Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Imajinasi Vol X no 2 Juli 2016

Jurnal Imajinasi
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi

Kurikulum Pendidikan Guru Seni Rupa: Implikasinya terhadap Peningkatan


Kualitas Akademik dan Profesionalitas Guru

Ismiyanto, PC.S 1

Dosen Jurusan Seni Rupa, FBS Unnes, Semarang


1

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Fenomena praksis pendidikan di Indonesia telah menarik perhatian
berbagai pihak, terutama terkait dengan implementasi kurikulum dan
Diterima Maret 2016 kualitas kinerja guru – tidak terkecuali kurikulum dan kualitas kinerja
Disetujui April 2016 guru seni budaya (seni rupa). In-service training yang diharapkan
Dipublikasikan Juli 2016
mampu meningkatkan kualitas kinerja guru, ternyata belum mampu
Keywords: menjawab harapan; terbukti ketika perubahan kurikulum dilaksanakan,
kurikulum; kinerja guru pun belum menunjukkan perubahan dan cenderung
pendidikan guru seni rupa; induring pattern. Oleh karena itu, perlu perubahan model kurikulum
kompetensi guru; pendidikan guru seni rupa yang nota bene diimplementasikan pada
Consecutive Curriculum
pre-service training guru seni. Consecutive Curriculum Models dipilih
Models;
menjadi alternatif pengembangan kurikulum pendidikan guru seni rupa,
karena model kurikulum ini diharapkan mampu mengaktualisasikan
pengembangan dan peningkatan kualitas akademik dan profesionalitas
guru melalui pre-service training, sehingga guru seni rupa yang
dihasilkan mempunyai kompetensi guru yang memadai.

PENDAHULUAN pada dasarnya mempunyai kesamaan


Fenomena pendidikan di Indonesia yang dalam berbagai hal dengan KTSP, kecuali
paling menarik perhatian berbagai pihak; pada rumusan kompetensi dasar/KD (lihat
mulai dari para orang tua murid, praktisi Kurikulum 2013 dan KTSP Seni Budaya). Oleh
pendidikan, birokrat, hingga para politikus karena itu, perbaikan Kurikulum 2013 Mata
adalah adanya “penundaan” implementasi Pelajaran Seni Budaya pun sebatas adanya
Kurikulum 2013 dan anjuran kembali ke perubahan rumusan-rumusan kompetensi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dasar (KD), sangat bersifat teknis dan tidak
(KTSP) bagi sekolah-sekolah yang baru satu menyangkut substansi materi ajar kesenian
semester menggunakan Kurikulum 2013 atau landasan filosofisnya.
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Penulis sepakat jika secara periodik
sekalipun timbul sikap pro dan kontra. perlu perbaikan kurikulum, didasari
Salah satu alasan penundaan implementasi oleh hasil pengkajian yang komprehensif
Kurikulum 2013 adalah ketidaksiapan dan mendalam, agar diketahui hakikat
guru. Guru ditempatkan sebagai komponen persoalannya; pada dimensi kurikulum ‘apa’
atau subsistem pendidikan nasional yang diperlukan perbaikan; pada dimensi gagasan,
mempunyai peranan strategis dalam proses rancangan, atau prosesnya. Apabila dimensi
pendidikan. gagasan maupun rancangan sudah memadai
Kebijakan tersebut barangkali tepat dan persoalannya pada ketidaksiapan guru,
dan segera ditindaklanjuti dengan re- maka yang perlu perbaikan adalah dimensi
evaluasi Kurikulum 2013 yang nota-bene proses. Dimensi proses hakikatnya adalah

Corresponding author : © 2016 Semarang State University. All rights reserved
Address: Jurusan Senirupa Unnes
Email : ismiyanto@mail.unnes.ac.id
UNNES JOURNALS
82 Ismiyanto, PC.S, Kurikulum Pendidikan Guru Seni Rupa: Implikasinya terhadap Peningkatan
Kualitas Akademik dan Profesionalitas Guru

bentuk implementasi kurikulum dimensi Kurikulum LPTK, baik model dan desain
gagasan dan rancangan, dapat disebut kurikulum dan aktualisasinya bisa menjadi
kurikulum aktual (actual curriculum atau solusi?
experiences curriculum). Dalam kondisi Tulisan ini secara khusus ingin
demikian, maka yang seharusnya ditata memperbincangkan model kurikulum untuk
ulang adalah subsistem guru; misalnya LPTK Seni yang sekaligus sebagai bentuk
perbaikan sistem pendidikan guru dan usulan perbaikan dan penataan ulang
kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga struktur Kurikulum LPTK Seni di Indonesia.
Kependidikan (LPTK), perekrutan guru, dan Pertanyaan yang muncul “Bagaimanakah
pengupahan guru. Model Kurikulum LPTK Seni yang mampu
Penilaian dari Kementerian Pendidikan menjawab permasalahan di atas?”
dan Kebudayaan kiranya tidak berlebihan,
bahwa mutu guru menjadi salah satu faktor PENGERTIAN KURIKULUM
determinan implementasi Kurikulum 2013. Secara signifikan perubahan konsep
Hasil penelitian Ismiyanto dan Syafii (2011) mengenai kurikulum terjadi sejak abad ke-
juga penelitian Ismiyanto dan Aprillia 20. Perubahan tersebut dipengaruhi dan
(2015) menunjukkan bahwa Guru Seni sekaligus juga menggambarkan adanya
Budaya (baca Seni Rupa), sekalipun telah fenomena perubahan perspektif para
bersertifikat sebagai pendidik profesional, pendidik atau pakar kurikulum terhadap
namum belum menunjukkan perbaikan sosio-filosofis; perubahan konsep tentang
– ada gejala enduring pattern. Sementara IPTEKS, konsep pebelajar, konsep belajar
itu, pada acara pelatihan pengembangan dan mengajar, dan lain-lainnya. Ada yang
Kurikulum 2013 di sebuah kabupaten merumuskan bahwa kurikulum adalah
daerah Jawa Tengah, teridentifikasi para segala kegiatan yang disiapkan oleh
Guru SD/MI negeri maupun swasta tidak sekolah untuk pebelajar, ada pula yang
mampu merumuskan indikator ketercapaian mendeskripsikan kurikulum sebagai segala
kompetensi (Ismiyanto dan Eko Sugiarto, bentuk upaya sekolah untuk mempengaruhi
2014). Hal tersebut semakin menguatkan pebelajar agar dapat belajar, baik di dalam
tesis Kerry dalam Ismiyanto (1994) bahwa maupun di luar ruang, ada pula yang
in-service training tidak lagi efektif untuk menerjemahkan sebagai semua kegiatan
meningkatkan kualitas guru dan juga temuan anak (pebelajar) dengan bimbingan guru,
Beeby dalam Ismiyanto (1994) bahwa guru- dan sebagainya.
guru di Indonesia kurang dipersiapkan Tim Pengembang Kurikulum (Official
dengan lebih baik. Curriculum) 2013 Kementerian Pendidikan
Apabila benar kualitas guru menjadi dan Kebudayaan merumuskan bahwa
salah satu determinan bagi kualitas kurikulum sebagai seperangkat rencana
proses pendidikan, patut dipertanyakan, dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
“Bagaimanakah peningkatan kualitas bahan pelajaran serta cara yang digunakan
guru agar menjadi guru yang mempunyai sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
wawasan luas dan profesional?” Apakah pembelajaran untuk mencapai tujuan
diperlukan peningkatan penghasilan guru, pendidikan tertentu. Dalam masa yang
sehingga tidak lagi mencari sambilan sarat dengan ketidakpastian ini, barangkali
dan fokus pada tugas utamanya? Apakah rumusan ini perlu lebih ditegaskan lagi,
diperlukan peningkatan infrastruktur menjadi seperangkat rancangan sekaligus
pendidikan di setiap sekolah? Apakah pengaturan penyelenggaraan pendidikan
penataran dan pelatihan guru secara atau pembelajaran yang isinya mencakupi
periodik dan berkesinambungan dapat komponen-komponen tujuan, bahan
menjadi solusi? Apakah perbaikan kualitas ajar, metode, dan evaluasi dalam rangka
UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi X no 2 Juli 2016 83

membelajarkan pebelajar (anak) dengan diperlukan kerangka sistemik yang dapat


mempertimbangkan berbagai determinan dijadikan acuan dalam menganalisis
agar tercapai tujuan pendidikan tertentu. tujuan atau kebutuhan pendidikan guru,
Dalam konteks kurikulum pendidikan konten kurikulum, pengorganisasian, dan
seni budaya (seni rupa), kurikulum berbagai nilai yang patut dikembangkan
dideskripsikan sebagai seperangkat dalam masyarakat yang senantiasa selalu
rancangan sekaligus pengaturan tentang berubah dan berkembang. Oleh karena
penyelenggaraan pendidikan atau itu, dibutuhkan kurikulum pendidikan
pembelajaran seni budaya yang mencakupi guru yang fleksibel; artinya kurikulum
komponen-komponen: tujuan, bahan ajar, pendidikan guru tersebut diharapkan dapat
metode, dan evaluasi pendidikan seni menjawab dan mengakomodasi tantangan
budaya dalam rangka membelajarkan anak serta kebutuhan masyarakat yang dinamis.
melalui seni budaya (seni rupa) dengan Untuk menjawab dinamika
mempertimbangkan tujuan pendidikan perubahan dan tuntutan kebutuhan
seni tingkat nasional, perkembangan masyarakat pendukung pendidikan guru
masyarakat, kebutuhan pebelajar, kesiapan tersebut, diperlukan formulasi tujuan
guru, dan kesesuaiannya dengan berbagai pendidikan guru berdasarkan pada kondisi
aspek perkembangan seni budaya. masyarakat pendukungnya, pertumbuhan
dan perkembangan manusia sebagai subjek
KURIKULUM PENDIDIKAN GURU SENI pendidikan guru, dan perkembangan
RUPA IPTEKS. Dengan kata lain, bahwa
Kurikulum Pendidikan Guru atau secara dalam pengembangan kurikulum untuk
lebih khusus Kurikulum Pendidikan Guru pendidikan guru patut diperhatikan asas
Seni Rupa, dalam penyusunannya tentu filosofis, asas psikologis, dan sosiologis-
memperhatikan berbagai aspek, karena teknologis (baca Sanjaya, 2005:17) dan
kualitas pendidikan guru hakikatnya menurut Ismiyanto (2011), selain ketiga asas
diwarnai oleh kualitas kurikulumnya, tersebut, perlu ditambahkan pertimbangan
terutama kurikulum dalam dimensi rencana IPTEKS. Pendidikan guru itu diharapkan
dan dimensi proses. Kedua dimensi mampu mengekspresikan nilai-nilai luhur
kurikulum tersebut tidak dapat dipisahkan masyarakat; prinsip-prinsip belajar;
satu dengan lainnya. Kurikulum dalam keseimbangan dalam pengembangan
dimensi rencana (written curriculum) kognitif, afektif, dan psikomotorik;
menjadi dasar bagi kurikulum proses keseimbangan antara materi kependidikan
(experiences curriculum). dan disiplin ilmu; dan sebagainya.
Berbagai aspek yang patut Kedua, pertimbangan pilihan model
dipertimbang-kan dalam penyusunan kurikulum pendidikan guru ini menjadi
Kurikulum Pendidikan Guru; antara lain tanggung jawab LPTK dalam rangka
tujuan pendidikan guru, model kurikulum, menyiapkan sekaligus menyelenggarakan
dan konten kurikulum mata pelajaran. pendidikan guru dan mampu menghasilkan
Hamalik (2004:63) mengatakan bahwa lulusan yang mempunyai kemandirian
dalam penyusunan kurikulum pendidikan secara akademik dan profesional dalam
guru sesungguhnya tidak dapat didasarkan dinamika perubahan perkembangan,
pada tradisi, adat istiadat, atau intuisi; pertumbuhan, dan tuntutan kebutuhan
namun harus dengan pertimbangan akal masyarakat. Penyiapan guru yang
sehat atau logika, hasil refleksi, dan metode mempunyai kemandirian akademik
ilmiah. dan profesional, diharap-kan mampu
Dengan demikian dalam rangka mengembangkan disiplin ilmu yang
penyusunan kurikulum pendidikan guru dipelajari dan sekaligus mempunyai
UNNES JOURNALS
84 Ismiyanto, PC.S, Kurikulum Pendidikan Guru Seni Rupa: Implikasinya terhadap Peningkatan
Kualitas Akademik dan Profesionalitas Guru

kompetensi merancang, mengelola, pendekatan pendidikan guru, perkembangan


melaksanakan, dan mengembangkan dan tuntutan masyarakat dan IPTEKS;
kegiatan pembelajaran yang kondusif bagi selain itu juga isi yang terkait dengan
pembinaan anak-anak sebagai pebelajar. pengembangan kepribadian dan sosio-
Dalam rangka menanggapi psikologis. Beberapa kriteria pemilihan
tantangan kebutuhan guru tersebut, isi kurikulum pendidikan guru dapat
diperlukan pilihan model kurikulum. dirumuskan sebagai berikut: (1) up to date,
Hudoyo (1991) menawarkan model sesuai dengan laju-pesatnya perkembangan
concurrent dan consecutive. Kedua model ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
kurikulum dapat dielaborasi lagi ke dalam rupa; (2) dapat memberikan kemudahan
4 (empat) pendekatan. Model Concurrent bagi calon guru dalam memahami prinsip
Curriculum menjadi (a) Guru yang Ilmuwan pokok dan generalisasi-generalisasi sebagai
dan Akademik dan (b) Guru yang Ilmuwan asas memilih informasi yang sedang
dan Profesional. Model Consecutive berkembang, (3) membantu para calon
Curriculum menjadi (a) Ilmuwan yang Guru guru terampil menggunakan kompetensi
dan Akademik dan (b) Ilmuwan yang Guru berpikir rasional, logis, runtut, serta mampu
dan Profesional. membedakan antara fakta dan perasaan,
Pendekatan Guru yang Ilmuwan (4) membantu pengembangan moralitas
dan Akademik adalah model pendidikan yang esensial dalam rangka evaluasi
guru yang mengutamakan penguasaan dan penggunaan ilmu pengetahuan, (5)
dan keluasan wawasan ilmu keguruan bermakna dan bermanfaat bagi calon guru,
yang diterapkan pada mata pelajaran yang (6) berupa tantangan dan mendorong untuk
diajarkan serta memperhatikan kedalaman selalu belajar, (7) memungkinkan calon guru
- keluasan pengetahuan mata pelajaran. kreatif dalam memecahkan permasalahan
Pendekatan Guru yang Ilmuwan dan yang mengemuka dalam tugasnya, dan (8)
Profesional adalah model pendidikan guru membantu calon guru mengkomunikasikan
dengan pilihan pengutamaan penguasaan gagasan dengan berbagai media, secara lisan
dan keluasan wawasan ilmu keguruan maupun tertulis, (9) membantu calon guru
yang diterapkan pada mata pelajaran yang melakukan interaksi edukatif dan mampu
diajarkan tanpa memperhatikan kedalaman memahami orang lain, (10) membantu
maupun keluasaan materi pengetahuan calon guru memahami konsep, prinsip-
mata pelajaran (hanya didasarkan pada prinsip, pendekatan, dan strategi/metode
kurikulum). pembelajaran (baca juga Hamalik, 2004:70-
Pendekatan Ilmuwan yang Guru 82).
dan Akademik, penyusunan program Selain pertimbangan-pertimbangan
pendidikannya akan lebih mengutamakan ter-sebut di atas, dalam pengembangan
penguasaan konsep dasar ilmu yang akan kurikulum pendidikan guru, patut pula
diajarkan disertai dengan ilmu keguruan jika dipertimbangkan standar penerimaan
yang memadai sesuai dengan karakteristik karena calon guru adalah determinan
mata pelajaran. Pendekatan Ilmuwan psikologis yang ikut menentukan
yang Guru dan Profesional, program keberhasilan kurikulum. Oleh karena
pendidikannya disusun dengan lebih itu, dalam pengembangan kurikulum
mengutamakan penguasaan konsep dasar pendidikan guru harus dicantumkan
ilmu yang akan diajarkan dan disertai pula ketentuan seleksi calon guru yang
dengan latihan keterampilan mengajarkan mencakupi syarat administratif, moral-
mata pelajaran tertentu. etika, akademik, psikologis, kesehatan,
Isi kurikulum pendidikan guru tentu dan kompetensi sosial calon. Seleksi
harus relevan dengan tujuan dan model atau administrasi untuk memperoleh informasi

UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi X no 2 Juli 2016 85

mengenai data diri, latar pendidikan, Guru Seni Rupa harus mencakupi materi-
latar belakang keluarga, perolehan materi yang memungkinkan para calon guru
prestasi akademik dan non akademik, dan memperoleh berbagai pengalaman belajar
sebagainya. Seleksi moral-etika diharapkan berkarya seni rupa dan mengapresiasi karya
mampu memberikan gambaran mengenai seni rupa. Pengalaman berkarya seni rupa
perilaku dan riwayat calon dalam kehidupan bagi seorang guru seni rupa sangat penting
bermasyarakat. Seleksi akademik dilakukan karena melalui kegiatan ini, akan diperoleh
selain sebagai bentuk konfirmasi atas pengetahuan mengenai berbagai jenis karya
capaian prestasi akademik sekaligus sebagai seni rupa berikut media dan karakteristik
seleksi penempatan calon. Seleksi psikologis media berkarya seni rupa serta prosedur
untuk mengukur atau mengetahui motivasi berkarya sesuai dengan jenis karya tersebut.
pilihan profesi dan motif berprestasi calon. Pengalaman mengapresiasi karya seni rupa
Seleksi kesehatan berupa tes kesehatan fisik akan diperoleh berbagai pengetahuan;
maupun kesehatan jiwa calon; kesehatan antara lain tentang ragam, aliran, tokoh,
fisik untuk mengetahui kesamaptaan fisik, penilaian, pameran, dan pendeskripsian
dan pemeriksaan kesehatan jiwa bertujuan karya seni rupa.
untuk menggali informasi ketahanan Dalam pengembangan kurikulum
psikologis calon ketika menghadapi aneka- pendidikan guru seni rupa, selain fenomena
ragam tantangan ketika menjalankan praksis pendidikan seni di sekolah, patut pula
tugas. Terakhir seleksi kompetensi sosial, disimak kebijaksanaan program Pendidikan
bertujuan untuk mengetahui kemampuan Profesi Guru (PPG) di perguruan tinggi
calon dalam mengemukakan pendapat dan yang bermandat ganda - menyelenggarakan
kemampuannya berkomunikasi pada waktu pendidikan kependidikan dan non
berinteraksi dengan pebelajar dan/atau kependidikan, yakni adanya kewajiban bagi
dengan orang lain dalam berbagai kondisi. para lulusan yang berlatar kependidikan
Untuk menjawab hal itu, Universitas maupun non kependidikan dan berminat
Pendidikan Indonesia (UPI), sebagai menjadi guru wajib mengikuti program PPG,
universitas ex-IKIP, menyiapkan dan barangkali consecutive curriculum models
merumuskan kurikulum untuk calon - dapat dipilih dan pertimbangkan dalam
guru dengan isi sebagai berikut: (a) perancangan kurikulum.
pengembangan kepribadian guru dan
tenaga kependidikan berdasarkan Pancasila KOMPETENSI GURU
dan UUD 1945, (b) pengembangan sikap dan Kompetensi ialah kemampuan bersikap
wawasan sebagai guru yang profesional, dan seseorang, menggunakan ilmu pengetahuan
(c) pengembangan atas penguasaan disiplin dan keterampilan untuk melaksanakan suatu
ilmu sesuai dengan kajian mata pelajaran dan tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan
ilmu pendidikan sebagai dasar pelaksanaan tempat tinggal seseorang sekaligus
tugas guru (baca dalam Hamalik, 2004: 57). berinteraksi (Kemendikbud, 2013). Merujuk
pada konsep tersebut, dapat diformulasikan
Dalam konteks Kurikulum Pendidikan bahwa kompetensi seorang guru hakikatnya
Guru Seni Rupa, sebagaimana dijelaskan pada berupa : (1) ilmu pengetahuan yang
paparan terdahulu; perlu memperhatikan ditekuninya, baik pengetahuan keguruan
hakikat tujuan pendidikan seni rupa pada maupun bidang studinya, (2) keterampilan
setiap jenjang dan jenis sekolah. Apabila mengimplementasikan penge-tahuan
tujuan pendidikan seni rupa adalah dalam merancang dan melaksanakan
untuk mengembangkan kreativitas dan pembelajaran, dan (3) sikap dan tanggapan
sensitivitas pebelajar (baca Ryan & Cooper, atas segala sesuatu yang terkait dengan
1984), maka isi Kurikulum Pendidikan kompetensi lainnya. Kompetensi guru

UNNES JOURNALS
86 Ismiyanto, PC.S, Kurikulum Pendidikan Guru Seni Rupa: Implikasinya terhadap Peningkatan
Kualitas Akademik dan Profesionalitas Guru

tersebut dapat disebut sebagai kompetensi mempertimbangkan bahan yang tersedia,


sosial, pedagogik, profesional, dan personal. dan (g) berani memperjuangkan standar
Menurut Arikunto (1993: 239) tinggi yang lebih baik di sekolah”
dan Rusyan (1990:5) kompetensi Kemampuan personal seorang guru
profesional, artinya bahwa seorang guru sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari
harus mempunyai pengetahuan memadai kemampuan professional dan sosialnya
tentang materi yang akan diajarkan dan karena ketiga komptensi tersebut melekat
juga menguasasi aspek metodologisnya; pada diri seorang guru, namun kemampuan
kompetensi sosial atinya guru diharapkan personal lebih ditekankan pada aspek
mempunyai kemampuan berkomunikasi kepribadian. Brown, dkk. dalam Ismiyanto
sosial, baik di sekolah maupun masyarakat (2011) menyatakan bahwa karakteristik
dengan berbagai unsur kehidupannya dan pribadi seseorang ditandai oleh adanya sifat
kompetensi personal diartikan bahwa simpati dan baik, suka menolong, sabar,
seorang guru diharapkan mempunyai berpenampilan menyenangkan, stabil dalam
sikap kepribadian yang mantap dan dapat emosi dan mampu mengontrol diri, adil dan
diteladani para pebelajar. tidak berpihak, mempunyai rasa humor, jujur,
Dalam konteks keprofesionalan antusias, kreatif, dan berakal. Sementara itu
guru, kompetensi dapat dimaknai sebagai ada yang menekankan pada bentuk tanggung
gambaran kualitatif perilaku (rasional) jawab seorang guru dalam membelajarkan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan membantu para pebelajar agar menjadi
sesuai dengan kondisi tertentu pula. diri sendiri. Cooper dalam Sanjaya (2009:15)
Profesional menurut Morine & Dershimer menyatakan,”Seorang guru adalah orang
dalam Sanjaya (2009:15), “Seorang yang bertanggung jawab membantu orang
profesional adalah orang yang memiliki lain (anak) untuk belajar dan berperilaku
pengetahuan dan keterampilan khusus, dengan cara baru dan berbeda”
dapat menimbang alternatif dan memilih Kemampuan sosial guru dalam
dari antara sejumlah tindakan produktif konteks kegiatan pembelajaran oleh Brown,
yang paling sangat tepat dalam situasi dkk. dalam Ismiyanto (2011) dirumuskan
tertentu”. Kompetensi tersebut merujuk sebagai “Pembelajaran dapat didefinisikan
pada penampilan dan perbuatan yang sebagai upaya untuk membantu seseorang
rasional sebagai pemenuhan atas spesifikasi memperoleh atau mengalami pererubahan
tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas keterampilan, sikap, pengetahuan,...
kependidikan. Dengan demikian, seorang Tugas guru adalah untuk membuat atau
guru yang profesional secara nyata harus mempengaruhi perubahan yang diinginkan
mempunyai kemampuan merealisasikan dalam perilaku, atau kecenderungan
kompetensinya dalam rangka mencapai terhadap perilaku para muridnya. ... Guru
sasaran pendidikan bagi para pebelajar. bidang studi atau subjek tertentu juga belajar
Secara lebih terinci Brown, dkk. dalam tentang pendidikan secara mendalam ... “
Ismiyanto (2011) mengemukakan bahwa, Sebagaimana diketahui bahwa
“Seorang guru profesional harus memiliki dalam kegiatan pembelajaran tugas guru
kualitas berikut: (a) penguasaan subjek adalah mengupayakan agar para pebelajar
yang akan diajarkan, (b) pemahaman berubah sikap, pengetahuan, maupun
tentang prinsip-prinsip dasar pertumbuhan keterampilannya. Melalui mata pelajaran
dan perkembangan anak-anak, (c) yang diampunya, seorang guru sesungguhnya
pengetahuan umum yang baik, (d) juga diharapkan mampu mengubah perilaku
pengetahuan metode dan teknik, (e) sikap para pebelajar. Dalam konteks pendidikan
positif terhadap pekerjaan, (f) kemauan seni rupa dikenal dengan belajar melalui
beradaptasi dengan kebutuhan lokal dengan seni rupa; melalui pembelajarannya, selain

UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi X no 2 Juli 2016 87

anak memperoleh pengalaman berkarya PT. Rineka Cipta


dan berapresiasi seni rupa, sekaligus Hamalik, Oemar, 2004. Pendidikan Guru
diharapkan tertanam dan terbentuk nilai- Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
nilai sosial; misalnya toleransi, kepedulian, Hudoyo, Herman. 1991. “Pendekatan Pendidikan
tanggangrasa, kesabaran, dan kerendahan Tenaga Kependidikan Menuju Kemandirian
hati. Akademik dan Profesional”, Makalah
Dengan demikian tugas guru disajikan pada Seminar Dies Natalis IKIP
merupakan sebuah kesatuan total, integrasi Malang XXXVII, 14 Oktober 1991
dari berbagai kompetensi guru sebagai Ismiyanto, PC.S dan Syafii. 2011. “Guru Seni Rupa:
Kajian Profesionalitas Guru Seni Rupa
seorang pribadi seutuhnya. Sebagaimana SMP-SMA di Kabupaten Semarang Pasca
dikemukakan oleh Darajat dalam Djamarah Program Sertifikasi”, Laporan Penelitian.
(2005:39) bahwa kepribadian seseorang DIKS Unnes, tidak dipublikasikan
(guru) hanya dapat dilihat dari sikap, Ismiyanto, PC.S. 2011. “Kurikulum dan Buku Teks
penampilan, tindakan, ucapan, dan Seni Rupa”, Bahan Ajar, DIKS Unnes, tidak
perilakunya ketika menghadapi berbagai dipublikasikan/untuk kalangan sendiri
Ismiyanto, PC.S dan Aprillia. 2015. “Kompetensi
persoalan kehidupan, termasuk ketika Guru dan Implikasinya pada Penerapan
melaksanakan tugas pokoknya sebagai Kurikulum Seni Budaya 203 di SMP Se
pembelajar. Kabupaten Semarang” Laporan Penelitian,
Dipa DP2M tahun 2014, diseminarkan di
SIMPULAN Malaysia, tangal 25 Oktober 2015.
Menyimak fenomena praksis pendidikan Ismiyanto, PC. S.dan Eko Sugiarto. 2014.
“Pelatihan Pengembangan Kurikulum
seni rupa di jenjang pendidikan dasar dan Seni 2013 bagi Guru SD di Kecamatan
menengah, diketahui bahwa para guru belum Kaliwungu Kendal”. Laporan Pengabdian
mampu membelajarkan seni yang kondusif kepada Masyarakat, Dipa Unnes 2014,
bagi optimalisasi pencapaian tujuan tidak dipublikasikan.
pendidikan seni, yakni mengembangkan Ismiyanto, PC.S. 1994. “Pembelajaran Seni Rupa
kreativitas dan sensitivitas pebelajar. di Sekolah Dasar: Studi Kasus di Tiga
SD Kota Semarang”, Tesis S2, Program
Bagi peningkatan kualitas akademik dan Pascasarjana IKIP Bandung, tidak
profesionalitas guru seni rupa diperlukan dipublikasikan
kurikulum pendidikan guru yang relevan Kemendikbud. 2013. Dokumen Kurikulum 2013.
dengan berbagai determinan, terutama Jakarta: Kemendikbud
relevansinya dengan perkembangan seni Kemendikbud. 2013. Kurikulum Seni Budaya
rupa, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam 2013. Jakarta: Kemendikbud
Rusyan, A. Tabrani. 1990. Profesionalisme Tenaga
berkesenian, serta tuntutan perkembangan Kependidikan. Bandung: Yayasan Karya
kebutuhan masyarakat pendukung Sarjana Mandiri
pendidikan seni rupa. Model kurikulum Ryan, Kevin & James M. Cooper. 1984. Those
pendidikan guru seni rupa yang dapat Who Can, Teach (Fourth Edition). Boston:
mengakomodasi dan sekaligus menjawab Houghton Mifflin Company.
tantangan peningkatan kualitas akademik
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran
dan profesionalitas guru seni rupa adalah Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
consecutive curriculum models. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen
Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta:

UNNES JOURNALS
88 Ismiyanto, PC.S, Kurikulum Pendidikan Guru Seni Rupa: Implikasinya terhadap Peningkatan
Kualitas Akademik dan Profesionalitas Guru

UNNES JOURNALS

Anda mungkin juga menyukai