Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DESI NATALIA

NPM : 1318130080
MATKUL : P2
HARI/TGL :SENIN, 12 OKTOBER 2020

SOAL I.
TATA CARA PENYITAAN
Menurut pendapat M. Yahya Harahap (2003:266-268) bahwa secara umum tata cara
pelaksanaan penyitaan yaitu :
1. Harus ada Surat Izin penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri.
2. Memperlihatkan atau menunjukkan Tanda Pengenal.
3. Memperlihatkan Benda yang akan disita.
4. Penyitaan dan memperlihatkan benda sitaan harus disaksikan oleh Kepala Desa atau Ketua
Lingkungan dengan dua orang saksi.
5. Membuat Berita Acara Penyitaan.
6. Menyampaikan turunan berita acara penyitaan.
7. Membungkus benda sitaan.

Persoalan lain yang harus diperhatikan dalam proses penyitaan tersebut menurut pendapat
Al. Wisnubroto (2005: 50) yaitu :
Sering kali ditemukan Ketua Pengadilan mempergunakan kewenangan untuk menentukan
dapat atau tidaknya suatu benda dilakukan penyitaan. Hal tersebut dapat menimbulkan
benturan kepentingan antara penyidik dan Ketua Pengadilan Negeri misalnya perlu tidaknya
suatu barang disita untuk dijadikan sebagai barang bukti.

SOAL II
TATA CARA PENYITAAN ATAS OBJEK PERHIASAN EMAS, PERMATA DAN YANG SEJENISNYA
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 135 Tahun 2020 tentang tata cara penyitaan dalam rangka
penagihan pajak dengan surat paksa, BAB II Pelaksanaan Penyitaat Pasal 5 Ayat 1 :

Pasal 5
(1) Penyitaan terhadap perhiasan emas, permata dan sejenisnya dilaksanakan sebagai berikut :
a. membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam suatu daftar
yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita;
b. membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.
SOAL III
BARANG-BARANG WAJIB PAJAK YANG TIDAK BOLEH DISITA
1. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak
yang ada dirumah Penanggung Pajak.
2. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapan yang digunakan Penanggung Pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya.
3. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas.
4. Buku-buku yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak beserta
alat-alat yang digunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan.
5. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungannya.
6. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau
usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp 10. 000. 000, 00 (sepuluh
juta rupiah).

SOAL IV
PROSEDUR JURUSITA PAJAK SEBELUM MELAKUKAN PELELANGAN
Sesaat sebelumpelelangan dimulai sebaiknya juru sita pajak menanyakan kepada wajibpajak
apakah utang pajaknya telah dilunasi, maka pelelangan dibatalkandan apabila tidak maka
pelelangan segera dilakukan. Juru lelangmengumumkan kepada para calon pembeli tentang
syarat-syarat apayang harus dipenuhi serta cara-cara penawarannya.

SOAL V
BARANG SITAAN YANG DIKECUALIKAN DARI PENJUALAN SECARA LELANG BERUPA:
a) uang tunai;
b) kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank seperti deposito berjangka,
tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
c) obligasi;
d) saham;
e) piutang;
f) penyertaan modal; dan
g) surat berharga lainnya.
SOAL VI
BARANG SITAAN BOLEH DIJADIKAN SARANA UNTUK PELUNASAN UTANG WAJIB PAJAK. Sesuai
Bab IV Penyitaan, Uu Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Pasal
28 sbb:
Pasal 28
(1) Hasil lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak yang
belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak.
(2) dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan
pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih
ada.

Anda mungkin juga menyukai