa oleh benang spindel menuju
pembelahan. Proses ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan sifat pada
sel-sel hasil meiosis (Mubarok, 2014). Pada proses profase I juga terdapat
beberapa tahapan, seperti leptonema, zigonema, pakinema, diplonema, dan
diakinesis (Jusuf, 2008).

Gambar 9. Subfase profase I

b) Metafase I; sejajarnya tetrad dibidang pembelahan dengan posisi saling


berhadapan menuju kutub masing-masing. Tetapi posisi kromatid masih
tetap pada sentromernya (Mubarok, 2014). Akibatnya terjadi daya tarik
kedua kutub, sehingga bivalen terletak pada bagian tengah sel yaitu bidang
ekuatorial (Jusuf, 2008).
c) Anafase I; ketika kromososm bergerak ke dua kutub yang berlawanan akibat
tarikan benang gelendong. Jika pada mitosis pemisahan kromatid, maka pada
fase ini terjadi pemisahan gugus ploidi kromosom sehingga kedua kutub akan
berkumpul masing-masing satu ploidi kromosom (Jusuf, 2008).
d) Telofase I; dimana kromosom menuju dua kutub yang berbeda. Setiap kutub
memiliki haploid dengan dua kromatid yang terikat pada sentromer.
Nukleolus tampak kembali dan satu sel terbentuk 2 inti yang lengkap.
Kemudian terjadi sitokinesis, dimana terbentuknya plasma membran untuk
memisahkan sitoplasma sehingga terbentuk dua sel anak yang haploid
(Mubarok, 2014).

Gambar 10. Proses Meiosis I

B.2. Meiosis Tahap II


Proses tahap ini sama dengan mitosis, sebab dari satu sel yang haploid menjadi dua
sel anak yang haploid. Beberapa tahapan pada proses meiosis II, yaitu (Mubarok,
2014):
a) Profase II; pembelahan dua bauh sentriol menjadi dua pasang sentriol baru,
dimana pasangan sentriol akan bergerak menuju kutub yang berlawanan.
Pada tahap ini benang spindel dan membran inti terbentuk, nukleus hilang,
serta kromosom berubah menjadi kromatid (Mubarok, 2014).
b) Metafase II; pasangan kromatid berada pada pembelahan, dimana kinektor
dari setiap kromatid akan menghadap kutub yang berlawanan. Kemudian
benang spindel menghubungkan sentromer dengan kutub pembelah
(Mubarok, 2014).
c) Anafase; terjadinya tarikkan yang berlawanan menyebabkan dua kromatid
bersaudara berpisah, sehingga sentromer akan membelah dan bergerak
menuju kutub yang berlawanan arah (Jusuf, 2008 dan Mubarok, 2014).
d) Telofase II; pada setiap kutub memiliki sebuah kromosom haploid, dimana
benang spindel akan hilang dan diikuti sitokinenis yang menghasilkan empat
sel anak yang haploid (Mubarok, 2014).

Gambar 11. Proses Meiosis II


DAFTAR PUSTAKA

Heddy S. 1987. Biologi Pertanian (Tinjauan singkat tentang anatomi, fisiologi,


sistematika, dan genetika dasar tumbuh-tumbuhan. Rajawali pers. Jakarta

Jusuf, Muhammad. 2014. Biologi dan reproduksi sel. FMIPA IPB: Bogor.

Mubarok, Syahrul. 2014. Biologi pembelajaran sel. UIN: Jakarta.

Naully P.G. 2019. Panduan analisis laboratorium biologi molekuler untuk D4 teknologi
laboratorium medik. STIKES JENDRAL ACHMAD YANI: Cimahi.

Novel SS, Nuswantara S, Syarif S. 2010.Genetika Laboratorium. Jakarta: TransInfo


Media

Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai