Anda di halaman 1dari 56

BAYI LAHIR DARI IBU

HIV/AIDS
(BIHA)
TRANSMISI HIV DARI IBU KE ANAK

Intrauterin Saat Persalinan Setelah melahirkan


(ASI)
5-10% 10-20%
5-20%
< 2%
ARV ibu ARV ibu ARV bayi
Pilihan persalinan aman Susu formula
Keseluruhan risiko tanpa pemberianASI : 15-30%
Risiko dengan pemberian ASI 6 bulan : 25-35%
JAMA2000;283:1175–82
Risiko dengan pemberianASI 18-24 bulan : 30-45% WHO,2006
TATA LAKSANA BAYI LAHIR DARI IBU
TERINFEKSI HIV/AIDS (BIHA)

Penanganan Pilihan
bayi saat
ARV
persalinan nutrisi profilaksis

Profilaksis Diagnosis dini bayi


kotrimoksazol (Early infant Imunisasi
diagnosis/EID)
PENANGANAN BAYI
SAAT PERSALINAN
PENANGANAN BAYI SAAT
PERSALINAN
• Universal precaution
• Gunakan sarung tangan saat terpapar dengan darah atau cairan tubuh
• Jepit dan potong tali pusat dengan hati-hati untuk mengurangi
kontaminasi percikan darah
• Keringkan dan bersihkan kulit bayi dengan kain hangat untuk mengurangi
kontaminasi darah atau cairan tubuh ibu sebelum pindah ke ruang
perawatan
• Hindari penggunaaan gastric tube yang tidak perlu untuk mencegah
trauma mukosa
• Berikan vitamin K dan vaksinasi rutin
PILIHAN NUTRISI
Pilihan Nutrisi

ASI Susu formula

Keuntungan vs Kerugian
“ASI” is The BEST
PRINSIP AFASS DALAM PEMBERIAN
SUSU FORMULA

Acceptable Feasible Affordable


Bila syarat AFASS tidak terpenuhi, maka bayi dapat
diberikan ASI eksklusif selama 6bulan

Safe Sustainable
Pentingnya konseling!!
AFASS
Acceptable
• Ibu & keluarga tidak mengalami hambatan
dalam memberikan PASI. Hambatan : budaya,
sosial, ketakutan akan stigma atau diskriminasi

• Ibu & keluarga memiliki waktu, pengetahuan dan


Feasible keterampilan serta sumber daya yang cukup untuk
menyiapkan PASI dan memberikannya pada bayi
sampai 12 kali dalam 24 jam

Affordable
•Ibu & keluarga, didukung masyarakat jika perlu,
dapatmembayar biaya pembelian, penyiapan &
penggunaan PASI. Termasuk susu formula, bahan
bakar, air bersih, sabun, tanpa mengganggu
kesehatan & nutrisi seluruh keluarga
AFASS
•Ibu dan keluarga memiliki akses yang tidak terputus
Sustainable terhadap suplai seluruh komponen yang diperlukan
utk PASI yang aman selama diperlukan bayi, sedikitnya
sampai usia 1 tahun atau lebih

•Ibu dan keluarga mampu secara benar & higienis


menyimpan & menyiapkan peralatan yg bersih:
✓ Memiliki akses terhadap penyediaan airbersih
✓ Menyiapkan PASI dengan gizi cukup dan bebas

Safe
mikroba
✓ Mampu mencuci tangan dan peralatan dengan sabun
dan secara teratur mensterilkan peralatan dgn
merebus
✓ Dapat merebus air untuk menyiapkan PASI
✓ Dapat menyimpan formula yang belum dipakai
dalam wadah yang bersih dan tertutup dan
terlindungi dari tikus, serangga dan binatang lain
PEMBERIAN ASI PERAH YANG DIPANASKAN
ASI DARI IBU SUSU
PROFILAKSIS
ANTI RETROVIRAL PADA BIHA
PROFILAKSIS ARV UNTUK BIHA

Profilaksis profilaksis ARV untuk bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV :
• Bayi dengan susu formula : Zidovudin selama 6 minggu
• Bayi dengan ASI : Zidovudin DAN Nevirapin selama 6
minggu (dan ibu harus mendapatkan terapiARV)
Level of evidence 1a, recommendation A
DOSIS
PROFILAKSIS
Dosis
ARV Lama
pemberian
Usia gestasi ≥35 minggu : 4 mg/kg/kali, 2 kali sehari, dapat dimulai pada
usia 6-12 jam.
Zidovudin Lahir sampai
Usia gestasi ≥30 sampai <35 minggu : 2 mg/kg/kali, setiap 12 jam, lalu 3
usia 6 minggu
mg/kg/dosis setiap 12 jam pada usia 15 hari
Usia gestasi <30 minggu : 2 mg/kg/kali, setiap 12 jam, lalu 3mg/kg/kali
setiap 12 jam setelah usia 4 minggu
Nevirapin Berat lahir 1500–2000 gram : 8mg/dosis
(bayi dg Berat lahir 2000-2499 gram : 10mg/dosis Lahir sampai
ASI) usia 6 minggu
Berat lahir > 2500 gram : 15 mg/dosis

Waktu paling lambat pemberian ARV profilaksis : usia 72 jam


PROFILAKSIS
INFEKSI OPORTUNISTIK (IO)
PROFILAKSIS KOTRIMOKSASOL
• Diberikan pada semua bayi terekspos HIV (BIHA) dari usia 6
minggu (termasuk atau tidak dalam program PMTCT)
• Diberikan sampai infeksi HIV sudah disingkirkan DAN ibu sudah
tidak memberikan lagiASI
• Mencegah pneumonia Pneumocystis Jirovecii dan juga efektif
mencegah toxoplasmosis dan beberapa infeksi bakteri seperti
Salmonella, Haemophilus, Staphylococcus
• Efek samping : reaksi berat seperti Sindrom Stevens Johnson,
atau toksisitas hematologi berat → jarang padabayi
JOINT WHO/UNAIDS/UNICEF STATEMENT ON USE OF COTRIMOXAZOLE AS
PROPHYLAXIS IN HIV EXPOSED AND HIVINFECTED CHILDREN
Kotrimoksasol dosis 4-6 mg (TMP ) /kgBB/ x per hari dimulai
6 minggu sampai dengan terbukti tidak infeksi HIV
Jika alergi → DAPSON 2 mg/kgbb/x diberikan 2 x
ATAU 4 mg/kgbb/hari, sekali seminggu

✓ Bila dana terbatas, gunakan hanya untuk bayi positif


terinfeksi dan bayi terpapar hingga minimal 6 bulan (PCR
II)
✓ Memerlukan pemantauan kepatuhan minum
obat/adherence
Profilaksi PCP
Dosis Kotrimoksasol ( Trimetoprim 4 mg/kg/x )
Tablet dewasa
Rekomendasi dosis harian Suspensi Tablet anak Tablet dewasa
kekuatan ganda

Sulfametoxazol / 5ml sirup 200 mg/ 100 mg/ 400 mg/ 800 mg/
40 mg 20 mg 80 mg 160 mg
Trimetoprim
< 6 bulan
S 100 mg/ T 20 mg 2,5 ml 1 tablet ¼ tablet, -
dicampur makanan
6 bln – 5 thn
S 200 mg/ T 40 mg 5 ml 2 tablet ½ tablet -
6 – 14 thn
S 400 mg/ T 80 mg 10 ml 4 tablet 1 tablet ½ tablet
>14 thn
S 800 mg/ T 160 mg - - 2 tablet 1 tablet
Frekuensi pemberian : SEKALI sehari
Diagnosis Dini Bayi
(Early infant diagnosis/EID)
WAKTU
PEMERIKSAAN

6 minggu : 4-6 bulan : 18 bulan :


PCR HIV PCR HIV Antibodi HIV

HIV task force, Indonesia Pediatric Society


EARLY INFANT
DIAGNOSIS (EID)
• Diagnosis dini penting untuk memberikan inisiasi terapi ARV dini
• Inisiasi terapi ARV dini memberi prognosis klinis lebih baik
• Kendala :
– Teknik pemeriksaan
– Biaya
– Pemberian ASI → diperiksa setelah 6 minggu penghentian ASI
Diagnosis pasti infeksi :
• Dua kali uji virologi positif, usia berapa saja ATAU
• Usia >18 bulan dengan hasil uji virologi positif atau uji serologi positif
Diagnosis pasti tidak ada infeksi pada bayi tanpaASI :
• Tidak ada bukti klinis ataupun laboratoris dari adanya infeksi HIV DAN
• Duakali hasil uji virologi negatif, keduanya dilakukan pada usia >1 bulan
dan salah satunya pada usia >4 bulan, dan tidak pernah positifATAU
• Dua kali atau lebih hasil uji serologi HIV negatif pada usia >6 bulan
Bagan diagnosis HIV pada bayi dan anak < 18 bulan
IMUNISASI
IMUNISASI
• Bayi yang terpapar HIV harus mendapat imunisasi sesuai
dengan jadwal Kemkes RI atau IDAI untuk melindungi dari
berbagai penyakit
• Prinsip umum : tidak memberi vaksin hidup bila sudah
terdapat gejala infeksi HIV
• Perhatian khusus untuk BCG dapat diberikan apabila infeksi
HIV sudah dapatdisingkirkan
Lahir 10 hari 4 6 2 3 4 6 9 18
minggu minggu bulan bulan bulan bulan bulan bulan

Berat
badan
badan/panjang JADWAL PPIA
Nutrisi* SF SF SF SF SF SF SF SF-MP SF-MP SF-MP
Profilaksis ARV
Zidovudin 4 mg/kg/kali,
Tiap 12 jam**
Kotrimoksazol
4-6 mg TMP/kg/kali

Imunisasi Sesuai jadwal imunisasi


Kemenkes Perhatian
khusus” BCG
Hb/Ht *dengan indikasi

PCR RNA/DNA
1 2 AB
SF: susu formula; MP: makanan padat; Hb: Hemoglobin; Ht: Hematokrit; PCR RNA/DNA : Polymerase chain reaction RNA/DNA ; AB: HIV
antibody; ARV: antiretroviral.
* : bila AFASS tidak terpenuhi, maka bayi dapat diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, tidak boleh mixed feeding.
* * : dosis khusus untuk prematur
BAYI LAHIR DARI
IBU TERINFEKSI SIFILIS
Treponema Pallidum

SIFILIS

• Infeksi menular seksual (IMS)


• Sistemik & kronis
• Etiologi: Treponema pallidum
SIFILIS
KONGENITAL
Risiko penularan Komplikasi sifilis pada kehamilan
Komplikasi kehamilan 69%
• terutama trimester 2 & 3
Abortus/lahir mati 25%
• Sifilis primer & sekunder → 70-100% Prematur/BBLR 13%
• Sifilis laten → 40% Lahir mati 11%
Sifilis kongenital 20%

WHO prevention mother to child transmission of syphilis. www.thelancet.com/infection. Vol. 11 september 2011
PENCEGAHAN PENULARAN SIFILIS
DARI IBU KE
BAYI
• ANC terpadu
• Tes pada kunjungan pertama
• Tetap skrining meski kunjungan pertama di atas
usia kehamilan 16 minggu
• Terapi pada ibu yang serologi positif
• Obati pasangan seksual
SIFILIS KONGENITAL
• Akibat infeksi transplasenta
• Manifestasi dari asimtomatik sampai fatal
• Manifestasi dini : abortus spontan, lahir mati, ensefalitis, lesi
kulit generalisata, rhinitis (snuffles nose), disfungsi hepar,
kegagalan multi organ
• Manifestasi lanjut : umumnya tidak tampak saat lahir,
termasuk osteitis tulang panjang, malformasi gigi dan
maksilofasial, keratitis, tuli neurosensorik, gangguan
neuropsikologis
SIFILIS KONGENITAL
Organ tubuh janin yang
terkena sifilis :
• Plasenta
• Hepar
• Paru
• Tr. Gastrointestinal
• Ginjal
• Pankreas
• Susunan syaraf pusat
• Sistem tulang
SIFILIS KONGENITAL
• Definisi WHO :
• Lahir mati, lahir hidup atau janin mati pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu atau lebih dari 500 g, dari seorang ibu seropositif sifilis tanpa
pengobatan yang adekuat
• Lahir mati, lahir hidup, atau anak usia kurang dari 2 tahun dengan bukti
terinfeksi sifilis secara klinis atau mikrobiologik
• Sifilis kongenital dengan bukti secara mikrobiologis :
• Mikroskop lapangan gelap : pada preparat tali pusat, plasenta, cairan hidung atau
lesi kulit → tampak T.pallidum
• IgM spesifik T.pallidum reaktif
• Titer serologi non treponema reaktif 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan titer ibu.

WHO guidelines for the treatment of Treponema pallidum (syphilis). 2016


SIFILIS KONGENITAL
DINI

Rhinitis

Fisura

Sifilis pemfigus King Holmes 2008


Indian J Sex Transm Dis.2013;34:35(7)
Trias Hutchinson
SIFILIS KONGENITAL
LANJUT

Hutchinson teeth Interstitial keratitis

Sensoryneural deaffnes

Case Rep Pediatr. 2012:1-4


Penegakan Diagnosis
RIWAYAT
PENYAKIT
• Bayi lahir dari ibu sifilis, titer serologi min 4x lebih tinggi dari
titer ibu atau tetap positif 4 bulan
• Dalam 2 tahun pertama timbul gejala klinis dan serologis
positif (pembengkakan sendi, pilek, bula pada kulit,
hepatosplenomegali, ikterik, anemia, perubahan radiologis
tulang panjang)
• Bayi lahir mati dari ibu sifilis tidak diobati adekuat
PEMERIKSAAN
FISIS
• Sekret hidung
• Rongga mulut
• Kelenjar getah bening
• Kulit di badan
• Telapak tangan dan kaki
• Area genitalia dan perianal
• Pemeriksaan neurologi
• Abdomen
PEMERIKSAAN

LABORATORIUM
Deteksi langsung T. pallidum :
- Pemeriksaan lapangan gelap
- Nucleic acid amplification test
• Tes serologis sifilis :
- Tes non-treponema
Venereal Disease Research Laboratory (VDRL)
Rapid plasma reagin (RPR)
o Penapisan
o Evaluasi respon terapi
- Tes treponema
T. pallidum haemagglutination test (TPHA)
o konfirmasi
TATALAKSANA SIFILIS KONGENITAL

• BAYI yang secara klinis normal dengan ibu menderita sifilis,


telah diobati secara adekuat dan tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi ulang
• Anjuran :
• Bayi dipantau secara ketat; bila diterapi, sbb :
• Penicillin procain G 50.000 U/kg/hari im dosis tunggal selama 10 hari,
atau
• Benzathin penicillin G 50.000 U/kg/hari dosis tunggal injeksi IM
WHO guidelines for the treatment of Treponema pallidum (syphilis). 2016
PEMBERIAN ASI

• T pallidum tidak ditularkan melalui ASI, tetapi


penularan bisa terjadi jika ibu memiliki lesi infeksius
(misal chancre) pada payudaranya

Kollmann TR, Dobson S. Syphillis. In: Infectious Diseases of the Fetus and
Newborn Infant, 7th. Elsevier Saunders, Philadelphia 2011. p 524
IBU SIFILIS (+)
EVALUASI TERAPI DAN MONITORING SIFILIS KONGENITAL
Evaluasi 3 bulan sekali
Pemeriksaan fisik dan VDRL

VDRL VDRL
• Titer > 2 minggu
Non reaktif • Tidak turun 4x : 12-18 bl setelah terapi

SELESAI Penisilin prokain G 10 hari


+
Pemeriksaan CSS

Normal abnormal

selesai CSS/6 bulan

Reaktif 2 th setelah
nonreaktif terapi➔terapi
neurosifilis
CDC STD Treatment Guidelines 2015
PPIA HIV – VHB – SIFILIS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai