Anda di halaman 1dari 24

PERANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SAINS

UNTUK ANAK MADYA

DK 38351 Tugas Akhir


Semester VIII 2008/2009

Oleh:
Iwan Rustandi
51905018
Program Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2008

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kita seringkali mengalami kejadian, peristiwa, atau fenomena
fenomena ilmiah dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun seringkali juga
kita tidak menyadari akan penyebab mengapa fenomena tersebut dapat
terjadi. Saat pertama kali mengalami suatu fenomena kita sering kali akan
terasa takjub serta penasaran. Akan tetapi seiring waktu, rasa penasaran kita
akan hilang dan fenomena itu menjadi sesuatu yang biasa saja tanpa kita
tahu apa penyebab fenomena itu bisa terjadi. Misalnya, waktu pertama kali
kita tahu adanya gaya elektrolisis pada sebuah penggaris plastik yang
digosok-gosok ke rambut, lalu penggaris plastik tersebut mampu menarik
carikan kertas didekatnya. Tentunya kita akan merasa heran, takjub, dan
bertanya-tanya kok bisa hal itu terjadi. Namun kebanyakan orang hanya
penasaran saja tanpa adanya suatu upaya untuk mengetahui penyebab
dibalik fenomena tersebut. Yang kemudian fenomena-fenomena tersebut
menjadi hal yang biasa, dan kita tak mengetahui sesuatu dibalik fenomena-
fenomena tersebut.

Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena ilmiah yang sering


terjadi atau jarang terjadi akan ada banyak sekali. Dan semuanya tidak ada
yang terjadi secara kebetulan, tentunya semuanya ada penjelasannya. Mulai
dari penjelasan secara teori ataupun secara analogi. Berikut adalah contoh
pertanyaan-pertanyaan seputar tentang fenomena ilmiah; Mengapa jika kita
semakin lama merebus telor maka akan menjadi semakin keras dan
sebaliknya jika semakin lama kita merebus kentang maka akan menjadi
semakin lunak? Mengapa dalam membuat eskrim dibutuhkan garam untuk
menurunkan suhu temperatur? Taukah kamu, kita bisa mengetahui
temperatur dengan memperhatikan derik jangkrik?

2
Pada era modern ini dimana teknologi semakin maju, banyak anak-
anak lebih senang bermain permainan digital daripada untuk mencoba
memahami atau mempelajari penyebab fenomena-fenomena ilmiah yang
biasa terjadi di kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut diperparah oleh
sistem pembelajaran disekolah-sekolah kebanyakan, yang membuat pola
pikir anak menjadi dogmatis. Sehingga pada kondisi yang lebih parah lagi
dapat menimbulkan persepsi negatif yang berlebihan terhadap sains pada
anak. Padahal dengan kita mempelajari dan menganalisa fenomena-
fenomena ilmiah, hal itu dapat merangsang daya pikir agar lebih kritis.
Sehingga kita tidak hanya bertanya dalam hati dan merasa penasaran saja.
Akan tetapi dapat melakukan aksi nyata dengan mencoba memahami dan
mempelajari mengapa hal itu dapat terjadi. Masalahnya kebanyakan orang
beranggapan bahwa percobaan ilmiah hanya bisa dilakukan di laboraturium
saja. Padahal percobaan ilmiah dapat juga dilakukan dirumah dengan
peralatan sederhana dan bahan-bahan percobaan yang sederhana pula.

Pada masa kanak-kanak, fase membangun pondasi struktur otak mempunyai


dampak permanen. Karena itu semua pengalaman usia dini memegang peran
penting dalam membangun pondasi dan semua kemampuan otak anak itu.
Apabila lingkungan kaya dengan beragam stimulasi positif, maka semua
potensi anak yang positif juga akan berkembang secara optimal. Sebaliknya
apabila lingkungan berstimulasi negative, maka potensi anak tidak
berkembang secara positif, bahkan bisa memicu stress. Stimulus-stimulus
positif tersebut dapat diberikan salah satunya ialah dengan memberikan
metode pembelajaran yang menyenangkan, menantang alam berpikir anak,
serta juga mampu merangsang psikomotor anak sekaligus. Masalahnya di
dunia pendidikan umum kita saat ini, khususnya pada saat jenjang sekolah
dasar metode pembelajaran yang seperti itu kurang terakomodir oleh para
pendidik. Hal tersebut dapat terjadi mungkin karena kurangnya kecakapan
pendidik akan metode pembelajaran yang seperti itu. Ataupun ketidakadaan
media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran tersebut.

3
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat
diidentifikasikan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:
a. Diperlukannya media pembelalajaran yang komunikatif agar
sains dapat disampaikan dengan cara yang menyenangkan.
b. Selain komunikatif, namun media tersebut juga dapat merangsang
daya kognitif dan psikomotor anak.
c. Pentingnya peran orang tua dalam membantu anak
memproses informasi dan pengetahuan yang diterimanya.
d. Pentingnya menanamkan kecintaan anak terhadap sains sedini
mungkin agar bangsa kita bisa menjadi bangsa yang maju seperti
bangsa lain.

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana cara untuk merancang suatu media pembelajaran sains
yang sesuai bagi anak madya atau anak usia 9-11 tahun, dalam hal ini
seputar zat dan fenomena ilmiahnya?

1.4 Batasan Masalah


Agar pembahasan materi dapat terfokus, maka untuk itu dibuat
batasan batasan masalah seperti berikut:
a. Zat-zat yang akan dibahas yaitu hasil dari pembagian atau
klasifikasi zat berdasarkan wujud fisik zat tersebut. Yaitu zat padat, zat
cair serta zat gas. Mulai dari karakteristiknya hingga perubahan
wujud zat tersebut menjadi zat lainnya.
b. Tiap-tiap jenis zat tersebut diberi beberapa contoh materi
atau benda. Misalnya, untuk zat cair salah satu contohnya yaitu air.
c. Kemudian dari contoh benda atau materi yang telah
disebutkan tersebut, diberikan contoh fenomena ilmiah beserta
penjelasannya. Misalnya, air. Salah satu contoh fenomena ilmiah

4
yang berhubungan dengan air yaitu mengapa air dapat memadamkan
api?
1.5 Maksud Perancangan
Adapun tujuan dari penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Merancang media cetak berupa illustration book atau picture book
yang akan menjelaskan seputar materi yang hendak sampaikan.
2. Merancang media-media pendukung untuk media utama berupa
stationery, merchandise ataupun media pendukung lainnya.

1.6 Tujuan Perancangan


Adapun tujuan dari penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Sains menjadi lebih mudah untuk dipahami khususnya oleh anak-
anak sehingga timbul kecintaan terhadap sains.
2. Untuk mengasah daya pikir anak, agar lebih kreatif dan kritis.
3. Karena melibatkan semua fungsi komponen pada otak diharapkan
dapat membentuk whole person atau individu yang utuh. Yaitu
adanya keselarasan antara otak kanan dengan otak kiri.

1.7 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penilitian, metode
penelitian, teknik pencarian data, dan sistematika penulisan.

a. Latar Belakang Masalah


Dalam sub bab latar belakang masalah dipaparkan mengenai
alasan atau latar belakang mengapa penulis tertarik untuk

5
mengangkat tema ini. Serta gambaran awal mengenai masalah
masalah yang hendak dibahas.

b. Identifikasi Masalah
Dalam sub bab identifikasi masalah dipaparkan mengenai
rincian masalah-masalah secara umum yang hendak dibahas.

c. Rumusan Masalah
Dalam sub bab rumusan masalah dipaparkan mengenai
pokok masalah yang telah lebih spesifik dan dimana pokok
permasalahan tersebut merupakan masalah yang akan dibahas oleh
penulis.

d. Batasan Masalah
Dalam sub bab batasan masalah dipaparkan mengenai rincian
batasan-batasan dalam membahas permasalahan yang akan diteliti
agar pembahasan tidak melebar kemana-mana dan menjadi bias.

e. Tujuan Penelitian
Dalam sub bab tujuan penelitian tentunya berisi mengenai
tujuan-tujuan yang ingin dicapai atau diharapkan oleh penulis,
dalam pembahasan materi yang akan.

f. Metode Penelitian
Dalam sub bab metode penelitian dipaparkan mengenai cara
atau metode yang hendak diambil oleh penulis dalam melalkukan
penelitian mengenai bahasan yang hendak dibahasnya. Apakah akan
menggunakan metode pendekatan kualitatif atau metode pendekatan
kuantitatif.

g. Teknik Pencarian Data

6
Dalam sub bab teknik pencarian data dipaparkan mengenai
teknik atau cara penulis mendapatkan data-data. Baik data sekunder
ataupun data primer
BAB II ZAT DAN FENOMENA ILMIAH
Dalam bab ini mengemukakan teori-teori seputar zat dan apa itu
fenomena ilmiah. Hal ini sangat penting, sebab teori-teori tersebut
akan dijadikan landasan dalam penyusunan bab bab selanjutnya.

BAB III DATA DAN ANALISA PERMASALAHAN


Dalam bab ini berisi data-data penelitian seputar masalah yang
sedang diteliti. Kemudian masalah tersebut diteliti dan dianalisa
untuk mengetahui apa sebenarnya inti permasalahannya.

BAB IV KESIMPULAN
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan masalah yang
telah dikemukakan berdasarkan hasil analisis data yang telah ada.

7
BAB II
ZAT DAN FENOMENA ILMIAH

Untuk dapat membahas mengenai fenomena-fenomena yang sering


terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan baik, alangkah baiknya jika kita
terlebih dahulu mengetahui apa definisi fenomena ilmiah itu sendiri. Berikut
adalah penjelasan mengenai definisi fenomena ilmiah beberapa sumber.

2.1 Definisi Fenomena Ilmiah


Fenomena : Kata fenomena itu sendiri berasal dari bahasa Yunani
“phainomenon” yang berarti “apa yang terlihat”. Atau dalam bahasa
Indonesia dapat juga berarti:
 Gejala-gejala, misalnya gejala alam
 Hal hal yang dirasakan oleh panca indera
 Hal hal mistik atau klenik
 Fakta, kenyataan, kejadian
Ilmiah : Sebenarnya kata ilmiah itu sendiri adalah pengembangan dari
kata ilmu. Jadi untuk mengetahui apa itu ilmiah kita mesti terlebih dahulu
menilik definisi kata ilmu itu sendiri.

Ilmu bisa berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan


terorganisasi yang diperoleh lewat proses tersebut. Proses keilmuan adalah
cara memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang suatu sistem.
Perolehan sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah, dan sistem
tersebut umumnya adalah alam semesta. Dalam pengertian ini, ilmu sering
disebut sebagai sains.

8
Jadi fenomena ilmiah bisa dikatakan sebagai suatu peristiwa atau kejadian
yang timbul dari gejala-gejala suatu benda/materi atau zat. Dimana, hal
tersebut logis serta berupa empirik atau dapat dibuktikan lewat percobaan.

2.2 Definisi Zat


Sebenarnya secara garis besar zat dan materi adalah satu kesatuan
pengertian. Atau dengan kata lain definisi zat dan materi hampir sama.
Hanya saja materi lebih luas pengertiannya dibandingkan dengan definisi
zat, sedangkan definisi zat lebih spesifik. Pengertian kata materi itu sendiri
ada banyak artinya dari berbagai bidang ilmu. Diantaranya definisi materi
menurut ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan atau sains. Namun sesuai
dengan tema yang telah diambil maka definisi materi yang akan dijelaskan
adalah definisi materi berdasarkan ilmu pengetahuan alam atau sains.

Materi atau zat didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai masa


dan menempati ruang. Klasifikasi zat berdasarkan wujudnya dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu zat padat, zat cair, serta zat gas. Emas, tembaga,
besi, garam, air dan udara adalah contoh-contoh materi yang kita kenal.
Materi yang berwujud padat biasanya memiliki bentuk dan volume tetap,
selama tidak ada pengaruh dari luar. Misalnya, sebatang emas akan
memiliki bentuk dan volume tetap dimanapun emas itu berada. Sedangkan
materi yang berupa zat cair dapat berubah-ubah bentuknya, tergantung
bentuk tempatnya. Di dalam botol, air akan mengambil bentuk botol,
sedangkan apabila air berada dalam gelas, maka air akan mengambil bentuk
gelas. Walaupun bentuknya dapat berubah, volume zat cair tetap. Dan
materi yang berupa gas akan mengisi seluruh ruang yang tersedia, Jadi
bentuk serta volume gas tidaklah tetap.

Eksistensi materi tidak lepas dari peranan unsur dasar pembentuk


materi, yaitu atom. Berikut adalah definisi atom selengkapnya;

9
2.3 Definisi Atom
Pada hakekatnya semua materi dapat dibagi-bagi atau dibelah
menjadi bagian yang sangat kecil. Bagian yang sangat kecil dari materi
tersebut masih memiliki sifat dari materi asalnya. Bagian kecil dari materi
yang masih memiliki sifat pembawanya itu kita kenal dengan molekul.
Contohnya molekul gula, molekul gula merupakan bagian terkecil dari gula
yang masih membawa sifat gula, dan masih mampu dilihat dengan
mikroskop mikron. Namun ternyata molekul itu sendiri masih bisa dibagi
lagi untuk mengetahui jenis molekul tersebut. Bagian yang paling kecil dari
materi tersebut kita kenal dengan atom. Oleh sebab itu, atom sering disebut
unsur dasar penyusun materi. Berikut adalah teori tentang atom yang
paling dikenal yatu teori atom Dalton(1766 - 1844):

a. Tiap unsur terdiri dari partikel partikel kecil yang disebut dengan
atom. Dan atom tak dapat dibagi-bagi lagi.
b. Atom dari unsur yang sama memiliki sifat yang sama, sedangkan
atom dari unsur yang berbeda akan mempunyai sifat yang
berbeda pula.
c. Kumpulan atom sejenis dapat membentuk unsur, sedangkan
kumpulan atom yang berlainan jenis akan membentuk senyawa.
d. Atom atom yang saling mengikat secara kimiawi akan
membentuk suatu susunan yang disebut molekul.

2.4 Klasifikasi Materi


Materi atau zat ada disekitar kita dan ada banyak sekali di dunia ini.
Oleh sebeb itu materi diklasifikasikan. Pengklasifikasiannya pun ada dua
cara, yang pertama yaitu pengklasifikasiannya zat berdasarkan komposisi-
nya serta pengklasifikasian zat berdasarkan wujud zat tersebut. Berikut
adalah pengklasifikasian zat selengkapnya:

2.4.1 Pengklasifikasian zat berdasarkan komposisinya

10
2.4.1.1 Zat Murni
Zat murni dapat dibedakan lagi menjadi
unsur dan senyawa. Unsur adalah zat-zat yang tidak
dapat diuraikan oleh perubahan kimia sederhana
menjadi dua zat atau lebih. Contoh: emas, perak,
tembaga, lutetium, prometium, dsb. Unsur biasanya
dibedakan menjadi unsur logam dan non-logam.
Emas, tembaga dan perak adalah unsur logam
sedangkan karbon, belerang (sultfur) adalah unsur
non logam.

Senyawa adalah zat dengan susunan atau komposisi


tertentu yang dapat diuraikan oleh proses kimia
sederhana menjadi dua zat atau lebih yang berlainan.
Garam dapur, natrium klorida (Nacl), merupakan
contoh senyawaan. Zat berbentuk kristalin putih ini
dapat diuraikan menjadi logam aktif mengkilap
(natrium) dan suatu gas kuning kehijauan yang
bersifat racun (klor). Sifat zat yang diperoleh dengan
penguraian suatu senyawa ini berbeda dengan sifat
senyawaannya. Dewasa ini dikenal lebih dari 106
unsur dan lebih dari 4 juta senyawa.

2.4.1.2 Zat Campuran


Campuran adalah bahan yang mengandung
2 zat berlainan atau lebih, dimana sifat masing-
masing zat penyusunnya masih ada. Campuran dapat
dibedakan dalam 2 macam, yaitu campuran homogen
dan campuran heterogen. Pada campuran homogen
tiap bagian, komposisinya sama, tidak ada bagian
yang dapat dibedakan satu dari yang lain. Contoh

11
campuran homogen adalah larutan gula dalam air.
Sedangkan pada campuran heterogen, tiap bagian,
komposisinya serbaneka. Pada campuran ini terdapat
bagian-bagian yang nampak berlainan. Komponen-
komponen pada campuran ini dapat memisahkan diri
secara fisis karena perbedaan sifatnya. Contoh
campuran heterogen adalah campuran garam dan
merica.

2.4.2 Pengklasifikasian zat berdasarkan wujudnya


2.4.2.1 Zat Padat

2.4.2.2 Zat Cair

2.4.2.3 Zat Gas

12
2.5 Perubahan Materi
Perubahan materi secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
perubahan secara fisika atau perubahan secara kimia.

2.5.1 Perubahan Fisika


Perubahan materi secara Fisika yaitu perubahan yang tidak
disertai dengan terbentuknya zat baru. Dan hanya mengakibatkan
perubahan wujud materi.
Contohnya ialah
 Penguapan : air yang dipanaskan akan berubah menjadi
uap air.
 Pembekuan : air yang didinginkan sampai 0°C akan
membeku menjadi es.
Jadi perubahan materi secara fisika termasuk perubahan tingkat
wujud materi , seperti menguap, membeku, melarut/mencair,
menyublim, dsb

2.5.2 Perubahan Kimia


Sedangkan Perubanan materi secara Kimia, yaitu perubahan
materi yang mengakibatkan terbentuknya zat-zat baru. Zat baru hasil
perubahan kimia ini biasanya mempunyai sifat kimia yang berbeda
dengan zat pembentuknya. Perubahan kimia ini biasanya diikuti
dengan perubahan energi yang besar.
Contohnya :

 Besi berkarat : sepotong besi yang dibiarkan dalam keadaan


lembab dan karena reaksi udara, beberapa waktu kemudian
akan timbul karat yang merupakan materi baru hasil reaksi.

13
 Pembakaran sehelai kertas yang dibakar akan menghasilkan
abu.

BAB III
DATA DAN ANALISA PERMASALAHAN

Data yang telah diperoleh merupakan hasil dari berbagai metode pencarian
data. Mulai dari observasi langsung, quesioner ataupun referensi dari
internet dan buku. Berikut adalah penjelasan lengkapnya:

1. Observasi
Di dalam penilitian yang dilakukan, kegiatan observasi yang
dilakukan hanya sebatas dengan mengamati anak-anak sekolah menengah
pertama atau SMP didaerah tempat tinggal peneliti. Untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh perbedaan (differensiassi) media atau cara
penyampaian pelajaran sains, dalam hal ini kepada anak-anak dapat
mempengaruhi tingkat kemampuan anak anak dalam mencerna fenomena-
fenomena ilmiah yang terjadi. Serta untuk mengetahui mengapa atau apa
yang menyebabkan anak-anak memiliki persepsi negatif atau tidak
menyukai sains.
Memang persepsi negatif tersebut bukan hanya terjadi pada kalangan
anak-anak saja, melainkan juga hampir semua kalangan. Bahkan orang yang
sedang atau sudah mengenyam bangku perkuliahan juga banyak yang
mengalami gejala tersebut, dimana gejala tersebut terbawa dari masa kanak-
kanaknya. Gejala tersebut tentunya akan berdampak buruk bagi anak,
dimana ketika anak-anak bertanya kepada orang tuanya seputar sains sudah
dapat dipastikan orangtuanya tidak dapat menjawabnya karena persepsi
negatif terhadap sains yang tertanam sedari dulu. Yang pada akhirnya orang
tua secara tidak sadar akan menularkan persepsi negatifnya terhadap sains

14
kepada anaknya. Memang ketidakcakapan orang tua dalam membingbing
anaknya bukanlah faktor utama dalam persepsi-persepsi negatif anak
terhadap sains. Namun orang tua bisa menjadi faktor yang sangat penting
bagi anak agar dapat menyenangi atau menggemari sains.

Dalam observasi ini, selain melakukan pengawasan terhadap target


penelitian. Peneliti juga memberikan questioner terhadap target penelitian
dalam hal ini anak-anak sekolah, antara kelas satu SMP sampai kelas tiga
SMP disalah satu sekolah dekat tempat tinggal peneliti. Peniliti juga
menyadari akan kekurangan waktu dan tenaga, maka jumlah sample yang
diberi questioner pun tidak terlalu banyak. Tujuan dari pemberian
questioner ini adalah untuk mengetahui permasalahan yang sebenarnya
terjadi dilapangan.

Berikut adalah Populasi dan Sample responden serta hasil dari kuesioner
yang telah dilakukan disalah satu sekolah yang telah dipilih:

 Populasi : Kelas 1, 2 dan 3 SMP tiap tingkat memiliki 10 kelas


dengan rata-rata murid 40 siswa. Jadi populasi keseluruhan sekolah
ini adalah:
3 (tingkat kelas) X 10 (ruang kelas) X 40 (rata-rata siswa) = 1200 siswa

 Sample : Tiap tingkat diambil sample kelas sebanyak 2 kelas. Jadi


jumlah populasi sample adalah:
3 (tingkat kelas) X 2 (sample kelas) X 40 (rata-rata siswa) = 240 siswa

Berdasarkan hasil dari kuesioner yang telah dilakukan:


 Sebanyak 88,5% atau 212 siswa responden mengatakan bahwa
mereka telah mengetahui apa itu zat. Sedangkan sebanyak 9,5% atau

15
23 siswa responden menyatakan bahwa tidak mengetahui apa itu zat.
Dan hanya 2% atau 5 siswa responden yang menyatakan ragu-ragu
atau abstain.

 Sebanyak 9% atau 21 siswa responden mengatakan bahwa teori


lebih penting dibandingkan dengan praktek. Sedangkan sebanyak
44% atau 105 siswa responden menyatakan bahwa praktek lebih
penting dibandingkan dengan teori. Lalu sebanyak 45% atau 110
siswa responden menyatakan bahwa keduanya (teori dan praktek)
sangat penting. Dan hanya 2% atau 4 siswa responden yang
menjawab keduanya tidak penting.

 Sebanyak 14% atau 33 siswa responden mengatakan bahwa mereka


telah mengetahui tentang contoh fenomena ilmiah yang diajukan.
Sedangkan 80% atau 196 siswa responden menyatakan bahwa
mereka tidak mengetahui tentang fenomena ilmiah yang diajukan.
Dan hanya sebanyak 6% atau 14 siswa responden yang menyatakan
bahwa mereka lupa atau abstain.

2. Referensi Internet Seputar Sains

“Menyukai Fisika lewat Imajinasi” http://ForumSains.Com/Fisika/


Diakses tgl 31 Desember 2008 Pukul 10:54 WIB

oleh Mumud Salimudin diupload pada Desember 04, 2008, 12:45:00


“Imajinasi lebih utama daripada pengetahuan. Pengetahuan bersifat terbatas. Imajinasi

melingkupi dunia.” -Albert Einstein.


Berbicara tentang fisika dapat menimbulkan tanggapan yang beragam.
Bukan gosip lagi kalau fisika merupakan salah satu "hantu" yang

16
ditakuti oleh banyak pelajar, baik itu di tingkat menengah, umum, dan
bahkan di perguruan tinggi. Sebagian orang menghafalkan rumus-rumus
fisika layaknya buku sejarah tanpa menyadari maknanya. Ada juga yang
pasrah karena menganggap fisika hanyalah milik orang-orang yang serius,
cerdas, gila matematika, dan pada umumnya "kurang gaul". Bahkan, tidak
sedikit yang beranggapan bahwa menjadikan fisika sebagai karir hidup
adalah pilihan yang salah karena "masuknya" mudah tapi "keluarnya" susah.
Dengan kata lain, menjadi mahasiswa fisika tidaklah sulit tapi lulusnya
setengah mati dan kerjanya paling-paling menjadi guru atau kalau beruntung
bisa menjadi dosen.

Beberapa pelajar mengagumi fisika karena membaca berita mengenai


keberhasilan tim olimpiade fisika atau membaca buku tentang kehidupan
para ilmuwan besar. Sayang, banyak juga yang hanya sebatas
mengagumi tidak sampai menghayati atau mendalami fisika. Seringkali
orang yang menguasai fisika dianggap sebagai orang "keren" sekaligus
"aneh" karena mau belajar sesuatu yang sulit, padahal kalau jadi pengusaha
bisa kaya-raya. Persepsi-persepsi demikian mengakibatkan masyarakat
umum cenderung menggemari ilmu lain seperti metafisika. Disaat negara-
negara lain berusaha untuk menyadarkan masyarakatnya agar tidak "gatek"
alias gagap iptek negara kita melalui beberapa media massa tampaknya
bekerja keras meyakinkan masyarakat agar tidak "gagib" atau gagap gaib.
Padahal, penyampaian informasi ini menggunakan aplikasi fisika dan
elektronika. Singkatnya, menemukan orang yang menyukai fisika bagaikan
mencari jarum pentul didalam tumpukan jerami.

Banyak sekali pelajar atau mahasiswa yang sabar menunggu penayangan


rumus-rumus fisika di papan tulis, kemudian mengerjakan soal-soal fisika.
Dari pengalaman, soal-soal tersebut diselesaikan dengan cara "gotong-
royong" karena hanya sedikit orang yang bisa atau mau mengerjakannya.
Keberhasilan pengajaran di kita tidak jarang didasarkan atas

17
kemampuan mengerjakan soal-soal (ujian akhir), bukan pada
penguasaan makna fisis dari rumus tersebut.

Sebagai contoh, hampir semua orang di kelas tahu hukum kedua Newton, F
= m.a, tetapi mungkin tak pernah terbayangkan bahwa rumus tersebut dapat
menceritakan mengapa orang-orang gendut lebih suka main tarik tambang
daripada lari 100 meter. Kemudian, siapa yang tak mengenal persamaan
terkenal Einstein E = mc2 ? Sayang, sedikit sekali orang yang mengetahui
bahwa massa sebuah buku fisika dasar mengandung energi yang dapat
membawa suatu wahana antariksa ke bulan!

Salah satu penyebab persepsi negatif tentang fisika adalah bahwa ilmu
tersebut seringkali diajarkan tanpa penghayatan sehingga terasa
menyebalkan. Padahal, melalui fisika kita dapat mengetahui banyak hal.
Seorang pelajar yang mulai mempelajari ilmu ini tidak perlu jauh-jauh
mengunjungi laboratorium untuk melihat fenomena fisika. Kapanpun
dan dimanapun ia dapat berimajinasi (menghayal) tentang lingkungan
sekitarnya. Keindahan warna bunga yang tampak oleh mata, musik yang
terdengar nyaman di telinga, air terjun yang memikat, aliran angin yang
sejuk, adalah sedikit contoh dari fenomena fisika sehari-hari. Penjelasan
bahwa setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda dan
bahwa benda-benda menyerap serta meradiasikan panjang gelombang
tertentu sehingga sampai ke mata kita, dapat dibaca dalam buku fisika. Akan
tetapi seringkali orang tidak peduli dengan penjelasan itu karena tidak
berimajinasi sehingga ia lupa akan keindahan alam dan tidak memiliki rasa
ingin tahu.

Imajinasi lahir dari lingkungan yang mendukung seseorang agar


memikirkan berbagai fenomena disekitarnya. Jika masyarakat sekitar atau
keluarga di rumah tidak menghargai kebebasan berpikir maka daya
imajinasi sulit untuk berkembang. Hampir semua fisikawan terkenal adalah

18
orang-orang yang suka berimajinasi dan seringkali dikatakan sebagai
pemikir "radikal" karena dianggap aneh oleh lingkungan yang seringkali
bersifat dogmatis. Einstein adalah contoh populer dari orang yang suka
berimajinasi dan mengembangkannya. Ia membayangkan bagaimana
seandainya ia dapat bergerak dengan kecepatan cahaya. Pemikiran aneh ini
menghasilkan teori relativitas khusus yang sampai kini masih digunakan.
Hal yang sama dilakukan oleh Newton. Kalau saja ia tidak suka melamun
dibawah pohon apel mungkin hukum gravitasi universalnya tidak ditemukan
sampai berpuluh-puluh tahun kemudian.

Melalui imajinasi, kesadaran untuk mengamati fenomena alam dan


membaca buku-buku fisika akan muncul dengan sendirinya. Sebagai
contoh, molekul air (H2O) terdiri atas dua buah atom hidrogen dan sebuah
atom oksigen. Kita tentu tidak mungkin melihat molekul air dengan mata
telanjang. Akan tetapi, kita bisa berimajinasi bahwa molekul-molekul
tersebut berukuran kecil sekali sehingga tak tampak. Oleh karenanya,
jumlah molekul yang menyusun suatu benda haruslah sangat banyak.
Melalui imajinasi kita tergerak untuk mempelajari bahwa satu mol molekul
air (yang beratnya sekitar 18 gram) mengandung sekitar 6 x 1023 molekul.
Jadi, satu sendok air ternyata terdiri atas sekitar 1022 molekul. Jumlah itu
sangatlah besar. Jika seluruh penduduk indonesia diberi tugas untuk
menghitung satu per satu molekul berbeda tiap 5 detik maka itu
membutuhkan waktu bermiliar-miliar tahun!

Fisikawan tidak membuat rumus-rumus untuk dihafalkan atau ditulis pada


telapak tangan. Rumus-rumus dibuat untuk memahami fenomena-fenomena
alam dalam bentuk yang ringkas, indah, universal, dan berguna untuk
menyelesaikan masalah yang menyangkut fenomena tersebut. Memang,
fisika tidak mungkin terlepas dari matematika. Tanpa definisi matematis,
fisika sangat sulit dikembangkan dan dimanfanfaatkan sebagai teknologi.
Meskipun demikian, untuk mempelajari dasar-dasar fisika seseorang tidak

19
perlu menjadi "gila" matematika ataupun menjadi serius dan takut tak dapat
pacar karena "kurang gaul". Belajar fisika memang tidak mudah, tapi
dengan melepaskan diri dari pemikiran yang dogmatis dan keinginan
untuk berpikir bebas, imajinasi akan muncul dan bisa menjadi
petualangan yang menyenangkan bagi siapapun.

Sungai Gorge di Afrika Selatan menyimpan keindahan tiada tara. Banyak


sekali fenomena fisika yang membuat pemandangan diatas begitu
mempesona: Hukum pemantulan dan pembiasan menghasilkan gambaran
'gunung terbalik' yang terlihat diatas permukaan sungai. Polarisasi cahaya
matahari oleh molekul diudara memberikan pemandangan biru yang sangat
serasi dengan warna hijau dan coklat muda. Tiupan angin akibat adanya
perbedaan tekanan udara menggerakan dedaunan pohon secara terirama.
Tampak seekor hewan mengkonsumsi makanan dan minuman untuk
mempertahankan kehidupan, suatu proses mengurangi entropi
(ketidakteraturan) dengan cara menambah energi dalam hewan. Bukankah
fisika itu indah? (diambil dari Microsoft Reference Library 2003. Encarta)

3. Analisa dengan 5W + 1H
Berikut adalah analisa permasalahan menggunakan metode 5W + 1H.
3.1 What - Apa yang menjadi inti permasalahan?
3.2 Who - Siapa saja yang telibat dalam masalah?
3.3 Why - Mengapa masalah tersebut dapat muncul?
3.4 When - Sejak kapan masalah tersebut muncul?
3.5 Where - Dimana biasanya masalah tersebut muncul?
3.6 How - Bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut?

3.1 What - Apa yang menjadi inti permasalahan?


Apa yang menjadi pokok atau inti permasalahan? Yang menjadi inti
masalah dalam penelitian ini adalah mata pelajaran yang
berhubungan dengan sains sering menjadi momok yang menakutkan

20
bagi kebanyakan anak atau lebih tepatnya sains sering disalah
persepsikan. Asalkan kita tahu caranya, sesungguhnya sains itu
indah dan menyenangkan. Pernahkah terpikir oleh kita bahwa
disetiap pemandangan indah yang kita lihat, terdapat berbagai
fenomena ilmiah didalamnya? Di negara-negara maju seperti
Amerika, sains mendapatkan salah satu tempat terbaik dalam
kehidupan masyarakat dinegara tersebut. Kesuksesan Amerika
dalam menempatkan sains dalam kehidupan bermasyarakatnya
adalah buah dari media pembelajaran yang memadai serta metode
pembelajaran yang efektif serta tidak monoton.

3.2 Who - Siapa saja yang telibat dalam masalah?


Dari penelitian yang telah dilakukan, pihak pihak yang
menyebabkan permasalahan ini dapat muncul ada banyak.
Diantaranya, orang tua yang bersikap acuh tak acuh pada
pembelajaran sains anaknya. Sikap tersebut juga ada banyak
alasannya, mulai dari kesibukan orang tua bahkan hingga ketidak
tahuan orng tua kan pengetahuan sains. Selain orang tua, pendidik
disekolah atau guru juga merupakan salah satu pihak yang
menyebabkan masalah ini dapat muncul. Namun pihak yang banyak
mengalami masalah ini adalah anak-anak sekolah, dalam hal ini
yaitu anak-anak SD.

3.3 Why - Mengapa masalah tersebut dapat muncul?


Ada 2 faktor yang menyebabkan masalah ini dapat muncul. Yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-
faktor penyebab yang datang dari diri si anak itu sendiri. Misalkan
masalah ini dapat muncul bisa saja mungkin dari sikap dari anak itu
sendiri yang malas belajar, sehingga membuat pelajaran sains itu
menjadi terlihat sangat sulit dan pada akhirnya munculah persepsi
negatif terhadap sains tersebut. Sedangkan faktor dari luar atau

21
eksternal diantaranya yaitu kurangnya media pembelajaran yang
efektif dan komunikatif, kurangnya kecakapan orang tua dalam
membimbing anaknya serta masih banyak lagi.

3.4 When - Sejak kapan masalah tersebut muncul?


Biasanya masalah ini mulai terasa muncul pada awal jenjang SMP.
Namun faktor-faktor penyebab munculnya masalah ini justru banyak
terjadi pada saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

3.5 Where - Dimana biasanya masalah tersebut muncul?


Karena pihak yang sering atau paling banyak mengalami masalah ini
adalah anak-anak yang sedang mengenyam bangku sekolah. Maka
tempat dimana masalah ini sering muncul adalah sekolahan.

3.6 How - Bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut?


Untuk mengatasi masalah ini, hal pertama yang harus dilakukan
yaitu merubah image sains dari yang rumit dan
“menakutkan”menjadi simple dan menyenangkan. Dengan begitu
perlahan lahan masalah ini akan hilang dan bahkan sebaliknya anak-
anak menjadi menggemari sains. Karena target penelitian ini adalah
anak-anak, maka menurut peneliti media yang cocok adalah dengan
membuat picture book tentang sains baik secara general ataupun
spesifik.

22
BAB IV
KESIMPULAN

Dengan atau tanpa kita sadari sains merupakan elemen atau bagian yang
sangat penting dalam kehidupan kita. Dengannya kita bisa mengerti tentang
alam yang begitu rumit dan kompleks ini. Sains pula sangat berpengaruh
bagi perkembangan teknologi baik dulu maupun sekarang. Salah satu
contohnya, sejak pertama kali einstein melahirkan teori dasar pembuatan
nuklir dengan reaksi berantai atom atau yang kita kenal dengan rumus
e=mc2 itu, dari situ mulai berkembanglah teknologi-teknologi senjata
terutama senjata nuklir. Hal tersebut hanya salah satu contoh dari pengaruh
sains bagi kehidupan kita. Disaat negara-negara maju seperti Amerika,
Jepang, dan Jerman berlomba-lomba dalam dunia sains dan teknologi,
ironisnya indonesia malah menganggap sains dengan sebelah mata. Terlebih
menjamurnya permainan-permainan digital membuat anak-anak menjadi
acuh tak acuh terhadap sains.
Dari hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa, kebanyakan anak-
anak lebih menyukai praktek langsung (dalam hal ini berhubungan dengan
sains) dibandingkan dengan teori dan rumus-rumus. Dan juga kebanyakan
anak-anak kurang familiar akan fenomena-fenomena ilmiah yang diajukan.
Kalaupun tahu, mereka tidak mengetahui mengapa fenomena tersebut dapat
terjadi. Hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan persepsi negatif anak anak
terhadap sains atau juga tidak dijelaskan secara detail tentang sebab-sebab
mengapa fenomena itu dapat terjadi oleh buku pelajaran yang ada.
Oleh sebab itu sangat diperlukan pembentukan image sains yang
lebih simple namun tak mengurangi esensi itu sendiri dan lebih komunikatif

23
baik dari segi bahasannya maupun cara penjelasannya. Dengan begitu
diharapkan sains tidak menjadi sesuatu yang “hantu” yang ditakuti bahkan
dibenci, melainkan akan disukai. Karena sejatinya sains itu indah dan
menyenangkan asalkan kita tahu caranya menikmatinya.

Daftar Pustaka

- Blogspot (2008) http://bukucatatanpart1.blogspot.com/2008/11/


menyukai-fisika-lewat-imajinasi.html Diakses tanggal 19 Desember
2008.
- Chem-is-try (2008) http://www.chem-is-try.org/phpbb/viewforum.php
Diakses tanggal 19 Desember 2008..
- Wikipedia (2008) Definisi atom. http://id.wikipedia.org/wiki/Atom.htm
Diakses tanggal 12 Desember 2008.
- Wikipedia (2008) Definisi zat. http://id.wikipedia.org/wiki/Zat.htm
Diakses tanggal 12 Desember 2008.
- Wikipedia (2008) Definisi senyawa. http://id.wikipedia.org/wiki/
Senyawa.htm Diakses tanggal 12 Desember 2008.
- Wolke, Robert. L (2003). What Einstein didn`t know – scientific answers
to everydays questions, Penjelasan ilmiah tentang peristiwa sehari-hari.
Jakarta : Gramedia

24

Anda mungkin juga menyukai